Disusun Oleh :
Kelompok 2 (B)
1. Aisha Nurwahidah Azhary (10031282126042)
2. Anggi Monica Sari (10031282126032)
3. Anisah Zalzabila (10031282126030)
4. Inda Wahyuni (10031282126048)
5. Nita Amelia Putri (10031282126028)
6. Salsabila Tridilazarfa (10031282126040)
7. Syifa Aulia Ramadhona (10031282126050)
8. Warni Susanti (10031282126038)
9. Windari Caturratiwi (10031282126026)
10. Xena Pebruwani (10031282126036)
11. Zikha Destasya (10031282126044)
Lalat menggunakan fly grill sudah mempunyai angka recommendation control yaitu :
B. Pelaksanaan Praktikum
a. Tanggal Pelaksanaan : 6 Oktober 2022
b. Waktu Pelaksanaan : Pukul 09.00 – 12.00 WIB
c. Alat dan Bahan :
Alat Bahan
1) Kertas 1) Lalat
2) Alat tulis
3) Stopwatch
4) Fly Grill
5) Kamera
d. Tempat Pelaksanaan :
1) Tempat Pembuangan Sampah FKM
2) Kantin Ekonomi
e. Cara Kerja (Prosedur penghitungan kepadatan lalat)
1) Letakkan fly grill di tempat yang akan dihitung kepadatan lalatnya
2) Dipersiapkan stopwatch untuk menentukan waktu perhitungan selama 30 detik
3) Dihitung banyaknya lalat yang hinggap selama 30 detik dengan menggunakan
counter. Lalat yang terbang dan hinggap lagi dalam waktu 30 detik tetap dihitung.
4) Jumlah lalat yang hinggap dicatat
5) Lakukan perhitungan secara berulang sampai 10 kali dengan cara yang sama
6) Dari lima kali perhitungan yang mendapatkan nilai tertinggi dihitung rata ratanya,
maka diperoleh angka kepadatan lalat pada tempat tersebut. Menurut buku
petunjuk pemberantasan lalat penghitungan kepadatan (Depkes RI, 1992).
LEMBAR PENGUKURAN
1. Hasil pengukuran 2 titik dengan 10 kali pengamatan dengan estimasi waktu setiap
pengamatan 30 detik.
1 7 4 19 7 7 10 6 3 8 4 75
2 15 15 9 10 11 7 19 8 5 5 104
Pengamatan P1 P2 P3 P4 P5 Total
Jumlah
19 10 8 7 7
Lalat
2) Pengamatan Kedua =
d. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami sampaikan yaitu, Lalat merupakan salah satu insekta
yang termasuk ke dalam orde Diphtera, yakni insekta yang mempunyai sepasang
sayap berbentuk membran. Jika dipandang dari sudut kesehatan, kepadatan lalat
merupakan masalah yang penting karena lalat merupakan vektor penyakit secara
mekanis (mechanical transport). Pada hasil praktikum kelompok kami, pada lokasi
pertama dan kedua terdapat perbedaan kepadatan lalat pada fly grill yang digunakan.
Pada umumnya, tempat sampah merupakan tempat lalat untuk berkembang biak.
Namun, pada lokasi pertama yang terdapat banyak sampah, kelompok kami
mendapatkan kepadatan lalat lebih sedikit dibanding lokasi kedua, yang mana pada
lokasi tersebut hanya ada sedikit sampah yang berserakan dan jauh dari kelembapan.
Maka dari itu, untuk mengurangi serta menekan populasi lalat, kita perlu
menghilangkan tempat-tempat perindukannya, mengurangi sumber-sumber yang
memungkinkan lalat berkembang biak, dan mencegah bertelurnya lalat di tempat
perindukan yang potensial. Tempat-tempat yang potensial ini terdapat di sekitar
hunian manusia, termasuk tempat pembuangan sampah.
LAMPIRAN