Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

LALAT
1. Analisis Cara Kerja

Tujuan pengukuran dengan menggunakan fly grill ini adalah untuk mngetahui tingakat
kepadatan lalat yang terdapat pada lokasi yang diteliti. Dalam penelitian ini dilakukan
pengukuran jumlah kepadatan lalat pada 7 tempat berbeda yang tersebar dalam satu daerah.
Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, seperti fly grill dan stopwatch.

Gambar x. Gambar fly grill

Kemudian letakkan fly grill pada spot 1 lalu ukur lalat yang hinggap. Pengukuran
dilakukan dengan melakukan 10 kali pengulangan dengan setiap pengukurannya diberi waktu
30 detik dengan bantuan stopwatch. Pengulangan pengukuran ini dilakukan agar data yang
didapatkan lebih akurat dan meminimalisir kesalahan. Catat jumlah lalat yang hinggap
disetiap pengukurannya. Lalu dilanjutkan pengukuran pada tempat berikutnya , dengan
melakukan hal yang sama pada spot pertama. Lalu catat jumlah lalat yang hinggap pada fly
grill. Pada spot- spot berikutnya juga dilakukan hal yang sama. Kemudian diambil 5 data
dengan jumlah rata rata lalat yang hinggap paling tinggi. Hal ini dimaksudkan agar data yang
diperoleh memiliki kesalahan yang kecil.

Selanjutnya angka rata rata hasil perhitungan digunakan sebagai petunjuk(indeks) populasi
pada satu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interpretasi hasil pengukuran indeks populasi
lalat pada setiap lokasi (Blok Grill ) sebagai berikut :
a) 0 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah

b) 3 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat tempat


berkembangbiakan lalat ( tumpukan sampah , kotoranhewan dan lain lain )

c) 6 20 : Tinggi / padat dan perlu pengamanan terhadap tempattempat berkembangbiakan


lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengandaliannya.

d) >21 : Sangat tinggi / sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap
tempat tempat perkembangbiakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya
pengandaliannya.

2. Analisis pengolahan data

Tabel 1. Tabel hasil pengukuran


Nilai Tertinggi
Perhitungan /
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-Rata
Lokasi 1 2 3
Spot 1 2 4 6 3 8 9 4 4 3 5 9 8 6 7,666667
spot 2 11 2 6 5 9 6 11 7 5 13 13 11 11 11,66667
spot 3 1 0 1 3 2 0 0 0 0 0 3 2 1 2
Spot 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Spot 5 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 1 0 1,333333
Spot 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Spot 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan hasil pengukuran dari lokasi yang diteliti dapat diketahui bahwa pada spot 1,
dengan 10 kali pengukuran didapatkan rata rata jumlah lalat yang hinggap sebanyak 7,6 atau
jika dibulatkan menjadi 8 ekor. Berdasarkan tingkat kepadatan lalat , jumlah lalat yang
hinggap pada spot 1 tersebut dikategorikan tinggi. Tinggi nya kepadatan lalat ini diakibatkan
karena pada spot pertama dimana daerah tersebut kondisinya cukup lembab, dan dekat
dengan keberadaan WC umum yang tidak terawat serta sudah tidak digunakan lagi dan
berbau.

Kemudian pada spot 2, berdasarkan hasil pengukuran didapatkan jumlah rata rata lalat
yang hinggap pada spot kedua tersebut adalah sebanyak 11,6 atau jika dibulatkan menjadi 12
ekor. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, tingkat kepadatan lalat pada spot
kedua tersebut dikategorikan tinggi dan perlu pengamanan terhadap tempattempat
berkembangbiakan lalat dan bila mungkindirencanakan upaya pengandaliannya. Sama halnya
dengan kepadata pada spot 1. Padatnya tingkat keberadaan lalat pada spot kedua ini
dikarenakan pada tempat tersebut terdapat banyak kotoran hewan, dimana kotoran hewan
tersebut merupakan salah satu tempat perindukan lalat paling utama.

Pada spot 3, jika dilihat dari tabel hasil pengkuran jumlah kepadatan lalat mulai terjadi
penurunan kepadatan lalat, dengan jumlat rata rata lalat yang hinggap sebanyak 2 ekor setelah
dilakukan 10 kali pengulangan pengukuran. Penurunan kepadatan ini terjadi karena pada spot
3 ini daerahnya cukup kering akan tetapi letaknya tidak begitu jauh dengan tempat
penimbunan sampah plastik.

Kemudian pada spot 4, 6 dan 7, berdasarkan pengukuran dengan menggunakan fly grill
tidak terdapat lalat yang hinggap. Hal ini terjadi karena pada daerah daerah tersebut tidak
terdapat tempat perindukan lalat dan pada daerah tersebut sinar cahaya yg masuk kurang,
sebagaimana kita tahu bahwa lalat merupakan serangga fototrofik (tertarik pada cahaya).

Lalat pada daerah yang diteliti, keberadaanya dapat dihubungkan dengan grafik X
mengenai seberapa sering warga membuang sampah. Hasilnya sekitar 50% warga membuang
sampah setiap hari. Hal ini menunjukka bahwa tempat perindukan lalat pada daerah ini
kebanykan bukan berasal dari sampah rumah.

Berikut merupakan kontur yang dihasilkan dari data data yang diperoleh
Dari kontur tersebut dapat diketahui persebaran tingkat kepadatan jumlah lalat di daerah
tersebut, dimana semakin kontur tersebut mengarah ke arah luar atau menuju warna biru,
semakin banyak pula tingkat kepadatan lalat.

3. Jenis lalat

Berdasarkan pengukuran dan observasi lapangan, secara kasat mata dapat diketahui bahwa
kebanyakan lalat yang hinggap pada fly grill di lokasi penelitian adalah lalat rumah (Musca
domestica) atau lalat rumah kecil jenis ( Fannia). Sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa keberadaan lalat ini memang banyak dijumpai pada daerah sekitar rumah
(pemukiman).

4. Analisis Penyakit

Lalat merupakan vektor penyakit, sehingga keberadaan lalat ini dapat menimbulkan
penyakit penyakit yang dibawa oleh lalat tersebut, berikut merupakan penyakit yang dibawa
oleh lalat sesuai dengan literatur ;

a. Desentri

penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang berasal dari sampah, kotoran
manusia/hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain
dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia maka kotoran tersebut akan
mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada
manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada
kotoran terdapat mucus dan push.

b. Diare

Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas
dan pecernaan terganggu.

c. Typhoid

Cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit pada perut, sakit
kepala, berak darah dan demam tinggi.

d. Cholera

Penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-muntah, demam, dehydrasi.


Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari dinas kesehatan, bahwa terdapat warga yang
menderita penyakit diare dll. Hal ini megindikasikan bahwa, kemungkinan vektor lalat lah
yang membawa penyakit tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya.

5. Penangulangan Lalat

Penanggulang sederhana yang telah dilakukan warga untuk meminmalisir kepadatan lalat
sesuai dengan hasil survey yaitu dengan membuang sampah domestik setiap hari. Kemudian
adapun cara sederhana lainnya untuk mengurangi tersebarnya penyakit yang dibawa oleh
vektor penyakit lalat yang telah dilakukan warga adalah dengan menutup makanan mereka,
sebagaimana kita tahu lalat suka hinggap pada makanan. Sehingga usaha yang warga telah
lakukan ini dapat meminimalisir terebarnya penyakit yang dibawa oleh lalat. Akan tetapi
usaha tersebut dianggap kurang, oleh karena itu terdapat beberapa metode atau cara
penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mrngurangi jumlah kepadatan lalat, yaitu

A. Perbaikan Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan

1) Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat.

a) Kandang ternak

Berhubung di sekitar rumah warga di daerah yang diteliti terdapat kandang-kandang ternak maka
dapat dilakukan usaha sebagai berikut untuk mengurangi kepadatan jumlah lalat.

- Kandang harus dapat dibersihkan

- Lantai kandang harus kedap air ,dan dapat disiram setiap hari

b) Peternakan / kandang burung

- Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar, kadang perlu
dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.

- Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval dapat dibersihkan.

c) Timbunan pupuk kandang

- Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke tanah permukaan pada temperatur tertentu dapat
menjadi tempat perindukan lalat. tumpukan pupuk tersebut dapat ditutup dengan plastik atau bahan
lain lain yang anti lalat.

- Cara ini dapat mencegah lalat untuk bertelur juga dapat membunuh larva dan pupa karena panas
yang keluar dari prases komposting dapat memperpendek lalat untuk keluar.
ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk dibersihkan.

2) Mengurangi Sumber yang menarik lalat

Dalam komdisi tertentu lalat akan ditarik pada hasil dari makanan ikan dan tepung tulang, sirop gula,
tempat pembuatan susu air kotor dan bau buah yang manis khususnya mangga. Untuk mengurangi
sumber yang menarik lalat dapat ddicegah dengan melakukan :

- Kebersihan lingkungan

- Membuat saluran air limbah (SPAL)

- Menutup tempat sampah

3) Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit

- Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia , bangkai binatang, sampah basah,
lumpur organik, maupun orang sakit mata.

- Cara-cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, adalah dengan:

a.Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak dengan
kotoran.

b.Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, orang sakit dan penderita
sakit mata.

c.Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah dari pemotongan hewan dan bangkai
binatang.

B. Pemberantasan Lalat Secara Langsung

Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara fisik, cara kimiawi dan cara
biologi.

1) Cara fisik

Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila lalat
dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya cocok untuk digunakan pada skala kecil seperti dirumah
sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, serta buah-
buahan .

(a) Perangkap Lalat (Fly Trap)

(b) Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky tapes)

(c) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)


(d) Pemasangan kasa kawat/plastik pada pintu dan jendela serta lubang angin/ ventilasi.

(e) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua merupakan pintu
kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri.

2) Cara kimia

(a) Cara Umpan ( Bait )

(b) Penyemprotan dengan Efek Residu (Indoor Residual Spraying)

(c) Penyemprotan Dengan Pengasapan ( Indoor & Outdoor Space Spraying )

3) Cara Biologi

Dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwana hitam ( Phiedoloqelon affinis ) untuk
mengurangi populasi lalat rumah ditempat tempat sampah ( Filipina ).

Anda mungkin juga menyukai