Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS HAYATI

“PERHITUNGAN JUMLAH KUMAN”

Disusun Oleh :

Vera Sri Rahayu 15330005

Dosen : Dr. Tiah Rachmatiah, M.Si., Apt.

Fakultas Farmasi S1

Institut Sains dan Teknologi Nasional

2019
JURNAL 1. Jumlah Koloni pada Media Kultur Bakteri yang Berasal dari Thallus dan
Perairan Sentra Budibaya Kappahycus alverzii di Sumenep.

1. Pengertian Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dengan ukiran panjang 0,5 – 2,5 μ.
Karakteristik bakteri dilihat dari bentuknya, seperti bulat (cocci), batang (spirili), koma
(vibrios). Tambahan struktur bakteri yang terpenting diketahui cambuk (flagella), kapsul
(capsule), dan endospora (endospore). Flagella merupakan struktur tambahan diluar sel
yang berbentuk cabuk halus yang tidak terlihat dibawah mikroskop kecuali menggunakan
teknik pewarna khusus.
Kappaphycus alvarezii pada musim-musim tertentu dapat mengalami kerusakan, akibat
infeksi bakteri sehingga mengurangi biomassa yang dihasilkan. Penyakit pada rumput
laut dipicu oleh perubahan lingkungan yang ektrim akibat perubahan iklim global
sehingga suhu, pH, dan salinitas menjadi sangat fluktautif. Rumput laut yang strees lebih
memudahkan terjadinya infeksi bakteri pada Thallus.
2. Metode Penelitian
Pengambilan sampel di sentra budibaya rumput laut Kecamatan Dungkek, Saronggi dan
Bluto, Kabupaten Sumenep. Pengambilan sampel pada lokasi yang berbeda. Diambil
sampel air laut dan Kappaphycus alvarezii sebanyak tiga sampel pada masing-masing
lokasi. Sampel yang diteliti adalah Thallus Kappaphucus alverzii yang terinfeksi ice-ice
dan air laut dilokasi penelitian. Sampel selanjutnnya diuji di laboratorium, pengujian
Angka Lempeng Total (ALT) dan tahapan-tahapan pengujiannya mengikuti panduan
yang mengacu pada SNI.
Proses :
Sampel rumput laut
1. Siapkan 4 tabung reaksi yang berisi BFP sebanyak 9 ml.
2. Sampel (rumput laut) dipotong kecil-kecil, lalu kemudian ditimbang sebanyak 1
gram.
3. Sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi cairan BFP (butterfield
Phospat) sebanyak 9 ml.
4. Sampel rumput laut dimulai dari pengenceran 10-1 yang sudah berisi sampel rumputt
laut.
5. Pengenceran 10-1 diambil menggunakan pipet sebanyak 1 ml
6. Lalu dimasukkan pada pengenceran 10-2 lalu homogenkan.
7. Lalu ambil 1 ml dari pengenceran 10-2 kemudian letakkan pada cawan petri secara
duplo.
8. Diambil kembali 1 ml dari pengenceran 10-2 kemudian masukkan kedalam
pengenceran 10-3 homogenkan
9. Diambil menggunakan pipet 1 ml dan diletakan pada cawan petri, secara duplo.
10. Proses ini dilakukan dengan cara yang sama sampai pengenceran 10-4.

Sampel air laut

1. Sampel air laut diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi
larutan BFP sebanyak 9 ml.
2. Pada sampel air laut pengenceran dimulai dari pengenceran 10-0.
3. Ambil 1 ml menggunakan pipet dari penenceran 10-0yang sudah ada sampel air
lautnya.
4. Lalu masukkan pada pengenceran 10-1, lalu homogenkan
5. Ambil 1 ml pada pengenceran 10-1 masukkan pada pengenceran 10-2, kemudian
homogenkan.
6. Ambil 1 ml pada pengenceran 10-2 letakkan pada cawan petri, dilakukan secara
duplo.
7. Pengenceran 10-3 dan pengenceran10-4 dilakukan proses yang sama seperti
pengenceran 10-2.

Penuangan media PCA

1. Larutan PCA dituangkan pada masing-masing cawan petri dan dihomogenkan,


agar media PCA dan sampel tercampur merata.
2. Ditunggu sampai PCA padat, setelah padat media dibalik dan letakkan dalam
incubator selama 24 – 48 jam pada suhu 37°C.
3. Hasil Penelitian
Di desa Tanjung Kecamatan Seranggi
Jumlah koloni tertinggi dengan hasil dari Angka Lempeng Total (ALT) pada rumput laut
yaitu 1,9 x 104 kol/gram dan pada air laut yaitu 1.8 x 105 kol/gram. Dan untuk jumlah
koloni terendah dengan hasil daei ALT pada rumput laut yaitu 1.3 x 104 kol/gram.
Di Desa Dungke
Jumlah koloni tertinggi pada rumput laut yaitu 2,6 x 106 kol/gram. Dan jumlah koloni
terendah yaitu 3,2 x 105 kol/gram. Sedangkan pada air laut TBUD (tidak bisa untuk
dihitung) karena jumlah koloni kuman lebih dari ±350.
Di Desa Aengdalah Kecamatan Bluto
Jumlah koloni tertinggi pada rumput laut yaitu 1,4 x 107 kol/gram, dan jumlah koloni
terendah yaitu 1,9 x 104 kol/gram.

Hasil data perhitungan total koloni yang diperoleh antara 2,0 x 103 – 3,0 x 103 kol/gram.
Kemudian total koloni tertinggi diperoleh sebesar 3,0 x 103 kol/gram. Teurupun, et. al
2013).
Hasil perhitungan AlT sesuai dengan hasil perhitungan pada sampel air laut dan rumput
laut yang terjangkit ice-ice yang berada pada masing-masing lokasi sebesar 1,3 x 104 –
1,4 x 107 kol/gram.
Sedangkan pada sampel air laut nilai ALT tertingi antara kisaran 1,8 x 105 – 2,5 x 106
kol/gram pada masing-masing lokasi.

Ada beberapa jumlah koloni TBUD diakibatkan angka kuman lebih dari ±350
koloni/jumlah koloni bakteri. Ada juga beberapajumlah koloni yang sama antararumpul
laut dan air laut di Desa Saronggi yaitu 1,8 x 105kol/gram. Pada lokasi Bluto jumlah
koloni pada rumput laut lebih banyak daripada jumlah koloni dari air laut. Angka nilai
pada rumput laut yaitu1,4 x 107 kol/gram. Dan untuk angka nilai air laut 2,2 x 105
kol/gram.
Pada Desa Dungku nilai ALT pada air laut yaitu TBUD. Sedangkan nilai angka rumput
laut dengan nilai terendah yaitu 3,2 x 105 kol/gram. Pada Desa Saronggi dan Bluto angka
nilai jumlah koloni pada air laut lebih tinggi daripada rumput laut.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Irianto (2003) yang menjelaskan bahwa hal ini
dapat terjadi dikarenakan adanya kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan pada dinding
intestinum. Sehingga adanya aktifitas kompetisi dan penekanan pada mikroorganisme
yang disebabkan bakteri memiliki sifat antagonis terhadap yang berada didalam perairan
dengan menghasilkan suatu enzim protease.

JURNAL 2 (SKRIPSI). Model Perhitungan Kapasitansi Sel Aspergillus niger dengan


Menggunakan Metode Kapasitor dan Pararel

1. Pengertian Jamur
Jamur (fungi) adalah mikroorganisme yang tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel
tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulose, dan bereproduksi dengan
seksual atau aseksual (Indrawati Ganjar, Robert A. dkk, 1999). Jamur dapat ditemukan
pada aneka substrat darat, air, maupun udara. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis,
tumbuh sebagai saprofit atau parasite pada tanaman, hewan, dan manusia.
2. Metode kamar hitung (Counting Chamber)
Metode ini dilakukan pengamatan langsung dengan menggunakan mikroskop, alat bantu
yang digunakan adalah kamar hitung Improved Neubauer, alat ini terbuat dari gelas dan
pada ruang penghitung terdapat 9 kotak, masing-masing berukuran 1mm2 kotak dibagian
tengah terbagi menjadi 25 kotak besar yang masing-masing terbagi menjadi 16 kotak
kecil. Sehingga jumlah kotak kecil dalam kotak bagian tengah ada 400 buah.
3. Metode penelitian
Data yang didapatkan adalah hasil dari ekperimen yang telah dilakukan sebelumnya.
Untuk perhitungan jumlah sel, diperlukan data hasil perhitungan sel dengan metode
kamar hitung. Berikut adalah data hasil perhotungan sel dengan menggunakan kapasitor.
Proses :
1. Suspensi bakteri yang akan dihitung, akan diteteskan pada kamar hitung.
2. Suspensi bakteri terlalu padat maka dilakukan beberapa pengenceran secukupnya,
3. Penghitungan dilakukan secara langsung pada kotak-kotak dengan menggunakan
mikroskop.
4. Rumus jumlah bakteri tiap millimeter larutan suspensi dapat dikirakan jumlah bakteri
yang ada pada kotak-kotak, yaitu dengan rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑜𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
x jumlah larutan induk
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

Jumlah spora yang terhitung dapat dilihat langsung pada mikroskop, dan langsung
dihitung jumlahnya, sedangkan untuk volume kamar yang digunakan bisa bervariasi.
4. Hasil dan Pembahasan
Dibawah ini adalah contoh pengambilan data jumlah spora yang terdapat dalam suatu
suspense. Dapat dilihat pada gambar (4.1) spora yang terhitung ditunjukkan oleh tanda
panah berwarna biru.

a. Metode Langsung
Untuk pengenceran dilakukan hanya dengan dua kali pengenceran yaitu 10-1 dan 10-2.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ekperimen dapat dibuat skema seperti gambar
(4.2).
9 8 7 9 6
10 3 5 2 1
2 8 0 11 3
8 7 6 9 9
7 2 5 6 6

Gambar 4.2 sebaran jumlah spora yang terlihat pada kotak kamar hitung pada pengenceran 10 -1

Dari skema diatas, dapat dihitung bahwa jumlah spora yang total adalah sebanyak 149
buah, dan kamar yang digunakan adalah kamar berwarna kuning dengan luas 0,04mm2
dan volume 0,004mm3. Dengan menggunakan prinsip perhitungan pada kamar hitung
yaitu,
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑜𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
x jumlah larutan induk
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

Maka akan diperkirakan jumlah spora yang ada dalam kamar hitung sebanyak 1,49 x 106
per millimeter, dan perkiraan jumlah spora yang terdapat dalam 100ml larutan sebanyak
1,49 x 108.
Untuk pengenceran 10-2 hasil yang didapatkan yaitu:
3 1 2 0 4
0 0 2 0 0
3 0 1 1 0
0 0 3 3 0
0 0 0 0 3

Gambar 4.3 sebaran jumlah spora pada pengenceran 10-2

Spora totalnya adalah sebanyak 23 buah. Dengan menggunakan metode kamar gitung
maka dalam tiap millimeter larutannya terdapat 2,3 x 105 buah spora dan dalam 100
milimeter larutannya erdapat 2,3 x 107 buah spora.
Dari hasil data diatas dapat digunakan untuk memprediksi besar nilai kapasitansi per
selnya. Kemudian pada larutan suspensii yang berisi spora dimasukna kedalam kapasitor
sebanyak 100 ml, kemudian kapasitor akan dihitung nilai kapasitansinya menggunakan
kapasitometerm dan hasil yang didapatkan adalah sebesar 8,95 μF untuk penegnceran
10-1 dan 8,3 μF untuk pengenceran 10-2. Nilai tersebut merupakan nilai kapasitansi total,
yaitu gabungan antara nilai kapasitansi total sel dan kapasitansi aquades sebagai
mediumnya. Maka menurut persamaan untuk mendapatkan nilai kapasitansi total sel,
perlu dikurangi nilai kapasotansi aquades sebesar 4,12 μF, dan didapatkan nilai
kapasitansi sel totat (CTS) sebesar 4,83 μF untuk pengenceran 10-1 dan 4,18 μF untuk
pengenceran 10-2. Dari metode ini kta mendapatkan 2 buah nilai, yaitu nilai kapasitansi
tital sel dan jumlah sel dalam larutan.
CT = Caq + .CTs
Metode kertas saring
Untuk pengenceran yang dilakukkan tetap sama namun volume penegnceran dikurangi
menjadi 10mm
Hasilnya data yang didapat adalah:
7 4 2 2 3
7 5 4 2 4
6 3 3 5 1
4 9 3 6 7
6 0 4 1 3

Gambar 4.4 sebaran jumlah spora (metode kertas saring) pada pengengeceran 10 -1
Jumlah spora totalnya adlah sebanyak 101 buah. Dengan menggunakan metode
perhitungan kamar hitummh maka daalam tiap millimeter larutannya terdapat 1,01 x 106
buah spora dan dalam 10 milimeter larutannya terdapat 1,01 x 107 buah spora.
Sedangkan untuk pengenceran 10-2 yaitu:
0 2 0 0 0
0 0 0 1 0
3 0 0 2 0
1 2 1 0 1
2 0 2 2 0

Gambar 4.5 sebaran jumlah spora (metode kertas saring) pada pengenceran 10 -2
Jumlah spora total adalah sebanyak 19 buah. Dengan menggunakan metode perhitungan
kamar hitung maka dalam tiap millimeter larutannya terdapat 1,9 x 105 buah spora dan
dalam 10 milimeter larutannya terdapat 1,9 x 106 buah spora.
Setelah mendapatkan hasil, selanjutnya suspense yang berisi 10mm aquades + spora
tersebut akan dituangkan ke kertas saring dan akan dihitung nilai kapasitansinya.
Rumus persamaannya adalah :
CT = CKS + Caq + .CTs
Nilai kapasitansi totalnya yaitu 5,8 μF untuk pengenceran 10-1 dan 5,23 μF untuk
pengenceran 10-2 nilai ini setelah dikurangi nilai kapasitansi aquades + nilai kapasitansi
kertas saring. Prosedur selanjutnya yaitu mencari kombinasi untuk mempredikisi susunan
sel dalam materi dielektrik untuk setiap pengenceran yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai