Anda di halaman 1dari 9

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan November 2019 sampai

Februari 2020. Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Pengamatan

Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) yang terletak di Desa Kauman

Wijirejo, Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan adalah alat penghancur (blender), saringan,

autoklaf, plastik, nampan, bak semai, mikroskop, hemocytometer, shaker,

kaca pembesar, gelas ukur, timbangan analitik, meteran, polybag, alat

tulis, sungkup yang berukuran lebar 40 cm , panjang 40 cm dan tinggi 120

cm, hand sprayer, spidol, label nama, ember, kasa nilon, shading net.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih padi varietas

Cciherang, jamur B. bassiana, alkohol, media PDA, kaolin, beras, air,

tanah sawah, imago L. acuta, aquadest , Urea, SP-36, KCl dan pupuk

kandang sapi,

23
24

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunaakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) fakctorial

+ perlakuan tambahan (kontrol) (tanpa aplikasi B. bassiana). Faktor yang

pertama adalah umur biakan cendawan B. bassiana (U1 = 2 minggu, U2= 5

minggu, U3= 8 minggu) dan faktor yang ke-dua yaitu konsentrasi B. bassiana

(K1= 20 g/L, K2= 30 g/L) . Dengan demikian banyaknya perlakuan yang

diujikan ada sebanyak 3 x 2 + 1 = 7 kombinasi perlakuan dan diulang

sebanyak tiga kali sehingga jumlah seluruhnya sebanyak 7 x 3 = 21 unit

percobaan. Setiap unit percobaan terdapat 3 tanaman, sehingga total tanaman

yang diperlukan 21 x 3 = 63 tanaman.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persemaian

Benih padi Cciherang di rendam selama 1 jam menggunakan PGPR

konsentrasi 10 mL/L air, kemudian tanah yang telah diberi pupuk kandang

sapi (perbandingan 1:1) dimasukkan ke dalam bak semai yang berukuran

panjang 60 cm dan lebar 30 cm. Benih padi kemudian di sebar secara

merata di bak semai dan dilakukan perawatan dan penyiraman setiap hari.

Setelah 21 hari bibit padi siap dipindah tanam di polybag yang diletakkan

di greenhouse.

2. Persiapan Media Tanam

Menyiapkan tanah sawah yang dicampur dengan pupuk kandang sapi

dengan perbandingan 1:1 lalu ditambahkan air hingga menjadi lumpur

kemudian dimasukkan ke dalam polybag yang berdiameter 25 cm dengan


25

tinggi 30 cm. Kemudian Polybag di tata di dalam greenhouse, jarak antar

polybag 40 cm. Setiap polybag diisi media tanam sebanyak ¾ bagian.

3. Pembuatan sungkup

Pembuatan sungkup sebagai upaya dalam menjaga imago walang

sangit yang telah diinfestasikan tidak terganggu oleh keadaan lingkungan

sekitar, seperti parasitoid dan predator. Sungkup yang digunakan

berbentuk persegi dengan tinggi 120 cm, panjang? dan lebar 40 cm.

Kerangka sungkup dibangun menggunakan material bambu yang diberi

shading net yang berventilasi kasa nilon pada bagian sisi kiri dan kanan

untuk tempat aplikasi. Setiap satu sungkup digunakan untuk satu unit

percobaan.

4. Penanaman dan Pemeliharaan

Penanaman bibit tanaman padi dapat dilakukan ketika bibit berumur

21 hari atau mempunyai 3-4 helai daun dan siap untuk dipindahkan ke

polybag. Benih padi ditanam masing-masing 3 batang setiap polybag.

Untuk meningkatkan kesuburan tanaman dilakukan penyiraman setiap hari

dan pada saat padi berumur 30 HST diberi pupuk Urea sebanyak 0,69

g/polybag dan SP-36 0,36 g/polybag serta KCl sebanyak 0,45 g/polybag

(Habibullah et.al, 2015). Penanaman dilakukan pada sore hari untuk

menghindari stres.

5. Pembiakan B.bassiana

Cendawan Jamur B. bassiana diperoleh LPHPT, Bantul, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Cendawan Jamur B. bassiana dibiakkan pada media


26

beras yang dibungkus dalam kantong plastik yang telah disterilisasi dengan

autoklaf pada suhu 121⁰C selama ± 20 menit. Setelah didinginkan selama

24 jam, media beras diinokulasi dengan konidia B. bassiana dan

diinkubasikan selama 14 hari, 35 hari dan 56 hari pada suhu 23-25⁰C.

Konidia dalam beras kemudian dicampur dengan bubuk kaolin dengan

perbandingan 500 gram g konidia dalam beras dicampur dengan 1000 gram

g bubuk kaolin. Panen dilakukan dengan cara mengayak media beras untuk

melepaskan konidia kering yang menempel pada butiran beras. Adonan

dikering anginkan dengan cara dituangkan setipis mungkin ke dalam

nampan plastik (40 cm x 30 cm x 5 cm) dan dibiarkan mengering selama 7

hari pada suhu ruang. Konsentrasi konidia per gram formula B. bassiana

dihitung dengan alat haemocytometer dan mikroskop, kemudian formula

disimpan pada suhu 5-10⁰C (Indrayani et al., 2013).

6. Pengadaan Walang Sangit

Walang sangit hasil eksplorasi dari lapangan, dipelihara dengan pakan

tanaman padi yang sudah masak susu umur 65 hari setelah tanaman. Imago

yang diperoleh dari lapangan dimasukan ke dalam kurungan/sungkup

tanaman padi yang telah matang susu satu minggu sebelum diberi perlakuan

agar imago walang sangit dapat beradaptasi. Serangga uji yang digunakan

adalah walang sangit stadia imago, dipilih yang sehat dengan ciri-ciri aktif

bergerak, sehat, dan tidak ada kecacatan (Waisanjani, 2011). Walang sangit

yang diperlukan berjumlah 10 ekor setiap percobaan sehingga terdapat 10 x

63 = 630 ekor total walang sangit.


27
28

7. Pengujian Lapangan

Sebelum melakukan aplikasi dilakukan terlebih dahulu menghitung

kebutuhan volume semprot untuk setiap perlakuannya. Volume semprot ini

didapatkan dengan cara menghitung dosis untuk setiap tanamannya sesuai di

lapangan. Dosis anjuran yang tertera di kemasan produk Beauveria

bassiana yaitu 2 g/L atau 28 g/tangki semprot yang memiliki volume 14

liter. Untuk luas lahan 1 ha membutuhkan 500 L sehingga jumlah B.

bassiana yang dibutuhkan 1000 gram. Dalam 1 ha dengan jarak tanam 25

cm x 25 cm diperoleh jumlah lubang tanam 160.000, sehingga setiap lubang

tanam mendapatkan 3,2 mL/tanaman. Cendawan Jamur B. bassiana yang

sudah dibentuk formula kering ditimbang sesuai dengan perlakuan

kemudian dilarutkan dalam 1 liter air sehingga didapatkan suspensi yang

dimasukkan ke dalam hand sprayer. Penyemprotan B. bassiana dilakukan

pada saat tanaman padi matang susu dan 7 hari setelah imago walang sangit

ditempatkan dalam sungkup. Penyemprotan Aplikasi dilakukan dengan

menyemprotkan suspense keseluruhan bagian tanaman padi yang berada

dalam kurungan serangga sesuai perlakuan. Aplikasi dilakukan pada waktu

sore hari dengan frekuensi semprot setiap tiga hari sekali.

E. Parameter Pengamatan

1. Kerapatan konidia

Pengamatan konsentrasi konidia per gram formula B. bassiana

dihitung dengan alat haemocytometer dan mikroskop. Pengamatan


29

dilakukan setiap pada 2 minggu, 5 minggu dan 8 minggu setelah inokulasi

sesuai dengan perlakuan yang diuji. Pengamatan dan penghitungan spora

yang berada di menggunakan alat haemocytometer di bawah menggunakan

alat mikroskop dengan pembesaran 400x. Menurut Gabriel dan Riyatno

(1989tahun?) dalam Hastuti et,al, (2017) rumus perhitungan kerapatan

konidia sebagai berikut :

S= x
X 103
Lxtxd

Keterangan :

K : Kerapatan konidium/ml

x : Rerata jumlah konidium pada kotak penghitungan (a, b,

c, d, dan e)

L : Luas kotak hitung (0,04 mm2)

t : Kedalaman bidang hitung 0,1 mm

d : Faktor pengenceran

103 : Volume suspensie yang dihitung

2. Viabilitas Spora

Viabilitas adalah kemampuan daya kecambah yang dimiliki jamur

cendawan B.bassiana untuk memperbanyak diri. Spora yang

berkecambah ditandai dengan tumbuhnya hifa pada spora cendawan

jamur. Perhitungan dilakukan setelah larutan diteteskan di atas gelas

preparat yang kemudian didiamkan selama 8-10 jam agar pertumbuhan

hifa terlihat lebih jelas. Adapun rumus perhitungannya yaitu :


30

Viabilitas : Jumlah spora berkecambah


x 100%
Total spora yang diamati

3. Persentase Mortalitas harian walang sangit (%)

Pengamatan ini dilakukan dengan mengamati dan menghitung

jumlah walang sangit yang mati setiap selang waktu 24 jam selama 7 hari

setelah aplikasi dalam setiap aplikasi. Menurut Natawigena (1993)

Mortalitas harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

MH = x – y
x 100%
x

Keterangan:

MH = Mortalitas harian imago walang sangit

x = Jumlah populasi imago walang sangit yang diuji.

y = Jumlah populasi imago walang sangit yang masih hidup

4. Waktu kematian lethal time 50 (LT50)

Lethal time 50 (LT50) adalah pengujian waktu dalam hari yang

diperlukan untuk mematikan 50% imago walang sangit. Pengamatan

dilakukan setiap hari dengan cara menghitung waktu yang dibutuhkan dari

perlakuan yang ada untuk mematikan 50% walangsangit kemudian

dianalisis dalam SPSS dimana data akan diregresi dalam nilai probit.

5. Kerusakan bulir padi (%)

Serangan walang sangit pada fase kritis yaitu pada fase pembungaan

dan masak susu menentukan kerusakan bulir padi saat panen. Hasil panen

padi dipisahkan menjadi 2 kelompok yaitu yang sehat dengan dan yang
31

rusak oleh hama. Bulir yang mengalami kerusakan kemudian dihitung

jumlahnya untuk mengetahui persentase bulir padi rusak terhadap bulir

total tiap rumpun tanaman. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

6. Bobot gabah per rumpun (kg)

Hasil panen tiap rumpun ditimbang menggunakan timbangan

analitik.

F. Analisa Data

Data dianalisis keragamannya menggunakan Sidik Ragam atau Analysis

of Variance (ANOVA) pada taraf α = 5%. Apabila ada pengaruh nyata

perlakuan terhadap parameter yang diamati maka dilanjutkanbeda nyata antar

rerata perlakuan maka dilanjutkan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan

(DMRT) pada taraf 5%. Antara perlakuan dengan Kcontrol diuji lanjut

menggunakan Uji Beda CKontrast Orthogonal taraf α = 5 %.

Anda mungkin juga menyukai