Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN HUTAN

ACARA 1
PERHITUNGAN JUMLAH SEL BAKTERI DAN
SPORA

LAPORAN PRAKTIKUM

OLEH :
KELOMPOK 1
ALIEFIA SHATILA DIVA KHAIRUNNISA
C1L021001

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2023

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum ini disusun oleh :

Nama : Aliefia Shatila Diva Khairunnisa

NIM : C1L021001

Kelompok : 1 (Satu)

Kelas :A

Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam kegiatan praktikum mata kuliah
Perlindungan dan Kesehatan Hutan.

Mataram, 16 Mei 2023

Menyetujui,

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Khairunl Fikri, S. Hut Diva Balqis Syadina Sabathini


NIM. C1L020034

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

DAFTAR TABEL...................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5

1.1 Latar Belakang...............................................................................................5

1.2 Tujuan.............................................................................................................6

BAB II METODE PENELITIAN.........................................................................7

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................7

2.2 Alat dan Bahan Penelitian..............................................................................7

2.2.1 Alat Penelitian..........................................................................................7

2.2.2 Bahan Penelitian......................................................................................7

2.3 Prosedur Kerja................................................................................................7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................9

3.1 Hasil................................................................................................................9

3.1.1 Tabel Perhitungan....................................................................................9

3.1.2 Analisis Data Kerapatan Sel....................................................................9

3.2 Pembahasan....................................................................................................9

BAB IV KESIMPULAN......................................................................................11

4.1 Kesimpulan...................................................................................................11

4.2 Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Perhitungan Sel melalui Hemasitometer..........................................9

4
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan
dasar untuk melindungi tanaman dari serangan hama. Salah satu kebijakan
tersebut terdapat dalam UU No. 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya
tanaman dan peraturan pemerintah No. 6 tahun 1995 tentang perlindungan
tanaman. Kebijakan ini menekankan pentingnya pengendalian hama terpadu
(PHT) sebagai metode utama untuk melindungi tanaman, dengan
pengendalian hayati sebagai komponen yang sangat penting. Metode
pengendalian hayati menggunakan mikroorganisme yang sangat spesifik untuk
serangga inang, yang aman bagi manusia dan lingkungan, walaupun tidak
secepat penggunaan pestisida kimia. Namun, metode ini dianggap lebih
berkelanjutan dalam jangka panjang (Ginting et al., 2019).
Sengon (Falcataria moluccana) merupakan salah satu tanaman hutan
yang banyak dikembangkan di Indonesia untuk keperluan hutan tanaman
industri. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Fabaceae dan dapat tumbuh
dengan luas yang cukup besar. Sengon biasanya ditanam secara monokultur
untuk menghasilkan kayu yang cepat tumbuh dan dapat digunakan dalam
pembuatan berbagai produk seperti kertas, ploywood, dan mebel. Selain
memiliki manfaat ekonomi, sengon juga memiliki nilai ekologis sebagai
penyedia tanah terbuka bagi tanaman lain dan sebagai habitat bagi satwa liar.
sengon akan menjadi semakin penting bagi industri perkayuan di masa depan
karena permintaan ekspor kayu semakin meningkat dan kebutuhan di dalam
negeri belum sepenuhnya terpenuhi (Krisnawati et al,. 2011).
Petani sengon seringkali menghadapi masalah penyakit karat puru
yang dapat menyebabkan kematian bibit dan pohon sengon. Jika tidak dikelola
dengan tepat, penyakit ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem
dan menurunkan produktivitas serta kualitas kayu. Oleh karena itu,
penanganan penyakit karat puru perlu dilakukan secara serius. (Anggraeni dan
Lelana, 2011). Menurut Anggraeni et al,. (2010), Penyakit karat puru pada

5
sengon disebabkan oleh cendawan Uromycladium tepperianum Sacc. yang
termasuk dalam keluarga Pileolariaceae. Cendawan ini hanya mampu
menginfeksi jaringan tanaman yang masih muda.
Menghitung kerapatan spora merupakan langkah penting dalam
penelitian yang berkaitan dengan mikroorganisme seperti jamur. Dengan
menghitung kerapatan spora U. falcataria, kita dapat mengetahui jumlah spora
yang ada dalam suatu area tertentu. Informasi ini dapat digunakan untuk
menghitung dosis yang diperlukan untuk mengendalikan penyakit secara
efektif.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kerapatan spora
pada U. falcataria dengan menggunakan hemsitometer serta mengetahui
jumlah kerapatan spora yang optimal digunakan untuk inokulasi kepada bibit
tanaman sengon (Falcataria moluccana).

6
BAB II METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada 11 Mei 2023 yang berlokasi di Laboratorium
Teknologi Hasil Hutan dan Silvikultur Gedung G Program Studi Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

2.2 Alat dan Bahan Penelitian


2.2.1 Alat Penelitian
Adapun Alat yang digunakan pada penelitian ini, sebagai berikut :

1. Hemasitometer
2. Mikroskop
3. Kamera
4. Alat tulis
5. Tallysheet

2.2.2 Bahan Penelitian


Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah faktor pengencer
dan sel spora dari U. falcataria.

2.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini :

1. Isolat U. falcataria yang diperoleh dari Laboratorium lalu di inkubasi


minimal 5 hari sampai tumbuh dengan sempurna.
2. Hasil inkubasi kemudian diinokulasikan ke media padatan beras
sebanyak 5 ulangan, setelah itu diinkubasi minimal 5 hari sampai
tumbuh dengan sempurna.
3. Hasil inkubasi pada media padatan beras kemudian di blender dengan
ditambahkan air sebanyak 1000 mL dan dimasukkan ke drum plastik
berukuran 200 L yang sudah berisi 3 kali rebusan air kentang, setelah
itu di fermentasi menggunakan alat fermentor selama minimal 7 hari.
4. Sampel cendawan U. falcataria diambil dari hasil fermentasi dengan
menggunakan alat fermentor, kemudian disiapkan aquades steril

7
sebanyak 9 ml di tabung reaksi kosong setelah itu diambil sampel U.
falcataria sebanyak 1 ml menggunakan suntikan kemudian
dihomogenkan ke tabung reaksi yang berisi aquades steril dengan cara
disuntikkan secara cepat berulang kali sampai tercampur dengan
merata.
5. Dihitung kerapatan spora dengan hemasitometer, langkah awal yaitu
dibersihkan hemasitometer dengan aquades lalu ditutup dengan cover
glass, setelah itu diteteskan hasil pengenceran di bidang hitung
hemasitometer melalui celah di bagian kanan dan kiri cover glass
hingga bidang hitung terisi penuh, tunggu selama 1 menit agar posisi
stabil, kemudian diamati menggunakan mikroskop binokuler dengan
perbesaran 400×. Setelah terlihat jelas sporanya, maka dilakukan
perhitungan jumlah spora,
Adapun data kerapatan spora dianalisis menggunakan rumus
Gabriel dan Riyanto (1989) sebagai berikut:
t ×d
C= × 106
n ×0,25
Dimana:
C = kerapatan spora per ml larutan.
t = jumlah total spora dalam kotak sampel yang diamati.
n = jumlah kotak sampel (5 kotak besar × 16 kotak kecil).
0,25 = faktor koreksi penggunaan kotak sampel skala kecil pada
haemocytometer.
d = faktor pengenceran bila harus diencerkan (d=1 berarti
tidak diencerkan; d=10 berarti diencerkan 1:10)

8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Perhitungan
Bidang Kotak Kotak Kotak Kotak Kotak Jumlah
Hitung Ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5
Plot 1 5 14 14 5 10 48
Plot 2 5 5 10 12 14 46
Rata - rata 94
Tabel 1. Hasil Perhitungan Sel melalui Hemasitometer

3.1.2 Analisis Data Kerapatan Sel


Adapun perhitungan kerapatan sel dan spora menggunakan rumus metode
A, berikut merupakan hasil perhitungan kerapatan sel spora dari kedua plot :

 Plot 1
t ×d 6
C= × 10
n ×0,25
48 ×1 6
= × 10
80 ×0,25
= 2.400.000 sel/ml
 Plot 2
t ×d 6
C= × 10
n ×0,25
46 ×1 6
= × 10
80 ×0,25
= 2.300.000 sel/ml

3.2 Pembahasan

Objek pengamatan adalah jamur U.falcatariae yang merupakan patogen


penyebab penyakit karat tumor pada tanaman sengon. Perhitungan jumlah dan
kerapatan sel dilakuakn dengan menggunakan dua jenis plot, pada plot 1 didapat
jumlah keseluruhan sel sebanyak 48 sel sedangkan pada plot 2 didapatkan data sel

9
sebanyak 46 sel. Setelah melalui pengolahan data menggunakan rumus metode A
untuk menemukan hasil kerapatan sel yang ada, maka didapatkan hasil kerapatan
sel pada plot 1 adalah sebesar 2,4x106 dan pada plot 2 sebesar 2,3x106.

Sel spora ini adalah bahan inokulasi yang akan disuntikkan kepada bibit tanaman
sengon berumur dua bulan untuk menguji virulensi atau kemampuan spora dalam
menginfeksi tanaman sengon. Rahayu et al., (2010) menyatakan bahwa, kerapatan
minimum dari spora yang dapat diinokulasikan ke dalam bibit sengon adalah sebesar 10 6.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa hasil pengukuran sel spora U. falcataria yang
kami peroleh menunjukkan bahwa spora tersebut memiliki kerapatan yang sudah
sesuai untuk dapat dilakukan inokulasi terhadap bibit sengon (F. moluccana)
karena telah mencapai jumlah minimum kerapatan spora yang mampu
menginokulasi bibit sengon.

10
BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Objek pengamatan kali ini adalah jamur U.falcatariae yang merupakan


patogen penyebab penyakit karat tumor pada tanaman sengon. Setelah melalui
pengolahan data menggunakan rumus metode A untuk menemukan hasil
kerapatan sel yang ada, maka didapatkan hasil kerapatan sel pada plot 1 adalah
sebesar 2,4x106 dan pada plot 2 sebesar 2,3x106.

Rahayu et al., (2010) menyatakan bahwa, kerapatan minimum dari spora yang
dapat diinokulasikan ke dalam bibit sengon adalah sebesar 10 6. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa hasil pengukuran sel spora U. falcataria yang kami peroleh
menunjukkan bahwa spora tersebut memiliki kerapatan yang sudah sesuai untuk
dapat dilakukan inokulasi terhadap bibit sengon (F. moluccana) karena telah
mencapai jumlah minimum kerapatan spora yang mampu menginokulasi bibit
sengon.

4.2 Saran

Dalam melakukan perhitungan pada hemasitometer diperlukan ketelitian


yang tinggi, pastikan melakukan perhitungan dengan cermat dan teliti agar hasil
yang didapatkan juga sesuai. Selalu ikuti petunjuk dan aturan yang telah
disediakan agar tidak adanya kekeliruan dalam pengolahan data.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Illa., Dendang., & N. E. Lelana. 2010. Pengendalian Penyakit Karat


Tumor (Uromycladium tepperianum (Sacc.) Mc. Alpin) pada
Sengon(Paraserianthes moluccana (Miq.) Barneby & JW Grimes) di
Panjalu Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman. 7(5): 273-278.

Anggraeni, Illa., & N. E. Lelana. 2011. Penyakit Karat Tumor pada Sengon.
Jakarta: Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan

Fiona Azzahro, T. S. H. Y. B., 2020. PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT


PURU PADA BIBIT SENGON (Falcataria moluccana) DENGAN
PRIMING BENIH DAN FUNGISIDA NABATI DAUN MINDI (Melia
azedarach). Journal of Research and Technology, 6(1), pp. 1-9.

Gabriel, B.P., dan Riyanto. 1989. Metarhizium anisopliae (Metch) Sor:


Taksonomi, Patologi, Produksi, dan Aplikasinya. Proyek Pengembangan
Perlindungan Tanaman Perkebunan. Direktorat Perlindungan Tanaman
Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 25 hal.

Ginting, S., Santoso, T., Munara, Y., Anwar, R., & Sudirman, L. (2019).
"Patogenisitas Cendawan Lecanicillium Sp. Ptn01 Terhadap Penggerek
Tongkol Jagung Helicoverpa Armigera (Hubner) (Lepidoptera:
Noctuidae)". Berita Biologi, 18(1).
Krisnawati, H., Varis, E., Kaliio, & Kanninen,M. 2011.
Paraserianthesfalcataria(L.), Nielsen. Ecology, Silviculture and
Productivity. Bogor: Center for International
ForestryResearch(CIFOR)

Rahayu, S., Lee, S. S., & N.A. Shukor. 2010. Uromycladium tepperianum, the
Gall Rust Fungus from Falcataria moluccana in Malaysia and Indonesia.
Mycoscience. 51:149-153.

12
13

Anda mungkin juga menyukai