Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TERSTRUKTUR TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN ASPEK HPT PADA TANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris)

OLEH KRISTYAPHINE AMBARITA KARUNIA PRATAMA P. 125040200111191 125040201111001

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2013

I.

PENDAHULUAN

Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat. Tanaman ini berasal Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara baik di daerah tropis maupun subtropis, seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Tanaman semangka bersifat semusim, tergolong cepat berproduksi karena umurnya hanya sampai 6 bulan. Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayurmayur. Biji semangka bisa diolah menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukai masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar seperti buah mentimun atau jenis labu-labuan lainnya. Pada budidaya tanaman semangka tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit yang dapat menyerang bagian-bagian dari tanaman semangka. Untuk itulah dibutuhkan pengamatan yang rutin agar dapat mencegah serangan hama atau penyakit atau jika sudah diserang dapat memberikan penanganan yang tepat terhadap hama dan penyakit tersebut.

II.

HASIL dan PEMBAHASAN

2.1

Binatang yang Ditemukan di Lahan dengan Statusnya Kumbang Kubah Spot M (musuh alami) Kingdom : Animalia Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Coccinelidae : Menochilus : Menochilus sexmaculatus (Lilies, dkk., 2004)

Bekicot (hama) Kingdom : Animalia Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Mollusca : Gastropoda : Pulmonata : Achatinidae : Achatina : Achatina fulica (Pracaya, 2003)

Belalang Sembah (musuh alami) Kingdom : Animalia Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda : Insecta : Orthoptera : Mantidae : Stagmomantis : Stagmomantis carolina (Lilies, dkk., 2004)

Ulat Grayak (hama) Kingdom : Animalia Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae : Spodoptera : Spodoptera litura (Arifin, 1992)

2.2

Hasil Perhitungan Intensitas Penyakit Tan. 6 Tan.7 Tan. 8 Tan. 9 Tan. 10 Tan. 1 Tan. 2 Tan. 3 Tan. 4 Tan. 5 Dengan Skala Deskriptif/ Skor Penyakit IP = Ket. : n = jumlah daun tiap kategori tanaman v = skala tiap kategori serangan Z = nilai skala dari kategori serangan tertinggi N = jumlah daun yang diamati Minggu 1 (24 Oktober 2013) o Tanaman 7 (sampel 1) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 7/4x9 x 100% = 19,4 % o Tanaman 2 (sampel 2) Ada 6 daun, tidak terlihat adanya serangan penyakit Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 6 0 2 1 0 nxv 0 0 4 3 0

o Tanaman 9 (sampel 3) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 10/4x7 x 100% = 35,71 % o Tanaman 10 (sampel 4) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 0 16 1 2 0 nxv 0 16 2 6 0 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 0 5 1 1 0 nxv 0 5 2 3 0

IP = = 24/4x19 x 100% = 31,58 % o Tanaman 5 (sampel 5) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 22/4x14 x 100% = 39,29 % Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 0 9 3 1 1 nxv 0 9 6 3 4

Minggu 2 (28 Oktober 2013) o Tanaman 7 (sampel 1) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 7/4x19 x 100% = 9,21 % o Tanaman 2 (sampel 2) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 1/4x10 x 100% = 2,5 % o Tanaman 9 (sampel 3) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 7/4x14 x 100% = 12,5 % Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 9 3 2 0 0 nxv 0 3 4 0 0 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 9 1 0 0 0 nxv 0 1 0 0 0 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 16 1 0 2 0 nxv 0 1 0 6 0

o Tanaman 10 (sampel 4) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 3/4x12 x 100% = 6,25 % o Tanaman 5 (sampel 5) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 9/4x28 x 100% = 8,04 % Minggu 3 (05 November 2013) o Tanaman 7 (sampel 1) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 16 2 2 2 0 nxv 0 2 4 6 0 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 25 0 0 3 0 nxv 0 0 0 9 0 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 10 1 1 0 0 nxv 0 1 2 0 0

IP = = 12/4x22 x 100% = 13,64 % o Tanaman 2 (sampel 2) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 6/4x13 x 100% = 11,54 % o Tanaman 9 (sampel 3) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 10/4x17 x 100% = 14,71 % o Tanaman 10 (sampel 4) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 10 3 1 1 0 nxv 0 3 2 3 0 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 11 3 2 1 0 nxv 0 3 4 3 0 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 10 1 1 1 0 nxv 0 1 2 3 0

IP = = 8/4x15 x 100% = 13,33 % o Tanaman 5 (sampel 5) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 13/4x31 x 100% = 10,48 % Minggu 4 (11 November 2013) o Tanaman 7 (sampel 1) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 20/4x40 x 100% = 12,5 % o Tanaman 2 (sampel 2) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 41 1 1 3 2 nxv 0 1 2 9 8 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 32 2 2 2 2 nxv 0 2 4 6 8 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 25 2 1 3 0 nxv 0 2 2 9 0

IP = = 20/4x48 x 100% = 10,42 % o Tanaman 9 (sampel 3) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 25/4x52 x 100% = 12,02 % o Tanaman 10 (sampel 4) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% IP = = 26/4x46 x 100% = 14,13 % o Tanaman 5 (sampel 5) Uraian 0% 1-25% 26-50% 51-75% 75-100% Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 29 2 4 3 2 nxv 0 2 8 9 8 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 35 3 4 1 3 nxv 0 3 8 3 12 Skor (v) 0 1 2 3 4 Jlh daun (n) 44 0 2 3 3 nxv 0 0 4 9 12

IP = = 27/4x40 x 100% = 16,88 %

2.3

Identifikasi Penyakit

Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan di lapang dibandingkan dengan literatur, tanaman semangka kami terserang penyakit antraknosa.

2.4

Pembahasan Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang menyerang bagianbagian tanaman budidaya yang dapat menurunkan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas dan secara ekonomis merugikan (Tjahjadi, 2008). Pada budidaya tanaman semangka di lahan yang kami lakukan, ditemukan binatang-binatang yakni bekicot, belalang sembah, kumbang kubah spot M, dan ulat grayak. Bekicot dan ulat grayak diketahui sebagai hama, sedangkan kumbang kubah spot M dan belalang sembah sebagai musuh alami. Bekicot merupakan hama yang memiliki panjang 10-13 cm dan berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan. Binatang ini menyebar ke Indonesia melewati Malaysia antara tahun 1921-1930. Pada siang hari bekicot ini sering istirahat di batang pepaya, pisang dan dinding rumah serta mencari tempat perlindungan di lubang-lubang tanah, sedangkan pada malam hari bekicot akan mencari makanan. Telur bekicot berwarna kuning dengan diameter 5 mm. Biasanya telur terdapat dalam kelompok yang jumlahnya 100-500 butir. Gumpalan telur tersebut diameternya bisa sampai 5 cm.

Telur biasanya terletak di bawah batu, tanaman, atau dalam tanah gembur. Setelah 10-14 hari, telur ini akan menetas. Bekicot banyak merusak tanaman, diantaranya tanaman bunga bakung, bunga dahlia, pepaya, dan tomat. Pada daun dan batang terdapat bekas gigitan. Selain itu, bekicot juga makan tanaman yang telah mati. Pengendalian terhadap hama ini dapat dilakukan secara mekanik yakni menangkap dan mengumpulkan langsung hama ini atau pengendalian secara kimia dengan menggunakan metaldehyde yang dapat mematikan bekicot. Dapat juga dilakukan pengendalian secara biologi, yakni dengan menggunakan musuh alami bekicot seperti predator Gonaxis dan Euglandina, kunang-kunang Lamprophorus dan bakteri Aeomonas liquefacicus (Pracaya, 2003). Namun sepertinya bekicot tidak menyerang tanaman budidaya semangka kami karena tidak ada terlihat gejala serangan dari hama ini. Hama ulat grayak juga kami temukan di areal budidaya. Ngengat ulat grayak berwarna abu-abu dan berukuran panjang sekitar 17 mm. Ngengat betina mampu bertelur hingga 2000 butir, diletakkan secara berkelompok, kemudian menetas menjadi larva. Larva muda berwarna kehijau-hijauan dengan bintik hitam pada setiap ruas perut. Larva yang sudah tua berwarna abu-abu gelap atau cokelat dengan lima garis memanjang pada badannya, berwarna kuning pucat atau kehijau-hijauan. Larva dewasa aktif pada malam hari dan bersembunyi di dalam tanah pada siang hari. Stadium larva rata-rata berlangsung selama 20 hari. Pupa diam di dalam tanah dan berwarna cokelat. Stadium pupa berlangsung sekitar 10 hari. Siklus hidup ulat grayak rata-rata berlangsung selama 32 hari. Serangan larva yang hidup bergerombol menyebabkan daun tanaman berlubang bahkan sampai habis, hanya tinggal tulang daun dan epidermis daun bagian atas. Daun tampak keputih-putihan dan sering kali di bagian bawah daun dijumpai larva muda. Pengendalian terhadap hama ini dilakukan secara kultur teknis, mekanis, dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis yakni dengan cara pergiliran tanam. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan mengumpulkan ulat pada stadium telur dan larva sebelum menjadi dewasa (masih hidup bergerombol) untuk dibunuh. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprotkan

insektisida, seperti Bayrusil 25 EC, Karphos 25 EC atau Sevidan 70 WP (Pitojo, 2004). Hama ini menyerang tanaman semangka budidaya kami karena gejala serangan dari hama ini terlihat pada daun-daun semangka.

Pada areal budidaya juga ditemukan kumbang kubah spot M dan belalang sembah yang diketahui sebagai musuh alami. Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh sekaligus melemahkan serangga hama, sehingga dapat menyebabkan kematian dan mengurangi fase reproduktif dari serangga hama (Pedigo, 2002). Kumbang kubah spot M memiliki tubuh yang beruas-ruas, tubuh terbagi atas kepala dada dan badan belakang, mempunyai antena, mempunyai 3 pasang kaki, mempunyai celisera dan pedipalpi, eksoskeleton keras, tipe mulut menggigit mengunyah, dan mempunyai 2 pasang sayap (Tim Dosen HPT, 2012). Bentuk
imago dari kumbang Coccinelidae berbeda , kumbang betina lebih besar dari kumbang jantan . Menurut Amir (2002), bentuk imago M. sexmaculatus merah coklat muda. Bentuk badan M. sexmaculatus lebih kecil dari C. transversalis. Panjang kumbang M, sexmaculatus 5-6 mm. Siklus hidup antara 60-65 hari. Kumbang ini lebih memilih inangnya dalam bentuk stadia nimpha dibandingkan dengan bentuk imago karena bentuk imagonya merupakan stadia yang aktif sehingga sulit ditangkap. Kumbang kubah spot M biasanya memangsa hama thrips. Belalang sembah memiliki ciri-ciri mempunyai 3 pasang tungkai, mempunyai sepasang antena, tubuh terbagi atas kepala dada dan perut, tipe mulut menggigit mengunyah, dan mempunyai sayap 2 pasang dengan bagian depan lebih tebal (Tim Dosen HPT, 2012). Belalang sembah memakan banyak jenis serangga, termasuk hama-

hama lada seperti pengisap buah lada (Dasynus piperis),hama-hama jambu mete seperti kepik pengisap (Helopeltis) jangkrik, belalang, ulat dan beberapa jenis kutu. Belalang sembah memakan banyak jenis serangga, termasuk hama-hama lada seperti pengisap buah lada (Dasynus piperis),hama-hama jambu mete seperti kepik pengisap(Helopeltis) jangkrik, belalang, ulat dan beberapa jenis kutu. Belalang sembah biasanya menunggu sampai mangsa cukup dekat, dan dia menangkap mangsa dengan gerakan cepat menggunakan kedua kaki

depannya yang dilengkapi duri kecil untuk menusuk mangsanya (Jumar, 1997).
Pada tanaman budidaya semangka juga ditemukan adanya penyakit. Penyakit

adalah suatu proses fisiologi tumbuhan yang abnormal dan merugikan yang disebabkan oleh faktor biotik dan gangguannya terjadi secara berkelanjutan (Sobir dan Siregar, 2010).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan dibandingkan dengan literatur, tanaman semangka kami terserang penyakit antraknosa. Gejala umum antraknosa pada daun ditandai dengan nekrosis atau jaringan mati yang tidak beraturan pada pinggiran daun dimulai dari bagian ujung hingga melebar ke seluruh daun dan terdapat bercak-bercak kuning, cokelat hingga hitam pada daun. Penyebab penyakit ini adalah pemupukan unsur N yang berlebihan menyebabkan antarsel tanaman membesar dan terisi air. Hal ini dapat mengundang Colletotrichum spp. untuk tumbuh, apalagi pada saat musim hujan dengan kelembapan tinggi dan suhu rendah. Spora dari penyakit ini dapat menyebar lewat angin, alat pertanian, dan bertahan dalam sisa tanaman sakit. Cara

penanggulangan penyakit ini dapat secara mekanis, yakni memotong 2 cm dari tempat bercak dan memusnahkan bagian tanaman yang terkena. Penanggulangan secara budidaya dengan menghindari penyiraman dari tajuk dan pemakaian mulsa. Dan penanggulangan secara kimiawi dengan menyemprotkan fungisida berbahan aktif benomil (Tim Trubus, 2008).

III.

PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang menyerang bagianbagian tanaman budidaya yang dapat menurunkan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas dan secara ekonomis merugikan. Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh sekaligus melemahkan serangga hama, sehingga dapat menyebabkan kematian dan mengurangi fase reproduktif dari serangga hama. Penyakit adalah suatu proses fisiologi tumbuhan yang abnormal dan merugikan yang disebabkan oleh faktor biotik dan gangguannya terjadi secara berkelanjutan. Berdasarkan pengamatan pada areal budidaya tanaman semangka kami, ditemukan berbagai binatang yakni bekicot dan ulat grayak yakni sebagai hama, kumbang kubah spot M dan belalang sembah sebagai musuh alami, dan penyakit antraknosa yang menyerang daun-daun semangka.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1992. Bioekologi, serangan, dan pengendalian hama pemakan daun kedelai.hlm. 81-103. Dalam Marwoto, N. Saleh, Sunardi, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang, 8-10 Agustus 1991. Jumar. 1997. Entimologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta Lilies, Christina, dkk. 2004. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius Pedigo, L.P. 2002. Entomology and Pest Management. Hardbound: Prentice Hall Pitojo, Setijo. 2004. Benih Buncis. Yogyakarta: Kanisius Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya Sobir dan Siregar, Firmansyah D. 2010. Budidaya Semangka. Jakarta: Penebar Swadaya Tim Dosen Jurusan HPT. 2012. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Malang: Universitas Brawijaya Tim Trubus. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Trubus Online Tjahjadi, Nur. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai