Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Menghitung Intensitas Kerusakan yang Disebabkan oleh Hama

Myriam Amanda
150510180197
Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2020
INTENSITAS KERUSAKAN TANAMAN OLEH HAMA

Menghitung Intensitas Kerusakan yang Disebabkan oleh Hama

I. Pendahuluan
Tumbuhan tidak terlepas dari serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Salah satu
serangan yang ditimbulkan OPT adalah serangan hama. Hama merupakan organisme yang
dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari oleh manusia. Suatu hewan
juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen
penyebaran penyakit dalam habitat manusia.

Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan
potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan
biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Hewan dapat disebut hama karena
mereka mengganggu tanaman dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus,
walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
Gangguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit.
Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tanaman, tetapi penyakit merusak tanaman dengan
mengganggu proses(Mugnisjah, 1995)

Langkah preventif yang dilakukan dengan mengacu pada konsep Pengendalian Hama
Terpadu atau biasa disebut sebagai PHT. PHT adalah cara pendekatan atau cara berpikir
tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang
berwawasan lingkungan berkelanjutan
Kerusakan mutlak adalah kerusakan yang terjadi secara permanen/keseluruhan pada tanaman
bagian tanaman yang akan dipanen, misalnya kematian seluruh jaringan tanaman dan layu.
Sedangkan, kerusakan yang dianggap mutlak seperti terjadinya busuk, rusaknya sebagian jaringan
tanaman sehingga tanaman atau bagian tanaman tidak produktif lagi.
Untuk menghitung kerusakan mutlak dapat menggunakan rumus sebagi berikut:
IS = (n/N) x 100%
IS = Intensitas serangan (%), n = Jumlah contoh tanaman atau tertentu tanaman (daun, pucuk,
bunga, buah, tunas, tanaman, rumpun tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak, N
= Jumlah contoh tanaman atau bagian tertentu tanaman (daun, pucuk, bunga, buah, tunas, tanaman,
rumpun tanaman) yang diamati (jumlah tanaman/bagian tanaman sehat + jumlah tanaman/bagian
tanaman yang rusak).
Kerusakan tidak mutlak (bervariasi), kerusakan sebagian tanaman seperti daun, bunga, buah,
ranting, cabang dan batang.
Untuk menghitung kerusakan tidak mutlak dapat menggunakan rumus sebagi berikut:
𝐼𝑆 = ∑(𝑛𝑖 × 𝑣𝑖) / 𝑍 × 𝑁× 100%
ISr : Intensitas Serangan (%)
n : jumlah tanaman atau bagian tanaman pada skala-v
v : nilai skala kerusakan tanaman
N : jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh yang diamati
Z : nilai skala kerusakan tertinggi.
Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Tanaman
Perkebunan (2008), nilai skala skor kerusakan tanaman/bagian tertentu tanaman adalah sebagai
berikut:
0 → jika tidak ada bagian tanaman yang sakit/rusak
1 → jika bagian tanaman yang sakit atau rusak: 1-25%
2 → jika bagian tanaman yang sakit/rusak: 25-50%
3 → jika bagian tanaman yang sakit/rusak: 50-75%
4 → jika bagian tanaman yang sakit/rusak: > 75%
Kriteria/kategori kerusakan hama ditentukan sebagai berikut:
Tidak Ada serangan/kerusakan → jika nilai IS = 0%
Serangan/kerusakan ringan → jika nilai IS < 25%
Serangan/kerusakan sedang → jika nilai IS 25 - 50%
Serangan/kerusakan berat → jika nilai IS 50 - 85%
Serangan/kerusakan sangat berat (puso) → jika nilai IS > 85%
II. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan hama dan cara menghitung
intensitas serangan hama serta besar kerusakan yang terjadi pada spesimen mengetahui rumus
menghitung intensitas serangan hama.
III. Cara Kerja
Kegiatan di laboratorium :
1. Mengidentifikasi gejala kerusakan pada tanaman sampel termasuk kerusakan relatif atau
kerusakan mutlak
2. Menduga % kerusakan yang disebabkan oleh hama pada preparat sampel yang telah disediakan
Kegiatan dilapangan :
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tentukan teknik pengambilan contoh.
Penilaian intensitas serangan dilakukan dengan mengamati kerusakan yang disebabkan
oleh OPT pada tanaman. Karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, tidak semua
tanaman harus diamati. Oleh karena itu, kita hanya mengambil sampel (contoh) tanaman
tertentu. Cara pengambilan sampel yang biasa digunakan dalam pengamatan adalah dengan
Teknik Sampling Sistematik (Untung 1996). Titik-titik contoh pada teknik sampling
sistematik mengikuti aturan tertentu, misalnya: jarak yang sama antar titik contoh,
pengambilan sampel sepanjang garis diagonal dengan jarak tertentu, atau pada unit sampel
tertentu sepanjang garis diagonal. Contoh pengambilan sampel secara sistematik pada
tanaman pertanian adlah sebagai berikut:
1. Metode unit atau petak contoh 1 x 1 meter
2. Metode garis diagonal (pola X, W, Z dll).
2. Amati setiap tanaman pada petakan sampel. Hitung berapa tanaman yang sehat (tanpa serangan)
dan tanaman yang diserang hama.
3. Tabulasi data hasil pengamatan dan perhitungan dengan menggunakan rumus dan kategori yang
telah ditentukan.

IV. Hasil

No Tanaman Sampel Dokumentasi


1. Daun Jeruk
Deskripsi gejala : penyakit dengan terdapat bekas
gorokan
Penyebab : Ulat peliang (Phyllocnistis
citrella)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gracillarlidae
Tipe kerusakan : Relative

Tanaman Sampel Skala Kerusakan


Daun 1 1
Daun 2 1
Daun 3 1
Daun 4 1
Daun 5 1

{(1𝑥1)+(1𝑥1)+(1𝑥1)+(1𝑥1)+(1𝑥1)}𝑥1
𝐼𝑆𝑅 = x 100 %
5𝑥4
5
= 𝑥 100 %
20
= 25 %
2. Daun Kubis
Deskripsi gejala : daun berlubang-lubang seperti
jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat
daunnya saja.
Penyebab : Ulat kubis
- Ordo : Lepidoptera
- Famili : Yponomeutidae
- Spesies : Plutella
xylostella L
Tipe Kerusakan : Relative

Tanaman Sampel Skala Kerusakan


Daun 1 3
Daun 2 3
Daun 3 1
Daun 4 2
Daun 5 1

{(1𝑥3)+(1𝑥3)+(1𝑥1)+(1𝑥2)+(1𝑥1)}
𝐼𝑆𝑅 = x 100
5𝑥4
%
10
= 𝑥 100 %
20
= 50 %
3. Daun Jagung
Deskripsi gejala :bercak dan garis kuning di jalur
gigitan pada permukaan daun
Penyebab : Belalang kembara
- Ordo : Orthopthera
- Famili : Archididae
- Species : Locusta
migratoria Meyen
Tipe kerusakan : Relative

Tanaman Sampel Skala Kerusakan


Daun 1 3
Daun 2 3
Daun 3 3
Daun 4 3
Daun 5 3
Daun 6 3

{(1𝑥3)+(1𝑥3)+(1𝑥3)+(1𝑥3)+(1𝑥3)+(1𝑥3)}
𝐼𝑆𝑅 = x 100
6𝑥4
%
18
= 24 𝑥 100 %
= 75 %
4. Daun Tomat
Deskripsi gejala : penggeruk daun, gejalanya ada
bitnik-bintik putih pada tanaman dan ada bekas
tusukan
Penyebab : Lalat buah
- Ordo : Diptera
- Famili : Tephritidae
- Spesies : Bactrocera sp.
Tipe keruskana : Relative

Tanaman Sampel Skala Kerusakan


Daun 1 2
Daun 2 0
Daun 3 1
Daun 4 1
{(1𝑥2) + (2𝑥0)}
𝐼𝑆𝑅 = 𝑥 100 %
4𝑥5
2
= 𝑥 100 %
20
= 10 %

5. Daun Cabai
Deskripsi gejala : mengerut, layu, bercak kuning
Penyebab : Kutu daun
- Ordo : Hemiptera
- Famili : Aphididae
- Spesies : Myzus pesicae
Tipe Kerusakan : Mutlak
Perhitungan :
𝑛
𝐼𝑆 = 𝑥 100 %
𝑁
1
𝐼𝑆 = 𝑥 100 %
1
= 100 %
Luas permukaan daun yang rusak 100 %
6. Daun Jambu Bol
Deskripsi gejala : terdapat bentol – bentol seperti
bosul atau jerawat pada daun dan terlihat
berlubang dari belakang
Penyebab : Lalat bisul
- Ordo : Myrtales
- Famili : Myrtaceae
- Spesies :Proccontarini
mattiana Kieff
Tipe Kerusakan : Mutlak
Perhitungan :
𝑛
𝐼𝑆 = 𝑥 100 %
𝑁
1
𝐼𝑆 = 𝑥 100 %
1
= 100 %
Luas permukaan daun yang rusak 100 %

7. Buah Ubi
Gejala Kerusakan : busuk buah, kering, berlubang,
bercak coklat, kehitaman
Penyebab : Hama boleng
- Ordo : Lepodiptera
- Famili : Brentidae
- Spesies : Cylas formicorius
Tipe kerusakan : Mutlak
Perhitungan
𝑛
𝐼𝑆 = 𝑥 100 %
𝑁
1
𝐼𝑆 = 𝑥 100 %
1
= 100 %

8. Buah Jambu
Gejala Kerusakan : bercak cokelat di sebagian
besar buah jambu, tekstur lembek karena busuk
Penyebab : Lalat buah
- Ordo : Diptera
- Famili : Tephritidae
- Spesies : Bactrocera sp
Tipe kerusakan : Mutlak
Perhitungan
𝑛
𝐼𝑆 = 𝑥 100 %
𝑁
1
𝐼𝑆 = 𝑥 100 %
1
= 100 %

V. Pembahasan
Daun jeruk

Setelah telur menetas, ulat masuk ke dalam jaringan tanaman dengan membuat liang
dibawah jaringan epidermis tanaman, terutama pada daun yang masih muda. Ulat juga
dapat membuat liang pada bagian tanaman lain seperti ranting, tangkai daun dan buah yang
masih muda. Ulat ini mempunyai tipe alat mulut menggigit mengunyah. Kerusakan yang
disebabkan hama ini mencapai 67,7 % dan juga dapat menularkan bakteri Xanthomonas
citri (Chase) Dawson, yaitu kanker pada tanaman jeruk.
Tingkat skala kerusakan pada tanama daun jeruk mencapai skor 2 dengan kategori
kerusakan yang ringan-sedang karena berkisar 25 %

Daun kubis
P.xylostella menginfestasi dengan meletakkan telur didekat urat daun pada permukaan
daun. Larva yang baru menetas akan memakan bagian dalam jaringan daun, dan
menimbulkan gejala pada daun yang khas. Kegiatan pola makannya meninggalkan pola
bergaris pada permukaan daun. Kehadiran ulat kubis ini dipicu suhu dan kelembaban tinggi
yang pada saat itu serangga dewasa sedang berkembang biak. Imago menghasilkan telur
yang menetas menjadi larva. Larva instar 1 kemudian menggorok daun, dan instar
berikutnya memakan permukaan daun dan meninggalkan lubang serta luka-luka. Tipe
mulut yang dimiliki oleh P.xylostella adalah menggigit mengunyah.
P. xylostella dapat merusak krop kubis sehingga menggagalkan panen, kerusakan yang
ditimbulkan dapat mencapai 100 %. P. Xylostella merupakan hama utama tanaman kubis
putih dan jenis kubis lainnya seperti kubis merah, petsai, kubis bunga, kaelan, selada air,
sawi jabung.
Tingkat kerusakan pada daun kubis mencapai skor 2-3 yang berarti keadaannya berupa
sakit atau rusak dengan intensitas kerusakan yang sedang hingga berat.

Daun Jagung
Belalang kembara memakan daun-daun tanaman sehingga mengurangi luas permukaan
daun dan mengganggu fungsi fisiologis tanaman yang diserang. Perilaku hama belalang
kembara diketahui berhubungan dengan pola iklim dan curah hujan. Tipe alat mulut pada
belalang kembara adalah menggigit mengunyah. Kerusakan pada tanaman akibat serangan
hama ini dapat mencapai 90 % sehingga dapat mengakibatkan tanaman gagal panen.
Tingkat kerusakan daun jagung 3-4 dengan intensitas kerusakan berat.

Daun Tomat
Lalat betina menusuk permukaan atas atau bawah daun dengan alat peletak telurnya
(ovipositor). Lalat betina dan jantan kemudian makan cairan daun yang keluar dari tusukan
tadi. Penusukan juga dilakukan oleh lalat betina pada saat menyisipkan telurnya dalam
jaringan daun. Larva yang baru keluar dari telur segera mengorok jaringan mesofil daun,
dan tinggal dalam liang korokan selama hidupnya. Korokan ini makin melebar dengan
makin besarnya ukuran larva. Volume jaringan daun yang dapat dimakan oleh larva instar-
3 sebanyak 600 kali lipat lebih banyak dari pada larva instar-1. Larva instar-3 yang telah
berumur lanjut kemudian keluar dari liang korokan untuk berkepompong. Umumnya L.
huidobrensis berkepompong dalam tanah. Pada ketimun dan kacang merah puparium
sering ditemukan pada permukaan bawah daun, bahkan pada bawang merah sering
ditemukan menempel pada permukaan bagian dalam rongga daun bawang.
Tipe mulut yang dimiliki ialah menghisap. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan memiliki
skor 1 dengan intensitas kerusakan yang ringan karena hanya 10 %.

Daun Cabai
Kutu daun (Myzus persicae) tergolong dalam family Aphididae, hama ini merupakan
serangga yang kecil namun masih dapat dilihat dengan kasat mata. Hama ini berwarna
hijau tua sampai hitam atau kuning kecoklatan. Hama ini juga termasuk polifag.
Serangan kutu aphid pada daun cabai, bergerombol di bagian bawah daun dan tangkai
bunga di bagian mulutnya memiliki tindik penghisap. Kutu daun menyerang daun cabai
dengan cara menghisap cairan dalam daun, terutama pada daun muda dan pucuk, dapat
juga menyerang jaringan batang tanaman yang lunak, dan menghisap nutrisi di dalamnya.
Hama ini juga bertindak sebagai vector virus. Kerugian yang ditimbulkan oleh kutu daun
sebagai hama maupun vektor virus dapat mencapai 25-90 %
Tingkat kerusakan yang dialami oleh daun cabai mencapai 100 % dan luas permukaan daun
yang terserang juga mencapai 100 %

Daun Jambu Bol


Lalat bisul memasukkan telurnya ke dalam daun yang masih muda yang kemudian nanti
pada hari ke 3-4 akan menetas menjadi larva. Larva mengisap cairan daun hingga
membentuk bisul seperti bola kecil. Larva kemudia bersembunyi di dalam bisul-bisul
tersebut dan berakibat daunnya mengalami gangguan. Dengan kerusakan mencapai tingkat
100 %

Buah Ubi
Hama boleng, stadia larva dari hama boleng ini dianggap berbahaya karena dapat memakan
daging ubi dari dalam, yang ditandai dengan adanya lubang-lubang kecil di permukaan
kulit ubi yang tipe mulutnya adalah menggigit mengunyah. Hama dapat merusak umbi
sejak ubi masih dikebun hingga di tempat penyimpanan. Hama ini dapat menurunkan hasil
panen berkisar antara 10-80 %. Tingkat kerusakan yang dialaminuah ubi akibat hama
boleng mencapai 100 %.

Buah Jambu
Lalat buah dapat menyebabkan bercak, busuk dan belubang pada buah. Hal ini dikarenakan
lalat buah betina senang menyimpan telurnya di dalam buah. Buah yang setengah matang
memiliki tekstur lebih lunak dan mempermudah lalat menancapkan ovopositornya. Tingkat
kerusakan yang ditimbulkan mencapai 100 % dan dikategorikan sebagai kerusakan mutlak.
Kerusakan mutlak dikarenakan kerusakan terjadi secara permanen pada bagian tanaman
yang akan dipanen.

VI. Kesimpulan :

Kerusakan mutlak merupakan kerusakan permanen pada hampir seluruh bagian tanaman.
Pada prakitkum kali ini, kerusakan mutlak terlihat pada sample ubi jalar, buah jambu, daun
jambu bol dan daun cabai. Kerusakan relatif atau nisbi merupakan kerusakan yang masih
dapat dioleransi tanaman. Pada praktikum kali ini kerusakan relatif terlihat pada sample
daun tomat, daun jeruk, daun kubis dan daun jagung.
Daftar Pustaka

Bayu, Ika, M. S., & Prayogo, Y. (2016). Pengendalian hama penggerek ubi jalar Cylas formicarius
(Fabricus) (Coleoptera: Curculionidae) menggunakan cendawan entomopatogen Beauveria
bassiana (Balsamo) Vuillemin. Jurnal Entomologi Indonesia Vol. 13 No. 1, 40-48.
Ningsih, F. H., Arifin, Z., & Riyanto. (2018). DAYA KONSUMSI BELALANG KEMBARA (Locusta
migratoria manilensis Meyen) TERHADAP TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN
SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMP. JURNAL PEMBELAJARAN
BIOLOGI, VOLUME 5, NOMOR 1, 11-25.
Hendrival dan Khaidir. 2012. Toksisitas ekstrak daun Lantana Camara L. terhadap hama Plutella
xylostella L. J. Floratek 7 : 45 – 56

Sastrsiswojo, S dan W. Setiawati. 1993. Hama-hama Tanaman Kubis dan Cara Pengendalian. Balai
Penelitian Hortikultura Lembang. Hal. 39-41.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai