Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Arnoldus Yansen (1640603037) 9. Nurul M. A. (1640603029)
2. Enggi Susanti (1640603018) 10. Nurasia (1640603043)
3. Dewi Ayu Lestari (1640603055) 11. Nuryunita (1640603003
4. Diana (1640603068) 12. Silviana (1640603016)
5. Dorfina (1640603081) 13. Saraswati (1640603034)
6. Lolyta Damanik (1640603048) 14. Yulianti L. M. (1640603074)
7. Mia Siska (1640603013) 15. Yoga N. K. (1640603044)
8. Muh.Akbar R. (1640603066)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2019
A. Pedahuluan
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
B. Waktu dan Tempat
C. Dasar Teori
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies
sama(takson tertentu) serta hidup/menempati kawasan tertentu pada
waktu tertentu.Suatu populasi memiliki sifat-sifat tertentu;seperti
kepadatan (densitas), laju/tingkatkelahiran (natalitas), laju/tingkat
kematian(mortalitas), sebaran umur dan sex (rasiobayi, anak, individu
muda, dewasa denganjenis kelamin betina atau jantan), dll. Sifat-sifat
ini dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui/memahami
kondisi suatu populasi secara alami maupun perubahan kondisi
populasi karena adanya pengaruh perubahan lingkungan. Sebagai salah
satu sifat populasi, densitas merupakan cerminan ukuran populasi
(jumlah total individu) yang hidup dalam kawasan tertentu. Ukuran
populasi suatu spesies sangat penting diketahui; selain untuk
mengetahui kekayaan/kelimpahannya di suatu kawasan (alam), ukuran
populasi merupakan data dasar untuk menilai kemungkinan
kelangsungan atau keteran-caman keberadaannya di alam, dan hal-
hallain yang berhubungan dengan manajemen satwaliar. Ukuran
populasi dapat juga digunakan sebagai dasar dalam pendugaan kualitas
lingkungan (habitat); walaupun secara umum tidak akan lebih baik bila
didasarkan pada keanekaragaman. Perubahan ukuran populasi dalam
suatu kawasan tertentu dapat merupakan indikasi terjadinya perubahan
kualitas lingkungan. Peningkatan ukuran populasi dapat terjadi bila
kondisi lingkungan membaik, paling tidak daya dukung lingkungan
masih memungkinkan berkembangnya populasi; sebaliknya,
penurunan ukuran populasi akan terjadi bila kondisi lingkungan
memburuk. (imran,2008)
Populasi penelitian dapat dibedakan menjadi populasi "finit" dan
populasi "infinit". Populasi finit adalah suatu populasi yang jumlah
anggota populasi secara pasti diketahui, sedang populasi infinit adalah
suatu populasi yang jumlah anggota populasi tidak dapat diketahui
secara pasti. (suparti, tanpa tahun)
2. Kumbang beras (sitophylus oryzae)
Sitophilus oryzaeL.atau biasa disebut kutu beras dikenal sebagai
kumbang bubuk beras, hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas
diberbagai tempatdi dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kutu
beras ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling
merugikan produk pepadian. Kutu beras bersifat polifa bubuk beras
selain merusak butiran beras, juga merusak simpanan jagung, padi,
kacang tanah, gablek, kopra, dan buturan lainnya. Kerusakan yang
diakibatkan oleh kutu beras dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga
kualitas beras menurun. Biji-biji hancur dan berdebu dalam waktu yang
cukup singkat, serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan
jamur sehingga produk beras rusak, bau apek yang tidak enak dan tidak
dapat dikonsumsi. Akibat dari serangan kutu beras menyebabkan butir-
butir beras menjadi berlubang kecil-kecil. Sehingga mengakibatkan
beras menjadi mudah pecah dan remuk menjadi tepung (Sibuea, 2010).

D. Metode
Teknik Capture Mark Release Recapture (CMRR) terdiri dari 3 metode,
yaitu metode Licoln-Petersen, metode Schnabel dan metode Schumacher-
Eschmeyer. Metode yang paling sederhana dalam Capture Mark Release
Recapture (CMRR) adalah metode Licoln-Petersen. Metode Licoln-Petersen
merupakan metode yang dilakukan dengan satu kali penandaan (marking) dan
satu kali penangkapan ulang (recapture). Karena estimasi yang diperoleh dari
metode ini dinilai kurang akurat, maka untuk mengatasi kekurangan tersebut
muncullah sebuah metode baru yaitu metode Schnabel. Metode Schnabel
merupakan salah satu metode yang digunakan dalam Capture Mark Release
Recapture (CMRR) untuk memperbaiki metode Licoln-Petersen. Metode ini
merupakan metode dengan penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari dua
kali. Untuk menggunakan metode Schnabel maka harus dipenuhi asumsi,
diantaranya ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan
sampling berikutnya.Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode Licoln-
Petersen adalah karena pengambilan sampel dilakukan berulang kali, maka akan
mengurangi kesalahan sampling, oleh karena itu hasil estimasi jumlah anggota
populasi dengan metode Schnabel lebih mendekati jumlah anggota populasi
sebenarnya.

E. Prosedur Kerja
Siapkan alat dan bahan, masukkan tepung beras ke dalam baki
sebanyak setengah kg, kemudian lepaskan 50 ekor kumbang beras ke dalam
wadah baki tersebut serta di aduk sampai penyebaran merata dalam wadah.
Ratakan kumbang beras di dalam wadah dan bagilah ke dalam petak-petak
bujur sangkar dengan ukuran 5 x 5 cm. Proses tersebut dilakukan sama
untuk setiap substrat (tepung, beras ketan, beras biasa).
Biarkan kurang lebih ½ jam dan lanjutkan dengan pencuplikan
sebanyak 3 cuplikan. Berilah tanda pada bagian dorsal kumbang beras yang
diperoleh dari pencuplikan I (F1), kemudian lepaskan kembali. Setelah ½
jam ambil kembali cuplikan sampel tadi (F2). Jumlah kumbang
keseluruhan hasil I dan II, maka hitunglah total populasi kumbang beras
dalam baki dengan menggunakan persamaan berikut.
FI x F2
𝑁=
F3
Keterangan :
N = Total Populasi
F1 = Jumlah hewan hasil cuplikan I
F2 = Jumlah hewan hasil cuplikan II
F3 = Jumlah hewan hasil cuplikan II yang bertanda
F. Hasil dan Pembahasan
1. Tabel Hasil Pengamatan
Ulangan Total

Substrat Beras Rerata Substrat Tepung Rerata Substrat Ketan Rerata

F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

1 45 37 33 38.3 36 37 35 36 38 31 31 33.3

2 28 25 23 25.3 27 28 21 25.3 12 19 17 16

Rerata 36.5 31 28 31.5 32.5 28 25 25 24

N (Total 40.4 36.5 26


Populasi

2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai estimasi besarnya populasi secara
simulasi (dengan beras putih dan beras merah) dengan metode Capture-mark-
release-recapture. MetodeCapture-mark-release-recapture ini secara sederhana
adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan, dan menangkap kembali
(Tim Dosen Pembina, 2016). Pada praktikum ini dilakukan dengan 3 kali
pencuplikan dan 2 kali pengulangan. Pada cuplikan pertama dilakukan dengan
menghitung kutu yang tercuplik pertama kali lalu diberikan pewarna sebagai
penanda. Selanjutnya pada pencuplikan kedua dihitung lagi kutu yang didapatkan
dan juga diberikan tanda. Pada pencuplikan terakhir kutu yang dihitung hanyalah
kutu yang tercuplik di cuplikan kedua sedangkan yang tercuplik di cuplikan
pertama tidak dihitung.
Pada substrat beras didapatkan hasil cuplikan pertama dengan rata-rata 36.5, pada
cuplikan kedua didapatkan rata-rata 31 dan pada cuplikan ketiga didapatkan rata-
rata 28. Total populasi kutu pada substrat beras ini adalah 40.4 dimana ini
merupakan total populasi terbesar diantara substrat yang lain.. Pada substrat tepung
didapatkan hasil cuplikan pertama dengan rata-rata 31.5, pada cuplikan kedua
didapatkan rata-rata 32.5 dan pada cuplikan ketiga didapatkan rata-rata 28. Total
populasi kutu pada substrat tepung ini adalah 36.5. Pada substrat ketan didapatkan
hasil cuplikan pertama dengan rata-rata 25, pada cuplikan kedua didapatkan rata-
rata 25 dan pada cuplikan ketiga didapatkan rata-rata 24. Total populasi kutu pada
substrat ketan ini adalah 26 dan merupakan total populasi terendah diantara ketiga
substrat yang lain.
Perbedaan jumlah total populasi pada setiap substrat berbeda dikarenakan oleh
faktor lingkungan yaitu suhu, suhu sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
hidup kutu. Suhu yang baik untuk kutu yaitu suhu yang lembab. Selanjutnya,
perbedaan populasi juga dipengaruhi oleh habitat awal kutu itu diambil. Pada
praktikum ini kami mengambil kutu dari beras yang sudah lama. Hal inilah yang
menyebabkan total populasi pada substrat beras lebih tinggi dibandingkan dengan
substrat yang lain. Namun total populasi pada hasil pengamatan tidak ada yang
mencapai 50 yang berarti substrat yang digunakan bukan merupakan habitat yang
cocok untuk kutu tersebut.
Tobing, SL Imran. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasisuatu Spesies Primata.
Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta. VIS VITALIS, Vol. 01 No.
1, tahun 2008

Supardi. Tanpa tahun. Populasi dan sampel penelitian.


https://media.neliti.com/media/publications/89068-ID-populasi-dan-
sampel-penelitian.pdf. (online) diakses pada tanggal 28 juni 2019.

Sibuea, P., 2010, Korelasi Populasi Sitophylus oryzae L.


(Coleoptera:Curculionide) Dengan Beberapa Faktor Penyimpanan Beras
Bulog Di Medan, Skripsi, Fakultas Pertanian, USU, Medan.

Safitri, Gina. 2016. Penerapan Metod E Schnabeld Alam Mengestimasi Jumlah


Anggota Populasiikanmola-Mola. Universitas Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai