http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Volume 1, Nomor 2, November 2016
P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224
ABSTRACT
Indonesia is a country that has a very high level of pluralism and a complex level of
social plurality. The Indonesian nation has been aware of the diversity of languages, cultures,
religions, ethnicities and ethnicities, the understanding of the value of Unity in Diversity in
Indonesian society can be manifested integrally with the cooperation of all components of the
nation, both by the government as the organizer of the country and each individual's private
citizens. Asian Games is the biggest moment of the Asian nation, especially in the field of
sports that have been held since the 1950s. The 2014 Asian Games is certainly not only a
matter of sports from various branches, but for a moment as an Indonesian citizen there is
certainly a spirit of unity in diversity in its implementation.
itu ditampilkan secara berlebihan, maka Pemahaman nilai Bhinneka Tunggal Ika
tindakan itu tergolong melanggar kodrat dalam masyarakat Indonesia dapat wujud
perbedaan, karena perbedaan adalah kodrat secara integral dengan kerjasama seluruh
sekaligus berkah yang tak terelakkan. komponen bangsa, baik oleh pemerintah
Adanya dua konsep yang berbeda selaku penyelenggara negara maupun
tersebut menunjukkan bahwa semboyan setiap insan pribadi warga. Peningkatan
“Bhinneka Tunggal Ika” mengandung sosialisasi aktualisasi pemahaman nilai-
problem metafisika, yaitu problem antara nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus
kepelbagaian dan kesatuan, problem antara dilakukan melalui tindakan nyata dalam
hal banyak (the many) dan hal satu (the kehidupan keseharian seluruh kompenen
one). Berdasarkan masalah tersebut tampak warga dalam rangka memperkuat integrasi
bahwa untuk mencari makna “Bhinneka nasional, karena Indonesia dengan
Tunggal Ika” diperlukan adanya perenungan keberagaman budaya, suku/etnik, bahasa,
mendalam yang bersifat filosofis metafisis. agama, kondisi geografis, dan strata sosial
Bhinneka Tunggal Ika merupakan yang berbeda. Indonesia dengan gambaran
motto atau semboyan Indonesia. Kata masyarakat majemuk yang terdiri dari
bhinneka berarti "beraneka ragam" atau suku-suku bangsa yang berada di bawah
berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa kekuasaan sebuah sistem nasional, termasuk
Sanskerta berarti "macam" dan menjadi di dalamnya pemerintah yang menjalankan
pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa proses pembangunan masyarakat harus
Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata bersinergis untuk bersama-sama dengan
ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka rakyat tanpa membedakan keberagaman
Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu budaya, bahasa, agama, suku/etnik, dan
Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda bahkan strata sosial, mewujudkan cita-
tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia cita bangsa sesuai dengan komitmen
tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini bersama, berlandaskan nilai-nilai yang
digunakan untuk menggambarkan persatuan terkandung dalam ke-Bhinneka Tungal Ika-
dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan an yang termaktub dalam Pancasila. Ciri
Republik Indonesia yang terdiri atas kemajemukan masyarakat Indonesia yang
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, terintegrasi secara nasional adalah sangat
ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. penting sebagai kekayaan dan merupakan
Sujanto (2009) juga menjelaskan bahwa potensi yang dapat dikembangkan sehingga
sesanti (kalimat Bijak; wise-word) dapat dimanfaatkan dalam sistem komunikasi
Bhinneka Tunggal Ika yang dipelihara dan sebagai acuan utama bagi menunjukkan jati
digunakan sebagai pedoman atau sumber diri bangsa Indonesia sebagai nasionalisme.
kajian di masyarakat. Bhinneka Tunggal Kalimat Bhinneka Tunggal Ika sendiri
Ika merupakan kalimat (sesanti) yang diambil dari penggalan Sumpah Palapa
tertulis di pita lambang Garuda Pancasila yang dikumandangkan oleh Patih Gajah
yang berbagai keragaman etnis, agama, Mada dalam usaha penaklukan nusantara
adat-istiadat, bahasa daerah, budaya dan di masa keemasan Kerajaan Majapahit.
lainnya yang mewujudkan untuak menjadi Sumpah Palapa kemudian menjadi dasar bagi
satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa terciptanya Sumpah Pemuda pada 28 oktober
Indonesia. 1928. Ketika Sumpah Pemuda diikrarkan,
Menurut Mahfud (2009) pada saat itulah Indonesia sebenarnya telah
hakikatnya sejak awal para pendiri bangsa melebur menjadi sebuah bangsa Indonesia
Indonesia telah menyadari akan keragaman dan melepaskan diri dari segala bentuk ide
bahasa, budaya, agama, suku dan etnis, kepulauan, ide kesukuan dan sebagainya
Ascosenda Ika Rizqi, Asian Games 2014: Implementasi Bhinneka Tunggal Ika melalui Olah Raga
58
(Setyani, 2009). Bhinneka Tunggal Ika Baru itu sendiri. Pemusatan ini berujung
sering diartikan sebagai ‘berbeda-beda pada pengontrolan secara ketat terhadap
tetapi tetap satu’. Dalam perjalanan masyarakat. Pengontrolan terjadi tidak
kemerdekaan Indonesia, frasa ini sering hanya pada bidang politik atau ekonomi
muncul dalam nuansa makna yang semata, namun pengontrolan juga terjadi
berbedabeda. Keberagaman dan persatuan pada norma dan nilai yang berkembang
muncul sebagai atribut yang melekat dalam pada masyarakat. Dengan fokus utama
semangat Bhinneka Tunggal Ika. Nuansa dari rezim orde baru yang menekankan
perbedaan makna itulah yang ingin diangkat kestabilan politik, Bhinneka Tunggal Ika
dalam tulisan ini. Menurut penulis, nuansa sebagai semboyan negara juga tentu saja
perbedaan makna tersebut didasari oleh dikontrol maknanya oleh rezim Orde
adanya perbedaan cara pandang atau yang Baru. Konsep Bhinneka Tunggal Ika yang
populer disebut sebagai paradigma. Pursika memiliki dua sisi yaitu persatuan dan
(2009) juga menjelaskan bahwa Untuk keragaman oleh rezim orde baru maknanya
menjaga keberlangsungan hidup berbangsa, lebih ditekankan pada persatuan. Bahkan
kebhinnekaan sebaiknya tidak dipandang bukan hanya makna persatuan yang
sebagai ancaman, tetapi kebhinnekaan harus dijalankan dan ditekankan oleh rezim orde
dipandang sebagai aset yang diharapkan baru, melainkan Tunggal Ika itu dimaknai
mampu berperan sebagai sumber kekayaan menjadi satu dan seragam.
bagi bangsa Indonesia. Kebhinnekaan sebagai Persatuan yang ditandai dengan
kekayaan serta mendaya-gunakannya justeru stabilitas sosial sangat kental dalam periode
dapat menjadi pondasi kokoh persatuan Orde Baru. Stabilitas sosial sangat penting
dari sebuah imagined community yang dalam periode ini, karena kestabilan
bernama Negara Kesatuan Republik dimaknai sebagai awal dari pembangunan.
Indonesia. Kesadaran sebagai masyarakat Untuk menciptakan kestabilan tersebut, maka
yang berbhinneka tetapi mencita-citakan masyarakat harus diseragamkan agar dapat
kesatuan yang dikukuhkan sebagai dikontrol dan terjadi pemerataan nilai-nilai
konsensus bersama dalam Soempah yang menunjang tujuan tersebut. Sosialisasi
Pemuda 1928 telah menjadi modal sosial nilai misalnya terjadi di semua lini masyarakat,
ampuh yang berhasil mempersatukan baik di tingkat dasar seperti sekolahsekolah
dan mengantar negara-bangsa ini mampu dan di tingkat yang lebih tinggi seperti di
melewati masa-masa sulit dari dulu sampai kantor-kantor. Penyeragaman nilai-nilai
sekarang, bahkan juga nanti. yang “disepakati” ini menjadi standar
Pandangan Paradigma positivis normatif dan difungsikan sebagai perekat
menurut Sarantakos (1995) menekankan atau penyatu masyarakat. Bhinneka Tunggal
masyarakat memiliki nilai universal Ika, yang menekankan pentingnya Tunggal
sebagai pengikat dan dengan demikian ada Ika terjadi pada periode ini. Oleh karenanya,
penyeragaman nilai dalam masyarakat. masa itu diwarnai dengan kebijakan-kebijakan
Dengan pemahaman tersebut, dapat yang mengarah pada persatuan dan berlaku
dikatakan terdapat beberapa situasi dan untuk seluruh masyarakat. Masyarakat
kondisi dalam beberapa periode dimana dilihat harus mengalami kemajuan yang
Indonesia menerapkan cara pandang sama dengan negara-negara yang dianggap
demikian dalam memaknai Bhinneka maju, dan diasumsikan dengan mengikuti
Tunggal Ika. Kondisi ini sangat amat cara yang sama dengan pemikiran negara
terlihat pada masa Orde Baru, dimana maju, maka Indonesia akan mencapai
berbagai macam aspek kehidupan sangat kesuksesan yang serupa. Lokalitas tidak
terpusat pada satu titik, yaitu rezim Orde dipentingkan dalam periode ini. Oleh
Ascosenda Ika Rizqi, Asian Games 2014: Implementasi Bhinneka Tunggal Ika melalui Olah Raga
60
tata kelola negara. Dalam bidang budaya dianggap sebagai satu lapisan terluar
keragaman diperlihatkan terutama melalui dari kenyataan atau realitas sosial yang
diakuinya tahun baru suatu etnis sebagai hari sesungguhnya terjadi. Dengan paradigma
libur nasional. Dalam bidang pendidikan, kritis ini, kondisi yang ada tersebut harus
keragaman dalam masa reformasi ditandai dibongkar dengan mengajukan asumsi-
dengan tumbuh suburnya sekolah-sekolah asumsi yang mempertanyakan kondisi yang
yang berwawasan komunitas dan lokalitas ada tersebut. Misalnya saja jika kita melihat
masing-masing tempat. Walaupun masih pada masa orde baru yang menekankan
banyaknya hambatan, namun Bhinneka kesatuan dan penyeragaman, maka harus
Tunggal Ika yang menekankan keragaman dipertanyakan mengapa hal demikian
seperti halnya paradigma interpretif banyak terjadi, siapa yang mendapatkan keuntungan
dapat dilihat dalam masa reformasi. dengan kondisi yang demikian itu, apakah
Paradigma kritis memandang suatu mungkin kodisi demikian diciptakan
realitas sosial sebagai realitas yang semu. negara untuk memobilisasi rakyat demi
Dalam paradigma ini, suatu realitas sosial pembangunan, dan lain sebagainya.
dianggap memiliki berbagai lapisan yang Apabila Bhinneka Tunggal Ika
jika dikupas semakin dalam maka akan dalam satu masa dalam sejarah Indonesia
terbongkar lapisan-lapisannya. Seperti yang ini dianggap menekankan ke-bhinneka-
telah disebutkan dalam bagian sebelumnya, annya, maka dengan paradigma kritis perlu
paradigma positivis menekankan universalisme pula dijelaskan mengapa itu terjadi dan
dan keseragaman, sehingga bila digunakan untuk kepentingan pihak atau kelompok
untuk menelaah Bhinneka Tunggal Ika maka mana kondisi demikan itu terjadi.
penekanan Bhinneka Tunggal Ika adalah pada Misalnya dengan melihat pada masa
Tunggal Ika atau satu dan seragam. Dan seperti reformasi dimana penekanan Bhinneka
juga telah disebutkan sebelumnya, jika Tunggal Ika hanya pada bhinneka-nya
menggunakan paradigma interpretif, maka maka perlu dilihat mengapa hal ini terjadi,
pembahasan mengenai Bhinneka Tunggal bisa saja kondisi demikian terjadi. karena
Ika akan menitikberatkan pada Bhinneka- negara memang melihat bahwa pada masa
nya atau keragamannya. Namun apabila reformasi masyarakat sudah lelah dengan
Bhinneka Tunggal Ika dikaji dengan penyeragaman sehingga apabila negara
menggunakan paradigma kritis, realitas pada masa reformasi tetap memberlakukan
yang berupa terjadi penekanan pada penyeragaman, maka tentangan akan banyak
Bhinneka atau realitas berupa penekanan terjadi terhadap negara. Sebaliknya jika
pada Tunggal Ika hanyalah realitas yang negara lebih mengedepankan keragaman,
semu. Kedua realitas yang ada tersebut maka masyarakat akan memihak pada
hanyalah lapisan paling luar dari apa yang negara, dan dengan demikian negara akan
terlihat dan dirasakan. memperoleh legitimasi dari rakyat.
Penggunaan paradigma kritis menurut
Salim (2006) yang menganggap untuk METODE
memahami suatu realitas yang diperlukan Metode yang digunakan dalam
adalah membongkar realitas semu yang artikel ini adalah kajian literatur untuk
ada; sehingga dalam menelaah Bhinneka menganalisis implementasi Bhinneka Tunggal
Tunggal Ika akan membongkar realitas- Ika melalui olah raga dalam hal ini adalah
realitas yang ada. Dengan menggunakan ajang Asian Games. Analisis data dilakukan
pendekatan kritis ini, kondisi dimana dengan memadukan kebenaran obyektif dari
penerapan Bhinneka Tunggal Ika lebih data dari buku dan media massa.
menekankan kesatuan dan keseragaman
Ascosenda Ika Rizqi, Asian Games 2014: Implementasi Bhinneka Tunggal Ika melalui Olah Raga
62
olahraga lain yang mampu membuat cerita Pursika, I Nyoman. 2009. Kajian Analitik
tersendiri demi sang merah putih berkibar Terhadap Bhinneka Tunggal Ika.
di podium tertinggi serta membawa terbang Jurnal Pendidikan dan Pengajaran,
garuda di langit tertinggi. Jilid 42, Nomor 1, April 2009:
Universitas Udayana
SIMPULAN Rasyid, S. 2009. Menjadikan Industri
Bhinneka Tunggal Ika merupakan Olahraga sebagai Tulang Punggung
semboyan bangsa Indonesia yang Industri Nasional. http://www.
memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap indonesia.go.id diakses pada tanggal
satu, dimana kata Bhinneka Tunggal Ika 15 Agustus 2016
diambil dari bahasa sansekerta, Bhinneka Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma
Tunggal Ika sudah melekat dalam sanubari Penelitian Sosial. Tiara Wacana.
masyarakat Indonesia yang memang secara Yogyakarta.
geografis memiliki keperbedaan mulai dari Sarantakos, Sotirios. 1995. Social Research.
masyarakat hingga budayanya, namun Macmillan Education Austalia Pty
perbedaan itu bukanlah penghalang bagi Ltd.
Indonesia, namun justru perbedaan itulah Setyani, Turita Indah. 2009. Bhinneka
yang membuat Indonesia menjadi satu Tunggal Ika sebagai Pembentuk Jati
dan kuat. Melalui pesta olahraga se-Asia Diri Bangsa.
atau dikenal dengan nama ASIAN Games Sujanto, B. 2009. Pemahaman Kembali
2014 rasa ke-bhinnekaan itulah yang justru Makna Bhinneka Tunggal Ika
semakin kuat dan nyata dalam aksinya, (persaudaraan dalam kemajemukan).
melalui olahragalah rasa kebhinnekaan itu Jakarta: Sagung Seto
tetap ada dan terjaga dengan baik, inilah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
bukti bahwa Bhinneka Tunggal Ika bukan tahun 1945
hanya semboyan yang di cengkram oleh Wisnumurti, Anak Agung Gede Oka. 2010.
kaki-kaki burng Garuda, namun salah satu Kesadaran Multicultural dalam
implementasi Bhinneka Tunggal Ika akan Memperkokoh Persatuan. Jakarta
tetap hidup melalui cabang olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Hutagalung, Jefry. 2014. Asian Games
2014-Incheon-Korea Selatan: Ketiga
KalinyaKoreaSelatanMenyelenggarakan
Event Akbar Asian Games. https://
jefrihutagalung.wordpress.com/tag/17th-
incheon-asian-games-2014/ diakses pada
tangga; 15 Agustus 2016
Kusumohamidjojo, B. 2000. Kebhinnekaan
Masyarakat Indonesia: Suatu
Problematik Filsafat Kebudayaan.
Jakarta: Grasindo.
Mahfud, C. 2009. Pendidikan Multikultural.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Panigoro, A. 2011. Industri Sepak Bola
Mencapai Rp 3 Triliun. Koran Kompas.
(17 Januari 2011). Halaman 29.
Ascosenda Ika Rizqi, Asian Games 2014: Implementasi Bhinneka Tunggal Ika melalui Olah Raga