Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Civic Hukum

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Volume 1, Nomor 2, November 2016
P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

ASIAN GAMES 2014: IMPLEMENTASI BHINNEKA TUNGGAL IKA


MELALUI OLAH RAGA

Ascosenda Ika Rizqi


Fakultas Ekonomi, Universitas Merdeka Pasuruan
Email: Senda.air@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia is a country that has a very high level of pluralism and a complex level of
social plurality. The Indonesian nation has been aware of the diversity of languages, cultures,
religions, ethnicities and ethnicities, the understanding of the value of Unity in Diversity in
Indonesian society can be manifested integrally with the cooperation of all components of the
nation, both by the government as the organizer of the country and each individual's private
citizens. Asian Games is the biggest moment of the Asian nation, especially in the field of
sports that have been held since the 1950s. The 2014 Asian Games is certainly not only a
matter of sports from various branches, but for a moment as an Indonesian citizen there is
certainly a spirit of unity in diversity in its implementation.

Keywords: Bhinneka Tunggal Ika; Asian Games; Sport

PENDAHULUAN Tunggal Ika”, hal tersebut sangat jelas


BHINNEKA TUNGGAL IKA bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan
Indonesia merupakan negara semboyan bangsa Indonesia. Semboyan
yang memiliki tingkat kemajemukan ini tertulis di dalam lambang negara
masyarakatnya yang sangat tinggi dan tingkat Indonesia, Burung Garuda Pancasila. Pada
pluralitas sosial yang sangat kompleks. kaki Burung Garuda itulah terpampang
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk dengan jelas tulisan Bhinneka Tunggal
itu, ada dua istilah yang penting dipahami Ika. Pursika (2009) juga menambahkan
yaitu kemajemukan (pluralitas) dan bahwa Semboyan “Bhinneka Tunggal
keanekaragaman (heterogenitas). Pluralitas Ika” memuat dua konsep yang berbeda,
sebagai kontraposisi dari singularitas bahkan kedua konsep tersebut seolah-
mengindikasikan adanya suatu situasi yang olah bersifat kontradiktif. Kedua konsep
terdiri dari kejamakan, dan bukan ketunggalan itu adalah “Bhinneka” dan “Tunggal Ika”.
(Kusumohamidjojo, 2000). Artinya, dalam Konsep “Bhinneka” mengakui adanya
“masyarakat Indonesia” dapat dijumpai keanekaan atau keragaman, sedangkan
berbagai subkelompok masyarakat yang konsep “Tunggal Ika” menginginkan
tidak bisa disatu kelompokkan satu dengan adanya kesatuan. Keanekaan dicirikan
yang lainnya. Adanya tidak kurang dari oleh adanya perbedaan, sedangkan
500 suku bangsa di Indonesia menegaskan kesatuan dicirikan oleh adanya kesamaan.
kenyataan itu. Demikian pula halnya Jika kedua hal tersebut dipahami dan
dengan kebudayaan mereka. Sementara dilaksanakan dengan tekanan yang
heterogenitas yang merupakan kontraposisi berbeda (tidak seimbang), maka akan
dari homogenitas mengindikasikan suatu dapat menimbulkan kondisi yang
kualitas dari keadaan yang menyimpan berbeda pula. Manakala segi keanekaan
ketidaksamaan dalam unsur-unsurnya. yang menonjolkan unsur perbedaan itu
Menurut Undang-Undang Dasar ditampilkan secara berlebihan, maka
Republik Indonesia tahun 1945 pasal 36A kemungkinan munculnya konflik tak
berbunyi ”Lambang Negara ialah Garuda terhindarkan. Sebaliknya, manakala segi
Pancasila dengan semboyan Bhinneka kesatuan yang menonjolkan kesamaan
56
57

itu ditampilkan secara berlebihan, maka Pemahaman nilai Bhinneka Tunggal Ika
tindakan itu tergolong melanggar kodrat dalam masyarakat Indonesia dapat wujud
perbedaan, karena perbedaan adalah kodrat secara integral dengan kerjasama seluruh
sekaligus berkah yang tak terelakkan. komponen bangsa, baik oleh pemerintah
Adanya dua konsep yang berbeda selaku penyelenggara negara maupun
tersebut menunjukkan bahwa semboyan setiap insan pribadi warga. Peningkatan
“Bhinneka Tunggal Ika” mengandung sosialisasi aktualisasi pemahaman nilai-
problem metafisika, yaitu problem antara nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus
kepelbagaian dan kesatuan, problem antara dilakukan melalui tindakan nyata dalam
hal banyak (the many) dan hal satu (the kehidupan keseharian seluruh kompenen
one). Berdasarkan masalah tersebut tampak warga dalam rangka memperkuat integrasi
bahwa untuk mencari makna “Bhinneka nasional, karena Indonesia dengan
Tunggal Ika” diperlukan adanya perenungan keberagaman budaya, suku/etnik, bahasa,
mendalam yang bersifat filosofis metafisis. agama, kondisi geografis, dan strata sosial
Bhinneka Tunggal Ika merupakan yang berbeda. Indonesia dengan gambaran
motto atau semboyan Indonesia. Kata masyarakat majemuk yang terdiri dari
bhinneka berarti "beraneka ragam" atau suku-suku bangsa yang berada di bawah
berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa kekuasaan sebuah sistem nasional, termasuk
Sanskerta berarti "macam" dan menjadi di dalamnya pemerintah yang menjalankan
pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa proses pembangunan masyarakat harus
Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata bersinergis untuk bersama-sama dengan
ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka rakyat tanpa membedakan keberagaman
Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu budaya, bahasa, agama, suku/etnik, dan
Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda bahkan strata sosial, mewujudkan cita-
tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia cita bangsa sesuai dengan komitmen
tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini bersama, berlandaskan nilai-nilai yang
digunakan untuk menggambarkan persatuan terkandung dalam ke-Bhinneka Tungal Ika-
dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan an yang termaktub dalam Pancasila. Ciri
Republik Indonesia yang terdiri atas kemajemukan masyarakat Indonesia yang
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, terintegrasi secara nasional adalah sangat
ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. penting sebagai kekayaan dan merupakan
Sujanto (2009) juga menjelaskan bahwa potensi yang dapat dikembangkan sehingga
sesanti (kalimat Bijak; wise-word) dapat dimanfaatkan dalam sistem komunikasi
Bhinneka Tunggal Ika yang dipelihara dan sebagai acuan utama bagi menunjukkan jati
digunakan sebagai pedoman atau sumber diri bangsa Indonesia sebagai nasionalisme.
kajian di masyarakat. Bhinneka Tunggal Kalimat Bhinneka Tunggal Ika sendiri
Ika merupakan kalimat (sesanti) yang diambil dari penggalan Sumpah Palapa
tertulis di pita lambang Garuda Pancasila yang dikumandangkan oleh Patih Gajah
yang berbagai keragaman etnis, agama, Mada dalam usaha penaklukan nusantara
adat-istiadat, bahasa daerah, budaya dan di masa keemasan Kerajaan Majapahit.
lainnya yang mewujudkan untuak menjadi Sumpah Palapa kemudian menjadi dasar bagi
satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa terciptanya Sumpah Pemuda pada 28 oktober
Indonesia. 1928. Ketika Sumpah Pemuda diikrarkan,
Menurut Mahfud (2009) pada saat itulah Indonesia sebenarnya telah
hakikatnya sejak awal para pendiri bangsa melebur menjadi sebuah bangsa Indonesia
Indonesia telah menyadari akan keragaman dan melepaskan diri dari segala bentuk ide
bahasa, budaya, agama, suku dan etnis, kepulauan, ide kesukuan dan sebagainya
Ascosenda Ika Rizqi, Asian Games 2014: Implementasi Bhinneka Tunggal Ika melalui Olah Raga
58

(Setyani, 2009). Bhinneka Tunggal Ika Baru itu sendiri. Pemusatan ini berujung
sering diartikan sebagai ‘berbeda-beda pada pengontrolan secara ketat terhadap
tetapi tetap satu’. Dalam perjalanan masyarakat. Pengontrolan terjadi tidak
kemerdekaan Indonesia, frasa ini sering hanya pada bidang politik atau ekonomi
muncul dalam nuansa makna yang semata, namun pengontrolan juga terjadi
berbedabeda. Keberagaman dan persatuan pada norma dan nilai yang berkembang
muncul sebagai atribut yang melekat dalam pada masyarakat. Dengan fokus utama
semangat Bhinneka Tunggal Ika. Nuansa dari rezim orde baru yang menekankan
perbedaan makna itulah yang ingin diangkat kestabilan politik, Bhinneka Tunggal Ika
dalam tulisan ini. Menurut penulis, nuansa sebagai semboyan negara juga tentu saja
perbedaan makna tersebut didasari oleh dikontrol maknanya oleh rezim Orde
adanya perbedaan cara pandang atau yang Baru. Konsep Bhinneka Tunggal Ika yang
populer disebut sebagai paradigma. Pursika memiliki dua sisi yaitu persatuan dan
(2009) juga menjelaskan bahwa Untuk keragaman oleh rezim orde baru maknanya
menjaga keberlangsungan hidup berbangsa, lebih ditekankan pada persatuan. Bahkan
kebhinnekaan sebaiknya tidak dipandang bukan hanya makna persatuan yang
sebagai ancaman, tetapi kebhinnekaan harus dijalankan dan ditekankan oleh rezim orde
dipandang sebagai aset yang diharapkan baru, melainkan Tunggal Ika itu dimaknai
mampu berperan sebagai sumber kekayaan menjadi satu dan seragam.
bagi bangsa Indonesia. Kebhinnekaan sebagai Persatuan yang ditandai dengan
kekayaan serta mendaya-gunakannya justeru stabilitas sosial sangat kental dalam periode
dapat menjadi pondasi kokoh persatuan Orde Baru. Stabilitas sosial sangat penting
dari sebuah imagined community yang dalam periode ini, karena kestabilan
bernama Negara Kesatuan Republik dimaknai sebagai awal dari pembangunan.
Indonesia. Kesadaran sebagai masyarakat Untuk menciptakan kestabilan tersebut, maka
yang berbhinneka tetapi mencita-citakan masyarakat harus diseragamkan agar dapat
kesatuan yang dikukuhkan sebagai dikontrol dan terjadi pemerataan nilai-nilai
konsensus bersama dalam Soempah yang menunjang tujuan tersebut. Sosialisasi
Pemuda 1928 telah menjadi modal sosial nilai misalnya terjadi di semua lini masyarakat,
ampuh yang berhasil mempersatukan baik di tingkat dasar seperti sekolahsekolah
dan mengantar negara-bangsa ini mampu dan di tingkat yang lebih tinggi seperti di
melewati masa-masa sulit dari dulu sampai kantor-kantor. Penyeragaman nilai-nilai
sekarang, bahkan juga nanti. yang “disepakati” ini menjadi standar
Pandangan Paradigma positivis normatif dan difungsikan sebagai perekat
menurut Sarantakos (1995) menekankan atau penyatu masyarakat. Bhinneka Tunggal
masyarakat memiliki nilai universal Ika, yang menekankan pentingnya Tunggal
sebagai pengikat dan dengan demikian ada Ika terjadi pada periode ini. Oleh karenanya,
penyeragaman nilai dalam masyarakat. masa itu diwarnai dengan kebijakan-kebijakan
Dengan pemahaman tersebut, dapat yang mengarah pada persatuan dan berlaku
dikatakan terdapat beberapa situasi dan untuk seluruh masyarakat. Masyarakat
kondisi dalam beberapa periode dimana dilihat harus mengalami kemajuan yang
Indonesia menerapkan cara pandang sama dengan negara-negara yang dianggap
demikian dalam memaknai Bhinneka maju, dan diasumsikan dengan mengikuti
Tunggal Ika. Kondisi ini sangat amat cara yang sama dengan pemikiran negara
terlihat pada masa Orde Baru, dimana maju, maka Indonesia akan mencapai
berbagai macam aspek kehidupan sangat kesuksesan yang serupa. Lokalitas tidak
terpusat pada satu titik, yaitu rezim Orde dipentingkan dalam periode ini. Oleh

Jurnal Civic Hukum,Volume 1, Nomor 2, November 2016, hal 56-63


59

karena itu, kebijakan-kebijakan seperti dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.


Repelita yang mengacu pada Tahapan Bila paradigma positivis menekankan
Pertumbuhan Ekonomi Rostow misalnya Tunggal Ika dalam Bhinneka Tunggal Ika,
sangat amat modernis. Pemikiran ini maka paradigma interpretif lebih memaknai
sejalan dengan pemikiran positivis Comte pentingnya Bhinneka dalam semboyan
yang melihat bahwa setiap masyarakat tersebut. Dapat dikatakan dalam paradigma
akan melalui jenjang yang sama. ini, multikulturalisme atau kemajemukan
Berdasarkan pemikiran inilah, proses masyarakat atau keberagaman atau pluralisme
Tunggal Ika, penyatuan seluruh masyarakat menjadi penting walaupun tetap disatukan
melalui penyeragaman nilai menjadi dalam sebuah sistem nasional. Paradigma
penting. Bhinneka Tunggal Ika dimaknai ini menekankan adanya pengakuan dan
sebagai keberagaman yang harus disatukan penghargaan pada kesederajatan perbedaan
menjadi sebuah identitas nasional. Dengan budaya. Perbedaan budaya adalah sebuah
ciri-ciri termanifes dalam nilainilai yang realitas sosial yang nyata dan dialami
diseragamkan, kesatuan bangsa yang utuh secara berbeda oleh setiap masyarakat
akan tercapai. Penyeragaman nilai bahwa yang berbeda. Dengan keragaman suku
kita adalah satu, atau kita adalah sama (satu bangsa dan ras dan agama di Indonesia,
nusa, satu bangsa dan satu bahasa) akan maka dalam paradigma interpretif, budaya
menjadi identitas nasional bangsa. Demi tidak dapat digeneralisasikan.
tujuan itu, segala cara harus digunakan Selain budaya tidak dapat
termasuk cara represif sehingga setiap digeneralisir, dalam kerangka berpikir
anggota masyarakat yang menunjukkan paradigma ini penyeragaman nilai menjadi
perbedaan dianggap bertentangan dan tidak masuk akal. Identitas nasional
harus ditertibkan. dalam kerangka berpikir ini hanya akan
Kesatuan wilayah juga menjadi ciri khas tercapai bila bangsa Indonesia justru
dalam periode ini. Kebijakan transmigrasi mengedepankan perbedaan budaya
adalah salah satunya. Dengan dilakukan tersebut. Menurut Wisnumurti (2010),
transmigrasi memindahkan pendudukan multikulturalisme mengedepankan prinsip
dari pulau padat penduduk ke pulau jarang keterbukaan, kesetaraan, keadilan dan
penduduk, seperti dari Jawa ke Sumatera, penghormatan atas perbedaan, sangat
Kalimantan atau Sulawesi adalah sebuah cara sejalan dengan nilai-nilai Bhinneka Tunggal
agar terjadi kesatuan dan perasaan memiliki Ika, oleh karena itu, menjadi sangat penting
yang tinggi terhadap Indonesia sebagai untuk dijadikan dasar dalam memperkuat
sebuah kesatuan negara. Negara berdaulat, solidaritas sosial dan kebangsaan sebagai
bersatu dan melebur merupakan ciri-ciri konstruksi dalam memperkokoh persatuan
pesan yang mengutamakan Tunggal Ika. dan kesatuan bangsa. Paradigma yang
Kemajemukan bangsa ada namun tidak demikian sangat kental terasa ketika
dimaknai penting karena persatuan dan Indonesia memasuki masa reformasi.
kesatuan bangsa dan negara dianggap lebih Dalam masa ini, keragaman menjadi satu isu
penting dalam proses kemajuan bangsa yang penting setelah selama tiga dasawarsa
(memodernkan bangsa). masa orde baru isu keragaman seperti
Tinjauan Paradigma Interpretif terpinggirkan, dikalahkan oleh isu persatuan,
dalam memandang Bhinneka Tunggal Ika. kesatuan, keseragaman. Keragaman dalam
Paradigma ini dapat dikatakan sebagai masa reformasi ini terlihat dalam berbagai
anti tesis dari paradigma positivistik. Oleh bidang. Dalam bidang politik misalnya
karenanya, maka terdapat pemaknaan keragaman sangat kental terlihat dengan
berbeda dalam menginterpretasi pesan diberlakukannya otonomi daerah sebagai

Ascosenda Ika Rizqi, Asian Games 2014: Implementasi Bhinneka Tunggal Ika melalui Olah Raga
60

tata kelola negara. Dalam bidang budaya dianggap sebagai satu lapisan terluar
keragaman diperlihatkan terutama melalui dari kenyataan atau realitas sosial yang
diakuinya tahun baru suatu etnis sebagai hari sesungguhnya terjadi. Dengan paradigma
libur nasional. Dalam bidang pendidikan, kritis ini, kondisi yang ada tersebut harus
keragaman dalam masa reformasi ditandai dibongkar dengan mengajukan asumsi-
dengan tumbuh suburnya sekolah-sekolah asumsi yang mempertanyakan kondisi yang
yang berwawasan komunitas dan lokalitas ada tersebut. Misalnya saja jika kita melihat
masing-masing tempat. Walaupun masih pada masa orde baru yang menekankan
banyaknya hambatan, namun Bhinneka kesatuan dan penyeragaman, maka harus
Tunggal Ika yang menekankan keragaman dipertanyakan mengapa hal demikian
seperti halnya paradigma interpretif banyak terjadi, siapa yang mendapatkan keuntungan
dapat dilihat dalam masa reformasi. dengan kondisi yang demikian itu, apakah
Paradigma kritis memandang suatu mungkin kodisi demikian diciptakan
realitas sosial sebagai realitas yang semu. negara untuk memobilisasi rakyat demi
Dalam paradigma ini, suatu realitas sosial pembangunan, dan lain sebagainya.
dianggap memiliki berbagai lapisan yang Apabila Bhinneka Tunggal Ika
jika dikupas semakin dalam maka akan dalam satu masa dalam sejarah Indonesia
terbongkar lapisan-lapisannya. Seperti yang ini dianggap menekankan ke-bhinneka-
telah disebutkan dalam bagian sebelumnya, annya, maka dengan paradigma kritis perlu
paradigma positivis menekankan universalisme pula dijelaskan mengapa itu terjadi dan
dan keseragaman, sehingga bila digunakan untuk kepentingan pihak atau kelompok
untuk menelaah Bhinneka Tunggal Ika maka mana kondisi demikan itu terjadi.
penekanan Bhinneka Tunggal Ika adalah pada Misalnya dengan melihat pada masa
Tunggal Ika atau satu dan seragam. Dan seperti reformasi dimana penekanan Bhinneka
juga telah disebutkan sebelumnya, jika Tunggal Ika hanya pada bhinneka-nya
menggunakan paradigma interpretif, maka maka perlu dilihat mengapa hal ini terjadi,
pembahasan mengenai Bhinneka Tunggal bisa saja kondisi demikian terjadi. karena
Ika akan menitikberatkan pada Bhinneka- negara memang melihat bahwa pada masa
nya atau keragamannya. Namun apabila reformasi masyarakat sudah lelah dengan
Bhinneka Tunggal Ika dikaji dengan penyeragaman sehingga apabila negara
menggunakan paradigma kritis, realitas pada masa reformasi tetap memberlakukan
yang berupa terjadi penekanan pada penyeragaman, maka tentangan akan banyak
Bhinneka atau realitas berupa penekanan terjadi terhadap negara. Sebaliknya jika
pada Tunggal Ika hanyalah realitas yang negara lebih mengedepankan keragaman,
semu. Kedua realitas yang ada tersebut maka masyarakat akan memihak pada
hanyalah lapisan paling luar dari apa yang negara, dan dengan demikian negara akan
terlihat dan dirasakan. memperoleh legitimasi dari rakyat.
Penggunaan paradigma kritis menurut
Salim (2006) yang menganggap untuk METODE
memahami suatu realitas yang diperlukan Metode yang digunakan dalam
adalah membongkar realitas semu yang artikel ini adalah kajian literatur untuk
ada; sehingga dalam menelaah Bhinneka menganalisis implementasi Bhinneka Tunggal
Tunggal Ika akan membongkar realitas- Ika melalui olah raga dalam hal ini adalah
realitas yang ada. Dengan menggunakan ajang Asian Games. Analisis data dilakukan
pendekatan kritis ini, kondisi dimana dengan memadukan kebenaran obyektif dari
penerapan Bhinneka Tunggal Ika lebih data dari buku dan media massa.
menekankan kesatuan dan keseragaman

Jurnal Civic Hukum,Volume 1, Nomor 2, November 2016, hal 56-63


61

HASIL DAN PEMBAHASAN Asian Games merupakan momen


Menurut Rasyid (2009) dalam terbesar bangsa Asia khususnya dalam
Undang–Undang Republik Indonesia bidang olahraga yang sudah diselenggarakan
Nomor 3 tahun 2005 menjelaskan bahwa sejak tahun 1950an, di tahun 2014 Asian
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Games diadakan di Incheon, Korea Selatan.
Negara Pemuda dan Olahraga, melalui Asian Games 2014 atau Pesta Olahraga
Deputi III, Bidang Kewirausahaan Pemuda Musim Panas Asia 2014 adalah edisi ke-
dan Industri Olahraga, mulai menata langkah- 17 dari acara multi event olahraga regional
langkah konkret untuk mengembangkan Asia yang diselenggarakan di Incheon-
industri olahraga dalam rangka mendorong Korea Selatan pada tanggal 18 September
tumbuhnya olahraga pendidikan, olahraga 2014 hingga 4 Oktober 2014. Asian Games
prestasi, dan olah-raga rekreasi, untuk 2014 mempertandingkan sebanyak 36
mendorong tumbuhnya industri dan ekonomi cabang olahraga. Slogan Asian Games
nasional yang menyejahterakan masyarakat, 2014 yaitu 'Diversity Shines Here', lebih
dan untuk menanggulangi pengangguran, dari 14 ribu atlit dan staf dari 45 negara
membuka peluang kerja dan usaha bagi berkompetisi memperebutkan 439 medali
wirausaha. Industri olahraga yang berbentuk di 36 cabang olahraga.
sarana dan prasarana yang diproduksi, Emblem yang diumumkan oleh
diperjualbelikan, dan/atau disewakan untuk IAGOC (Incheon Asian Games Organization
masyarakat belum berjalan seperti yang Committee) sebagai penyelenggaran Asian
diharapkan karena banyak faktor, di antaranya Games 2014 memiliki makna sebagai
keterbatasan modal dan kesulitan memasarkan berikut: pertama, konsep desain. Huruf A
produk. Misalnya, perlengkapan olahraga merupakan isial dari Asia yang membentuk
produk lokal, seperti pakaian dan sepatu, formasi manusia mengilustrasikan tangan
tentu akan kalah bersaing dengan produk orang Asia bergandengan tangan dan
luar dengan merek tertentu, seperti adidas, membentuk sayap. Sedangkan lambang
nike, puma, lotto, dan reebok. Masyarakat matahari cerah (simbol OCA dan Asian
sudah mempunyai brand image dan Games) memiliki makna sebuah pergerakan
fanatisme yang luar biasa terhadap produk- yang konstan menuju masa depan yang
produk dari luar tersebut yang seakan- cerah. Pesan yang ingin disampaikan adalah
akan dapat mengangkat harga dirinya jika harapan agar masyarakat Asia membangun
memakai produk-produk tersebut. Industri persahabatan dan harmono melalui ajang
olahraga yang berbentuk jasa penjualan Asian Games 2014. Kedua, elemen warna.
kegiatan cabang olah raga nasibnya tidak Terdapat campuran warna biru dan hijau
lebih baik daripada industri olahraga yang yang memiliki arti masa depan yang cerah
berbentuk barang. Kenyataan di lapangan dan harapan dari Incheon. Warna hijau
menunjukkan belum semua event cabang melambangkan pertumbuhan berkelanjutan
olahraga dapat menghasilkan keuntungan dari Incheon yang merupakan perpaduan
finansial, seperti yang terjadi dalam yang koheren antara alam dan manusia.
cabang sepak bola. Panigoro (2011) juga Sedangkan warna biru melambangkan
menjelaskan bahwa industri sepak bola langit, laut serta kota Incheon yang maju
di Indonesia dapat mencapai angka Rp 3 serta menggambarkan keinginannya
triliun yang mampu memberikan kontribusi menjadi kota dunia. Ketiga, elemen huruf.
bagi ekonomi nasional. Setiap ada event Huruf yang ditulis dalam bentuk Gothic
sepak bola, baik tingkat daerah, nasional, dan biru gelap memberikan arti sebuah
maupun internasional, tidak pernah sepi kedinamisan dan perkembangan ke depan
penonton. dari Incheon dalam hubungannya dengan

Ascosenda Ika Rizqi, Asian Games 2014: Implementasi Bhinneka Tunggal Ika melalui Olah Raga
62

negara-negara di Asia (Hutagalung, 2016). momen Asian Games 2014 sebagai


Maskot dari Asian Games 2014 pemersatu bangsa melalui pentas olahraga
adalah tiga seal atau anjing laut. Ketiga yang tentu dalam 20 tahun ke depan
seal tersebut bernama Barame, Chumuro belum tentu bisa dinikmati seperti saat
dan Vichuon yang memiliki makna angin, ini. Mengingat kembali dimana Indonesia
tarian dan cahaya. Pertama, Barame atau juga sukses menjadi juara umum dalam
cahaya. Hal ini melambangkan cahaya ajang SEA Games 2011 yang dilaksanakan
harapan brsinar di dunia. Kedua, Chumuro di Jakarta, yang nyatanya juga mampu
atau tarian. Hal ini memiliki arti untuk mempersatukan rasa ke-bhinneka tunggal
memperkenalkan Asian Games kepada ika-an kita. Tanpa membedakan suku,
dunia luas. Ketiga, Vichuon atau cahaya. agama, warna kulit semuanya menyatu,
Hal ini berarti melalui ajang Asian Games berbaur meneriakkan dengan lantang kata
diharapkan sesama bangsa Asia bisa “Indonesia dan Garuda”, inilah bukti bahwa
menjalin hubungan yang harmonis dan melalui olahraga semangat persatuan,
hangat. semangat ke-bhinnekaan itu tetap ada
Sebagai warga negara Indonesia dan terus terjaga, melalui dunia olahraga
seyogyanya kita juga harus ikut andil pula pemberitaan negatif tentang bangsa
dalam mendukung kegiatan Asian Games Indonesia tertutupi oleh semangat persatuan
yang diikuti oleh atlet-atlet terbaik negara dari masyarakat Indonesia pada umumnya.
Indonesia, selain itu sebagai masyarakat Sebagai bukti beberapa cabang
Indonesia juga wajib mendukung olahraga yang mampu mempersatukan
perjuangan para pahlawan olahraga di kebhinnekaan kita sebagai bangsa
pentas 4 tahunan tersebut. Esesnsi dari Indonesia melalui cabang olahraga adalah
event Asian Games sebenarnya tidak bagaimana saat tim nasional sepakbola
selalu berkaitan dengan medali saja. Asian Indonesia berlaga di lapangan hijau,
Games merupakan sebuah kebanggan bagaimana riuhnya para penonton di
bagi negara Indonesia karena para putra stadion sepakbola dalam mendukung tim
putri terbaik bangsa membawa semangat kesayangan masyarakat Indonesia, sehingga
yang tinggi dalam mengharumkan nama menimbulkan semangat tersendiri bagi para
Indonesia. Dalam Asian Games para atlet pemain sepakbola, nyanyian atau chant
harus memiliki sikap sportif, fair play, dan “garuda di dadaku garuda kebanggaanku,
semangat tim yang membara. Oleh karena ku yakin hari ini pasti menang...” serta
itu sebagai negara yang ber-Bhinneka nyanyian atau chant lain yang membuat
Tunggal Ika kita wajib mendukung mereka bulu roma berdiri serta tak jarang air mata
di kancah Asian Games 2014. menetes karena rasa bangga terhadap tim
Membicarakan Asian Games 2014 nasional sepakbola Indonesia, Begitu pula
ini tentunya tidak hanya masalah olahraga di cabang olahraga lain seperti badminton,
dari berbagai cabang, namun sejenak melihat antusiasme masyarakat Indonesia
sebagai warga negara Indonesia tentunya dalam mendukung para pemain bulutangkis
ada semangat ber-bhinneka tunggal ika di Istana Olahraga (Istora) Senayan Jakarta
dalam implementasinya, sejenak kita sangat mengharu biru, nyanyian atau
bisa melupakan perbedaan, sejenak kita chant ”Indonesia...Indonesia...Indonesia”
bisa melupakan rasa hedonisme terhadap membuat suasana yang berbeda sehingga
daerah masing-masing, semua berbaur semangat para pemain Bulu Tangkis
menjadi satu mengibarkan bendera merah menjadi tumbuh dan berusaha untuk
putih di arena olahraga, seluruh lapisan memberikan yang terbaik bagi bangsa
masyarakat Indonesia memanfaatkan Indonesia, dan masih banyak lagi cabang

Jurnal Civic Hukum,Volume 1, Nomor 2, November 2016, hal 56-63


63

olahraga lain yang mampu membuat cerita Pursika, I Nyoman. 2009. Kajian Analitik
tersendiri demi sang merah putih berkibar Terhadap Bhinneka Tunggal Ika.
di podium tertinggi serta membawa terbang Jurnal Pendidikan dan Pengajaran,
garuda di langit tertinggi. Jilid 42, Nomor 1, April 2009:
Universitas Udayana
SIMPULAN Rasyid, S. 2009. Menjadikan Industri
Bhinneka Tunggal Ika merupakan Olahraga sebagai Tulang Punggung
semboyan bangsa Indonesia yang Industri Nasional. http://www.
memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap indonesia.go.id diakses pada tanggal
satu, dimana kata Bhinneka Tunggal Ika 15 Agustus 2016
diambil dari bahasa sansekerta, Bhinneka Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma
Tunggal Ika sudah melekat dalam sanubari Penelitian Sosial. Tiara Wacana.
masyarakat Indonesia yang memang secara Yogyakarta.
geografis memiliki keperbedaan mulai dari Sarantakos, Sotirios. 1995. Social Research.
masyarakat hingga budayanya, namun Macmillan Education Austalia Pty
perbedaan itu bukanlah penghalang bagi Ltd.
Indonesia, namun justru perbedaan itulah Setyani, Turita Indah. 2009. Bhinneka
yang membuat Indonesia menjadi satu Tunggal Ika sebagai Pembentuk Jati
dan kuat. Melalui pesta olahraga se-Asia Diri Bangsa.
atau dikenal dengan nama ASIAN Games Sujanto, B. 2009. Pemahaman Kembali
2014 rasa ke-bhinnekaan itulah yang justru Makna Bhinneka Tunggal Ika
semakin kuat dan nyata dalam aksinya, (persaudaraan dalam kemajemukan).
melalui olahragalah rasa kebhinnekaan itu Jakarta: Sagung Seto
tetap ada dan terjaga dengan baik, inilah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
bukti bahwa Bhinneka Tunggal Ika bukan tahun 1945
hanya semboyan yang di cengkram oleh Wisnumurti, Anak Agung Gede Oka. 2010.
kaki-kaki burng Garuda, namun salah satu Kesadaran Multicultural dalam
implementasi Bhinneka Tunggal Ika akan Memperkokoh Persatuan. Jakarta
tetap hidup melalui cabang olahraga.

DAFTAR PUSTAKA
Hutagalung, Jefry. 2014. Asian Games
2014-Incheon-Korea Selatan: Ketiga
KalinyaKoreaSelatanMenyelenggarakan
Event Akbar Asian Games. https://
jefrihutagalung.wordpress.com/tag/17th-
incheon-asian-games-2014/ diakses pada
tangga; 15 Agustus 2016
Kusumohamidjojo, B. 2000. Kebhinnekaan
Masyarakat Indonesia: Suatu
Problematik Filsafat Kebudayaan.
Jakarta: Grasindo.
Mahfud, C. 2009. Pendidikan Multikultural.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Panigoro, A. 2011. Industri Sepak Bola
Mencapai Rp 3 Triliun. Koran Kompas.
(17 Januari 2011). Halaman 29.

Ascosenda Ika Rizqi, Asian Games 2014: Implementasi Bhinneka Tunggal Ika melalui Olah Raga

Anda mungkin juga menyukai