Anda di halaman 1dari 3

Makna Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

 By BAMS  Jan 10,
2023  AdatIstiadat, Agama, Bahasa, BhinekaTunggalIka, Harmonis, Keanekaragaman, Kepentinganbersama, kerjas
ama, Kesadaransikap, Kesatuanmajemuk., Negarakepulauan, Negarakesatuan, perjuangan, PersatuandanKesatuan, 
SemboyanNegaraIndonesia, Sukubangsa, Warnakulit

“Bhinneka Tunggal Ika” adalah motto yang digunakan di Indonesia dan berarti “Unity in
Diversity” atau “Kebersamaan dalam Keragaman”. Kata-kata ini digunakan sebagai simbol
persatuan dan toleransi di negara yang beragam etnis, agama, dan budaya. Motto ini pertama kali
ditemukan dalam sebuah manuskrip karya empat abad yang lalu dari seorang penyair Jawa
bernama Mpu Prapanca. Bhinneka Tunggal Ika sangat penting dalam sejarah dan budaya
Indonesia, simbol ini menggambarkan keberagaman yang kaya dari berbagai suku, agama, dan
budaya yang ada di Indonesia dan bagaimana kita dapat hidup berdampingan dengan toleransi,
persatuan dan kedamaian.

Table of Contents
 Makna Bhinneka Tungga Ika
o Kesatuan sejarah
o Kesatuan nasib
o Kesatuan kebudayaan
o Kesatuan asas kerohanian
 Tiga Aspek Persatuan Indonesia
o Aspek Satu Nusa
o Aspek Satu Bangsa
o Aspek Satu Bahasa
 Kesimpulan
 Referensi

Makna Bhinneka Tungga Ika


Arti dari Bhinneka Tunggal Ika dalam konteks Persatuan Indonesia adalah bahwa meskipun
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat
yang berbeda-beda, namun keseluruhannya tetap merupakan satu persatuan. Ini dijelaskan dalam
PP No. 66 tahun 1951, yang diumumkan pada tanggal 17 Oktober 1951 dan diterbitkan dalam
Lembaran Negara No. II tahun 1951, yang menjelaskan bahwa persatuan bangsa dan wilayah
negara Indonesia tetap terjaga meskipun ada perbedaan-perbedaan yang ada.

Baca juga: Keberagaman Indonesia: Penyebab dan Contoh

Keanekaragaman di Indonesia bukanlah sesuatu yang bertentangan atau merugikan, melainkan


justru menjadi bagian dari persatuan bangsa dan negara. Keanekaragaman ini memperkaya sifat
dan makna dari persatuan Indonesia.Dalam proses perkembangan persatuan suatu bangsa
(nasionalisme), ada dua aspek kekuasaan yang mempengaruhinya: kekuasaan fisik (lahir) atau
yang juga disebut kekuasaan material yang meliputi kekerasan, paksaan, dan kekuasaan idealis
(batin) yang berupa nafsu psikis, ide-ide, dan kepercayaan. Persatuan bangsa yang dikendalikan
oleh kekuasaan fisik akan berkembang menjadi bangsa yang materialistik.

Proses perkembangan persatuan bangsa yang dikendalikan oleh kekuasaan idealis akan
menghasilkan suatu negara yang ideal tetapi tidak sesuai dengan realitas bangsa dan negara. Oleh
karena itu, prinsip-prinsip nasionalisme di Indonesia harus merupakan suatu sintesa yang
seimbang dari hal-hal yang bersifat fisik dan idealis, yang sesuai dengan hakikat manusia yang
memiliki beragam aspek. Hal ini sesuai dengan Pancasila, yang mengakui hakikat manusia yang
beragam.

Baca juga: Gaya Kepemimpinan Situasional: Teori, dan Contoh

Dalam perkembangan nasionalisme di dunia, terdapat berbagai teori, salah satunya yaitu teori
Hans Kohn yang menyatakan bahwa nasionalisme terbentuk dari persamaan bahasa, ras, agama,
peradaban, wilayah negara, dan kewarganegaraan. Bangsa tumbuh dan berkembang melalui
analisis akar-akar yang terbentuk melalui jalannya sejarah.

Baca juga: Gaya Kepemimpinan Demokratis: Konsep, dan Aplikasi


Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat dan kebudayaan
yang berbeda-beda serta wilayah negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Oleh karena
itu, keanekaragaman itu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi justru merupakan sumber
daya dari persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kenyataan objektif, perkembangan nasionalisme
Indonesia telah dibentuk dalam sejarah yang berakar dalam adat-istiadat dan kebudayaan. Arti
dari paragraf tersebut adalah bahwa prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia)
terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait, diantaranya:

Kesatuan sejarah

Bahwa bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam sebuah proses sejarah yang sama.

Kesatuan nasib

Bahwa seluruh elemen bangsa Indonesia berada dalam proses sejarah yang sama dan mengalami
nasib yang sama dalam penderitaan di bawah penjajahan dan kebahagiaan bersama setelah
kemerdekaan.

Kesatuan kebudayaan

Bahwa keanekaragaman kebudayaan di Indonesia tumbuh menjadi bentuk kebudayaan nasional.

Kesatuan asas kerohanian

Bahwa ide, cita-cita, dan nilai-nilai kerohanian yang menyatu dalam Pancasila merupakan dasar
dari persatuan bangsa Indonesia.

Berdasarkan prinsip-prinsip nasionalisme tersebut, dapat disimpulkan bahwa nasionalisme


memiliki peran historis dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, yaitu mampu mewujudkan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Persatuan Indonesia merupakan jiwa dan semangat
dari perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Asal Usul Nama dan Perkembangan Islam di Jambi

Menurut Muhammad Yamin, proses terbentuknya persatuan bangsa Indonesia dalam perjuangan
kemerdekaan adalah unik dan berbeda dari bangsa lain. Tujuan dari proses ini adalah untuk
menciptakan sebuah bangsa yang benar-benar merdeka dan memiliki kebebasan untuk
menentukan nasib sendiri tanpa tergantung pada bangsa lain. Proses ini diperluas dalam 3 fase
yaitu : Zaman Kebangsaan Sriwijaya, Zaman Kebangsaan Majapahit, dan Zaman Kebangsaan
Indonesia Merdeka (yang dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945). Kebangsaan Indonesia
pertama dan kedua dianggap sebagai nasionalisme lama, sementara fase ketiga dianggap sebagai
nasionalisme Indonesia Modern, yaitu sebuah negara kebangsaan yang didasarkan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai