Anda di halaman 1dari 2

Fiqih Al-qur’an

Dalam QS. Al-Nisa’ ayat 4-6 ada beberapa hal penting yang dapat kita ketahui dan
simpulkan, diantaranya:

1. Mahar  bukan berarti harga wanita, melainkan hadiah lelaki dan pertanda


ketulusan lelaki dalam merefleksikan cintanya.  Kata "Shadaq" berarti  mahar
yang berasal dari kata shidq  yang artinya kejujuran.  Berarti mahar itu sendiri
simbol dari kejujuran.
2. Mahar merupakan hak perempuan dan milik isteri yang harus diberikan oleh
suami dan tidak boleh diambil darinya.
3.  Menurut Islam,  harta dan kekayaan dunia bukan hanya tidak baik dan
tercela, melainkan penyebab kekokohan sistem ekonomi, dengan catatan tidak
ada di tangan orang-orang yang bodoh.
4. Untuk menggunakan hartanya, anak yatim disyaratkan sudah  dewasa dalam
berpikir. Itulah mengapa seorang remaja boleh menggunakan hartanya dengan
syarat sudah dewasa secara ekonomi.
5.  Perlu keseriusan dalam  masalah keuangan dan ekonomi.  Selain seseorang
harus memperhatikan perintah Allah,  ia harus menjaga  kehormatannya di
tengah  masyarakat.

Munasabah ayat

QS. Al-Nisa’ ayat 4 memiliki persamaan pembahasan dengan QS. Al-Nisa’


ayat 20-21 yang artinya:

Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu
telah memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak, maka
janganlah kamu mengambil kembali sedikit  pun darinya. Apakah kamu akan
mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung)
dosa yang nyata? Dan bagaimana kamu akan mengambil kembali, padahal kamu
telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah
mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu. (QS. Al-Nisa’: 20-
21).

Jika dalam surat Al-Nisa’ ayat ke 4 menjelaskan tentang kewajiban seorang lelaki
menyerahkan mahar kepada seorang wanita, Maka didalam surat Al-Nisa’ ayat 20-21
menjelaskan tentang Mitsaqan Ghalizon (perjanjian yang kuat) atau bisa diartikan
sebagai akad nikah yang mana mempunyai keterkaitan dengan apa yg telah dibahas
sebelumnya yaitu tentang penyerahan mahar.

Makna ijmali

Ayat ini menerangkan bahwa seorang laki-laki wajib menyerahkan mahar


kepada wanita sebagai suatu keharusan dan keadaannya rela. Sebagaimana ia
menerima pemberian dan memberikan hadiah dengan penuh kerelaan, begitu pula
kewajiban ia memberikan mahar kepada wanita dengan penuh kerelaan. Dan jika si
isteri secara suka rela menyerahkan sesuatu dari maharnya setelah disebutkan
jumlahnya, maka suami boleh memakannya dengan halal dan baik.

Diayat selanjutnya Allah Swt. melarang memperkenankan kepada orang-


orang yang belum sempurna akalnya melakukan tasarruf (penggunaan) harta benda
yang dijadikan oleh Allah untuk dikuasakan kepada para wali mereka.
Yakni para wali merekalah yang menjamin kehidupan mereka dari hasil pengelolaan
hartanya, baik melalui dagang ataupun cara lainnya.

Dari pengertian ini bisa disimpulkan bahwa orang-orang yang kurang


sempurna akalnya dikenakan hijir (tidak boleh men-tasarruf-kan hartanya). Mereka
yang di hijir ini ada beberapa macam: 1.adakalanya karena usia orang yang
bersangkutan masih sangat muda. sebab perkataan seorang anak kecil tidak dianggap
(dalam mu'amalah). 2.adakalanya hijir disebabkan karena penyakit gila. 3.adakalanya
karena buruk dalam bertasarruf mengingat akalnya kurang sempurna atau agama
kurang. Hal seperti itulah yang bisa menyebabkan orang dapat di hijir.

Anda mungkin juga menyukai