Anda di halaman 1dari 11

Kepadamu yang Kunanti

Wednesday, August 27th, 2008

Kepadamu
Yang Kunanti
Dalam Pahatan Kesabaran..
Di
Penghujung DO’A-DO’A malamQ

Teriring rasa syukurku yang tak ternilai kepada penciptamu, juga yang menciptakanku, atas
nikmat yang bertumpuk, yang insya Alloh akan menyatukan qta..dalam cinta, dan ridhoNya.
Yang akan mempertemukan Qta dalam dakwah, dalam kebaikan, semoga ikatan kokoh nan suci
itu nanti tak melenakan Qta, tak membuat Qta lupa bersyukur setiap tetes anugerahNya, yang
telah menjaga separuh Dien Qta..,sungguh bersamaNya Qta kokoh, & kuat.
Shalawat serta salam kepada junjungan Qta, tauladan terbaik, murobbi teragung..Rosulullah.
Mengikrarkan diri qta untuk mengikuti sunnahnya, segala ucapan, tindakannya adalah kebaikan ,
tiada cela yang terdapat dalam dirinya.. Duh..Rosulullah..kekasih alloh..sungguh kami rindu
berhimpun bersamamu di jannahNya kelak. Rosulullah yang mencerahkan kejahiliaan qta,
menuju ketauhidan.
Aku ingin selalu bersamamu, sahabat perjalananku, yang akan Alloh pilihkan untukku menjalani
sunnah ini, engkau imamku..pengawal yang nampak dalam zhohirQ dalam mengikuti jejaknya.
Hingga kelak qta menceritakan kepada buah cinta Qta (kapanpun Alloh..menganugerahkan &
mengamanahkannya kepada qta), tentang nikmat Alloh..juga perjuangan Rosulullah dan para
shahabatnya dalam mempertahankan Dien ini.
Cahaya mataku..
Aku tahu..engkau belum mewarnai hari2ku..
Tapi..sungguh dalam setiap do’a malamku engkau selalu kulirihkan. Menghadirkanmu dalam
setiap asaku. Kerinduanku padamu..kerinduan tanpa lelah, tanpa waktu, tanpa ruang, ia
menembus semuanya. Disudut bumi yang lain, aku..,sepanuh keyakinan bahwa engkaupun
mendo’akanku..dalam asa yang sama, lirih yang sama, menghiba dalam ketundukkan yang sama
padaNya.
Keyakinan..,Alloh akan menghadirkanmu menjaga separuh Dienku, mengamanahkan aku
padamu, mengganti peran ayah bundaku dalam menjagaku.., teramat besar kerinduan itu
padamu. Meski hanya terhadir dalam do’a lirih. Dan itu untukmu..penyejuk mataku, rembulan
ditepi malam panjangku. Ku merindu nyatamu, merindu .jiwa yang belum berwujud, merindumu
dalam sunyi, dalam lirih jiwa, dalam tetesan airmata, merindu hadirmu dengan tulus hati, juga
raga yang menanti.
Kekasih hatiku..
Tapi..
Terlalu banyak ketakutan yang mendera..
Ketakukan ketika akan membersamaimu kelak. Ketkutan mendampingimu, dalam
ketidaksempurnaanku. Akankah engkau qona’ah dan sabar menerima keterbatasanku sebagai
hambaNya yang dho’if.
Saat kurasa tak mampu menyamai langkahmu..,indah tingkahmu, baik pekertimu, luas ilmumu.
Juga ketakutan akan ketidaksempurnaan fisikku dimatamu, zhohir dan bathinku. Mungkinkah
engkau Qona’ah..?? seperti kerelaanku menerima dirimu dengan utuh yang ada padamu.
Penenang jiwaku..aku ingin mencintaimu kelak dalam kesahajaanku, dalam kesederhanaanku,
tapi hati Qta lapang, jiwa Qta berpeluk erat.. dan aku ingin qta tumbuh kembang.., bersama,
berdua.

“kuharap hanya keikhlasan


Dan kurindukan keramahan
Aku inginkan kemesraan
Berkekalan..berpanjangan..
Mengasihimu dikasihi
Menyayangimu disayangi
Merindui dan dirindui
Saling mengerti dihati..

“Inteam nasyid”

Penyempurna separoh Dienku..jika kelak engkau telah Allah halalkan untukku..,izinkan aku
belajar mencintaimu.., mencintai segala kelemahanmu, dengan utuh. Semoga kecintaanku
padamu yang bermuara padaNya, membawaku ke jannahNya..hingga aku menjadi
bidadarimu..dunia hingga akhirat, yang akan membuat para bidadari bermata jeli di syurga
cemburu melihat aku bersamamu. Dan akhirnya..,aku menatapmu lembut..sambil mengecup
lembut tangan kokohmu dengan ta’zim..bahwa aku mencintaimu..terima kasih untuk cintamu,
untuk kerelaanmu..menjadi penyempurna agamaku, penjaga ketaatanku.

Suatu saat..
ketika kerinduan untuk menghadirkanmu,
begitu berderak-derak, berpeluh-peluh..
berlirih-lirih dalam isak tangis tertahan..
juga haru biru senyum

Medio Syawal..1428 H..


setahun yang lalu..hingga kinipun masih bergelora
Nana ElFanny “ena_mabar@yahoo.com”

Posted in Uncategorized | No Comments »

Menulis Dibatu
Wednesday, August 27th, 2008

MENULIS DIBATU
by
elfanny19071984”ena_mabar@yahoo.com”

Aku selalu menulis dibatu


Mencipta prasasti
Mengukir dengan jiwa
Semua kicaumu..
Semua rasa ada disini..
Bersama prasasti
Putih bertemu putih
Hitam bertemu hitam
Juga..
Putih melawan hitam
Aku selalu menulis dibatu..
Begitu engkau bertutur..
Suatu ketika.
Lalu..
Akupun ikut memahat..
Mengukir dengan jiwa
Mengukir dirimu..
Melegendakan..
Dalam setiap apitan jemari hidup
Dan..
Tercipta jua batu-batu sejarah itu
Engkau..
Yang selalu menulis dibatu

Untukmu..yang pernah bertutur,


“aku selalu menulis dibatu”

Dan..
Alloh jua tempat qta menggantungkan asa
Barokallahulakum..
met mnyambut Romadhon,yg penuh barokah

Posted in Uncategorized | 1 Comment »

Bianglala
Sunday, August 24th, 2008

bianglalamu..suatu malam
menerjemahkan ruang-ruang bathin
Berpijar..
Senyummu membentuk lengkung pelangi
diujung kaki langit sana..
kucoba jua tersenyum..
menerobos semua labirin jiwamu
lalu..
menjelma bias cahaya..
cukup temaramkan malam panjangmu..
meski tak seindah purnama yg kau rindu
bersama keyakinanku..
kupercaya..
bahwa kaupun menjelajah hatiku..
dan tahu..
ku merindu..

By
Elfanny
tuk bintang..semoga kau mengingatnya

Posted in Uncategorized | No Comments »

kuingin mencinta
Sunday, August 24th, 2008

bawa aku menuju taqdirmu


agar senyumku bertemu senyummu
mengepul dari setiap sudut-sudut bibir
agar rongga udara hidupku mengarus
aku belum ingin membeku
karena kuingin mencinta
atau bawakan saja aku pelangi
selendang tujuh bidadari
tanggaku menuju nirwanamu
karena kuingin mencinta
seperti mencintanya langit, memeluk bumi
mencintanya bumi, merahim semesta
kuingin mencinta..
bersama taqdirmu

elfanny sayang..suatu malam

Posted in Uncategorized | No Comments »

saat indahku
Monday, August 18th, 2008

saat indahku
ketika rinai hujan turn
mengguyur mayapada
menghijaukan setiap sudut taman hati..
segaris pelangi..
dan kurasai..
pelangi senyummu..berpendar memesona
menyapa reruntuhan
keping-keping hati
yang terserak..

Nana Elfanny(ena_mabar@yahoo.com)
suatu saat..

Posted in Uncategorized | No Comments »

bersamamu ku tegar
Monday, August 18th, 2008

.
Allah..cukup Engkau pelindung
Atas desiran yang menghenyakkan
Atas galau yang meresahkan
cukuplah Engkau jua pelabuhan itu
Terminal jiwa menghiba..

KamarQ, 19.44
Jum’at malam,15082008

Posted in Uncategorized | No Comments »

cerpen_nana”purnama ketigaratus
Monday, August 18th, 2008

PURNAMA KE-TIGA RATUS

Perempuan itu laksana Nayla masa kini.


Yang menutup celah bagi lelaki lain,selain lelaki tua yang mencintainya,”Usman Bin Affan”.
Seandainya ia seorang lelaki, maka dialah Muhamad yang selalu merindukan selimut Khodijah..
Kekuatan cinta..

“Dipurnama ketiga ratus ini..kau tetap memancarkan cahayamu..bahkan kini lebih bersinar,
mengingatkan aku akan tigaratus purnama yang telah berlalu. Aku selalu menghitungnya.., tak
lelah jemariku..,tak berhenti bibirku. Cahayamu tak pernah berubah, bahkan kini..bagiku, ia
begitu terasa lebih indah, terasa lebih dekat. Sungguh..aku ingin berada di purnama pertama..,
selalu, gumamnya lirih. Selirih desau angin malam itu.
Dibalik jendela kamar, perempuan cahaya itu menatap purnama. Entah..,kenapa begitu
dinikmatinya. Sesekali ia tersenyum..,senyum yang tak seorangpun mengerti. Karena disudut
matanya, ada kristal bening membanjir, ada sesak menjelajah ruang hati, ada duka
tersemayam..tapi ia juga semburat merah jambu, merona.
@@@

Kenapa memanggilku dede, bukan ummi..”serunya merajuk. Suka kok di panggil ummi.. rindu
dengan sebutan itu, “sambungnya.
Lelaki setengah baya itu hanya tersenyum, sorot matanya penuh cinta..berpendar indah.
“Karena aku sayang..,aku suka..,karena ku ingin memanjakan bidadari, dan selebihnya..karena
aku mencintaimu, dunia hingga akhiratku dan kau memenuhi setiap labirin jiwaku, “sahut lelaki
itu.
Perempuan itu tersenyum..semburat merona mewarnai setiap centi wajahnya.
Air matanya mengalir..,lembut lelaki itu merengkuhnya, mendekap cinta yang mekar.
“Terima kasih untuk cintamu..,Alloh akan mengokohkannya, mengekalkan dalam
syurganya..dan itu untuk kita, kita berdua saja. Aku juga mencintaimu..dunia hingga
akhiratku..”sambut perempuan itu, seolah ia tak mau terkalahkan dengan kecintaan suaminya,
yang telah memenuhi setiap sudut taman jiwanya.
Lelaki itu tersenyum..,senyum kerinduan yang dia persaksikan untuk dunia, seperti ingin
menghadirkan cemburu pada semesta.

@@@

Masih terdengar isak tangisnya, membenamkan wajah dibalik kedua telapak tangannya. Ah..,
perempuan cahaya itu. Purnama menjadi saksi. Atas segenap cinta yang hadir di wajahnya.
Wajah sederhana penuh dengan ketegaran. Adakah engkau purnama?? Menjawab semua
rindunya? Merekat kepingan hatinya??

@@@

Hari itu..
Bersejarah untuknya..,ibarat prasasti. Mengukir batu cinta. Mendebarkan..menyatukan dua anak
manusia yang berbeda, mengumpulkan yang terserak, merekat yang tercerai berai, mendekatkan
yang jauh..mengokohkan yang lemah, dalam ikatan yang suci, pernikahan yang barokah.
Begitulah..fitrah.
Saat mengikrarkan ijab kabul, perjanjian yang kokoh nan indah, saat penyerahan mahar ,
perempuan itu bersimpuh pada sosok yang tak pernah dikenalnya, menyerahkan diri dalam
prosesi agung nan suci, untuk mengarungi hidup bersama dengan landasan cinta.., cinta sang
pemilik cinta, muara segala cinta.
Setetes air mata bahagia membasahi wajah teduhnya..sungguh!! Kini tak sendiri lagi.., ada sosok
yang bersedia dan sengaja hidup untuknya.
Itu tiga ratus purnama yang lalu. Saat indah pernikahan mewarnai setiap jengkal jalan yang
dilaluinya. Bersama lelaki terbaik yang ia dapatkan. Yang sengaja hidup untuknya, dengan
segenap cinta.
Perempuan itu kembali ke purnama pertama..
Saat getar tulus, ia bersimpuh tulus di hadapan orang asing..,
Saat ia di ajak berjama’ah pertama kali di belakang seorang lelaki..,
Saat jemari manisnya, begitu lembut direngkuh pertama kali oleh makhluk bernama lelaki..ia
bergetar, menembus mega perak.
Mengikrarkan diri..membersamai dalam suka dan duka.
Ada rona bahagia, pendar cinta, juga keringat dingin . Yah..kini ia merelakan setiap hembusan
nafasnya bersama lelaki itu. Lelaki asing. Belajar menyiram, memupuk cinta.., bersama, berdua.
Keajaiban yang tak pernah ia lupakan sepanjang perjalanan hidupnya. Perempuan itu mengukir
sejarahnya, sejarah cinta yang ia jadikan prasasti. Indah..mengagumkan. Duniapun cemburu.
Elfanny..aku memanggilmu begitu?? Ucap lelaki itu, pelan. Ia tak sedetikpun melepaskan
pandangannya pada perempuan yang baru beberapa jam menjadi istrinya. Matanya penuh cinta..
Kikuk..perempuan itu menunduk. Seolah membenamkan wajah dan kepalanya di perut bumi,
seperti tak ingin merah jambu pipinya tak terlihat.
Hmmm… ia, hanya kata itu yang mampu ia keluarkan di hadapan suaminya. Tak sanggup
bertutur.
“ Tapi..aku lebih suka memanggilmu d e d e..”lanjut lelaki itu. Semakin merona wajah
perempuan cahaya itu.
“Jika engkau mengijinkannya..” sambung lelaki itu lagi.
Perempuan itu tersenyum..senyum terindah yang ia berikan pesona.
Pesona yang memukau..

@@@

“Rembulan dan sungai kak.., “seru perempuan itu, di satu purnama. Ia menggamit lengan
suaminya..membawa pergi ke sungai di belakang rumah mungilnya.
“Hmm..iya de..”sahut lelaki itu lembut.
Lelaki itu duduk di samping istrinya..menyandarkan bahu kokohnya. Matanya menatap lepas.
Menghayati suasana malam itu bersama perempuan cahayanya.
“ Kenapa memilih purnama dan sungai..” tanya lelaki itu memecah keheningan malam itu.
Diatas hamparan pasir kehitam-hitaman Nanga Na’e dengan suara gemericik sungainya,
ditemani desau daun pisang di tiup angin..yang mengitari sepanjang sungai itu, perempuan itu
mendongakkan wajahnya kelangit biru damai malam. Sesaat ia terdiam. Matanya lekat menatap
purnama..sambil mendengarkan alunan debur air malam hari, semuanya indah.
Perempuan itu menoleh.. lalu tersenyum menatap wajah teduh suaminya. Ada cinta, ada sayang
yang tak dapat terlukis oleh apapun, juga haru biru..semua menyatu dalam jiwa lembut
perempuan itu.
“Ada apa de..? Menatapku seperti itu..,”tanya lelaki itu tersenyum.
Tersentak perempuan itu..lalu tertawa berderai.
“Aku mencintaimu..cintaku ”ucapnya menutupi keterkejutannya, sambil menggelayut manja di
lengan kokoh suaminya.
“Dede jawab pertanyaannya??” lanjutnya lagi.
“Jika itu bahagiamu de.., karena aku tak ingin melihat kabut di wajahmu ”, jawab lelaki itu.
Digenggam jemari istrinya..
Perempuan itu menangis..bahagia.
“Tak ada yang menyayangiku..seperti sayangmu saat ini..aku bahagia dan rela bersamamu, “ucap
perempuan itu lirih.
“Dulu..katanya memulai berkisah, dede sangat menyukai purnama, teduhnya, cahayanya, setiap
perempuan mengaguminya..purnama buat dede adalah kelembutan, juga keindahan. Ada cita
tercipta setiap kali menatap purnama.., suatu hari kujanjikan purnama ini bersama kekasihku,
suamiku, berdua saja. Cuma berdua..,kalaupun ada yang ketiga, cukuplah Ia pengusa alam ini,
yang memandang dede bersama kekasih dengan pandangan rahmat..
“Dan malam ini, janji itu terpenuhi sudah..Tuhan telah memberi dede lelaki sempurna, lelaki
penuh cinta. Kuingin setiap purnama, ada di sungai ini, bersama lelaki cahaya itu, bersama
kelembutan purnama.., agar lelaki cahaya itu..tahu, bahwa dede ingin bersamanya..mencipta
rumah seperti teduhnya purnama. Agar ia merasai..!!”
Lelaki itu terhenyak..,diam. Ditatapnya wajah istrinya..ada getar haru menyelinap lembut ,
didekapnya perempuan itu.
“Saat kuliah semester awal..menikmati semua ini adalah keindahan, kebersamaan, berlomba
mengais batu-batu kecil, melempar dalam canda bersama sahabat dede, tentu bersama
purnama..sama-sama menyukai purnama”.
Hm..yah,”balas lelaki itu.
Bukan hanya itu kan de??” lanjutnya.
Perempuan itu terdiam sesaat. Matanya nanar.
“Ya.. bukan hanya itu. Purnama ini, bukan hanya sekedar lahir dari mimpi-mimpi kecil dede.
Tapi ia hadir bersama kenangan-kenangan . melihat purnama adalah kerinduan dede
menghadirkan Emak , atas cintanya, atas ketulusannya. Mengenalkan dede dengan purnama,
mengajar kelembutan, seperti purnama. Ah..terlalu indah untuk mengingat itu semua..kak.”
Lelaki itu penuh hikmat mendengarkan tutur lembut istrinya, ada haru yang menggetarkan.
Teringat..
Saat pertama kali ia melamar perempuan cahaya itu, perempuan bersahaja..tanpa ayah juga ibu.
Terenyuh..juga kebanggaan menyeruak..,
Menyaksikan perempuan itu dengan ketegaran seorang perempuan, ketegaran matahari, juga
kelembutan purnama..,padu padan yang unik dan mengesankan..
Mengorbankan separuh waktunya untuk berjuang dan bertahan hidup..
Meski dengan hanya menyuci dan menyeterika baju tetangga.., perempuan bersahaja dengan
kelembutan yang memukau, juga ketegarannya.

Tapi juga aktif dalam setiap aktivitas keagamaan, sosial dan kemanusiaan di kampus putihnya,
karena perempuan itu merasai arti hidup..,kerasnya hidup.
Lelaki itu tersenyum sesaat.., mengingat kembali..
Saat-saat ia memberanikan diri mengkhitbah perempuan perkasa itu, ditemani seorang ustadz
yang sering mengisi kajiannya di masjid kampus. Keberanian serta rasa tak percaya atas apa
yang di lakukannya..
Ketika hatinya berdesir lembut menyanyikan kidung cinta..saat tatapan matanya bertemu
pertama kali.., perempuan itu tertunduk dan bersemu.
Ah..bidadariku..!Engkau cahaya, bisiknya dalam hati.
Kak.., perempuan itu memanggilnya lembut, membuyarkan ingatannya.
Hm..iya de..”jawabnya.
“De..jika menemani membersamaimu bersama purnama adalah bahagiamu, tentu aku tak pernah
mengecewakanmu. Aku akan sangat bahagia jika engkau bisa tersenyum. Bahagia
menyaksikanmu dalam kelembutan purnama..,
“Aku akan menjadi tempatmu berteduh dari sengatnya matahari,
“Tempat dede berlindung dari terpaan angin,
Juga menjadi payung kehangatan disaat dede tersapa gerimis..aku mencintaimu,”.
“Kupenuhi keinginan dede..jika itu bisa membahagiakannmu, jika waktu bersatu untuk
cinta,”ucap lelaki itu lirih. Mata lelaki itu berpijar, direngkuhnya bahu perempuan itu.., dan
perempuan itu menangis..dalam kebahagiaannya.
Sebait kata rindu tiba-tiba menyeruak dalam dadanya
“aku akan membahagiakanmu bidadariku.., hari ini, esok, hingga Tuhan harus memisahkan kita
untuk sementara waktu. Jika enkau dan aku penuhi ajakan langit itu, tentu ia juga akan
menyatukan kita di hari akhir kelak..”lelaki itu menghela napasnya dalam-dalam.

@@@

Tigaratus purnama telah berlalu. Menyaksikan purnama artinya menghadirkan cinta yang
terpasung beratus-ratus purnama bagi perempuan itu. Atas segala kesaksian purnama yang telah
dilewatinya bersama lelaki itu. Merindukan saat-saat indah..!! Purnama..purnama.
Karena Tuhan punya takdir. Ia menjatuhkan tirainya..memberi batas kebersamaan yang
terancang dalam skenario kemanusiaan. Disini batas waktu kebersamaan bersama lelaki cahaya
itu. Cukup di sini. Lelaki cahaya itu, terenggut dari pelataran cinta, saat semuanya mekar dan
memberi wangi semerbak dunia. Dunia perempuan tegar itu.
Ah..perempuan itu, nafas cinta yang selalu hadir dalam hatinya, membuatnya bertahan untuk
selalu menyaksikan purnama meski tanpa lelaki itu lagi, tanpa sungai, tanpa kerikil-kerikil kecil
lagi. Cukup menatap purnama di balik jendela kamarnya.

@@@

Perempuan itu menyaksikan suaminya tergeletak tak berdaya..kekasih hatinya seputih


kapas..tergolek dikamar putih dengan tubuh berlumur darah. Mengisyaratkan kepergian.
Perempuan itu menangis. Kecelakaan tragis itu merenggut lelaki itu dari pangkuan cintanya.
Dielus perutnya yang sudah membesar..benih cintanya bersama lelaki terkasih. Buah cinta.
Tak cukup sampai disitu..
Takdir belum menghabiskan waktunya untuk perempuan cahaya itu..
Ketegarannya teruji..
Perempuan itu juga harus merelakan buah cintanya bersama lelaki itu, merelakan dipanggil
penciptaNya, tak dijinkan melihat dunia.
Lengkaplah sudah..
Tak ada yang tersisa
Hanya purnama bersama cahaya juga sungai dan gemericiknya.
Relakan bersama kesendirian..
Perempuan itu bersama ketegaran mataharinya. Sungguh..ketegaran matahari..merangkul
semesta..

@@@

Purnama ketigaratus.., masih cukup kuat perempuan itu menghitung. Duapuluh lima tahun sudah
berlalu. Diusianya yang hampir kepala lima..tanpa siapa-siapa. Hanya bait cinta, kidung
kerinduan yang selalu hadir mengisi kesendiriannya..bersama kesunyian. Seperti apa rahasia
cinta suaminya, sehingga begitu sulit bagi perempuan itu, menerima yang lain mengisi
kesendiriannya. Ikrar dunia akhirat..,ikrar cinta, bermuara pada pemberi cinta. Alloh.
“Biarkan ia selalu hidup dalam hati, tak boleh tergantikan..”begitu ia membatin.
Cinta itu tak pernah berubah, meski sudah berada dalam purnama ketiga ratus, diusianya yang
hampir terenggut waktu. Sebentar lagi..!! Akan ditemui sang kekasih hati.
Masih teringat saat-saat terakhir..,diatas dipan putih,
Saat lirih lelaki itu, sambil menahan sakit, menunggu ajal yang tak bisa dihindarkan. Ia
menggenggam erat tangan perempuan perkasa itu, mewakili segenap energi cinta yang
dimilikinya saat itu. Yah.. yang terakhir untuk menuju kehidupan abadi..
“ Maafkan aku de, tak bisa membahagiakanmu. Masih ingatkan? Diatas hamparan pasir itu? Apa
kataku? “ucap lelaki itu dengan wajah pusat pasi.
Ia berusaha tersenyum..,perempuan itu juga tersenyum sambil meneteskan air mata dukanya..
“ Jika waktu bersatu untuk cinta, dan ternyata seperti ini batas waktuku dan waktumu dalam
cinta kita disini, dan aku menunggumu disana bersama purnama kita..”terpatah-patah lelaki itu
bertutur.
Airmata perempuan itu mengalir deras..dicium kening suaminya.
Lirih bergetar ia berbisik..”aku mencintaimu dunia hingga akhiratku”, mengulang kata yang
pernah ia ucapkan pertama kali saat mereka berada dipurnama pertama.
Tangan lelaki itu berusaha menggapai perut istrinya..,membelainya dengan teramat kasih.
“Maafkan abi nak..tak bisa menjagamu, abi yakin engkau seperti ummimu, memiliki ketegaran
matahari dan kelembutan purnama..”
Itu bait terakhir..kata yang tak pernah habis terangkum dan terangkai indah.
Purnama ketiga ratus,di duapuluh lima tahun usia pernikahan.

@@@

Perempuan itu masih berdiri dijendela kamarnya, membumbung, mengangkasa, menjangkau


masa silam.
Ada isak yang masih terdengar.
“Purnama pertama kita tetap indah, bahkan sampai hari ini dipurnama yang ketigaratus, dede
masih merasakan getar cinta itu. Dede tak pernah menerima purnama-purnama lain selain dirimu
dalam hati ini. Meski di batas waktu, dede lewati tanpa buah cinta kita, ikhlas hati dede
menjalani semua ini. Karena sebuah keyakinan..akan menyatukan kita dipurnama-purnama yang
kekal dalam ridhoNya. Jika dulu dede belum terlalu menyukai panggilan dede mu, sungguh..!!
Purnama selanjutnya dede merindukan lagi panggilan dedemu lagi..sangat!!!.

Duhai purnama.., kau saksikan sebuah keagungan dipelataran cinta..antara dua kekasih yang
terpaut dalam dunia yang berbeda.
Seperti Muhamad yang selalu merindukan selimut Khadijah, dan
Nayla yang tak pernah mampu menggantikan Utsman dengan yang lainnya.
Kau saksikan purnama?!
Ah.. perempuan itu, masih setia menghitung purnama entah sampai bilangan yang keberapa…

Posted in Uncategorized | No Comments »

Robbii..
Sunday, August 17th, 2008
Pertautkan hatiQ hanya pada hambamu yg sholeh..
agar terjaga izzahQ

Posted in Uncategorized | No Comments »

lembaran
Sunday, August 17th, 2008

Ketika HambaMu Tersentak

Atas apa yang dirasa, dilisankan, ditingkahkan biarkan ia menjadi energi positif dalam diri.
Semakin banyak yang dipikirkan secara negatif, sesungguhnya ia kan memberikan citra buruk
dan memberi dampak yang negatif.
Airmata yang luruh…biarkan saja!! Bersyukurlah, sesungguhnya ia anugrah yang memberikan
kelapangan dalam hati, meringankan beban, menundukkan ego, meluapkan emosi yang
terpendam.
Allah, mencintaiMu adalah kemuliaan,
MengingatMu adalah ketenangan,
Sesungguhnya aku cinta saat-saat dulu…,
Ketika ketundukan itu begitu pasrah,
Ketika bersimpuh padaMu begitu anggun kurasa,
ketika di tengah malam yang sepi, bersamaMu begitu terasa.
Aku telah kehilangan begitu banyak saat-saat terindah bersamaMu.
Aku benar-benar merasa ketenangan itu telah Kau ambil dari hati ini.
Hilang semua ketundukan itu. Kepasrahan, ketakutan akan azabMu…
sekarang ia benar-benar tercerabut dari jiwa yang lemah ini.
Allah…ketika semua pengaduan itu berakhir bukan lagi padaMu tanganku menengadah…,
Ketika keluh kesah itu bukan lagi padaMu ku menghiba…,
Ketika airmata ini mengalir bukan lagi menganak sungai padaMu,
Tapi ia menuju makhlukMu bukan kepada Engkau sebagai pemegang jiwaku.
Aku telah jatuh…
MenduakanMu dalam cintaku.
Cintaku yang rapuh..yang tidak bisa kupertanggungjawabkan.
Sepantasnya Engkau mengazabku dengan ketenangan yang Kau rampas kembali
Keresahan yang teramat sangat
Sepantasnya Engkau mencabut semua kenikmatan itu
Sepantasnya Engkau menghukumku
Sepantasnya Ya Allah
Aku rela…dengan sepenuh cinta
Aku menghiba, kembali padaMu

Elfanny
Medio Januari 2008

Anda mungkin juga menyukai