Anda di halaman 1dari 4

Blu.

e
Hari yang terik di pertengahan mei, semua orang sibuk bekerja dan menjalani hari mereka masing masing.
Aku dan adikku ditinggal oleh ibu kita untuk bekerja, kita mengurus segala keperluan rumah tangga selama ibu
bekerja, ibu meninggalkan uang yang cukup untuk kita gunakan untuk membeli keperluan sehari hari.

Kami; aku, adikku, dan ibu tinggal di sebuah apartemen kecil, ibu yang selama ini memberikan kami uang,
aku dan adikku memiliki ayah yang berbeda walau begitu ibu menyayangi kami dengan adil, aku sebenarnya
memiliki adik yang kedua tetapi Tuhan sangat menyayangi adikku ini sehingga ia di panggil terlebih dahulu,
tetapi aku merasa beruntung dapat mengenalnya selama satu tahun setengah.

Aku sedang memasak buat adikku, angin pada hari ini sangatlah dingin ada kemungkinan curah hujan
yang deras malam ini. Ibu belum pulang selama 2 minggu uang yang disediakan ibu tidak akan cukup untuk
satu minggu kedepan, ibu memang telah bilang kepada kami bahwa ia akan bekerja di luar kota selama satu
bulan tapi uang yang ia tinggalkan tidak akan cukup.

Aku merasa kasihan akan adikku, sebentar lagi adalah hari ulang tahunnya ibu beleum tentu akan pulang
pada saat itu. Hujan pun turun, adikku membantuku mengambil jemuran yang digantung. Hari itu berasa
sangat dingin, adikku telah tidur terlelap. Ia sedang menanti hari ulang tahunnya yang hanya berjarak 4 hari
dari sekarang, aku memikirkan tentang ibu tentang betapa kejamnya ia meninggalkan kita hanya berdua tanpa
pengawasan orang dewasa bagai sebatang kara kita hanya bisa diam, apakah salah kita ibu? Aku tahu bahwa ia
tidak bekerja tetapi kabur meninggalkan kita.

Aku berdiam sejenak memproses apa yang aku telah pikirkan, aku salah. Maafkan aku ibu aku telah
memikirkan hal seperti itu tentang mu, kami akan menunggumu pulang ibu.

Esok hari pun tiba, pada saat pagi hari adikku lah yang membuatkan sarapan. Aku berpikir untuk mencari
pekerjaan untuk diriku agar bisa melengkapi kebutuahan rumah kita, aku harus berusaha untuk mencari
setidaknya uang untuk membelikan kado untuk adikku. Aku hendak pergi mencari ayahku untuk meminta
bantuan mencarikan pekerjaan, aku melihat sebuah kotak telepon dan dengan sisa uang yang ada aku hendak
menghubungi ibuku terlebih dahulu.

Aku sudah beberapa kali menghubungi ibuku dengan telepon rumah tapi ia tidak menjawab semua
panggilan yang ada. Aku pun memanggilnya, ibu mengangkatnya. “halo” kata ibuku, aku tidak bisa menahan
isak tangis ku. Ibu aku rindu. “Halo dengan siapakah ini?” ibu bertanya kembali, aku hendak menjawab tetapi
aku mendengar suara orang lain di dalam panggilan ini, aku mendengar suara laki laki. Ibuku memang benar
benar sudah menelantarkanku.
Aku menangis tak henti dan aku memutuskan untuk langsung pergi ke ayahku. Ayahku hanya bekerja
sebagai penjaga suatu bengkel di tempat ia tinggal, aku tak ada kemauan untuk meminta uang kepadanya
tetapi aku ingin mencari pekerjaan yang layak bagiku. Aku bertemu dengan ayahku kondisiku sudah tidak
dapat dijelaskan lagi, wajahku yang berantakan, emosi yang berombang ambing, aku pada akhirnya
mengatakan segalanya kepada ayahku. Ayahku sangat menyesal tidak merawat ku selama ini, karena ibuku
yang segera meninggalkan ayah ku setelah mengandungku, ayahku menawarkan ku pekerjaan di warung
setempat agar aku bisa memenuhi kebutuhan ku dan adikku.

Ayahku pun berjanji bahwa ia akan menafkahi kami berdua. Aku masih tersulut emosi, aku sangat
membenci perlakuan yang ibu terapkan kepada kami, aku berdoa agar ibuku di tinggalkan oleh lelaki yang
searang ibu dekati. Apakah ibu hanya tertarik pada uamg nya? Jika tidak mengapa wanita yamg sudah
berkepala empat itu masih bersifat labil? Hal itu yang selalu aku pikirkan semenjak kejadian itu.

Hari ulang tahun adikku pun tiba. Aku meminta tolong kepada ayah untuk meminjamkan ku uang agar
bisa membeli hadiah untuk adikku. Aku selalu berdoa kepada Tuhan untuk setidaknya memberikan kami
rumah dan keluarga yang layak, aku selalu meminta ampun karena aku tanpa sadar menggerutu dan
mengutuki ibuku, tnpa sadar aku pun menangis didalam doaku. Aku mohn ampun atas semua yang terjadi ya
Tuhan.

Hari yang dinanti adikku pun tiba, hari ulang tahunnya. Aku dan ayah telah menyiapkan hadiah untuk
adikku, aku mengucapkan doa untuk ulang tahun adikku supaya ia bertubuh besar menjadi sesosok pribadi
yang kuat tidak seperti kakaknya ini yang masih sering menangis.

Aku mengajak ayah dan adikku untuk pergi ke taman terdekat, suatu perasaan menusuk didadaku, aku
melihat adikku yang sedang menyebrang sendirian tanpa sepengetahuan kami. Ia terlihat tidak sabar untuk
main di taman tetapi sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju, adikku tidak sempat berlari pada akhirnya
terbaring tanpa nyawa di hari ulang tahunnya.

Aku terus menerus memanggil nama adikku sedang ayah ku mencari bantuan untuk kami, aku tidak
berhenti memohon maaf terhadap adikku dan mengutuk ibuku, jika bukan karena dia adikku dan diriku tidak
akan menjalani sesuatu seperti ini. “Aku benci hidupku, ini semua salahku” hanya itu yang bisa aku katakan
didalam hati.

Hari ini yang seharusnya membawa sukacita malah membawa duka yang mendalam.

Anda mungkin juga menyukai