Anda di halaman 1dari 18

JUDUL RESENSI

DARI NOVEL JENDERAL KAMBING


KARYA KRISNA PABICHARA
UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR BAHASA INDONESIA

OLEH:
BOY SAPUTRA
XII IPS 1

NISN:
Guru Pembimbing :
BAHRUM ULUM S.Pd
NIP:

KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN MADIUN


MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Identitas Buku
Judul : JENDERAL KAMBING

Kategori : Novel

Penulis : Khrisna Pabichara

Penerbit : PT Kaurama Buana Antara 2017

Tahun terbit : 31 Agustus 2017

Tebal : 209 halaman

ISBN : 978-602-6799-27-2

Harga : Rp.59.000,00-
Pengarang
Khrisna Pabichara Lahir di Borongtammatea, Jeneponto—sekitar 89 kilometer dari
Makassar, Sulawesi Selatan—pada 10 November 1975. Putra kelima dari sepasang petani,
Yadli Malik Dg. Ngadele dan Shafiya Djumpa, ini adalah pencinta prosa dan puisi.
Kumpulan cerpen debutnya, Mengawini Ibu, terbit pada 2010. Novel debutnya,
Sepatu Dahlan, terbit pada 2012. Sedangkan kumpulan puisi pertamanya, Pohon Duka
Tumbuh di Matamu, terbit pada 2014.
Penyair yang kerap diundang sebagai pembicara dan pembaca puisi ini memulai
karier kepengarangannya di dunia buku-buku seputar neurologi.
Ayah dua orang putri yang kerap disapa Daeng Marewa ini bekerja sebagai
penyunting lepas dan aktif dalam berbagai kegiatan literasi. Saat ini, bersama teman-
temannya di Rumah Kata, sedang menginisiasi Kelas Anggit Narasoma—kelas menulis gratis
di Bogor
1.Sinopsis
JENDERAL KAMBING (Kisah Nyata Seorang Penggembala yang Menjadi Pejabat
Negara)
Namanya Ibrahim. Ia lahir tanpa disaksikan sang ayah yang sedang bertugas jauh.
Seolah melengkapi penderitaannya, beberapa saat setelah lahir, ibunya menghembuskan
napas yang terakhir. Ayahnya baru pulang ketika usianya menginjak enam bulan. Sedari kecil
ia hidup pas-pasan. Sepulang sekolah, ia menggembala kambing untuk bertahan hidup dan
membiayai pendidikannya.
Pada usia 17 tahun, cintanya ditolak gadis pujaannya karena kemiskinannya. Ia
merasa kecewa dan nelangsa. Tetapi, kekecewaan itulah yang membuatnya bertekad untuk
menjadi orang besar. Berbekal hasil penjualan kambing-kambing gembalaannya, ia
mengikuti ujian masuk tentara tanpa sepengetahuan sang ayah. Suka-duka dialaminya sampai
ia akhirnya menjadi seorang jenderal.
Didasarkan pada kisah nyata, Jenderal Kambing adalah sebuah novel yang
mengungkap kekuatan dan kesungguhan seorang anak bangsa dalam mengejar cita-cita.
2.Resensi
Novel ini menceritakan tentang pemuda bernama Ibrahim yang ditolak cintanya oleh
Salma, gadis pujaannya. Sudah sejak lama ia memendam suka pada gadis yang satu sekolah
dengannya itu. Tepatnya, sejak ia masih kelas satu SMA, hingga akhirnya ia kelas tiga.
Cintanya pada Salma tetap, tak berubah, dan ia mencoba mengutarakannya. Sayangnya, ia
ditolak mentah-mentah bahkan dengan kalimat kasar yang menyakitkan.
Berikut ini kutipan saat Ibrahim menyatakan cinta dengan begitu polos, tapi diramu
dengan bahasa yang sangat memikat oleh penulis:
“Ada yang ingin kukatakan kepadamu.”
Salma mendongak. Sembari meletakkan novel yang tengah dibacanya ke atas meja, ia
berkata dengan tenang. Suaranya pelan, tetapi mengancam. “Katakanlah, aku tidak cukup
banyak waktu untuk pembicaraan yang sia-sia!”. Beberapa jenak Ibrahim tertegun. Ia
berusaha tersenyum untuk menyamarkan rasa gugupnya. “Aku mencintaimu.”
Berikut ini saya kutip cara penolakan Salma. Saya coba potong sebagian agar tidak
terlalu kepanjangan:
Salma berdiri dan menatap Ibrahim dengan mata mencorong. “Sudah kubilang, aku
tidak punya banyak waktu untuk pembicaraan yang sia-sia.” Ia menatap Ibrahim dari kepala
hingga ke kaki, kemudian meneleng-nelengkan kepala. “Juragan kambing jatuh cinta
kepadaku.” Ia kembali menatap Ibrahim dan menggeleng-geleng. “Kalau kambingmu sudah
terjual, kamu bayar iuran sekolah dan sisihkan sedikit uangmu untuk membeli cermin. Tidak
usah banyak. Satu saja. Lalu kamu berdiri di depan cermin, lihat siapa dirimu sebenarnya,
dan pikirkan matang-matang apakah kamu layak berdiri di sampingku sebagai pendamping
atau lebih pas di belakangku selaku jongos!”
Memang, Ibrahim termasuk keluarga yang kekurangan. Dan salah satu pekerjaan
untuk meringankan hidupnya ialah dengan menggembala kambing. Ia tak menyangka Salma
akan setega itu padanya, kalau memang tak mau menerima uluran cintanya, tak usah
membawa-bawa “kambing”, hewan ternak yang selama ini sangat meringankan beban biaya
pendidikannya (halaman 20).
Kisah Ibrahim yang ditolak cintanya masih panjang. Ia berusaha tak marah atas sikap
Salma kepadanya. Ibu tirinya, yang begitu baik kepadanya, telah mengajarkan bagaimana
cara ia bersikap terhadap gadis yang menolak cintanya.
Dulu, ibu tirinya juga pernah menolak saat ayah Ibrahim menyatakan cinta padanya.
Namun, pada akhirnya ibu luluh juga dan menerima ayah Ibrahim. Begini petikan dialog saat
Ibrahim bertanya alasan ibu tirinya luluh dan menerima ayah sebagai suaminya:
“Kenapa hati Ibu bisa luluh?”
“Karena tak ada kebencian atau kemarahan di mata ayahmu meskipun berkali-kali Ibu tolak.
Lelaki yang marah karena cintanya ditampik adalah lelaki yang tidak paham hakikat cinta.
Lelaki seperti itu ‘mencintai dirinya sendiri’. Egois. Mau menang sendiri. Hanya perempuan
lugu, kalau kata ‘dungu’ terlalu kasar, yang mau dicintai lelaki seperti itu.”
Ibunya tersenyum lagi sambil menyeduh kopi dan menaruh gelas kopi di depan
Ibrahim. “Kalau kamu marah karena ditolak, kamu termasuk lelaki tidak tahu diri.”
Kisah Ibrahim yang terus berusaha memperjuangkan rasa cintanya meski telah ditolak
dengan kasar oleh gadis pujaannya, menurut saya sangat menarik disimak.
Mengusung tema kekeluargaan, Kehidupan dan Romansa Khrisna Pabichara berhasil
menyatukan kedua tema tersebut sehingga membuat kedua tema ini saling menyatu
merangkai sebuah cerita yang berbeda dan memberi warna baru di dunia novel fiksi remaja.
Alur yang digunakan merupakan alur maju karena tidak terdapat suatu kejadian masa lalu
yang di ceritakan di novel ini. Walaupun di bab-bab awal pembaca dapat dengan mudah
menebak kelanjutan ceritanya, namun, Khrisna Pabichara berhasil mengemasnya dengan rapi
sehingga pembaca seolah-olah belum siap dengan plot twist yang diberikan. Penggunaan
kalimat yang tepat dan kaya akan diksi membuat cerita ini semakin menarik.
Kekurangan pada novel ini tidak banyak, banyak karakter yang tidak di sebutkan ,
novel ini memakai alur maju bukan campuran jadi kita tidak bisa tau asal mula karakter , desa
, maupun hal “ yang menarik di novel itu .
Latar tempat yang digunakan Tanatea, Makassar dan Megelang, Jatim. Yang paling
dominan adalah kota Tanatea yang di mana titik awalnya Kehidupan Ibrahim yang Seorang
Pengembala Kambing terbentuk kota ini merupakan saksi bisu seluk beluk perjalanan
Ibrahim. Mulai dari kehidupan keluarganya hingga kisah percintaannya yang terbilang rumit.
Latar suasana dibangun secara baik sehingga pembaca merasakan perasaan campur
aduk seperti perasaan senang, sedih, haru, rasa gemas dan masih banyak lagi. Karina
Nurherbyanti juga berhasil membuat pembaca terkekeh sendiri ketika pembaca merasakan
sedih atau haru
Banyak tokoh yang terdapat pada novel, tetapi yang paling dominan adalah Ibrahim,
Salma, Intan dan Supriadi. Ibrahim yang Rajin, Baik hati, gigih dan pantang menyerah
membuat Salma yang memiliki sifat yang Ambisius , Cuek dan Galak membuat luluh di
hadapan Ibrahim walaupun mereka tidak bersama.
Kekurangan novel ini tidak disebutkan asal karakter asal muasal tempat dan t ,idak
terdapat alur campuran, menggunakan alur maju kelebihannya novel karya Krisna Pabichara
memiliki ide tema alur cerita yang tidak bisa ditebak oleh pmbaca sehingga para pembacanya
bisa merasakan haru dan suasana yang lebih kerasa dan di luar dugaan para pembaca

3.Analisis Unsur Intrinsik Novel


3.1 Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal,salah satu
nya dalam membuat tulisan. Tema dalam novel Jenderal Kambing adalah perjuangan seorang
anak pengembala kambing yang mempunyai cita-cita menjadi Akmil atau TKR ( Tentara
Keamanan Rakyat ). Yaitu tercermin dari Ibrahim. Ibrahim seorang anak miskin pengembala
kambing yang memiliki keinginan kuat untuk sukses dia terus belajar terus menerus dan rajin
yang memiliki impian untuk menjadi tentara republik Indonesia dan untuk menghidupi
Keluarga kecil nya yang memiliki gaji tidak seberapa agar memiliki kehidupan masa depan
yang lebih baik.

3.2 Alur
Alur adalah urutan beberapa peristiwa, dan setiap peristiwa tersebut memengaruhi
peristiwa berikutnya melalui prinsip sebab-akibat. Peristiwa sebab-akibat dari suatu plot
dapat dianggap sebagai serangkaian peristiwa yang dihubungkan oleh penghubung “dan
seterusnya”. Novel ini mempunyai alur maju. Alur ini memunyai tahapan yang lurus mulai
dari perkenalan, konflik, klimaks, antiklimaks, penyelesaian.
3.2.1 Pengenalan
Seorang wanita muda yang bernama Ramalla melahirkan anak dalam kondisi susah,
akhir nya anak tersebut lahir dengan nama Ibrahim namun nyawa Ramalla tidak
terselamatkan, kehidupan kecil Ibrahim hanya mengembala kambing dalam kondisi
kesusahan, ayah nya menikah dengan Maryam (ibu tirinya Ibrahim), 17 tahun kemudian
Ibrahim menyukai Gadis teman sekelas nya yang bernama Salma, tapi Cinta Ibrahim
bertepuk Sebelah tangan tapi akhir nya Salma Akhir nya Takluk dengan Ibrahim.

3.2.2 Konflik
Akhir nya Ibrahim di undang di rumah Salma, Orang yang sangat dia cintai tetapi
kenyataan nya bertolak belakang. Orang tua Salma Menolak dan Mengusir Ibrahim karena
dia hanya seorang pengembala kambing , penghantar koran, dan kuli kasar pasar. Namun
Ibrahim tidak patah semangat dia mempunyai cita-cita yang mulia yaitu untuk menjadi Akmil
Indonesia. Tetapi Ayah Ibrahim menolak Impian Ibrahim Karena Keterbatasan Uang pada
masa itu. Akhir nya dia menjual kambing nya untuk mendaftar Akmil dan untuk mendanai
kepergian nya ke pulau Jawa tepatnya di Magelang.

3.2.3 Klimaks
Setelah 4 Tahun Mengenyam Pendidikan Militer di Jawa, Ibrahim Pulang di Tanah
kelahiran nya Tanatea, ia sangat merindukan Salma walaupun Orang tua Salma dulu tidak
bisa menerima kehadiran Ibrahim karena latar belakang nya hanya seorang Pengembala
Kambing, Mungkin dengan sekarang Ia Menjadi Seorang Mayor Tentara Bisa Merubah
Pandangan Orang tua Salma selama ini.
Namun sayangnya Salma di Nikah kan dengan Burhan Seorang yang Kasar, Penjudi,
dan Pemabuk. Burhan sangat Membenci Ibrahim bahkan ingin membunuh nya karena hati
Salma Masih mencintai Ibrahim. Dengan keadaan pernikahan yang seperti itu Salma selalu
menerima Perlakuan Kasar suami nya, ia memerintahkan Ibrahim untuk Melupakan nya
karena dia sudah terikat dengan pernikahan nya dengan Burhan. Dengan berat hati dan rasa
sakit yang di terima Ibrahim dia Menjauh dari Salma walaupun dia adalah satu-satu nya
orang yang sangat dia cintai.

3.2.4 Anti Klimaks


Setelah melihat kenyataan yang begitu pahit dia memutuskan untuk Melupakan semua
yang terjadi, walaupun dia sangat mencintai Salma, tetapi takdir mereka tidak bisa bersama.
Ibrahim terus menahan diri nya Untuk tidak kembali ke Salma walaupun Hati dan pikiran nya
Mendorong untuk bersama dia walaupun Sekedar menanyai kabar , walaupun untuk bertemu.
Dia menahan sekuat apapun dan melupakan nya. Di samping itu ada wanita lain yang sangat
mencintai Ibrahim sejak Menginjak Bangku SMA yaitu Intan, sahabat Salma yang
memendam Cinta nya kepada Ibrahim. Tetapi saat itu Hati nya untuk Salma Seorang.
Peny.

3.2.5 Penyelesaian
Tak di sangka walaupun hati nya ingin memiliki Salma, lalu dia menerima Surat dari
Intan. Ibrahim langsung merobek surat itu yang bertuliskan

Ibra yang baik.


Sumpah, aku letih menunggumu.
Tolong doakan aku, ya,
Semoga aku tidak salah pilih.
Penuh Takzim, Intan

Ibrahim mulai berpikir kalau dia Mulai mencintai Intan.Teryata dia sudah memilih
orang lain.
Dan tebakan Ibrahim salah. Surat itu di tunjukan ke Ibrahim. Intan Mencintai Ibrahim, dia
terus Menyimpan dan Menunggu Kepastian Ibrahim. Keluarga Ibrahim Melamar Intan dan
Di terima dengan Baik malah Pernikahannya di majukan, bertolakbelakang dengan keluarga
Salma yang Bersikap Kasar dan Menjelekan Ibrahim. Tapi sayang ibu Ibrahim harus
meninggal dan akad nikah nya berlangsung di depan jenazah ibu Ibrahim.
Sekarang Ibrahim memiliki 2 anak dari Intan yang Bernama Yusran Dan Yazid .
Mereka akhir nya hidup bahagia dengan Ibrahim yang sudah memiliki pangkat jendral dan
kehidupan yang lebih dari layak.

3.3 Latar
Bagian cerita atau landas tumpu yang mengacu pada masalah tempat dan waktu terjadinya
peristiwa, serta lingkungan sosial yang digambarkan untuk menghidupkan peristiwa.
3.3.1 Latar Tempat
Latar tempat berhubungan dengan lokasi terjadinya suatu peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi yang merujuk pada wilayah geografis berupa tempat-tempat.

3.3.1.1 Kampung Tanatea


“ ia menarik nafas panjang sambil berjalan ke arah pintu melongok ke jalan
dan rumah-rumah tetangga namun tidak ada siapapun yang tertangkap oleh
pandangannya kosong hanya butiran hujan dan mengguyur kampung tanatea.
(JK: 2017: 9)

3.3.1.2 Di Dapur
“ ia kembali berjalan ke arah dapur mengambil pisau dan sebilah sembilu
kulit bambu yang dipotong pendek dan tipis.”
(JK: 2017: 10)

3.3.1.3 SMA 2 Negeri Makassar


“Putri saudagar kain itu sangat cantik di matanya bahkan kecantikan di Bali
Nurlaila yang digelari bidadari hampir oleh semua lelaki di SMA Negeri 2 Makassar.”
(JK: 2017: 19)

3.3.1.4 Di Kantin
“di kantin di hadapan banyak orang dengan sini sama menataimu gila pasti
ada sebabnya.”
(JK: 2017: 20)

3.3.1.5 Di Sumur
“Ibrahim menimba air di sumur sambil bersiul-siul mengisi 2 ember hingga
penuh dan mengangkat kedua ember itu ke dalam kamar mandi.”
(JK: 2017: 28)

3.3.1.6 Pondok
“pondok yang ditempatinya pondok Madinah berbentuk huruf u rumah
panggung yang bagian kolongnya juga ada kata-kata menjadi beberapa kamar tiap
kamar di satu penghuni.”
(JK: 2017: 28)
3.3.1.7 Kamar Ibrahim
“Ibrahim kembali tenggang yang sudah pindah ke kamarnya duduk sendiri di
dalam kamar yang sayang membuat pikiran Ibrahim melayang kemana-mana pada
mulanya terikat pada bagian ia dan Salma.”
(JK: 2017: 34)

3.3.1.8 Kawasan Karebosi


“matahari belum lagi tampak di lubuk timur ketika Ibrahim berjalan menuju
kawasan karet bos yang banyak ia berjalan dengan tenang dan teratur.”
(JK: 2017: 42)

3.3.1.9 Ruang kelas III B


“kepala suka sama sedang memberikan wejangan di ruang kelas III B ia
berjalan di dalam kelas sesekali berhenti menatap murid-muridnya lalu berjalan lagi
mengitari ruangan murid-murid menyimak dengan takzim seakan ingin melewatkan
satu kata saja.”
(JK: 2017: 46)

3.3.1.10 Di Bawah Pohon Ketapang


“Ibrahim dan syam sedang bercakap-cakap di bawah pohon ketapang di
depan kelas bukan tentang soal-soal ujian yang baru saja kami hadapi bukan yang
menciptakan perasaannya kepada Nurlaila.”
(JK: 2017: 51)

3.3.1.11 tepi sawah dekat pondok Madinah


“Ibrahim dan syam sedang bercakap-cakap Betawi sawah di samping pondok
Madinah yang bercerita tentang semangat benar juga di Sekolah tadi Ibra kita belajar
dan kebutuhan kita sendiri bukan demi ambisi atau kebanggaan orang tua apalagi guru
dan sekolah.”
(JK: 2017: 59)
3.3.1.12. Di sekolah
“ternyata di sekolah Intan berdiri di depan kelas Ibrahim sampai bersandar ke
tembok dengan tangan terlibat di dada gadis berkepang dua itu tersenyum begitu
melihat Ibrahim.”
(JK: 2017: 64)

3.3.1.13 Rumah Intan


“datang ke rumah intan dan masuk Intan yang sedang berjalan ke ruang dalam
dan mengamati ruang tamu yang luas dan Mega lampu bisa tergantung Indah vas
bunga keramik yang terbesar dan mewah dan foto kuadrat di dinding dengan figura
berukir kayu jati hampir saja yang memutuskan untuk tidak memenuhi undangan
Intan namun ia tidak mau mengecewakan Intan.”
(JK: 2017: 70)

3.3.1.14 Cendrawasih
“Ibrahim tiba di cendrawasih dengan napas ngos-ngosan sebenarnya yang
bisa meminjam motor Ilham tetapi ia tidak mau terlihat kaya padahal tidak punya apa-
apa selain tekad dan semangat baja.”
(JK: 2017: 73)

3.3.1.15 Rumah Salma


“ketawa kecil sambil memisahkan Ibrahim masuk ke rumahnya tunggu ya aku
panggil ayah dan ibu dulu Ibrahim duduk di kurir ayo karaoke sambil lihat-lihat ruang
tamu rumah sama benar-benar rumah pergi kelas-kelas keramik keramik dan perabot
dan perabotan mahal lukisan megah dan Madinah tergantung di dinding dan sebuah
foto keluarga.”
(JK: 2017: 74)
3.3.1.16 Puncak Lantaka
“ibu yang sedang berdiri tegak di puncak lantaka bukit di sisi Utara tana tea
kami-kaminya sedang melihat rumput ia sedang melihat pemandangan 5 hari lalu di
Makassar ia mengalami peristiwa yang tidak akan ia lupakan sepanjang hidupnya.”
(JK: 2017: 77)

3.3.1.17 Laut Flores


“katanya menerawang jauh ke arah barat daya laut Flores terlihat biru dan
teduh kampung barang dari titik laut itu dirapi cahaya matahari senja yang indah.”
(JK: 2017: 77)

3.3.1.18 Ruang Tamu


“ayat dan ibu mengumpulkan anak-anaknya di ruang tamu ada kabar gembira
yang ingin beliau sampaikan tak perlu menunggu lebih lama ketiga anaknya sudah
berkumpul di ruang.”
(JK: 2017: 83)

3.3.1.19 Gunung Tidar


“gunung tidak di Magelang sebagai tempat para tanah di gembleng selama 4
tahun terkenal sebagai pelaku tanah Jawa ia sempat bergizi sebelum ia teringat bahwa
tanah kelahirannya Jeneponto juga dikenal sebagai kaki penyangga pulau Sulawesi.”
(JK: 2017: 100)

3.3.1.20 Pesta Meriah


“di dalam sebuah rumah yang luas pesta yang meria sedang berlangsung
Ibrahim melanggar pelan merasakan bobot tubuhnya tidak sulit biasanya sangat
ringan ini merasakan sensasi melayang-layang seperti bunga randu yang
dipermainkan angin setelah duduk ia mencoba mengamati sekeliling orkesturiolo
dengan biola kecapi suling dan gendang dirangkai kata percakapan basa-basi dan
pesulap asap rokok yang memenuhi langit-langit tenda.”
(JK: 2017: 196)
3.3.2 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa dalam sebuah cerita fiksi.

3.3.2.1 Pagi
“setiap hari seusai salat subuh ia langsung push up dan sit up sebanyak 2 kali
dalam semenit kemudian bola sebanyak 30 kali dalam semenit lalu lari ditarik
lapangan sepak bola 3000 sebanyak 6 kali dalam rentang 12 menit.”
(JK: 2017: 35)
“pagi ini ketika matahari belum menampakkan diri, Ibrahim berarti seperti
biasa di lapangan Karebosi ia sengaja memilih lapangan itu selain karena pandai dekat
dengan pondokannya lapangan itu dikitari kali pohon-pohon flamboyan.”
(JK: 2017: 40)
“azan subuh baru saja berkumandang begitu terbangun Ibu langsung
membersihkan ruang tamu pada saat merapikan taplak meja ia terkejut melihat secara
kertas kardus tangan meskipun buta huruf yang mengenali tukisan tangan ketika
kertas itu dengan Kalut, ia berjalan memanggil suaminya.”
(JK: 2017: 88)
“seluruh taruna mengikuti apel pagi di lapangan upacara di sanalah Ibrahim
berdiri dalam balutan pakaian dinas harian ia tampak gagah dan berwibawa.”
(JK: 2017: 128)
“Entah mengapa pagi ini Ibrahim sangat bersemangat lari pagi bagai tak
terasa saja lagu penyemangat pun ia nyanyikan dengan suara lantang membelah
langit.”
(JK: 2017: 133)

3.3.2.2 Siang
“tiba-tiba pada siang hari langit yang semula mendung dan sejuk berubah
menjadi terik dan panas lutut Ibrahim sedikit gemetar ia mencoba melirik ke kanan
dan ke kiri berupa yang memastikan bahwa ia tidak sendirian kemudian kembali
menguatkan tekad dan semangatnya.”
(JK: 2017: 103)
3.3.2.3 Sore
“dadanya berasa sesak karena perasaan haru dan bangga ketika matahari mulai
condong ke barat Ibrahim turun dari truk dan berjalan di dalam barisan calon taruna
menuju gerbang bertuliskan akademi militer.”
(JK: 2017: 101)
“menjelang magrib barisan kampret disuruh berlari-lari kecil hingga ke
puncak gunung tidar naik gunung turun gunung jalan licin kampret glundung panjang
sekali dengan nyanyian yang berkemas panjang jalan dan membuat seluruh bulu di
tubuh Ibrahim berdiri tegak.”
(JK: 2017: 115)
“sudah pukul 05.00 sore ketika ia tiba di pekarangan rumah Salma rumah
yang kian megah dadanya berdebar-debar tidak keruan rumah yang besar dan mewah
tapi hening lengan seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya.”
(JK: 2017: 173)

3.3.2.4 Malam
“ketika malam tiba teman-teman Wayan datang bertamu ramai sekali Ibrahim
dipaksa menemani Wayan menemui teman-temannya beberapa diantara gadis cantik-
cantik tetapi perhatiannya masih dibekap oleh seorang yang tidak sedang berada di
depannya sehingga dipikirannya melayang-layang tidak menentu.”
(JK: 2017: 137)
“malam ini berlangsung perlombaan istimewa lomba tong kosong kompetisi
yang dilakukan secara berkelompok tidak pernah dimenangi oleh Ibrahim.”
(JK: 2017: 123)

3.3.2.5 3 Oktober 1961


“masa-masa penuh tekanan dimulai 3 Oktober 1981 Ibrahim dan para calon
prajurit taruna lainnya akan mengikuti masa orientasi selama 11 hari.”
(JK: 2017: 104)

3.4 Sudut Pandang


Sudut pandang merupakan arah pandang seorang pengarang dalam
menyampaikan sebuah cerita, sehingga cerita ini kemudian menjadi lebih hidup serta
disampaikan dengan baik kepada para pendengar atau pembacanya. Dalam Novel ini
menggunakan sudut pandang orang ketiga, yang ditandai dengan menggunakan nama
dalam menyebutkan tokoh-tokohnya.

3.5 Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh- tokoh dalam cerita
sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh itu.

3.5.1 Ramalla Berperan sebagai Ibu Kandung Ibrahim


Sabar, Pantang Menyerah, Penyayang
“Ramalla terjebak di atas tanah ia raih sembilu dengan tenang lalu memotong
tali pusat anaknya dengan menggunakan sebilah sembilu itu . tenang sekali tidak
terbayang sedikitpun rasa takut atau was-was dari matanya ia sangat terpercaya diri
setelah tali pusat putra seluruhnya itu putus ia memandikan bayinya dengan lembut
sama air mata yang terus mengalir dan royong yang menyayat hati
(JK: 2017: 16)
3.5.2 Ibrahim
Pantang Menyerah, Pendirian Kuat, Sabar, Pintar, Rajin, Baik
“Ibrahim berdiri di parkiran stang sepeda sudah tergenggam di tangan tapi ia belum
ingin meninggalkan sekolah penolakan sama membuat tersinggung sedikit kesal
meskipun tidak marah ia harus menjadi seorang.”
(JK: 2017: 26)

3.5.3 Salma Berperan Sebagai Gadis yang Di Sukai Ibrahim


Cuek, Sombong, Ambisius, Pendiam
“Salma mendongak sembari meletakkan novel yang telah dibacanya ke atas meja ia
berkata dengan tenang suaranya pelan tapi mengancam” katakanlah aku tidak cukup
banyak waktu untuk pembicaraan yang sia-sia”.
(JK: 2017: 16)

3.5.4 Syam berperan Sebagai Teman sebangku Ibrahim


Humoris, Konyol, Suka memberi masukan
“syam melangkah mendekat berdiri di depan Ibrahim dan mengajarkan dahi
orang-orang harus menceritakan isi hatinya ibra kalau tidak kamu akan sesak nafas”.
(JK: 2017: 20)
3.5.5 Supriyadi Sebagai Teman Seperjuangan Di Akmil
“Supriyadi teman sekelasnya semasa kelas 2 mendekati nya dan mengajak
segera pulang dan mengajak Ibrahim untuk bergabung ke dalam akademi militer.”
(JK: 2017: 26)

3.5.6 Maryam berperan sebagai Ibu tiri Ibrahim


“Maryam ibunya yang sedang menyetrika pakaian bertanya kepada Tanya “
sudah lama Bu”? ditanya malah balas tanya. ibunya menggangguk sambil berdiri
berjalan ke pintu dan meniup-niup bara di dalam setrika kemudian berbalik dan
kembali menyetrika.”
(JK: 2017: 26)

3.5.7 Intan Berperan Sebagai Sahabat Salma Yang menyukai Ibrahim


“celetukan Intan langsung membuyarkan senyumannya.” kurang ajar” bisik
hatinya ia paksa matanya bertahan lebih lama menata sepasang danau bening Intan
mereka bertatapan selama hingga ia melalaikan pandangannya ia bisa bertahan
menatap mata Intan tetapi ia takut dituding kemudian tidak tahu diri atau tidak kurang
ajar hanya satu orang yang bisa menentukan pandangannya-Salma .”
(JK: 2017: 45)

3.5.8 Pak Ahmad Berperan Sebagai Ayah Intan


Baik , Ramah , Sopan
Pak Ahmad berdeham sambil tersenyum beliau berkata” selama ini kami
hanya mendengar cerita-cerita tentang dirimu dari intan.”
(JK: 2017: 71)

3.5.9 Ibu Nurmala Berperan Sebagai Ibu Intan


Baik, Murah Senyum, Ramah
“Ibu Nurmala tersenyum terima kasih Ibrahim kamu tidak seperti teman-
teman Intan yang lainnya yang hanya mendekati Intan karena harta benda.”
(JK: 2017: 71)

3.5.10 Pak Yusuf Berperan Sebagai Ibu Salma


Galak, Dingin, Kasar
“suara pak Yusuf seperti ular yang mendesis di telinga Ibrahim dingin dan sangat
mengerikan sebagai seorang bangsawan dari Jeneponto putra seorang tuan guru yang
sangat dihormati meskipun miskin dan tidak punya harta melimpah ia tidak terima
dirinya dinistakan sebegini rupa.”
(JK: 2017: 75)

3.5.11 Ibu Mute Berperan Sebagai Ibu Salma


Ketus, Galak
“katamu gara-gara lelaki ini tidak tahu diri ini ibu mute berbicara dengan
sengit dan ada marah.”
(JK: 2017: 75)
3.5.12 Rahman Berperan Sebagai Teman Binsik Ibrahim
Kuat, pantang menyerah
“Rahman baru saja menyelesaikan tes push up 45 kali dalam semenit
sebelumnya Supriyadi dengan tangkas melakukan push up sebanyak 50 kali menit
namun belum ada seorangpun di ratusan besar seleksi yang mampu melewati
Rahman.”
(JK: 2017: 90)

2.5.13 Wayan Sebagai Teman Taruna Ibrahim


Baik Hati
“ia mendapat teman sekamar baru Wayan namanya taruna dari Bali bapaknya
perwira polisi berpangkat kolonel Wayan baik sekali padanya setiap pulang pesiar ia
selalu membawa oleh-oleh.”
(JK: 2017: 124)

2.5.14 Ayu Berperan Sebagai Adek Wayan


“ternyata adiknya si ayu perempuan berbalut kain putih itu mengingatkannya
pada dongeng-dongeng yang pernah ia baca.”
(JK: 2017: 136)
3.5.15 Pak Putu Berperan Sebagai Ayah Wayan
“Pak putu ayah Wayan segera berdiri dan menaruh korannya di atas meja dan
menyambut putranya dengan pelukan.”
(JK: 2017: 136)

3.6 Gaya Bahasa


Gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan baik
secara lisan maupun tertulis.

3.6.1 Majas Personifikasi


“ seperti rintihan semesta yang nelangsa “ (JK: 2017: 11)
“ kata itu bagaikan batu besar yang menggelinding menindih nya.” (JK: 2017: 42)
“nasihat kepala sekolah bagaikan air hujan tumbuh ke tanah yang ditimpa kemarau
selama bertahun-tahun.” (JK: 2017: 47)
“suara seruling seolah-olah menyayat hatinya.” (JK: 2017: 102)

3.6.2 Majas Asosiasi


“ Ibrahim Seperti Duduk di Bara api.” (JK: 2017: 75)

3.6.3 Majas Simile


“ tak ada urat yang putus tak ada tulang yang patah tak ada darah yang tumpah.”
(JK: 2017: 16)
“seperti minyak dan air.” (JK: 2017: 77)
“bagaikan panitia yang ditusukkan di jantungnya.” (JK: 2017: 89)

3.6.4 Majas Sinestesia


“mata jenderal seperti mata elang hitam yang menyala yang hendak menerkam anak
ayam.” (JK: 2017: 107)

3.6.5 Majas Hiperbola


“air mata mengalir deras.” (JK: 2017: 10)
“seperti perkuburan baru yang ditinggalkan para jenazah.” (JK: 2017: 11)
“sekarang merasa sebuah batu tiba-tiba menindih dadanya.” (JK: 2017: 18)
“suara membelah langit.” (JK: 2017: 133)

3.7 Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan seorang pengarang dalam suatu
karya sastra kepada kepada pembaca atau pendengarnya. Novel ini mempunyai mengamanat
kan agar untuk senantiasa bekerja keras, bertanggung jawab, bersyukur, bersabar, jujur, dan
bertawakal atas apa yang terjadi sehingga kita dapat berjiwa tegar dan pantang menyerah
dalam menghadapi kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai