Anda di halaman 1dari 23

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

DAN PEMBELAJARAN

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Laporan
Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tak terpisah dari upaya apapun yang
terprogram. Melaksanakan evaluasi pembelajaran merupakan tugas pokok seorang evaluator
dalam manajemen sekolah, namun tidak berati hanya evaluator saja yang harus memahami
model-model evaluasi program pembelajaran tetapi para pendidik dan calon pendidik serta
praktisi lain. Sebelum itu harus terlebih dahulu dipahami apa yang dimaksud dengan laporan
itu.
1. Laporan merupakan suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan
ataupun pertanggungjawaban baik secra tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai
dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada antara mereka.
2. Salah satu alat untuk menyampaikan informasi baik formal maupun nonformal.
3. Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya.
4. Penyampaian informasi dari petugas/ pejabat tertentu kepada petugas/ pejabat tertentu
dalam suatu sistem administrasi (Ramadhani, 2011).
Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa laporan itu adalah
bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan. Fakta yang disajikan itu
pada umumnya berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pembuat
laporan. Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan
objektif yang dialami sendiri oleh si pembuat laporan (dilihat, didengar, atau dirasakan
sendiri) ketika si pembuat laporan itu melakukan suatu kegiatan.
Menyusun laporan evaluasi adalah kegiatan akhir dari evaluasi program. Laporan hasil
evaluasi disusun dalam bentuk tulisan dan dapat dipublikasikan. Secara garis besar laporan
evaluasi program terdiri dari empat pokok hal yaitu permasalahan, metodologi evaluasi, hasil
evaluasi dan kesimpulan hasil evaluasi
Laporan evaluasi seperti laporan penelitian, ada yang menggunakan pendekatan
kuantitatif, dan ada juga yang menggunakan pendekatan kualitatif. Laporan evaluasi yang
menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya tersusun dari lima atau enam bab, yaitu: (1)
pendahuluan, (2) pembahasan kepustakaan, (3) metodologi evaluasi, (4) hasil evaluasi dan
pembahasan, (5) serta kesimpulan dan rekomendasi. Sedangkan laporan evaluasi yang
menggunakan pendekatan kualitatif umumnya tersusun dari beberapa bab dan sub bab yang
dapat diidentifikasi menjadi tiga bagian pokok, yaitu: pendahuluan, inti pembahasan dan
kesimpulan.
Secara garis besar laporan hasil evaluasi diharapkan diususun secara ringkas, padat, jelas
dan paling tidak memuat hal-hal berikut: ringkasan eksekutif, pendahuluan, kajian pustaka,
komponen dalam metodologi evaluasi, hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi yang
terakhir adalah daftar pustakan.
Tata tulis laporan mencakup ketentuan tentang kertas, naskah, sampul, pengetikan,
penomoran, ilustrasi, pengutipan, penulisan lampiran, penulisan daftar pustaka dan bahasa.
1. Kertas naskah dan sampul
Naskah laporan sebaiknya menggunakan jertas kwarto (21x28,5 cm) HVS 80 gram,
sampul laporan sebaiknya dibuat dari kertas buffalo dengan warna disesuaiakan.
2. Pengetikan
Pengetikan mencakup penggunaan huruf, penulisan bilangan, spasi, batas tepi naskah,
pengetikan alenia baru, pengisian halaman naskah, pengetikan bab dan sub bab.
3. Penomoran
Penomoran halaman diletakkan di sebelah kanan atas dua spasi di atas baris pertama
teks.
4. Ilustrasi
Ilustrasi dapat terdiri dari foto, grafik, diagram, bagan, peta dan denah serta tabel.
5. Pengutipan
Kutipan harus sama dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Penulisan
kutipan diawali dan diakhiri dengan tanda kutip ().
6. Penulisan lampiran
Lampiran seperti tabel, carta, dokumen, transkip wawancara dan sejenisnya ditempatkan
setelah daftar pustaka.
7. Penulisan daftar pustaka
Penulisan daftar pustaka meliputi buku, artikel, laporan atau karangan dalam jurnal atau
majalah ilmiah dan penerbitan lain.
8. Bahasa
Bahasa yang digunakan untuk penulisan laporan evaluasi adalah Bahasa Indonesia ragam
ilmiah.
B. Manfaat Laporan Hasil Evaluasi
Menurut Arikunto dalam Wiyono dan Sunarni (2009: 78) menyatakan bahwa laporan
tentang hasil evaluasi pembelajaran bermanfaat bagi siswa sendiri, guru yang mengajar, guru
lain, petugas lain disekolah, orang tua siswa, dan pengguna lulusan. Bagi siswa hasil
pelaporan sebagai support baginya atas jerih payah yang selama ini dilakukan. Evaluasi yang
dilakukan pada saat akhir jenjang persekolahan/kelulusan, tidak hanya siswa sendiri tetapi
orang tua, guru bahkan guru lain pun ikut sibuk mempersiapkan betul baik secara fisik
maupun mental agar kelak anak didiknya lulus dan mendapatkan nilai bagus. Selain siswa
mengikuti les di sekolah, banyak juga yang mengikuti les di lembaga pendidikan di luar
(bimbingan belajar) yang mengharuskan membayar lebih mahal lagi. Bahkan tidak jarang
juga sekolah mengadakan istighozah sebelum siswa dihadapkan dengan ujian akhir jenjang
sekolah.
Bagi guru yang mengajar, merupakan umpan balik bagi guru atas jerih payahnya selama
ini dalam proses belajar mengajar. Guru akan selau mencatat perekembangan nilai oleh anak
di lingkungan siswa-siswinya. Dengan catatan guru akan mengetahui perkembangan siswa-
siswinya di posisi peajaran mana yang sudah, kurang, dan belum dikuasai. Daftar nilai
disimpan oleh guru merupakan hal yang masih bersifat rahasia, tetapi jika sudah dilaporkan
dalam rapot atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) merupakan hal yang bersifat terbuka
dan tetap.
Bagi guru lain terkadang dipindahkan ke sekolah laindan digantikan oleh guru pengganti
atau siswa karena suatu hal berpindah kesekolah lain atas permintaan pribadi atau orang tua
berpindah ke tempat lain. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi guru pengganti untuk
mengetahui di posisi mana siswa tersebut berada. Kadang standart masing-masing guru
berbeda-beda dalam memberikan nilai tetapi dengan berjalannya waktu guru pengganti/guru
lain akan mengetahui dengan cepat berdasarkan laporan nilai sebelumnya.
Petugas lain di sekolah misalnya kepala sekolah/wali kelas/guru bimbingan dan konseling
(BP), laporan hasil evaluasi akan sangat bermanfaat. Bagi kepala sekolah dapat digunakan
sebagai pengambilan keputusan sebagai bahan untuk mensupervisi guru dan laporan ke
atasan. Sedangkan bagi wali kelas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah
siswa perlu dibantu/tidak, memotivasi belajar, memotivasi untuk menungkatkan bakat, minat,
serta prestasi karena wali kelas biasanya lebih mengetahui siswa-siswinya di kelas. Guru BP
biasanya akan memanggil siswa yang mempunyai prestasi kurang bagus atau siswa yang
sering tawuran, guru BP lah yang akan membina dan mengetahui apa penyebabnya bahkan
apakah harus memanggil orang tua siswa. Bagi siswa yang sudah memiliki prestasi lumayan
baik atau baik biasanya lepas dari perhatiannya, hal ini kurang bagus, walaupun siswa sudah
mempunyai prestasi motivasi secara berkelanjutan sangat diperlukan untuk mempertahankan
bahkan meningkatkan atau memberikan bimbingan untuk studi selanjutnya.
Manfaat bagi orang tua siswa adalah sebagai umpan balik penyandang dana atau penanam
inventasi. Mereka akan merasa senang dan bangga apabila dalam pengambilan raport putra-
putrinya dipanggil untuk mendapatkan hadiah karena menjadi juara kelas. Tetapi sebaliknya
orang tua merasa sedih apabila putra-putrinya mendapatkan nilai yang jelek bahkan tidak
naik kelas/tidak lulus maka mereka merasa sedih dan hanya sia-sia mengeluarkan biaya
banyak, waktu dan tenaga. Orang tua akan mengetahui keadaan yang sesungguhnya keadaan
putra-putrinya atas kerja kerasnya selama ini untuk mewujudkan cita-cita putra-putrinya.
Bagi pengguna lulusan, setiap siswa yang lulus dari suatu jenjang pendidikan sudah
memiliki keterampilan dan pengetahuan tertentu. Dengan gambaran nilai yang telah
dilaporkan, maka pengguna lulusan akan menentuikanapakah pengetahuan dan keterampilan
sudah memenuhi kriteria yang talah ditetapkan atau belum. Biasanya ppengguna luusan akan
melihat juaga kredibilitas dari sekolah mana siswa berasal karena setiap sekolah mempunyai
standar nilai yang berbeda. Siswa yang mendapatkan nilai angka yang sama tetapi dari
sekolah yang berbeda belum tentu mempunyai kriteria sama. Hal ini merupakan pengalaman
dari si pengguna lulusan. Selain itu catatan laporan dari lembaga pendidikan yang berada
dibawahnya sangat diperlukan untuk lembaga pendidikan ditingkat atasnya. Catatan nilai
digunakan untuk memupuk apa yang sudah dikuasai dari lembaga sebelumnya dan juga
digunakan untuk mengatasi masalah yang muncul.

C. Tujuan Laporan Hasil Evaluasi


Tujuan laporan evaluasi berhubungan langsung dengan tujuan pemakainya. Apabila
evaluasi formatif tujuan utamanya yaitu untuk memperbaiki dan megembangkan program dan
laporannya harus diserahkan secepatnya kepada orang program tentang bagaimanan program
berfungsi dan perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan untuk tujuan tersebut.
Bila evaluasi yang dilakukan evaluasi sumatif, laporan harus berisi informasi dan
penilaian (judgement) tentang kegunaan program kepada: (1) Orang-orang yang ingin
memakainya. (2) Orang yang aakan menentukan alokasi sumber-sumber untuk melanjutkan
program. (3) Orang-orang berhak mengetahui tentang program untuk tujuan-tujuan yang lain.
Brinkerhoff dalam Tayibnapis (1989: 100) menyatakan bahwa sebagai tambahan untuk
pembuat keputusan ada sembilan manfaat yang dapat diberikan oleh laporan evaluasi yaitu
untuk:
1. Pertanggungjawaban.
2. Menjelaskan, meyakinkan.
3. Mendidik.
4. Meneliti.
5. Dokumen.
6. Turun terlibat.
7. Mendapat dukungan.
8. Menambah pengertian.
9. Hubungan masyarakat.

Memang laporan evaluasi dapat memberikan banyak manfaat namun yang paling penting
yaitu menyampaikan pesan, memberi informasi kepada audien yang yepat tentang
penemuannya dan kesimpulan hasil pengumpulan informasi, analisis dan tafsiran informasi
evaluasi. Kepada siapa informasi ditujukan, apa informasi yang diberikan, bagaimana dan
bila.
Peranan evaluator lebih kurang mencerminkan dua peranan sebagai berikut:
1. Sebagai penolong dan penasehat terhadap perencana dan pengembang program. Pada
waktu program baru mulai dikerjakan mungkin evaluator akan dipanggil untuk
menerangkan dan memonitor kegiatan program. Memeriksa kemajuan dan pencapaian
program, perubahan sikap, melihat masalah-masalah yang potensial dan melihat bagian-
bagian yang memerlukan perbaikan. Daam hal ini evaluator berperan sebagai evaluator
formatif.
2. Evaluator bertanggungjawab dan bertugas membuat pernyataan singkat tentang
pengaruh umun da pencapaian program. Dalam hal ini evaluator harus menyaipkan
laporan tertulis yang harus diserahkan kepada pimpinan atau direktur program. Laporan
berisi tentang penjelasan program. Laporan berisi tentang penjelasan program,
pencapaian tujuan umum program, mencatat hasil-hasil yang diharapkan, membuat
perbandingan dengan program-program alternatif. Dalam hal ini evaluator berperan
ebagai evaluator sumatif (Brinkerhoff dalam Tayibnapis, 1989: 100).
3. Disamping berperan sebagai evaluator formatif dan sumatif, evaluator juga dapat
berperan sebagai evaluator internal dan eksternal. Apabila peranan evaluator sudah jelas
maka ia sudah dapat mulai untuk merencanakan pengembangan komunikasi. Mengenal
audien primer dan mengetahui kebutuhan mereka merupakan faktor yang paing penting
dalam mengembangkan rencana laporan yang efektif.

D. Bentuk-Bentuk Laporan Hasil Evaluasi


Sesudah laporan evaluasi berkembang, arah komunikasi mulai berubah, evaluator
bertanggungjawab menyiapkan dan memberi laporan atau informasi. Sejak awal rencana
evaluasi telah ditentukan siapa yang akan menerima informasi dan kapan informasi
diperlukan. Sekarang harus ditentukan bagaimana informasi akan dibagikan.
Secara langsung atau tidak langsung, pemakai memakai kriteria tersebut atas laporan
anda, dan mereka akan menerima atau menolak sejalan dengan kriteria tersebut. Hal ini
dipengaruhi oleh media komunikasi dan gaya dalam memberikan laporan. Apabila pesan
yang disampaikan tak dipercaya atau tak dimengerti, tidak dipakai.
Laporan yang penting bahkan laporan teknis, secara singkat dan to the point. Singkat dan
jelas itulah yang penting. Kalau laporan teknis dibaca juga biasanya dibaca cepat oleh orang-
orang yang sibuk. Ada yang menyarankan untuk membuat laporan evaluasi amat berguna
bagi pemegang keputusan, evauator cukup menulis satu kalimat saja dalam laporan yang
tidak lebih dari satu lembar saja. Yang paling penting dalam laporan final bukannya
setumpuk data dan analisis yang rici tetapi ringkasan eksekutif yang dibuat pada awal atau
akhir laporan. Hanya beberapa halaman, dua atau tiga halaman, kalau perlu disertai grafik
dan tabel untuk lebih menjelaskan berupa outline tentang penemuan dan saran-saran.
Kelompok masyarakat, klien yang potensial, karena kesibukan mereka hanya ingin
mengetahui garis-garis besar penemuan dan dampak yang akan mungkin mempengarihi
mereka. Program service providers mereka yang langsung mengimplementasikan program
juga memilih laporan yang singkat dan jelas sedangkan mereka yang punya kepentingan
pribadi dalam program dan hasil evaluasi akan memilih aporan teknis yang rinci dan lengkap.
Secara umum laporan evaluasi di sajikan dalam tiga bentuk yaitu: angka dan huruf,
bahasa, dan gambar/grafis (Wiyono dan Tumardi dalam Wiyono dan Sunarni, 2009: 80).
Angka dapat dari range 0-10 atau 0-100. Berupa huruf misalnya dari huruf A, B, C, D, dan E.
Bahasa dapat berupa: gagal, kurang, cukup, baik, dan memuaskan. Berupa grafik dapat
berupa: kolom, gars, ingkaran, area, scatter dan bar. Menurut Arikunto dalam Wiyono dan
Sunarni (2009) bahwa laporan atau catatan tentang siswa dapa dibuat dengan dua cara yaitu
catatan lengkap dan catatan tidak lengkap. Catatan lengkap berisi prestasi siswa maupun
aspek-aspek kepribadian misalnya: kejujuran, kebersihan, kerajinan dan sebagainya.
Sedangkan catatan tidak lengkap hanya berisi prestasi siswa dan sidikit aspek kepribadian.
Contoh laporan hasi ealuasi Sekolah Menengah Atas (SMA) Grafika yang berupa raport
terdiri dari: Program Pendidikan dan Peatihan/Komperensi, nilai PPL, dan kegiatan
ekstrakurikuler, kepribadian, serta ketidakhadiran. Program pendidikan dan
Pelatihan/Kolpetensi terdiri dari normatif (Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan
dan Sejarah, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Olahraga). Adaptif terdiri dari
matapeajaran: Matematika, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Keterampilan Komputer dan
Pengolahan Informasi.
Dalam penyusunan Laporan hasil proses belajar dan pembelajaran hal yang harus
diperhatikan adalah :
1. Laporan hasil evaluasi memiliki landasan prosedur penilaian.
2. Laporan menggambarkan hasil monitoring selama proses pembelajaran berlangsung
yang dapat dijadikan bahan informasi pihak ketiga.
3. Laporan sebagai ukuran tingkat keberhasilan peserta didik.
4. Laporan dapat menggambarkan klasifikasi siswa ke dalam kelompok prestasi (baik,
sedang, dan lemah).
5. Laporan dapat dijadikan acuan untuk seleksi kecakapan peserta didik dalam kompentesi
bidang keahlian.

E. Tata Cara Penyusunan Laporan Hasil Belajar


Berdasarkan Keputusan Dirjen Mandikdasmen Nomor : 12/C/KEP/TU/2008 tentang
Bentuk dan Tata Cara Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, dan SMA/MA/SMK/SMALB),
menyatakan bahwa,
1. Laporan Hasil Belajar
a. Laporan hasil belajar peserta didik harus dapat menggambarkan pencapaian kompetensi
peserta didik pada semua mata pelajaran.
b. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 25 ayat (4): Kompetensi Lulusan
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, oleh karena itu penilaian hasil belajar
harus mencerminkan ketiga aspek kompetensi dimaksud dengan mempertimbangkan
karakteristik masing- masing mata pelajaran.
c. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu
nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran untuk masing-masing nilai pengetahuan dan
nilai praktik sesuai dengan karakteristik kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan,
serta kualifikasi untuk kondisi afektif/sikap, disertai dengan deskripsi kemajuan
belajar/ketercapaian kompetensi peserta didik sebagai pencerminan kompetensi secara
utuh.
d. Setiap akhir semester, satuan pendidikan melaporkan hasil belajar peserta didik kepada
orangtua/wali peserta didik.
e. Laporan Hasil Belajar (LHB) peserta didik dapat berbentuk buku atau lembaran, dapat
ditulis secara manual atau komputerisasi.
f. Menjawab keingintahuan orangtua seperti:
1) Bagaimana peserta didik belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial maupun
emosional.
2) Sejauhmana partisipasi anaknya dalam kegiatan di sekolah Kemampuan apa yang
dicapai peserta didik selama kurun waktu belajar tertentu.
3) Apa yang harus dilakukan orangtua untuk membantu mengembangkan potensi
anaknya lebih lanjut.

2. Isi Laporan Hasil Belajar


a. Identitas peserta didik.
b. Format nilai hasil belajar peserta didik.
c. Format ketercapaian kompetensi peserta didik.
d. Pengembangan diri.
e. Akhlak mulia dan kepribadian.
f. Ketidakhadiran.
g. Catatan wali kelas.
h. Catatan prestasi peserta didik.
i. Keterangan pindah sekolah.

3. Cara Pengisian Format LBH


a. Kolom Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) untuk setiap mata pelajaran diisi dengan
nilai KKM yang telah ditentukan oleh masing-masing satuan pendidikan, dalam bentuk
bilangan bulat, dengan rentang 0 100.
b. Kolom Pengetahuan diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian SK dan KD setiap
mata pelajaran dan muatan lokal per semester, ditulis secara kuantitatif dalam bentuk
bilangan bulat dan huruf.
c. Kolom Praktik diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian SK dan KD untuk
aspek praktik pada mata pelajaran dan muatan lokal tertentu per semester, ditulis secara
kuantitatif dalam bentuk bilangan bulat dan huruf.
d. Kolom sikap/afektif diisi dengan hasil penilaian aspek sikap/afektif pada setiap mata
pelajaran dan muatan lokal melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
per semester. Nilai sikap/afektif dicantumkan dalam bentuk predikat, dengan klasifikasi
tinggi, sedang, rendah, atau amat baik, baik , cukup, dan kurang.
e. Kolom ketercapaian kompetensi diisi dengan uraian singkat/ deskripsi yang
menggambarkan tingkat pencapaian kompetensi secara utuh (baik KD yang telah tuntas
maupun yang belum tuntas) untuk setiap mata pelajaran.
f. Tabel pengembangan diri diisi dengan jenis pengembangan diri (kegiatan kreativitas)
yang diikuti oleh peserta didik dan keikutsertaan dalam organisasi/kegiatan sekolah.
g. Kolom keterangan diisi dengan deskripsi singkat tentang predikat prestasi dan
ketercapaian kemampuan baik keterampilan maupun pengetahuan, aktivitas/kegiatan
sekolah yang diikuti peserta didik, serta sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik
selama mengikuti kegiatan dan setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri.
h. Kolom keterangan pada Tabel Akhlak Mulia dan Kepribadian diisi dengan kategori
penilaian Sangat Baik, Baik, atau Kurang Baik dan deskripsi tentang sikap/kebiasaan
peserta didik yang paling dominan (baik positif maupun negatif), dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah untuk setiap aspek yang dinilai.
i. Kolom keterangan pada tabel Ketidakhadiran diisi dengan lama waktu (hari, jam atau
satuan waktu lainnya).

4. Kenaikan Kelas
a. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran.
b. Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester 2 (dua), dengan
pertimbangan bahwa seluruh SK/KD yang belum tuntas pada semester 1 harus
dituntaskan sebelum akhir semester 2 (dua).
c. Nilai kenaikan kelas memperhitungkan hasil belajar peserta didik selama satu tahun
pelajaran yang sedang berlangsung.
d. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XI, apabila yang bersangkutan tidak
mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran.
e. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XII, apabila yang bersangkutan tidak
mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran yang bukan mata
pelajaran ciri khas program yang diikuti, atau tidak mencapai ketuntasan belajar minimal
pada salah satu atau lebih mata pelajaran ciri khas program.
f. Satuan pendidikan dapat menambah kriteria kenaikan kelas sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan setiap satuan pendidikan, melalui rapat dewan pendidik.

5. Penjurusan
a. Penentuan penjurusan dilakukan mulai akhir semester 2 (dua) kelas X.
b. Pelaksanaan penjurusan program IPA, IPS, dan Bahasa dimulai di semester 1(satu) kelas
XI.
c. Penjurusan dilakukan berdasarkan atas pilihan (minat), kemampuan akademik, dan
prestasi peserta didik.

6. Pindah sekolah
a. Satuan pendidikan harus memfasilitasi peserta didik yang pindah sekolah :
1) Sesama sekolah pelaksana KTSP
2) Antara sekolah pelaksana kurikulum 1994 atau kurikulum 2004 dengan sekolah
pelaksana KTSP
b. Pelaksanaan pindah sekolah lintas provinsi/ kabupaten/kota disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku pada masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi dan atau
Kabupaten/Kota. Satuan pendidikan dapat menentukan persyaratan pindah/mutasi
peserta didik sesuai prinsip manajemen berbasis sekolah, antara lain mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1) Menyesuaikan bentuk LHB dari sekolah asal sesuai dengan LHB yang digunakan
di sekolah tujuan.
2) Melakukan tes atau program matrikulasi bagi peserta didik pindahan.
Adapun tata cara pengisian laporan hasil belajar menurut Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas Tahun 2008 yaitu,
1. Laporan Hasil Belajar (LHB) Peserta Didik

a. Satuan Pendidikan membuat laporan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua
kelompok mata pelajaran pada akhir semester dalam bentuk buku laporan pendidikan
(raport), dan menyampaikan laporan dimaksud kepada orang tua/wali peserta didik.
b. Laporan hasil belajar peserta didik oleh satuan pendidikan harus dapat menggambarkan
pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 25 ayat (4)
dijelaskan bahwa, Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan,
oleh karena itu penilaian hasil belajar harus mencerminkan ketiga aspek kompetensi
dimaksud dengan mempertimbangkan karakteristik masingmasing mata pelajaran.
c. Bentuk LHB dapat berupa buku atau lembaran, dengan catatan harus memenuhi seluruh
komponen LHB, yang mencakup 1) identitas peserta didik, 2) format nilai hasil belajar
peserta didik, 3) format ketercapaian kompetensi peserta didik, 4) program
pengembangan diri, 5) akhlak mulia dan kepribadian, 6) ketidakhadiran, 7) catatan wali
kelas, 8) keterangan pindah sekolah, dan 9) catatan prestasi peserta didik.
d. Nilai laporan hasil belajar per semester merupakan nilai kumulatif dari hasil pencapaian
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) selama peserta didik mengikuti
pembelajaran pada semester yang terkait, yang diperoleh melalui ulangan harian, ulangan
tengah semerter, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas (untuk semester
genap) termasuk hasil remedial. Hal ini sesuai dengan karakteristik Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang dikembangkan berbasis kompetensi. Proses pembelajaran
berbasis kompetensi menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) dan
penilaian berkelanjutan.
e. Pengisian LHB dapat dilakukan secara manual atau komputerisasi.
f. Penulisan buku induk dapat dilakukan secara manual atau komputerisasi (disesuaikan
dengan pelaksanaan penulisan LHB).
g. LHB disampaikan kepada peserta didik dan orang tua/wali peserta didik setiap akhir
semester.

2. Pengisian Format/Tabel Laporan Hasil Belajar


a. Identitas Peserta Didik
b. Identitas Peserta Didik
1) Kolom PENGETAHUAN diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian SK dan
KD untuk aspek kompetensi pengetahuan peserta didik setiap mata pelajaran dan
muatan lokal per semester. Nilai pengetahuan mencakup aspek pengetahuan konsep
sampai dengan aspek penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, yang diperoleh
melalui berbagai teknik penilaian berupa tes tertulis dan lisan (wawancara/presentasi
dll), observasi atau pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk
lain sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Nilai pengetahuan harus sesuai
tuntutan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Nilai Pengetahuan
ditulis secara kuantitatif dalam bentuk bilangan bulat dan huruf, dengan
menggunakan skala 0 100. Contoh: dalam angka : 75 dalam huruf Tujuh Lima.
2) Kolom PRAKTIK diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian SK dan KD
yang penilaian hasil belajarnya dilakukan melalui tes praktik atau tes kinerja. Nilai
praktik hanya diberlakukan untuk mata pelajaran tertentu yang SK dan KD nya
menuntut peserta didik untuk mampu mempraktikkan atau melaksanakan tugas
dengan cara yang benar dan hasil yang baik, seperti mata pelajaran: Fisika, Kimia,
Biologi, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Seni Budaya, Bahasa, dan
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sedangkan untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di
masingmasing satuan pendidikan. Nilai praktik mencakup ranah/aspek penilaiaan
yaitu: KOGNITIF (penguasaan pengetahuan, penerapan), PSIKHOMOTOR
(keterampilan dan teknik dalam melakukan tugas serta kesesuaian dengan standar
operasional prosedur), yang seluruh hasil penilaiannya terintegrasi dalam satu nilai
yang dituliskan dalam kolom praktik. Pencantuman nilai praktik secara mandiri
dalam laporan hasil belajar, dimaksudkan agar kegiatan pembelajaran di sekolah
benarbenar dilaksanakan sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik pada setiap SK dan KD per mata pelajaran atau muatan
lokal. Nilai praktik dicantumkan secara kuantitatif dalam bentuk bilangan bulat dan
huruf (seperti contoh pada butir 1).
3) Kolom SIKAP diisi dengan hasil penilaian sikap pada setiap mata pelajaran dan
muatan lokal, yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan guru terhadap
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Kriteria penilaian sikap
peserta didik ditunjukkan dalam bentuk antara lain: motivasi dan minat belajar,
kerjasama, disiplin, ketekunan, ulet (tidak mudah menyerah), sportif, percaya diri
(kemandirian), ketelitian, kemampuan memecahkan masalah, kritis, berfikir logis
dan ilmiah, kreatifitas, santun dalam berkomunikasi, responsif dalam mendengarkan
dan mampu menyampaikan pendapat/pertanyaan sesuai dengan kaidah berbahasa
yang baik dan benar (dalam B. Indonesia dan B. Asing), antusias dalam membaca,
memiliki kepedulian dengan lingkungan (sosial, budaya, ekonomi dan politik), suka
menolong, suka beramal, menghargai dan menghormati orang lain, santun dalam
bersikap, berlaku jujur, memiliki jiwa kewirausahaan, atau bentuk lainnya sesuai
dengan karakteristik masingmasing mata pelajaran. Pencantuman Nilai sikap secara
mandiri dalam LHB, dimaksudkan agar setiap pendidik memiliki data tentang sikap
peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran. Selanjutnya data dimaksud, selain
dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara mengajar
guru, juga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran
Pendidikan Agama dalam membuat penilaian akhlak mulia dan kepada guru mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membuat penilaian kepribadian
peserta didik, sebagaimana ditetapkan dalam standar penilaian pendidikan. Nilai
Sikap dicantumkan dalam bentuk Predikat, dengan klasifikasi Tinggi, Sedang, dan
Rendah, atau Amat Baik, Baik, Cukup, Kurang. Penetapan kriteria dan skor
penilaian untuk setiap klasifikasi dimaksud, diserahkan kepada masingmasing
sekolah.
Gambar 2.1 Cara Pengisian Laporan Hasil Belajar (LHB) Peserta Didik

3. Tabel Ketercapaian Kompetensi Peserta Didik


Kolom ketercapaian Kompetensi diisi dengan uraian singkat/deskripsi yang
menggambarkan tingkat pencapaian kompetensi utuh peserta didik untuk setiap mata
pelajaran. Deskripsi pencapaian kompetensi mencakup seluruh SK/KD yang telah mencapai
ketuntasan belajar atau SK/KD yang belum mencapai ketuntasan belajar. Apabila pada salah
satu semester terdapat SK/KD mata pelajaran tertentu yang belum mencapai ketuntasan
belajar dalam semester yang bersangkutan, maka laporan hasil pencapaian kompetensi
peserta didik setelah dilakukan program remidi, dicantumkan pada semerter berikutnya.
Gambar 2.2 Pengisian Kolom Ketercapaian Kompetensi

4. Tabel Pengembangan Diri


Kegiatan Pengembangan diri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi (dibimbing dan dinilai) oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang diberi
tugas.
Aspek yang dinilai dalam kegiatan pengembangan diri lebih dominan pada aspek
Sikap/Afektif peserta didik, yang difokuskan pada: pencapaian prestasi dan perubahan
sikap/perilaku peserta didik setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri yang
diselenggarakan oleh sekolah. Hasil penilaian yang dicantumkan dalam tabel Pengembangan
Diri, berupa deskripsi tentang pencapaian prestasi peserta didik baik dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan/organisasi sekolah. Kriteria penilaian
Pengembangan Diri disesuaikan dengan karakteristik program/kegiatan yang diikuti.
Sedangkan penilaian untuk kegiatan pelayanan konseling terintegrasi di dalam nilai
kepribadian dan akhlak. Cara pengisian Tabel Pengembangan Diri Kolom jenis kegiatan, diisi
kegiatan yang diikuti oleh masingmasing peserta didik. Kolom keterangan, diisi dengan
deskripsi singkat tentang predikat prestasi dan ketercapaian kemampuan baik keterampilan
maupun pengetahuan, aktivitas/kegiatan sekolah yang diikuti peserta didik, serta sikap yang
ditunjukkan oleh peserta didik selama mengikuti kegiatan dan setelah mengikuti kegiatan
pengembangan diri.

Gambar 2.3 Pengisian Tabel Pengembangan Diri

5. Tabel Penilaian Akhlak Mulia dan Kepribadian


Penilaian akhlak mulia dan kepribadian peserta didik, harus dilaksanakan secara
komprehensif dan berkesinambungan, karena kedua komponen dimaksud merupakan salah
satu persyaratan kelulusan peserta didik pada akhir jenjang satuan pendidikan. Berkaitan
dengan hal dimaksud, dalam Permendiknas Nomor: 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan, telah diatur sebagai berikut:
a. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan informasi dari
pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
b. Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggungjawab
sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan norma dan nilai
nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian
dari kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari
pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Hasil penilaian kepribadian
sudah termasuk penilaian kelompok mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan serta kelompok mata pelajaran Estetika.
Hasil penilaian Akhlak Mulia dan Kepribadian dimaksud, diolah dan dianalisis oleh
guru Bimbingan Konseling (BK) yang dirangkum dalam 10 (sepuluh) aspek penilaian yang
mencakup: 1) Kedisiplinan, 2) Kebersihan, 3) Kesehatan, 4) Tanggungjawab, 5) Sopan
santun, 6) Percaya diri, 7) Kompetitif, 8) Hubungan sosial, 9) Kejujuran, 10) Pelaksanaan
ibadah ritual. Penentuan nilai untuk setiap peserta didik, dapat menggunakan contoh aspek
dan indikator berikut ini,
Gambar 2.4 Contoh Aspek dan Indikator Akhlak Mulia dan Kepribadian
Gambar 2.5 Pengisian Tabel Penilaian Akhlak Mulia dan Kepribadian

6. Tabel Ketidakhadiran
Kolom keterangan pada tabel ketidakhadiran peserta didik diisi dengan lama waktu
(hari, jam atau satuan waktu lainnya).

Gambar 2.6 Pengisian Tabel Ketidakhadiran

DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Tahun 2008, (Online),
(file.upi.edu/Direktori/.../JUR.../26_penyusunan_lhb__SMP.pdf), diakses 17 Februari
2016.
Keputusan Dirjen Mandikdasmen Nomor : 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk Dan Tatacara
Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar Dan
Menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, dan SMA/MA/SMK/SMALB), (Online),
(file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN.../PENILAIAN.pdf), diakses 17
Februari 2016.
Ramadhani, Kurnia. 2011. Membuat Laporan Hasil Evaluasi, (Online), (file:///C:/Users/E10-
30/Downloads/evaluasi/membuat-laporan-hasil-evaluasi.html), diakses 8 Februari
2016.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 1989. Evaluasi Program. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Wiyono, Bambang Budi & Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran.
Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai