Anda di halaman 1dari 3

AKU DAN SENJA

By
 Zafirah Fitrie Adhiyantami
 -
DEC 14, 2019
1
11230

Sore itu, dua tahun yang lalu, saat semuanya dimulai. Berawal dari sebuah
pertemuan singkat yang mengesankan. Saat itu lembayung senja sedang
menyelimuti bumi. Matahari mulai melenyapkan eksistensinya. Seakan mengerti
ini adalah waktu untuk membiarkan bulan bersama dengan bumi.

Aku terpana olehnya. Bukan,bukan kamu, Senja. Aku sama sekali tidak terpana
oleh keindahanmu. Langit yang berwarna merah keunguan itu lebih menarik
perhatianku. Bukan kamu, Senja!

Sudah hampir dua pekan lamanya, seperti orang bodoh, aku masih kembali ke
tempat ini. Tempat yang selalu membawaku ke masa lalu. Tempat yang selalu
membawa memoriku tentangmu. Ini lucu dan mungkin kau akan tertawa jika aku
berkata bahwa aku mendambakanmu hadir ditempat ini lagi. Mendambakanmu
untuk kembali dan kita bisa membuat lebih banyak memori di sini. Lucu bukan?
Bagaimana kalau aku mengenalkan diri? Hai, aku adalah bulan yang sedang
mendamba kehadiran matahari di malam hari.

__

Sore itu aku pergi meninggalkan rumahku untuk menuju tempat favoritku. Aku
sangat menyukai pemandangan langit di sore hari. Langit sore seperti obat
untukku. Perpaduan warna yang apik, mampu meluruhkan semua masalahku. Ya..
meskipun sementara. Setibanya aku disana aku langsung menuju ke spot favoritku.
Sayangnya, spot itu sudah ditempati oleh seseorang.
Itu spot terbaik untuk melihat langit dan senja dengan jelas. Aku sudah sampai
disini, jadi apapun ceritanya, aku tetap harus melihat langit senja. Lagipula, ini
tempat umum . Setiap orang bebas untuk duduk di tempat favoritnya, bukan? Aku
melangkahkan kakiku kesana.

“Misi, boleh saya duduk disini?”

“Silahkan”

“Terimakasih”

Dia tidak menunjukkan reaksi apapun, sangat dingin. Perilakunya berbeda 360
derajat dengan keindahan yang ada didepan mataku saat ini. Aku sedikit melirik
kearahnya. Memastikan dia tidak terganggu dengan kehadiranku. Dia terlihat
sangat dingin. Tapi, cara dia menatap kososng ke depan membuatku menyadari
sesuatu.

Sepertinya… dia sedang mengalami tekanan yang cukup berat. Mungkin, alasan
dia untuk mengunjungi tempat ini sama dengan alasanku. Biarlah, pemandangan
langit lebih menarik daripada menebak informasi tentang dia.

Tiba-tiba saja saat aku sedang menikmati pemandangan, ia mengucapkan satu kata

“Senja”

“Nama kamu Senja?”

Laki-laki itu mengangguk cepat.

“Nama yang indah”

Dan aku melihat rona merah menjalar di sekitar pipinya. Entah mengapa ada seulas
senyum dibibirku, merasakan sesuatu yang berbeda dari dalam dirinya.
Setelah hari itu berlalu, aku dan Senja selalu mengunjungi tempat itu. Duduk
bersebelahan dan mempunyai banyak bahan obrolan. Ya… kita semakin dekat dan
aku merasa semakin nyaman jika berada disisinya.

Aku mengingat semua kata-kata manisnya. Senyumannya, dan semua hal


menyangkut tentangnya menjadi memori indah yang terekam jelas dikepalaku.
Tapi satu hal yang membuatku membencinya. Selayaknya senja pada hakikatnya,
dia datang membawa keindahan, membuat seluruh dunia memujanya. namun
keindahannya hanya belangsung sementara. Saat malam datang, semua berubah
menjadi gelap.

“Tolong jangan mencintaiku terlalu dalam, hal itu akan menyakitimu.” Aku
sekarang paham makna dari kata-katamu merujuk pada kenyataan ini, kenyataan
bahwa kau dan keindahanmu meninggalkanku lebih dulu, untuk selamanya.

__

Disini, ditempat  pertama kali kita berjumpa, aku masih setia menunggumu hadir.
Saat langit menunjukkan senjanya, aku berharap kau juga ada disana. Tersenyum
kepadaku dan menceritakan banyak cerita. Namun, kenyataannya bayangmu  saja
tak kasat oleh mata.

Aku masih disini dengan cerita yang sama dan aku merindukanmu dengan sangat
setia, Senja. Aku selalu berdoa setiap langit melukiskan senjanya. Doaku adalah
agar aku bisa bahagia disini, tanpamu. Dan dengan begitu, kau juga bisa tersenyum
bahagia dari tempatmu berada. Aku harap senja bisa menenggelamkan rinduku
padamu. Merindukan mu rasanya hatiku seperti tersayat oleh belat.

Dan sekarang, senja sudah terlelap, bersama dengan semua anganku tentang
dirimu. Terimakasih telah memberiku satu pelajaran berharga. Berkatmu, aku
menjadi lebih banyak bersyukur dan menikmati momen berharga di hidupku.
Karena aku tahu, kadang-kadang Tuhan menciptakan sesuatu yang sangat indah,
tetapi hanya berlangsung sementara. Seperti kamu, Senja.

Anda mungkin juga menyukai