0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
80 tayangan8 halaman
Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar saudara perempuannya membaca Al-Qur'an. Ia kemudian pergi menemui Nabi Muhammad SAW dengan membawa pedang, namun akhirnya masuk Islam dan mengucapkan syahadat. Keislaman Umar memberi dampak besar bagi perkembangan dakwah Islam.
Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar saudara perempuannya membaca Al-Qur'an. Ia kemudian pergi menemui Nabi Muhammad SAW dengan membawa pedang, namun akhirnya masuk Islam dan mengucapkan syahadat. Keislaman Umar memberi dampak besar bagi perkembangan dakwah Islam.
Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar saudara perempuannya membaca Al-Qur'an. Ia kemudian pergi menemui Nabi Muhammad SAW dengan membawa pedang, namun akhirnya masuk Islam dan mengucapkan syahadat. Keislaman Umar memberi dampak besar bagi perkembangan dakwah Islam.
NIM : 1917402009 Prodi : Pendidikan Agama Islam Semester :2
Siapa sih yang tidak kenal Umar bin Khattab
Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin abdul Uzza. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang sangat jarang terjadi.Umar bin Khattab dikenal memiliki fisik yang kuat, bahkan ia menjadi juara gulat di Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Beliau memiliki watak yang keras hingga dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”. Beliau termasuk pemuda yang amat keras dalam membela agama tradisional Arab yang saat itu masih menyembah berhala serta menjaga adat istiadat mereka. Sebelum memeluk Islam beliau dikenal sebagai peminum berat, namun setelah menjadi muslim Beliau tidak lagi menyentuh alkohol (khomr) sama sekali, meskipun saat itu belum diturunkan larangan meminum khomr secara tegas. Kisah Umar Masuk Islam Kisah keislaman Umar bermula dari tindakannya pada suatu malam bermalam di luar rumahnya. Lalu dia pergi menuju Masjidil Haram dan masuk ke dalam tirai Ka'bah. Saat itu Nabi SAW tengah berdiri melakukan salat dan membaca Surah Al-Haqqah. Pemandangan itu dimanfaatkan oleh Umar untuk mendengarkannya dengan khusyuk, sehingga membuatnya terkesan dengan kalam Ilahi tersebut. Ketika itu Umar berkata, "Demi Allah, ini (benar) adalah (ucapan) tukang syair sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy!' Kemudian Nabi SAW membaca: "Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya." (Al-Haqqah: 40-41). Lantas Umar berkata pada dirinya, "Ini adalah (ucapan) tukang tenung. Lalu Nabi SAW meneruskan bacaannya: "Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb semesta alam," (Al-Haqqah: 42-43). Hingga sampai pada akhir surat tersebut, ketika itulah Islam memasuki relung hati Umar. Inilah awal benih-benih Islam merasuk ke dalam hati Umar bin Khaththab. Tetapi, fanatisme terhadap tradisi dan kebanggaan akan nenek moyangnya mengalahkan hakikat yang dibisikkan oleh hatinya. Akhirnya, dia tetap giat melawan Islam, tanpa menghiraukan kata hati kecilnya. Suatu hari Umar keluar sambil menghunus pedang hendak membunuh Rasulullah SAW. Ketika itu, dia bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah An-Nahham Al-Adawi (dalam riwayat lain disebutkan, seseorang dari suku Bani Zahrah atau seseorang dari suku Bani Makhzum). Orang itu berkata, "Hendak ke mana engkau, wahai Umar?" Dia menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Orang itu berkata lagi, "Kalau Muhammad engkau bunuh, bagaimana engkau akan merasa aman dari kejaran Bani Hasyim dan Bani Zahrah?" Umar menjawab, "Menurutku, sekarang ini engkau sudah menjadi penganut As- Shabiah (sebutan terhadap pengikut agama Islam) dan keluar dari agamamu". Orang itu berkata kepadanya, "Maukah aku tunjukkan padamu yang lebih mengagetkanmu lagi, wahai Umar? Sesungguhnya saudara (perempuan) dan iparmu juga telah menjadi penganut As-Shabiah dan meninggalkan agama mereka berdua yang sekarang ini!" Mendengar itu, Umar langsung berangkat mencari keduanya dan saat sampai di tengah-tengah mereka, dia menjumpai Khabbab bin Al-Aratt membawa lembaran Al- Qur'an bertuliskan, "Thaha" dan membacakannya untuk keduanya. Ketika Khabbab mendengar gerak-gerik Umar, dia menyelinap ke bagian belakang rumah, sedangkan saudara perempuan Umar menutupi lembaran Al-Qur'an tersebut.Ketika mendekati rumah, Umar mendengar bacaan Khabbab. "Apa gerangan suara bisik-bisik yang aku dengar dari kalian?" Keduanya menjawab, "Tidak, hanya sekadar perbincangan di antara kami." Dia berkata lagi, "Tampaknya, kalian berdua sudah menjadi penganut ash-Shabiah (sebutan terhadap pengikut Islam)." Iparnya berkata, "Wahai Umar! Bagaimana pendapatmu jika kebenaran itu berada pada selain agamamu?" Mendengar itu, Umar langsung melompat ke arah iparnya itu lalu menginjak-injaknya dengan keras. Lantas saudara perempuannya datang dan mengangkat suaminya menjauh darinya, namun dia justru ditampar oleh Umar, sehingga darah mengalir dari wajahnya (dalam riwayat Ibnu Ishaq disebutkan bahwa dia memukulnya, sehingga memar terluka). Saudaranya berkata dalam keadaan marah, "Wahai Umar! Jika kebenaran ada pada selain agamamu, maka bersaksilah bahwa tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Allah dan bersaksilah bahwa Muhammad adalah Rasulullah." Ketika Umar merasa putus asa dan menyaksikan kondisi saudaranya yang berdarah, dia menyesal dan merasa malu, lalu berkata, "Berikan yang ada di tangan kalian ini kepadaku dan bacakan untukku!" Saudaranya itu berkata, "Sesungguhnya engkau itu najis, dan tidak ada yang boleh menyentuhnya melainkan orang-orang yang suci; oleh karena itu, berdiri dan mandilah!" Kemudian dia berdiri dan mandi, lalu mengambil kitab tersebut dan membaca: "Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia berseloroh, "Sungguh nama-nama yang baik dan suci." Kemudian dia melanjutkan dan membaca: "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." (Thaha: 14). Dia berseloroh lagi, "Alangkah indah dan mulianya kalam ini! Kalau begitu, tolong bawa aku ke hadapan Muhammad!" Saat Khabbab mendengar ucapan Umar, dia segera keluar dari persembunyiannya sembari berkata, "Wahai Umar, bergembiralah karena sesungguhnya aku berharap engkaulah yang dimaksud dalam doa Rasulullah pada malam Kamis: "Ya Allah, kokohkanlah Islam ini dengan salah Al-Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam.” Di bagian pertama, Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury (Sirah Nabawiyah dari Kitab Ar-Rahiqul Makhtum) telah menceritakan kisah Umar Bin Khattab yang terkejut mendengar saudara perempuannya dan iparnya membaca Al-Qur'an Surah Thaha. Lalu iparnya Khabbab bin Al-Aratt memberi tahu: "Wahai Umar, bergembiralah karena sesungguhnya aku berharap engkaulah yang dimaksud dalam doa Rasulullah pada malam Kamis: "Ya Allah, kokohkanlah Islam ini dengan Al-Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam.” Setelah mendengar itu, Umar radhiallahu 'anhu (RA) kemudian pergi menemui Rasululah SAW dengan membawa pedangnya. Ketika tiba di tempat Rasulullah, Umar mengetuk pintu. Seorang penjaga pintu memberi tahu kepada Rasulullah bahwa Umar datang menghunus pedang. Para sahabat yang berjaga pun bersiaga penuh mengantisipasinya. Gelagat tersebut mengundang tanda tanya Hamzah. "Ada apa gerangan dengan kalian?" Mereka menjawab, "Umar!" Dia berkata, "Wahai Umar, bukakan pintu untuknya! Jika dia datang dengan niat baik, kita akan membantunya. Namun, jika dia datang dengan niat jahat, kita akan membunuhnya dengan pedangnya sendiri." Saat itu Rasulullah masih di dalam rumah dan diberitahu tentang Umar. Maka beliau keluar menyongsongnya dan menjumpainya di bilik. Beliau memegang baju dan gagang pedangnya, lalu menariknya dengan keras, seraya bersabda, "Tidakkah engkau akan berhenti dari tindakanmu wahai Umar hingga Allah menghinakanmu dan menimpakan bencana sebagaimana yang terjadi terhadap Al-Walid bin Al-Mughirah? Ya Allah! Inilah Umar bin Al-Khaththab! Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Al-Khaththab!" Kemudian Umar mengucap syahadat: "Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah dan engkau adalah Rasulullah." Umar pun masuk Islam disambut dengan pekikan takbir oleh penghuni rumah, sehingga terdengar oleh orang yang berada di dalam masjid. Umar merupakan sosok yang memiliki rasa harga diri yang tinggi dan keinginan yang tidak boleh dihalang-halangi. Keislamannya menimbulkan guncangan luar biasa di kalangan kaum musyrikin Makkah dan membuat mereka semakin terhina dan patah arang. Sementara bagi kaum muslimin, hal itu menambah semangat, wibawa, kemuliaan, dan kegembiraan. Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar, dia berkata, "Tatkala aku sudah masuk Islam, aku mengingat-ingat, siapa penduduk Makkah yang paling keras terhadap Nabi. Aku berkata, 'Pasti Abu Jahal orangnya." Lalu aku datangi dia dan aku ketuk pintu rumahnya. Dia pun keluar menyambutku sembari berkata, "Selamat datang! Ada apa denganmu?" "Aku datang untuk memberitahumu bahwa aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Muhammad, serta membenarkan apa yang telah dibawanya." Lalu dia menggebrak pintu di hadapan wajahku sembari berkata: "Mudah-mudahan Allah menjelekkanmu dan apa yang engkau bawa". Sejak saat itulah Rasulullah menamainya Al-Faruq (orang yang dapat membedakan kebenaran dan kebathilan). Ibnu Mas'ud sering berkata, "Sebelumnya kami tak berani melakukan salat di sisi Ka'bah hingga Umar masuk Islam." Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi berkata, "Ketika Umar masuk Islam, barulah Islam menampakkan diri dan berdakwah secara terang-terangan. Kami juga berani duduk-duduk secara melingkar di sekitar Baitullah, melakukan tawaf, mengimbangi perlakuan orang yang kasar kepada kami serta membalas sebagian yang diperbuatnya." Abdullah bin Mas'ud berkata, "Kami senantiasa merasakan izzah (kemuliaan, kehormatan, harga diri) sejak Umar masuk Islam." Ketika Umar radhiallahu 'anhu (RA) bersyahadat di depan Nabi Muhammad shalllallahu 'alaihi wa sallam (SAW), penduduk Makkah gempar. Kaum musyrikin tiba-tiba ketakutan dan merasa terpojok. Allah Ta'ala dengan segala kebesaran-Nya menguatkan dakwah Islam dengan keberadaan sosok Umar yang gagah dan bijaksana. Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury menceritakan kisah Umar yang mengagumkan ini dalam Sirah Nabawiyah yang bersumber dari Kitab Ar-Rahiqul Makhtum. Di tengah panasnya situasi Makkah kala itu, seberkas cahaya terang datang menyinari jalan. Keislaman Umar bin Khatthab benar-benar membawa perubahan besar bagi Kota Makkah. Umar masuk Islam pada bulan Dzulhijjah, tahun ke-6 dari kenabian, yaitu tiga hari setelah Sayyidina Hamzah memeluk Islam. Rasulullah SAW pernah berdoa untuk keislamannya sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dari Ibnu Umar dan juga hadis Ath-Thabrani dari Ibnu Mas'ud dan Anas bahwa Nabi bersabda: "Ya Allah, kokohkanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang paling Engkau cintai, Umar bin Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam." Setan Lari Jika Bertemu Umar Tak hanya orang kafir Quraisy yang takut kepada Umar, setan dari bangsa Jin juga memilih kabur apabila bertemu Umar Bin Khattab. Beliau memang dikenal berani dan sangat bijaksana. Dalam satu hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya setan benar-benar takut padamu wahai Umar. Tatkala aku duduk budak wanita itu memukul rebana, lalu masuk Abu Bakar, 'Ali dan Utsman, dia masih memukul rebana, tatkala dirimu yang datang budak wanita itu melemparkan rebananya." Bahkan setan pun sangat takut apabila bertemu Umar bin Khattab. Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Ibnul Khatthab, demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tanganNya, sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui." Dalam hadits lain, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sungguh aku melihat setan dari kalangan manusia dan jin lari dari Umar." (HR. Tirmidzi) Penyebab takutnya setan kepada Umar tentu bukan hanya dikarenakan keberaniannya. Umar dikenal memilih iman yang kokoh dan tidak mau terperdaya oleh urusan dunia. Hijrah ke Madinah Pada tahun 622, Umar ikut bersama Nabi Muhammad SAW serta para pegikutnya berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Umar juga terlibat dalam perang Badar, perang Uhud, perang Khaybar serta penyerangan ke Syria. Umar bin Khattab dianggap sebagai orang yang disegani oleh kaum muslimin pada masa itu selain karena reputasinya pada masa lalu yang memang terkenal sudah terkenal sejak masa memeluk Islam. Umar juga dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam pada kesempatan yang ada. Bahkan beliau tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama sama ikut menyiksa para pengikut Nabi Muhammad SAW. Wafatnya Nabi Muhammad SAW Suasana sedih dan haru menyelimuti Kota Madinah, pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 8 juni 632 M (12 Rabiul Awal 10 Hijriah). Umar merupakan salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, beliau menghambat siapapun yang akan memandikan dan menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Umar syok, beliau lantas berkata: “Sesungguhnya beberapa orang munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW telah wafat. Sesungguhnya Beliau tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti yang dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah Beliau benar- benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa beliau wafat, kaki dan tangannya akan kupotong,”.Umar melakukan hal tersebut karena kecintaanya Nabi. Namun di waktu bersamaam Abu Bakar datang menasihati Umar dengan menyampaikan pesan Alquran. Inilah ayat yang menyadarkan Umar. “Amma Ba’du, barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barang siapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup dan takkan pernah mati." Allah berfirman, "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul . Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang ? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali Imran 144) Menjadi Khalifah Kedua Pada masa Abu Bakar menjadi seorang khalifah, Umar bin Khattab menjadi salah satu penasehat kepalanya. Setelah Abu Bakar meninggal pada tahun 634, Umar bin Khattab ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam. Selama di bawah pemerintahan Umar bin Khatab, kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan Persia dari tangan dinasti Sassanid, serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari ke Kaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi, namun keduanya telah di taklukkan oleh ke Khalifahan Islam dibawah pimpinan Umar bin Khatab. Umar bin Khattab melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Umar memerintahkan agar diselenggarakan sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Pada tahun 638, Umar memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Umar bin Khattab dikenal memiliki kehidupan sederhana. Beliau tidak mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, beliau tetap hidup sangat sederhana. Sekitar tahun ke-17 Hijriah yang merupakan tahun ke-4 ke khalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa Hijriah. Rasulullah memberinya gelar Al-Faruq kepadanya, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Sa’ad dari Dzakwan, seraya berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah, Siapakah yang memanggil Umar dengan nama Al-Faruq?", maka Aisyah menjawab: "Rasulullah". Hadist Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Sungguh telah ada dari umat-umat sebelum kamu para pembaharu, dan jika ada pembaharu dari umatku niscaya 'Umarlah orangnya". Demikian juga Imam Tirmidzi telah meriwayatkan dari Uqbah bin Amir bahwa Nabi bersabda, "Seandainya ada seorang Nabi setelahku, tentulah Umar bin Khatthab orangnya." Rasulullah SAW juga bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengalirkan kebenaran melalui lidah dan hati Umar". (HR Tirmidzi) Berpulang ke Rahmat Allah Khalifah Islam kedua Sayyidina Umar bin Khattab wafat pada Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 Hijriyah dalam usia 63 tahun. Beliau ditikam oleh seorang Majusi bernama Abu Lu'luah (Fairuz), budak Al-Mughirah bin Syu'bah saat memimpin salat Shubuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Penikaman Umar dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lu'luah terhadap Umar karena sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya. Umar dimakamkan di samping Nabi dan Abu Bakar Shiddiq. Setelah beliau wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Utsman bin Affan.