Anda di halaman 1dari 11

WAKAF, PAJAK, KHARAJ, JIZYAH DAN FA’I

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi

Dosen Pengampuh : H. Slamet Akhmadi, S.Ag,.

Tim Penulis :

1. Sekar Nurlaeli Adetia (1917202162)


2. Siti Ulfiani (1917202168)
3. Linda Nur Hidayah (1917202170)
4. Dina Mupasihin (1917202175)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wakaf ialah harta yang ditahan oleh pemiliknya sekira-kira dapat menghalang
penggunaanya dengan dijual atau diberikan sebagai pemberian dengan syarat
dibelanjakan faedahnya atau keuntungannya atau hasil mahsulnya. Pajak ialah
pemungutan wajib dari rakyat untuk negara.setiap uang pajak dibayarkan rakyat akan
masuk dalam pos pendapatan negara dari sektor pajak. sedangkan dengan Kharaj ialah
sejenis pajak yang dikenakan pada tanah . Fa’i ialah harta kekayaan orang-orang kafir
yang dikuasai orang muslimin tanpa peperangan dan Jizyah ialah pajak yang dikenakan
kepada orang non muslim sebagai imbalan untuk jaminan yang diberikan.
Oleh karena itu, dalam tahap awal dijelaskaan pengertian wakaf, unsur-unsur
wakaf dan objek yang dilanjutkan dengan pengertia Pajak ,dan ciri-cirinya dan yang
terakhir itu pengertian pada Kharaj, Jizyah dan Fa’i.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertia wakaf dan objek kajian wakaf ?


2. Apa pengertia dari pajak dan fungsi dari pajak itu ?
3. Apa saja pengertian dari Kharaj,Fa’i dan Jizyah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari wakaf


2. untuk mengetahui objek kajian pada wakaf
3. untuk mengetahui pengertian pajak
4. untuk mengetahui apa saja fungsi dari pajak
5. untuk mengetahui pengertian dari kharaj,fa’i dan jizyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Wakaf

Wakaf (bahasa Arab: ‫وقف‬, [ˈwɑqf]; plural bahasa Arab: ‫أوقاف‬, awqāf; bahasa Turki:
vakıf, bahasa Urdu: ‫ )وقف‬adalah perbuatan hukum wakif (pihak yang melakukan wakaf)
untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum sesuai syariah.

1. Unsur-unsur wakaf

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, unsur wakaf ada
enam, yaitu wakif (pihak yang mewakafkan hartanya), nazhir (pengelola harta wakaf), harta
wakaf, peruntukan, akad wakaf, dan jangka waktu wakaf. Wakif (bahasa Arab: ‫[ واقف‬waaqif])
atau pihak yang mewakafkan hartanya bisa perseorangan, badan hukum, maupun organisasi.
Jika perseorangan, ia boleh saja bukan muslim karena tujuan disyariatkannya wakaf adalah
untuk memajukan kesejahteraan umum dan orang nonmuslim tidak dilarang berbuat
kebajikan. Syarat bagi wakif adalah balig dan berakal.

2. Objek wakaf

Objek wakaf yang dapat diwakafkan adalah benda bergerak maupun benda tidak
bergerak. Benda tidak bergerak dapat dalam bentuk tanah, hak milik atas rumah, dan benda
bergerak dengan bentuk uang. Terminologi wakaf berasal daripada perkataan Arab “waqafa”
yang bermaksud berhenti, menegah dan menahan. Dari segi istilah, wakaf telah diberikan
beberapa takrif seperti :

1) Syed Sabiq (Fiqh al-Sunnah) – Wakaf ialah menahan harta dan memberikan
manfaatnya pada jalan Allah.
2) Sahiban Abu Hanifah; Abu Yusuf dan Muhammad bin Hassan – Wakaf ialah
menahan ‘ain mawquf (benda) sebagai milik Allah atau pada hukum milik Allah
dan mensedekahkan manfaatnya ke arah kebajikan dari mula hingga akhirnya.
3) Dr. Muhammad Al-Ahmad Abu Al-Nur, bekas Menteri Wakaf Mesir – Wakaf
ialah harta atau hartanah yang ditahan oleh pemiliknya sekira-kira dapat
menghalang penggunaannya dengan dijual atau dibeli ataupun diberikan sebagai
pemberian dengan syarat dibelanjakan faedahnya atau keuntungannya atau hasil
mahsulnya kepada orang yang ditentukan oleh pewakaf.

Istilah wakaf adalah berkait dengan infak, zakat dan sedekah. Ia adalah termasuk
dalam mafhum infak yang disebut oleh Allah sebanyak 60 kali dalam Al-Quran. Ketiga-tiga
perkara ini bermaksud memindahkan sebahagian daripada segolongan umat Islam kepada
mereka yang memerlukan. Namun, berbanding zakat yang diwajibkan ke atas umat Islam
yang memenuhi syarat-syarat tertentu dan sedeqah yang menjadi sunat yang umum ke atas
umat Islam; wakaf lebih bersifat pelengkap (complement) kepada kedua-dua perkara tersebut.
Disamping itu, apa yang disumbangkan melalui zakat adalah tidak kekal dimana
sumbangannya akan digunakan dalam bentuk hangus, sedangkan harta wakaf adalah
berbentuk produktif yaitu kekal dan boleh dilaburkan dalam pelbagai bentuk untuk faedah
masa hadapan.

3. Syarat wakaf

Syarat wakaf yang menjadi syarat utama agar dapat sahnya suatu akad wakaf adalah
seorang wakif telah dewasa, berakal sehat, tidak berhalangan membuat perbuatan hukum, dan
pemilik utuh dan sah dari harta benda yang diwakafkan. Akad wakaf yang diikrarkan seorang
wakif harus disaksikan oleh dua orang saksi dan pejabat pembuat akta wakaf. Ikrar akad
wakaf dilaksanakan dengan ikrar dari wakif untuk menyerahkan harta benda yang dimiliki
secara sah untuk diurus oleh nadzir (orang yang mengurus harta wakaf) demi kepentingan
ibadah dan kesejahteraan masyarakat.

4. Macam-macam wakaf

Ulama fikih seperti yang dinyatakan oleh Abdul Aziz Dahlan dalam Ensiklopedi Hukum
Islam (2006: 1906) membagi wakaf kepada dua bentuk :
1) Wakaf khairi. Wakaf ini sejak semula diperuntukkan bagi kemaslahatan atau
kepentingan umum, sekalipun dalam jangka waktu tertentu, seperti mewakafkan
tanah untuk membangun masjid, sekolah, dan Rumah Sakit.
2) Wakaf ahli atau zurri. Wakaf ini sejak semula ditentukan kepada pribadi tertentu
atau sejumlah orang tertentu sekalipun pada akhirnya untuk kemaslahatan atau
kepentingan umum, karena apabila penerima wakaf telah wafat maka harta wakaf
itu tidak boleh diwarisi oleh ahli waris yang menerima wakaf.

B. Pajak

Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen uang pajak yang
dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara dari sektor pajak.
Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat maupun daerah demi
kesejahteraan masyarakat.

Uang pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi.
Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk mendanai pembangunan di pusat
dan daerah, seperti membangun fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan dan
pendidikan, dan kegiatan produktif lain. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena
dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan UU  KUP Nomor 28 Tahun 2007, pasal 1, ayat 1, pengertian pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara

Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal tersebut hanya
berlaku untuk warga negara yang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Yaitu
warga negara yang memiliki penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2. Pajak Bersifat Memaksa untuk Setiap Warga Negara


Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif, maka wajib untuk membayar
pajak. Dalam undang-undang pajak sudah dijelaskan, jika seseorang dengan sengaja tidak
membayar pajak yang seharusnya dibayarkan, maka ada ancaman sanksi administratif
maupun hukuman secara pidana.

3. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung

Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir, maka harus
membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak seperti itu. Pajak
merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara.

4. Berdasarkan Undang-undang

Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa undang-undang yang
mengatur tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak.

Sebagai sumber pendapatan utama negara, pajak memiliki nilai strategis dalam
perspektif ekonomi maupun hukum. Berdasarkan 4 ciri di atas, pajak dapat dilihat dari 2
perspektif, yaitu:

1. Pajak dari perspektif ekonomi

Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga negara) kepada
sektor publik (masyarakat). Hal ini memberikan gambaran bahwa pajak menyebabkan 2
situasi menjadi berubah, yaitu:

1) Berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan


penguasaan barang dan jasa
2) Bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik
yang merupakan kebutuhan masyarakat.

2. Pajak dari perspektif hukum

Perspektif ini terjadi akibat adanya suatu ikatan yang timbul karena undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah dana tertentu
kepada negara. Di mana negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan pajak tersebut
dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan.

Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang,
sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi petugas pajak sebagai pengumpul
pajak maupun bagi wajib pajak sebagai pembayar pajak.

1. Fungsi Pajak
1) Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)

Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara mengumpulkan


dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai pembangunan
nasional atau pengeluaran negara lainnya. Dengan demikian, fungsi pajak
merupakan sumber pendapatan negara yang memiliki tujuan menyeimbangkan
pengeluaran negara dengan pendapatan negara.

2) Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)

Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam
lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain, pajak dapat
digunakan untuk menghambat laju inflasi.

3) Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)

Pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara


pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

4) Fungsi Stabilisasi

Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian,


seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan
ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang
beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.
C. Kharaj, Jizyah Dan Fa'i

Kharaj adalah sejenis pajak yang dikenakan pada tanah yang terutama dilakukan oleh
keluasan senjata, yang terlepas dari pemilik yang masih dibawah umur. Kharaj dibebankan
atas tanah tanpa membedakan apakah pemiliknya anak-anak atau orang dewasa, merdeka atau
budak, laki-laki atau perempuan, muslim atau nonmuslim. Tarif kharaj itu bisa berubah
namun pada zaman sekarang ini jarang dipungut lagi.

1. Cara memungut kharaj:

1). Kharaj menurut perbandingan (muqasimah) adalah kharaj perbandingan ditetapkan


porsi hasil seperti setengah atau sepertiga hasil itu. Umumnya dipungut setiap kali
panen.

2). Kharaj tetap (wazifah) adalah beban khusus pada tanah sebanyak hasil alam atau
uang persatuan lahan. Kharaj tetap menjadi wajib setelah lampau satu tahun.

Fa'i adalah harta kekayaan orang orang kafir yang dikuasai oleh kaum muslimin
tanpa peperangan. Fa'i juga dalam pengertian lain yaitu harta yang diambil secara paksa tetapi
bukan pd waktu peperangan. Fa'i juga memiliki kesamaan dengan harta ghanimh.

Jizyah adalah pajak yang dikenakan pada kalangan nonmuslim sebagai imbalan
untuk jaminan yang diberikan oleh suatu negara Islam pada mereka guna melindungi
kehidupannya. Jizyah pada masa Rasulullah memenuhi semua kriteria di atas. Kriteria
keyakinan atau ketegasan dalam jizyah adalah karena ia ditetapkan dengan Al-Quran, Kitab
Allah yang jelas yang diketahui oleh seluruh warga masyarakat.

Kriteria kesesuaian juga terkandung dalam jizyah pada masa Rasulullah. Jizyah dapat
berbentuk uang atau barang sesuai dengan kondisi orang yang dibebani. Jizyah tidak dipungut
dengan menyiksa penanggung jizyah. Tingkat kemampuan ekonomi ahli dzimmiah dijadikan
tolak ukur oleh Rasulullah dalam menetapkan besarnya pembayaran yang akan dibebankan
padanya. Hal ini dianggap sebagai prinsip kesesuaian dalam menetapkan kewajiban yang
ditanggung, dengan demikian jizyah memenuhi kriteria proporsionalitas.

2. Orang-orang yang di wajibkan membayar Jizyah

Ketetapan pembayaran jizyah dalam ajaran Islam tidaklah diwajibkan secara


keseluruhan. Orang-orang yang wajib jizyah adalah laki-laki, baligh, dan berakal. Adapun
bagi kaum wanita, anak-anak, orang gila, hamba sahaya dan orang fakir dan orang-orang
dzimmi yang ikut berperang mempertahankan negara bersama kaum muslimin tidak
dikenakan kewajiban membayar jizyah. Kewajiban ini juga akan menjadi gugur dengan
sendirinya jika seorang kafir dzimmi masuk Islam.

Menurut pendapat Syafi’iyyah bahwa jizyah adalah pengganti turut berperang.


Golongan Hanafiyah berpendapat bahwa jizyah adalah sebagai pengganti karena meraka
mendapat pertolongan, terkadang mereka mengatakan pula sebagai ganti turut berperang.

Al-Mawardi berkata bahwa jizyah itu dikenakan pada orang yang termasuk golongan
dzimmah. Ahlul kitab supaya mereka dapat tetap tinggal di negara Islam dan supaya kita
wajib menjamin dua hak mereka, yaitu :

1) Tidak menganiaya.
2) Membela serta melindungi mereka.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulan bahwa wakaf adalah memisahkan dan/atau menyerahkan


sebagian harta benda milik seseorang untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
sesuai syariah. Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Pajak merupakan salah
satu sumber dana pemerintah untuk mendanai pembangunan di pusat dan daerah, seperti
membangun fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan
produktif lain. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-
undang. Kharaj adalah sejenis pajak yang dikenakan pada tanah yang terutama dilakukan oleh
keluasan senjata, yang terlepas dari pemilik yang masih dibawah umur. Fa'i adalah harta
kekayaan orang orang kafir yang dikuasai oleh kaum muslimin tanpa peperangan. Fa'i juga
dalam pengertian lain yaitu harta yang diambil secara paksa tetapi bukan pd waktu
peperangan. Fa'i juga memiliki kesamaan dengan harta ghanimh. Jizyah adalah pajak yang
dikenakan pada kalangan nonmuslim sebagai imbalan untuk jaminan yang diberikan oleh
suatu negara Islam pada mereka guna melindungi kehidupannya. Jizyah pada masa Rasulullah
memenuhi semua kriteria di atas. Kriteria keyakinan atau ketegasan dalam jizyah adalah
karena ia ditetapkan dengan Al-Quran, Kitab Allah yang jelas yang diketahui oleh seluruh
warga masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-jenisnya

http://mytelisikadress.blogspot.com/2015/11/makalah-ghanimah-fai-jizyah-dan-kharaj.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/wakaf

Anda mungkin juga menyukai