Anda di halaman 1dari 7

AKAD MUAMALAH

AKAD SALAM

TIM PENULIS :

Indriani Nur Cahyani (1917202153)

Nurhuda (1917202171)

Sarifatun Nikmah (1917202166)

Muhammad Naufal Abd Darda (1917202182)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAMINSTITUT


AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli dengan cara
salam, yaitu akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan
pembayaran tunai pada saat akad dilaksanakan. Yang demikian itu, dikarenakan dengan akad ini
kedua belah pihak mendapatkan keuntungan tanpa ada unsur tipu-menipu atau ghoror (untung-
untungan). Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa jaminan untuk mendapatkan
barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan.Sebagaimana ia juga
mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada
saat ia membutuhkan kepada barang tersebut.

Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah besar dibanding pembeli,
diantaranya penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-cara yang
halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya tanpa harus membayar
bunga. Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang
pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya
tanpa ada kewajiban apapun.Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli,
karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang pesanan berjarak cukup
lama.

Jual-beli dengan cara salam merupakan solusi tepat yang ditawarkan oleh Islam guna
menghindari riba. Dan mungkin ini merupakan salah satu hikmah disebutkannya syari'at jual-beli
salam seusai larangan memakan riba.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa rumusan masalah, antara
lain :

1. Apa pengertian salam ?

2. Apa saja yang menjadi landasar dasar syariah dari salam ?

3. Apa saja rukun dan syarat-syarat salam ?

4. Apa saja jenis dari akad salam ?

5. Bagaimana aplikasi salam dalam perbankan ?

6. Apa keuntungan dan manfaat akad salam ?


‫‪BAB AKAD SALAM‬‬

‫في أحكام السلم وهو والسلف لغة بمعنى واحد‪ ،‬وشرعا ً بيع شيء موصوف في الذمة‪ ،‬وال يصح إال بإيجاب وقبول ‪):‬فصل(‬

‫فإن أطلق السلم انعقد حاالً في األصح‪ ،‬وإنما يص‪rr‬ح الس‪rr‬لم (فيم‪rr‬ا) أي في ش‪rr‬يء (تكام‪rr‬ل في‪rr‬ه خمس )ويصح السلم حاالً ومؤجالً(‬
‫شرائط) أحدها (أن يكون) المسلم فيه (مضبوطا ً بالصفة التي يختلف به‪rr‬ا الغ‪rr‬رض) في المس‪rr‬لم في‪rr‬ه بحيث ينتفي بالص‪rr‬فة الجهال‪rr‬ة‬
‫فيه‪ ،‬وال يكون ذكر األوصاف على وجه يؤدي لعزة الوجود في المسلم فيه كلؤلؤ كبار‪ ،‬وجارية وأختها أو ولدها (و) الث‪rr‬اني (أن‬
‫يكون جنسا ً لم يختلط به غيره) فال يصح السلم في المختلط المقصود األجزاء التي ال تنضبط كهريسة ومعج‪rr‬ون‪ ،‬ف‪rr‬إن انض‪rr‬بطت‬
‫‪،‬أجزاؤه صح السلم فيه كجبن وأقط‬

‫والشرط الثالث مذكور في قوله (ولم تدخله النار إلحالته) أي بأن دخلته لطبخ أو شيء فإن دخلته النار للتمي‪rr‬يز كالعس‪rr‬ل والس‪rr‬من‬
‫صح السلم فيه (و) الرابع (أن ال يكون) المسلم فيه (معيناً) بل دينا ً فلو كان معيناً‪ ،‬كأسلمت الي‪rr‬ك ه‪rr‬ذا الث‪rr‬وب مثالً في ه‪rr‬ذا العي‪rr‬د‪،‬‬
‫فليس بسلم قطعا ً وال ينعقد أيضا ً بيعا ً في األظهر‬

‫الخامس أن (ال) يكون (من معين) كأسلمت إليك هذا الدرهم في صاع من هذه الصبرة )و(‬

‫وفي بعض النسخ ويصح السلم بثمانية‪ r‬شرائط‪ :‬األول م‪rr‬ذكور في ق‪rr‬ول المص‪rr‬نف (وه‪rr‬و أن )ثم لصحة المسلم فيه ثمانية شرائط(‬
‫يصفه بعد ذكر جنسه ونوعه بالصفات التي يختلف بها الثمن) فيذكر في السلم في رقيق مثالً نوعه كتركي أو هندي وذكورت‪rr‬ه أو‬
‫أنوثته وسنه تقريباً‪ ،‬وقده طوالً أو قصراً أو ربعة‪ ،‬ولونه كأبيض ويصف بياضه بسمرة أو شقرة‪ ،‬ويذكر في اإلبل والبق‪rr‬ر والغنم‬
‫والخيل والبغال والحمير‪ ،‬الذكورة واألنوثة والسن واللون والنوع‪ ،‬ويذكر في الطير النوع والصغر والك‪rr‬بر وال‪rr‬ذكورة واألنوث‪rr‬ة‪،‬‬
‫والسن إن عرف‪ ،‬ويذكر في الثوب الجنس كقطن أو كتان أو حري‪r‬ر‪ ،‬والن‪r‬وع كقطن ع‪r‬راقي والط‪r‬ول والع‪r‬رض‪ ،‬والغل‪r‬ظ والدق‪r‬ة‬
‫والصفافة والرقة والنعومة والخشونة‪ ،‬ويقاس بهذه الصور غيرها ومطلق السلم في ثوب يحمل على الخام ال المقصور‬

‫الثاني (أن يذكر قدره بما ينفي الجهالة عنه) أي أن يكون المسلم فيه معلوم القدر كيالً في مكيل‪ ،‬ووزن ‪r‬ا ً في م‪rr‬وزون‪ ،‬وع‪rr‬داً )و(‬
‫في معدود‪ r،‬وذرعا ً في مذروع‪ .‬والثالث مذكور في قول المصنف (وإن كان) السلم (مؤجالً ذكر) العاق‪rr‬د (وقت محل‪rr‬ه) أي األج‪rr‬ل‬
‫‪.‬كشهر كذا فلو أجل السلم بقدوم زيد مثالً لم يصح‬

‫الرابع (أن يكون) المسلم فيه (موجوداً عند االستحقاق في الغالب)أي استحقاق تسليم المسلم فيه‪ ،‬فلو أسلم فيما ال يوج‪rr‬د عن‪rr‬د )و(‬
‫المحل كرطب في الشتاء لم يصح (و) الخامس (أن يذكر موضع قبضه) أي محل التسليم إن كان الموضع ال يصلح ل‪rr‬ه أو ص‪rr‬لح‬
‫‪.‬له‪ ،‬ولكن لحمله إلى موضع التسليم مؤنة‬
(‫السادس (أن يكون الثمن معلوماً) بالقدر أو بالرؤية له (و) السابع (أن يتقابضا) أي المسلم والمسلم إليه في مجلس العقد (قبل )و‬
‫و‬rr‫ فل‬،‫بر القبض الحقيقي‬rr‫ ففيه خالف تفريق الصفة والمعت‬،‫التفرق) فلو تفرقا قبل قبض رأس المال بطل العقد أو بعد قبض بعضه‬
‫د‬rr‫ون عق‬rr‫امن (أن يك‬rr‫ وهو المسلم إليه من المحال عليه في المجلس لم يكف (و) الث‬،‫أحال المسلم برأس مال السلم وقبضه المحتال‬
‫السلم ناجزاً ال تدخله خيار الشرط) بخالف خيار المجلس فإنه يدخله‬. ً.

A. Pengertian Salam

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum salam (pesan). Salam dan salaf secara bahasa
memiliki makna yang sama. Dan secara syara’ adalah menjual sesuatu yang diberi sifat di dalam
tanggungan. Salam tidak sah kecuali dengan ijab (serah) dan qabul (terima). Akad salam
hukumnya sah dengan cara hal (kontan) dan muajjal (tempo). Jika akad salam dimutlakkan,
maka menjadi sah dengan cara kontan menurut pendapat ashah.

B. Syarat-Syarat Akad Salam

Akad salam hanya sah pada barang yang memenuhi lima syarat.

1. Muslam fih (barang yang dipesan) harus di batasi dengan sifat yang bisa
menimbulkan berbeda-bedanya keinginan di dalam barang yang dipesan tersebut.
Sekira dengan sifat tersebut ketidakjelasan barang yang dipesan menjadi hilang.
Penyebutan sifat tidak boleh dengan cara yang bisa mengantarkan barang yang
dipesan tersebut sulit ditemukan, sepeti intan yang besar, dan budak wanita
beserta saudara perempuannya atau beserta anaknya.

2. Barang yang dipesan harus berupa jenis yang tidak bercampur dengan jenis yang
lain.sehingga tidak sah melakukan akad salam pada barang yang bercampur
bahan-bahan pokoknya serta tidak jelas batasannya, seperti jenang harisah dan
minyak ma’jun. Jika bahan-bahannya jelas ukurannya, maka sah melakukan akad
salam pada barang tersebut seperti mentega.

3. Disebutkan di dalam perkataan mushannif, “dan barang tersebut tidak diproses


dengan api”, maksudnya api yang digunakan untuk menanak atau menggoreng
barang tersebut. Jika api digunakan pada barang tersebut untuk memisahkan
seperti madu dan minyak samin, maka sah melakukan akad salam pada barang
tersebut.

4. Barang yang dipesan tidak boleh muayyan (sudah ditentukan), bahkan harus
berupa hutang. Sehingga, kalau muslam fih-nya sudah ditentukan, seperti “aku
menyerahkan baju ini seumpama padamu untuk memesan budak ini”, maka
secara pasti hal itu bukanlah akad salam, dan juga tidak bisa sah menjadi akad
bai’ menurut pendapat adlhar.

5. Muslam fih tidak boleh dikhususkan dari barang yang sudah ditentukan, seperti,
“saya menyerahkan dirham ini padamu untuk memesan satu sha’ dari tumpukkan
ini”.

Sahnya muslam fih memiliki delapan syarat.

Di dalam sebagian redaksi, “akad salam hukumnya sah dengan delapan syarat.”

1. disebutkan di dalam perkataan mushannif, “setelah menyebutkan jenis dan macamnya,


orang yang memesan harus memberi sifat pada muslam fih dengan sifat yang bisa
mempengaruhi harga. Sehingga, saat memesan budak semisal, maka ia harus
menyebutkan macamnya seperti budak Turki atau India, dan menyebutkan jenis laki-laki
atau perempuan, kira-kira usianya, ukurannya tinggi, pendek atau sedang, dan
menyebutkan warna kulitnya seperti putih dan mensifati putihnya dengan agak
kemerahan atau merah mulus. Saat memesan onta, sapi, kambing, kuda, bighal dan
keledai, ia menyebutkan jenis jantan, betina, usia, warna dan macamnya. Saat memesan
burung, ia menyebutkan macam, kecil, besar, jantan, betina, dan usianya jika diketahui.
Saat memesan baju, ia menyebutkan jenis seperti kapas, kattan, atau sutra, dan
menyebutkan macamnya seperti kapas negri Iraq, menyebutkan panjang, lebar, tebal,
tipis, rapat, renggang, halus dan kasarnya.

2. adalah menyebutkan ukurannya dengan sesuatu yang bisa menghilangkan ketidakjelasan


pada muslam fih. Maksudnya, muslam fih harus diketahui ukurannya, yaitu takarannya
pada barang yang ditakar, timbangannya pada barang yang ditimbang, hitungannya pada
barang yang dihitung, dan ukurannya pada barang yang diukur.

3. disebutkan di dalam perkataan mushannif, Jika akad salam dilakukan dengan tempo,
maka orang yang melakukan akad harus menyebutkan waktu jatuh temponya,
maksudnya jatuh temponya seperti bulan ini. Jika ia memberi tempo akad salam dengan
kedatangan Zaid semisal, maka akad salamnya tidak sah.

4. muslam fih-nya wujud saat waktu penerimaan menurut ukuran kebiasaannya.


Maksudnya, waktu meng-haki untuk menyerahkan muslam fih. Sehingga, seandainya
seseorang melakukan akad salam pada barang yang tidak ditemukan saat jatuh tempo,
seperti kurma basah di musim dingin, maka akad salamnya tidak sah.
5. adalah menyebutkan tempat penerimaan muslam fih, maksudnya tempat menyerahkan.
Jika tempat akad pertama tidak layak untuk itu, atau layak namun butuh biaya untuk
membawa muslam fih ke tempat penyerahan.

6. tsaman-nya harus diketahui dengan ukuran atau langsung melihatnya.

7. keduanya, maksudnya muslim (orang yang memesan) dan muslam ilaih (orang yang
dipesan) harus melakukan serah terima tsaman sebelum berpisah. Seandainya keduanya
berpisah sebelum menerima ra’sul mal (barang yang digunakan sebagai harga), maka
akad salam tersebut menjadi batal. Atau setelah menerima sebagiannya saja, maka dalam
permasalahan ini terjadi perbedaan pendapat di dalam tafriqus shufqah. Yang diharuskan
adalah penerimaan secara hakiki. Sehingga, seandainya muslim melakukan akad hiwalah
(pengalihan hutang) dengan ro’sul malnya akad salam, dan muhtal (orang yang
menerima peralihan) yaitu muslam ilaih menerima barang tersebut dari muhal alaih
(orang yang diberi beban hutang) di tempat akad, maka hal itu tidak mencukupi.

8. akad salam harus dilakukan dengan cara najizan (langsung), tidak berlaku khiyar syarat
pada akad salam. Berbeda dengan khiyar majlis, maka sesungguhnya khiyar majlis bisa
masuk pada akad salam.
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Salam ialah pembeli memesan barang dengan memberitahukan sifat-sifat serta kualitasnya
kepadaa penjual dan setelah ada kesepakatan. Dengan kata lain , pembelian barang dengan
membayar uang lebih dahulu dan barang yang beli diserahkan kemudian. Landasan syari’ah
transaksi salam terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan pelaksanaan salam harus
memenuhi jumlah rukun dan syarat tertentu.

Anda mungkin juga menyukai