Disusun Oleh :
Kelompok 3
Alhamdulillah dengan segala puja dan puji atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Oleh Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada bapak Luthfi, M.E selaku dosen pembimbing Arabiyah Thabliqiyah.
Dan juga kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan
kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami
butuhkan agar dapat menyempurnakannya dimasa yang akan datang. Semoga apa
yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan pihak
yang berkepentingan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jual-beli dengan cara salam merupakan solusi tepat yang ditawarkan oleh
Islam guna menghindari riba. dan mungkin ini merupakan salah satu hikmah
disebutkannya syari'at jual-beli salam seusai larangan memakan riba.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Salam ?
2. Apa rukun dan syarat Salam ?
3. Apa ketentuan-ketentuan umum dalam transaksi salam ?
4. Apa macam-macam, keuntungan dan manfaat salam ?
5. Apa dasar syari’ah dan fatwa tentang jual beli salam ?
6. Apa hikma dari akad salam ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian salam.
2. Untuk mengetahui rukun dan syarat salam.
3. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan umum dalam transaksi salam.
4. Untuk mengetahui macam-macam,keuntungan dan manfaat salam.
5. Untuk mengetahui dasar syari’ah dan fatwa tentang jual beli salam.
6. Untuk mengetahui hikma dari akad salam
BAB II
PEMBAHASAN
سلَ ُم
ّ ال
A. Pengertian salam
Sebagaimana jual beli, dalam akad salam harus terpenuhi rukun dan syaratnya.
Adapun rukun salam menurut jumhur ulama’ ada tiga yaitu:
1) Shigat
Akad salam bisa menggunakan lafadz salam, salaf atau menggunakan bai’
maushuf fi dzimmah (menjual barang secara tidak tunai dengan
pembayaran tunai).
Aqidani (orang yang melakukan transaksi ) yaitu orang yang memesan dan orang
yang menerima pesanan, dan Objek transaksi yaitu harga dan barang yang dipesan
2) Harga barang ( ra’sul mall )
a. Pertama, harga dalam akad salam bisa berbentuk sebagai berikut:
Aset (‘ainiyat) baik berupa barang barang sejenis ( mistliyat )
seperti padi dan sejenisnya, atau tidak sejenis ( qimiyat ) seperti
hewan dan sejenisnya
Kedua bentuk barang di atas harus dibayarkan terlebih dahulu di
dalam akad
Harga tidak boleh berupa utang atau pembebasan utang.
b. Kedua, pada dasarnya harga (modal) harus diserahkan secara tunai
ditempat akad, tetapi boleh ditunda penyerahannya 2 atau 3 hari
setelahnya. Dengan ketentuan tidak bersamaan dengan penyerahan
barang yang dipesan.
3) Barang ( muslam fiih )
a) Barang yang dipesan harus jelas (ma’lum) diketahui oleh pihak pihak
akad. Di antara hal yang harus diketahui adalah
Jumlah, timbangan dan lain lain.
Waktu penyerahan barang harus jelas. Dan barang boleh
diserahkan secara berkala, selama harga barangnya diserahkan
tunai
Ketentuan barang tersebut merujuk pada tradisi (‘urf ) yang terjadi
di masyarakat.
b) Barang yang dipesan harus jelas spesifikasinya
Di samping itu bisa diserah terimakan (yumkinu an yatsbutu fi
dzimmah) standartnya, barang itu bisa diketahui secara jelas spesifikasinya
sehingga tidak menimbulkan perselisihan. Oleh karena itu, dibolehkan
spesifikasi yang kurang jelas atau perbedaan kecil yang ditolerir.
c) Barang salam tidak boleh berupa
benda tertentu (muayyan) seperti mobil tertentu dan lain lain.
Barang yang tidak bisa ditempokkan ( La yatsbutu fi dzimmah )
seperti tanah pepohonan dan lain lain.
C. Ketentuan-ketentuan umum dalam transaksi salam
a. Barang salam boleh diikat (taustiq) dengan rahn dan bentuk-bentuk
tautstiq lain yang dibolehkan syara’.
b. Penjual tidak boleh menjual barang yang dipesan sebelum
memilikinya.
c. Pembeli boleh meminta penjual untuk mengganti barang yang
dipesannya dengan barang yang lain, dengan syarat harga barang
tersebut sama.
d. Kedua belah pihak boleh bersepakat untuk tidak melanjutkan akad
(iqalah)
e. Jika penjual ( muslam ilaih ) menyerahkan barang lebih baik dari
barang yang dipesan maka pembeli harus menerima barang tersebut
dengan syarat penjual tidak boleh meminta tambahan harga barang dan
selama spesifikasi barang dalam akad, tidak dimasukkan oleh
pemesan.
f. Jika penjual ( muslam ilaih ) menyerahkan barang yang lebih jelek
daripada yang dipesan maka pembeli ( pemesan ) boleh menerimanya
atau tidak menerimanya yang menjadi bagian dari husnull qadha (
sebaik baiknya pelunasan ) dan kedua belah pihak boleh ber ishlah
walupun menurunkan harga barang.
g. Penjual tidak boleh menyerahkan jenis barang lain daripada yang
dipesan kecuali dengan istibdal ( mengganti dengan aset lain )
h. Jika penjual terlambat menyerahkan barang pada waktu yang telah
ditentukan karena kesulitan membayar hutang. Maka pembeli harus
memberikan waktu perpanjangan untuk membayarnya. Tidak boleh
ada syart jaza’i ketika penjual terlambat menyerahkan barang.
i. Jika penjual kesulitan memberikan barang karena tidak tersedia di
pasaran maka pemesan boleh menunggu hingga ada barang yang
dipesan atau mem fasakh dan mengambil kembali modalnya.
D. Macam-macam, Keuntungan dan Manfaat Akad Salam
1. SALAM PARAREL
Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya hikmah dan
manfaat yang besar, dimana kebutuhan manusia dalam bermuamalat seringkali
tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini. Kedua belah pihak, yaitu
penjual dan pembeli bisa sama-sama mendapatkankeuntungan dan manfaat
dengan menggunakan akad salam. Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan
berupa:
Artinya :
َ يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا ِإذَا تَدَا َينتُم ِبدَي ٍْن ِإلَ َٰٓى أ َ َج ٍل ُّم
.. س ًّمى فَٱ ْكتُب ُْوه
“hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.”
2. Firman Allah QS. Al-maa’idah (5):1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA