Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FIQIH MUAMALAH

“AS-SALAM”

Dosen Pengampu : Saiful Bakhri M.M

Disusun oleh :

Aini Wardatus Sholihah

Progam Study Perbankan Syariah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SALAHUDDIN PASURUAN

Tahun Akademik 2017/2018

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah Fiqih Muamalah yang berjudul “As-Salam” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam selalu kita limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW
Selesainya makalah ini juga tidak lepas dari bantuan beberapa pihak,
maka kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Pak SaifulBakhri M.M selaku dosen materi kuliah Fiqih Muamalah.
2. Semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para mahasiswa


maupun para pembaca lain. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
mahasiswa, dosen atau pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

01 April 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih
muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Sungguhpun demikian, dari
sekian banyak itu, ada tiga jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai
sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam
perbankan syariah yaitu murabahah, as-salam, dan al-istishna.
Salah satunya adalah jual beli dengan cara salam, yaitu akad pemesanan
suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan pembayaran
tunai pada saat akad dilaksanakan. Dengan menggunakan akad ini kedua belah
pihak mendapatkan keuntungan tanpa ada unsur tipu-menipu atau
gharar (untung-untungan). Pada makalah ini kami akan membahas tentang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dariAs-Salam?
2. Apa saja landasan hukum As-Salam?
3. Apa saja rukun As-Salam?
4. Apa saja syarat As-Salam?
5. Apa yang dimaksud dengan salam paralel ?
6. Hal apa saja yang dapat menyebabkan berakhirnya akad salam?
7. Apa saja manfaat dari As-Salam?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari As-Salam
2. Mengetahui serta menyebutkan landasan hukum As-Salam
3. Mengetahui dan menyebutkan rukun As-Salam
4. Mengetahui syarat As-Salam
5. Mengetahui maksud dari salam paralel
6. Mengetahui hal-hal yang menyebabkan berakhirnya akad salam
7. Mengetahui manfaat dari As-Salam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Secara bahasa as-salam atau as-salaf berarti pesanan. Secara
terminologis para ulama mendefinisikannya dengan: “Menjual suatu
barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu (barang) yang
ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian hari”. Dalam pasal 22 Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah (KHES) ayat 34 mendefinikasikan salam sebagai jasa
pembiayaan yang dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.
2.2 Landasan Hukum
1. Al-Qur’an
Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 282.

َ ‫ِين آ َمنُوا إِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم ِب َد ْي ٍن إِلَى أَ َج ٍل ُم‬


‫س ًّمى‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
‫فَا ْكتُبُو ُه‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalahtidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya” (QS. Al-Baqarah : 282)
Firman Allah dalam QS. al-Ma’idah ayat 1.
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”
2. Hadits
Dalam hadis rasul bersabda :

‫س ِلفُونَ فِي‬ ْ ُ‫ َو ُه ْم ي‬,َ‫ قَ ِد َم اَلنَّ ِب ُّي صلى هللا عليه وسلم اَ ْل َمدِينَة‬:َ‫ قَال‬-‫ع ْن ُه َما‬ َّ َ ‫ َر ِض َي‬- ‫اس‬
َ ُ‫ّللَا‬ ٍ َّ‫عب‬
َ ‫ع َِن اِب ِْن‬
َ
‫ إِ َلى أ َج ٍل‬,‫وم‬ ٍ ُ‫ َو َو ْز ٍن َم ْعل‬,‫وم‬
ٍ ُ‫ف فِي َك ْي ٍل َم ْعل‬ ْ ُ‫ف فِي ت َ ْم ٍر فَ ْلي‬
ْ ‫س ِل‬ َ َ‫سل‬ َ َّ ‫سنَةَ َوال‬
ْ ‫ ( َم ْن أ‬:َ‫ َفقَال‬,‫سنَتَي ِْن‬ َّ ‫اَلثِ َم ِار اَل‬
‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ق‬ ٌ َ‫وم ) ُمتَّف‬ ٍ ُ‫َم ْعل‬
Ibnu Abbas berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang ke Madinah dan
penduduknya biasa meminjamkan buahnya untuk masa setahun dan dua tahun.
Lalu beliau bersabda: "Barangsiapa meminjamkan buah maka hendaknya ia
meminjamkannya dalam takaran, timbangan, dan masa tertentu." (H.R.Muttafaq
Alaihi.)
3. Fatwa DSN MUI
Fatwa DSN-MUI NO: 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang JUAL BELI
SALAM
2.3 Rukun As-Salam
Rukun dari akad salam yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa,
yaitu
1. Pelaku akad, yaitu muslam (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan
dan memesan barang, dan muslam ilaih (penjual) adalah pihak yang
memasok atau memproduksi barang pesanan.
2. Barang yang dipesan (muslam fiih) dan harga (tsaman)
Dalam hal ini barang yang dipesan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Dinyatakan jelas jenisnya
2. Jelas sifat-sifatnya.
3. Jelas ukurannya.
4. Jelas batas waktunya.
5. Tempat penyerahan dinyatakan secara jelas.
3. Shighat ( ijab dan qabul )
Harus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan tidak terpisah oleh hal-
hal yang dapat memalingkan keduanya dari maksud akad.

2.4 Syarat As-Salam


Diperbolehkannya salam sebagai salah satu bentuk jual beli merupakan
pengecualian dari jual beli secara umum yang melarang jual
beli forward sehingga kontrak salam memiliki syarat-syarat ketat yang
harus dipenuhi, antara lain sebagai berikut.
1. Pembeli harus membayar penuh barang yang dipesan pada saat
akad salam ditandatagani atau disetujui bersama. Hal ini diperlukan
karena jika pembayaran belum penuh, maka akan terjadi penjualan
utang dengan utang yang secara eksplisit dilarang.Selain itu, hikmah
dibolehkannya salam adalah untuk memenuhi kebutuhan segera dari
penjual. Jika harga tidak dibayar penuh oleh pembeli, tujuan dasar dari
transaksi ini tidak terpenuhi. Oleh karena itu, semua ahli hukum Islam
sepakat bahwa pembayaran penuh dimuka pada akad salam adalah
perlu. Namun demikian, Imam Maliki berpendapat bahwa penjual
dapat memberikan kelonggaran dua atau tiga hari kepada pembeli,
tetapi bukan merupakan bagian dari akad.
2. Salam hanya boleh digunakan untuk jual beli komoditas yang kualitas
dan kuantitasnya dapat ditentukan dengan cepat (fungible
goods atau dhawat al-amthal). Komoditas yang tidak dapat ditentukan
kualitas dan kuantitasnya (termasuk dalam kelompok non fungible
goods atau dhawat al-qeemah) tidak dapat dapat dijual menggunakan
akad salam.
3. salam tidak dapat dilakukan untuk jual beli komoditas tertentu atau
produk dari lahan pertanian atau peternakan tertentu.
4. Kualitas dari komoditas yang akan dijual dengan akad salam perlu
mempunyai spesifikasi yang jelas tanpa keraguan yang dapat
menimbulkan perselisihan. Semua yang dapat dirinci harus disebutkan
secara eksplisit.
5. Ukuran kuantitas dari komoditas perlu disepakati dengan tegas. Jika
komoditas tersebut dikuantifikasi dengan berat sesuai kebiasaan dalam
perdagangan, beratnya harus ditimbang, dan jika biasa dikuantifikasi
dengan diukur, ukuran pastinya harus diketahui. Komoditas yang biasa
ditimbang tidak boleh diukur dan sebaliknya.
6. Tanggal dan tempat penyerahan barang yang pasti harus ditetapkan
dalam kontak.
7. Salam tidak dapat dilakukan untuk barang-barang yang harus
diserahkan langsung.
Skema as salam

2.5 Salam paralel


[8]Salam paralel adalah suatu transaksi dengan Bank melakukan dua
akad salam dalam waktu yang sama. Dalam akad salam pertama, Bank
(selaku muslam) melakukan pembelian suatu barang kepada pihak
penyedia barang (muslam ilaihi) dengan pembayaran di muka dan pada
akad salam kedua, Bank (selaku muslam ilaihi) menjual lagi kepada pihak
lain (muslim) dengan jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama.
Pelaksanaan kewajiban Bank selaku muslam ilaih (penjual) dalam
akad salam kedua tidak tegantung pada akadsalam yang pertama.
Adapun syarat-syarat salam paralel yang harus dipenuhi, antara lain
(Unsmani, 1999) sebagai berikut.[9]
1. Pada salam paralel, bank masuk ke dalam dua akad yang berbeda.
Pada salam pertama bank bertindak sebagai pembeli dan pada salam
kedua bank bertindak sebagai penjual. Setiap kontrak salam ini harus
independen satu sama lain. Keduanya tidak boleh terikat satu sama lain
sehingga hak dan kewajiban kontrak paralelnya. Setiap kontrak harus
memiliki kekuatan dan keberhasilannya harus tidak tergantung pada yang
lain.
Contoh: Jika A telah membeli 100 ton beras dari B dengan
akad salam yang akan diserahkan pada tanggal 1 Juli. A dapat menjual
100 ton beras tersebut kepada C dengan akad salam paralel dengan
penyerahan pada tanggal 1 Juli juga. Penyerahan beras kepada C tidak
boleh tergantung pada penerimaan barang dari B. Jika B tidak mengirim
beras pada tanggal 1 Juli, A harus tetap memenuhi untuk mengirim beras
100 ton ke C pada tanggal 1 Juli. A dapat menemupuh jalan apa saja atas
kelalaian B, tetapi A tetap tidak dapat menghindar dari kewajibannya
untuk mengirim beras kepada C sesuai perjanjian. Demikian juga B
mengirim barang yang rusak yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
telah disepakati, A tetap wajib mengirim barang kepada C sesuai
spesifikasi yang telah disepakati bersama.
3. Salam paralel hanya boleh dilakukan dengan pihak ketiga. Penjual
pada salampertama tidak boleh menjadi pembeli pada salam paralel
karena hal ini akan menjadi kontrak pembelian kembali yang dilarang oleh
syariah.
Skema as salam paralel

2.6 Berakhirnya Akad Salam


Dari penjelasan diatas, hal-hal yang dpat membatalkan kontrak adalah:
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati
dalam akad.
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih
untuk menolak atau membatalkan akad.
Apabila barang yang dikirim tidak sesuai kualitasnya dan pembeli
memilih untuk membatalkan akad, maka pembeli berhak atas
pengembalian modal salam yang sudah diserahkannya. Pembatalan
diungkinkan untuk keseluruhan barang pesanan, yang mengakibatkan
pengembalian semua modal salam yang telah dibayarkan. Dapat juga
berupa pembatalan sebagian penyerahan barang pesanan dengan
pengembalian sebagian modal salam.

2.7 Manfaat Akad Salam


Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya
hikmah dan manfaat yang besar, dimana kebutuhan manusia dalam
bermuamalat seringkali tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini.
Kedua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli bisa sama-sama
mendapatkan keuntungan dan manfaat dengan menggunakan akad salam.
Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa :
1. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan
dan pada waktu yang ia inginkan.
2. Mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah bila
dibandingkan dengan pembelian kontan dan barangnya sudah ada yang
biasanya lebih mahal.

Sedangkan keuntungan bagi si penjual adalah :

1. Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan


cara-cara yang halal, sehinga ia dapat menjalankan dan
mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan
demikian, selama belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan
uang pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada kewajiban apapun.
2. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli,
karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan
barang pesanan berjarak cukup lama.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,
kami dapat menarik kesimpulan.
Salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya
ditunda, pembayaran modal lebih awal. Rukun dan syarat jual beli as-
salam yaitu Mu’aqidain yang meliputi Pembeli dan penjual, Obyek
transaksi, Sighat ijab qabul, dan alat tukar.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima
bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://dsnmui.or.id/produk/fatwa/ (diakses pada tanggal 29 maret 2018)

https://drive.google.com/file/d/0BxTllNihFyzZ3JSZjFuRHN5MjA/view(diaks
es pada tanggal 29 maret 2018)

https://suciati95.wordpress.com/2015/04/05/pembiayaan-akad-as-
salam/(diakses pada tanggal 29 maret 2018)

http://ekadianapriliani.blogspot.co.id/2016/06/v-
behaviorurldefaultvmlo.html(diakses pada tanggal 29 maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai