Anda di halaman 1dari 4

NAMA : EGI ROMODONI

KELAS : X IPA 2

Kisah Umar bin Khattab, Khalifah Kedua yang Ditakuti Setan

Khalifah Islam kedua bernama lengkap Umar bin Khatthab bin Nufail bin Abdul Izzy bin
Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka'ab bin Luay Al-Quraisy Al-'Adawy. Beliau
terkadang dipanggil dengan Abu Hafash dan digelari Al-Faruq. Ibunya bernama Hantimah binti
Hasyim bin Al-Muqhirah Al-Makhzumiyah.
Umar radhiallahu 'anhu (RA) masuk Islam ketika para penganut Islam kurang lebih 40
orang. Imam Tirmidzi, Imam Thabrani dan Hakim meriwayatkan dengan riwayat yang sama
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa salam (SAW) pernah berdoa (yang artinya): "Ya Allah,
muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai di antara kedua orang ini,
yaitu Umar bin Khaththab atau Abu Jahal 'Amr bin Hisyam.".
Dikutip dari Biografi Umar Ibn Khaththab dalam Tahbaqat Ibn Sa'ad, Tarikh al-
Khulafa'ar Rasyidin Imam Suyuthi dan beberapa sumber lain, Anas bin Malik berkata: "Pada
suatu hari Umar keluar sambil menyandang pedangnya, lalu Bani Zahrah bertanya" Wahai
Umar, hendak kemana engkau?," maka Umar menjawab, "Aku hendak membunuh Muhammad."
Selanjutnya orang tadi bertanya: "Bagaimana dengan perdamaian yang telah dibuat antara Bani
Hasyim dengan Bani Zuhrah, sementara engkau hendak membunuh Muhammad". Lalu orang
tadi berkata, "Apakah engkau tidak kau tahu bahwa adikmu dan saudara iparmu telah
meninggalkan agamamu". Kemudian Umar pergi menuju rumah adiknya dilihatnya adik dan
iparnya sedang membaca lembaran Alqur'an, lalu Umar berkata, "Barangkali keduanya benar
telah berpindah agama".
Maka Umar melompat dan menginjaknya dengan keras, lalu adiknya (Fathimah binti
Khaththab) datang mendorong Umar, tetapi Umar menamparnya dengan keras sehingga wajah
adiknya mengeluarkan darah.
Kemudian Umar berkata: "Berikan lembaran (Alqur'an) itu kepadaku, aku ingin
membacanya", maka adiknya berkata." Kamu dalam keadaan najis tidak boleh menyentuhnya
kecuali kamu dalam keadaan suci. Kalau engaku ingin tahu maka mandilah
(berwudhulah/bersuci)." Lalu Umar berdiri dan mandi (bersuci), kemudian membaca lembaran
(Alqur'an) yaitu surat Thaha sampai ayat 14 yang artinya:
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku,
dirikanlah Salat untuk mengingatku."
Setelah membaca ayat itu, Umar berkata, "Bawalah aku menemui Muhammad."
Mendengar perkataan Umar itu, Khabbab langsung keluar dari persembunyiannya seraya
berkata: "Wahai Umar, aku merasa bahagia, aku berharap doa yang dipanjatkan Nabi pada
malam Kamis menjadi kenyataan, Beliau (Nabi) berdo'a "Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini
dengan orang yang paling Engkau cintai di antara kedua orang ini, yaitu Umar bin Al-Khaththab
atau Abu Jahal 'Amr bin Hisyam."
Lalu Umar berangkat menuju rumah Nabi Muhammad SAW. Di depan pintu berdiri
Hamzah, Thalhah dan sahabat lainnya. Lalu Hamzah seraya berkata, "Jika Allah menghendaki
kebaikan baginya, niscaya dia akan masuk Islam, tetapi jika ada tujuan lain kita akan
membunuhnya".
Lalu kemudian Umar menyatakan masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Masuknya
Umar ke dalam Islam menambah kejayaan Islam dan kaum muslimin. Umar turut serta dalam
peperangan yang dilakukan bersama Rasulullah dan tetap bertahan dalam perang Uhud bersama
Rasulullah.
Rasulullah memberinya gelar Al-Faruq kepadanya, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Sa’ad
dari Dzakwan, seraya berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah, Siapakah yang memanggil Umar
dengan nama Al-Faruq?", maka Aisyah menjawab: "Rasulullah".
Hadist Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Sungguh telah ada dari
umat-umat sebelum kamu para pembaharu, dan jika ada pembaharu dari umatku niscaya
'Umarlah orangnya". Demikian juga Imam Tirmidzi telah meriwayatkan dari Uqbah bin Amir
bahwa Nabi bersabda, "Seandainya ada seorang Nabi setelahku, tentulah Umar bin Khatthab
orangnya."
Rasulullah SAW juga bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengalirkan kebenaran
melalui lidah dan hati Umar". (HR Tirmidzi)

Setan Lari Jika Bertemu Umar


Tak hanya orang kafir Quraisy yang takut kepada Umar, setan dari bangsa Jin juga
memilih kabur apabila bertemu Umar Bin Khattab. Beliau memang dikenal berani dan sangat
bijaksana.
Dalam satu hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Sesungguhnya setan benar-benar takut padamu wahai Umar. Tatkala aku duduk budak wanita
itu memukul rebana, lalu masuk Abu Bakar, 'Ali dan Utsman, dia masih memukul rebana, tatkala
dirimu yang datang budak wanita itu melemparkan rebananya."
Bahkan setan pun sangat takut apabila bertemu Umar bin Khattab. Rasulullah SAW
bersabda, "Wahai Ibnul Khatthab, demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tanganNya,
sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di suatu jalan kecuali dia akan mencari
jalan lain yang tidak engkau lalui." Dalam hadits lain, Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Sungguh aku melihat setan dari kalangan manusia dan jin lari dari Umar." (HR. Tirmidzi)
Penyebab takutnya setan kepada Umar tentu bukan hanya dikarenakan keberaniannya.
Umar dikenal memilih iman yang kokoh dan tidak mau terperdaya oleh urusan dunia.

Berpulang ke Rahmat Allah


Khalifah Islam kedua Sayyidina Umar bin Khattab wafat pada Rabu bulan Dzulhijah
tahun 23 Hijriyah dalam usia 63 tahun. Beliau ditikam oleh seorang Majusi bernama Abu
Lu'luah (Fairuz), budak Al-Mughirah bin Syu'bah saat memimpin salat Shubuh. Fairuz adalah
orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Penikaman Umar
dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lu'luah terhadap Umar karena sakit hati atas kekalahan
Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya. Umar dimakamkan di samping Nabi dan Abu
Bakar Shiddiq. Setelah beliau wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Utsman bin Affan. Semoga
Allah meridhainya.

Sumber : https://kalam.sindonews.com/read/1448843/70/kisah-umar-bin-khattab-khalifah-kedua-yang-
ditakuti-setan-1571124962
Rusman SiregarSelasa, 15 Oktober 2019 - 14:37 WIB
views: 20.055
Ketika Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib
Sepakat untuk Menjaga Kerahasiaan Dosa Seseorang

Suatu malam Khalifah Umar bin Khattab keluar rumah. Dia pergi ke kota dengan
menyamar. Di sana Umar melihat seorang pria dan wanita sedang melakukan tindakan cabul.
Pagi harinya dia berkata kepada orang-orang, “Jika seorang Amir melihat seorang pria dan
wanita melakukan percabulan dan dia menemukan hukumannya yang telah ditetapkan di dalam
al-Quran kepada mereka, apa pendapat kalian tentang hal itu?” Mereka menjawab, “Engkau
adalah pemimpin. Engkau memiliki kebebasan dalam tindakan ini.”
Sementara itu Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Penghukuman dalam kasus ini
tidak dibenarkan, kalau tidak malah engkau yang akan mendapat hukuman untuk ini karena
fitnah. Hukuman ini tidak dapat dipenuhi tanpa bukti kesaksian dari empat orang.”
Setelah mendengar pendapat Ali, Umar diam tidak membahasnya selama beberapa hari.
Kemudian, sekali lagi Umar menanyai orang-orang. Setelahnya orang-orang yang ditanyai
berbicara di antara mereka, “Dia menjadi cenderung ke arah pendapat Ali bin Abi Thalib dan
memutuskan untuk tidak menjatuhkan hukuman.”
Mengomentari kisah di atas, Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din mengatakan,
“(Kisah) ini adalah sebuah bukti yang baik, bahwa dosa-dosa kaum Muslim harus dirahasiakan,
dan empat saksi mata diperlukan untuk menjatuhkan hukuman mati, yang mana itu
memungkinkan dalam kasus percabulan yang terkait perzinahan.”
Al-Ghazali mengutip beberapa hadis tentang pentingnya menjaga kerahasiaan dosa
seorang Muslim:
Rasulullah berkata, “Ketika Allah menjaga rahasia dosa seseorang, Dia lebih terhormat
untuk mengungkapkannya di alam berikutnya.”
Rasulullah berkata, “Jika seseorang menjaga kerahasiaan seorang Muslim, Allah akan
menjaga kerahasiaan rahasianya baik di dunia ini maupun setelahnya.”
Rasulullah berkata, “Jika seseorang merahasiakan dosa yang dirahasiakan oleh orang
(yang melakukannya) di dunia ini, Allah akan merahasiakan semua dosanya pada Hari
Kebangkitan.”
Rasulullah berkata, “Jika seorang saudara menjaga kerahasiaan kesalahan yang dilakukan
saudaranya, dia akan memasuki surga.”

Anda mungkin juga menyukai