Suatu hari ada seorang pemuda yang bernama Ummar bin Khatab.Umar bin Khattab dilahirkan 12
tahun setelah kelahiran Rasulullah. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatamah.
Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya,
jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan. Ummar
adalah seorang mualaf.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau
merupakan khalifah kedua di dalam Islam setelah Abu Bakar. Nasab beliau bertemu dengan nasab
Rasulullah pada kakeknya Ka’ab. Antara beliau dengan Rasulullah selisih 8 kakek. Rasulullah
memberi beliau kunyah Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua
dan memberi laqab (julukan) al Faruq.
Suatu hari, Umar bin khattab yang awalnya menentang ajaran agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw, yaitu agama islam. Umar ra adalah seorang sahabat yang namanya menjadi
kebanggaan bagi kaum muslimin hingga hari ini. Namanya dapat menyebabkan iman menjadi
meningkat dan dapat menggetarkan hati orang-orang kafir sejak 1300 tahun yang lalu hingga saat
ini. Sebelum memeluk islam ia selalu menentang nabi saw dan mengganggu kaum muslimin.
Pada suatu hari, orang-orang kafir kuraisy bermusyawarah untuk menetukan siapa diantara mereka
yang bersedia membunuh rasulullah saw.
Orang kafir 1 : Hai tuan-tuan semuanya, kita berkumpul disini untuk membicarakan masalah
yang begitu berat yang harus kita selesaikan.
Orang kafir 1 : Yaitu siapakah yang bersedia membunuh Muhammad bin Abdillah?
Sambil menghunuskan pedang, Umar beserta dua orang algojonya segera melangkah menuju
kediaman Rasulullah saw. Dalam perjalanan ia berpapasan dengan salah seorang dari kabilah
Zurrah yang bernama Saad bin abi Waqqas ra.
Saad : Jika demikian, banu hasyim, bani surrah, dan bani abdi manaf tidak berdiam diri
atas perbuatanmu itu . Mereka pasti akan menuntut balas.
Umar : (Terkejut....!) Oh, nampaknya kamupun telah meninggalkan agama nenek
moyang kita.
Sa’ad : Tunggu…..tunggu umar! labih baik engkau mengurus keluargamu dulu, saudara
perempuanmu dan suaminya juga telah memeluk islam.
Umar : Benarkah berita yang itu? Apabila hal itu tidak benar maka kepalamu akan
kulepas dari tubuhmu dan kujadikan tempat minumanku.
Mendengar hal itu, Umar segera meninggalkan Sa’ad dan pergi menuju rumah saudara
permpuannya. Ketika itu, dirumah saudara perempuan umar ada sahabat ka’bab, adik Umar, dan
Iparnya. Dengan menutup pintu dan jendela, mereka membaca ayat-ayat alquran. Sedangkan dalam
perjalanan wajah umar kelihatannya begitu marah kepada keluarganya.
Fatimah : Ia itu suara Umar. (barengan bersama adik umar dan sambil ketakutan).
Maka kabbab segera bersembunyi karena ketakutan dan adik umar membukakan pintu buat Umar.
Tanpa menghiraukan wajah sauudara perempuanya yang berdarah, umar masuk kedalam rumah dan
bertanya.
Umar : Apakah yang sedang kamu lakukan, dan siapakah orang yang suaranya aku
dengar dari luar?
Umar : apakah kamu juga telah meninggalkan agama nenek moyangmu dan memeluk
agama baru itu?
Iparnya : Bagaimana jika agama baru itu lebih baik dari agama dahulu,?(umar menarik
baju iparnya keluar rumah dan menarik jenggotnya dan menamparnya sehingga wajahnya
berlumuran darah)
Adik umar : Wahai umar! Kami dipukul hanya karena memeluk islam. Kami bersumpah
akan mati sebagai orang islam. Terserah padamu, kamu mau melakukan apa saja terhadap kami.
Umar : Tidak, cukup . . . cukup. Aku tak mau mendengar semua itu. Dasar orang-orang
bodoh yang melampaui batas.
Khabbab : Astagfirullahaladzim, sadar umar . kau yang telah melampaui batas kau tersesat
Umar, tersesat!
Ipar : Umar, sadar…sadar…!!! Dia adalah kawan adikmu, tak sepantasnya kau
berbuat seperti itu kepadanya.
Fatimah : Umar, kakakku. Ingat…!! Meskipun kau bunuh aku sekalipun, aku ikhlas. Aku
akan melepaskan keyakinanku. Aku akan terus mengikuti ajaran Muhammad. Mudah-mudahan kau
segera mendapatkan hidayah, Umar.
Ketika kemarahannya mulai meredah, Umar merasa malu dengan perbuatanya terhadap saudara
perempunnya itu. Tiba-tiba ia melihat mushab-mushab al-quran yang ditinggalkan oleh kabab tadi,
lalu berkata,
Khabab : Kamu tidak suci dan orang-orang yang tidak suci tidak boleh menyentuh
lembaran-lembaran ini.
Pada awalnya umar belum siap untuk bersuci, namun akhiranya ia bersedia untuk mandi dan
berwudhu, kemudian membaca mushab-mushab al-quran itu, surah yang dibacanya adalah surah
thaha.
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. (Q.s Thaha ayat 14).
Setelah umar membaca surah ini hatinya tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan.
Umar : Ya Tuhan, ampunilah aku yang hina dan sombong ini hamba melampaui batas.
Selam ini hamba telah menyekutukanmu. Baiklah, sekarang antarkan aku menemui Muhammad!!!!!
Lalu Ummar datang ke rumah Rasulullah SAW,dan ia pun memeluk agama Islam. Setelah Ummar
mengucpkan syahadat yang bertanda bahwa ia telah memeluk agma Islam, Maka kembalilah umar
ke kediamannya, akan tetapi tiba-tiba di tengah perjalanan umar bertemu dengan orang-orang kafir
kuraisy.
Kafir 1 : Wah.. kamu juga telah meninggalkan agama nenek moyang kita kalau begitu
kami akan membunuhmu terlebih dahulu.
Umar : Siapapun yang berani menentang Nabi dan merendahkan agama Islam, maka
hadapilah aku. Aku akan membunuhmu.
Kaum kafir kuraisy merasa terpukul dengan keislaman umar. Namun, jumlah kaum muslimin masih
sangat sedikit jika dibandingkan dengan kaum musyrikin di makkah. Kafir-kafir musyrikin itu
semakin keras usahanya untuk membinasakan kaum muslimin beserta agamanya, disisi lain
semangat kaum musliminpun semakin bertambah. Dengan islamnya umar, kaum muslimin
bertambah berani dan mereka berani mendirikan shalat di baitul haram.
Suatu masa dalam kepemimpinan ‘Umar, terjadi “Tahun Abu”. Masyarakat Arab menderita masa
paceklik berat. Hujan tak lagi turun, pepohonan mengering, hewan-hewan mati. Tanah tempat
berpijak hampir menghitam layaknya abu.
Suatu malam, bersama sahabatnya Aslam, Khalifah ‘Umar berjalan-jalan ke kampung terpencil
yang berada di tengah gurun sepi. Tiba-tiba beliau terkaget. Dari sebuah kemah yang sudah
rombeng, terdengar suara gadis kecil menangis keras. ‘Umar bin Khaththab dan Aslam bergegas
mendekati kemah itu, untuk mengecek bila penghuninya membutuhkan bantuan.
Umar: Assalamualaikum..
(Umar dan Aslam tertegun. Mereka masih tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam.
Gadis kecil itu masih terus menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya)
Umar: Apa yang sedang kau masak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu?
Wanita Janda: Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah
Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi
apa belum. Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan
apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat
rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur
dengan perut yang kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci
dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan ia akan
tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan
menangis minta makan.
Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Ia tidak mampu
menjamin kebutuhan rakyatnya.
(Mendengar penuturan wanita itu, Aslam berniat menegur perempuan itu. Namun Khalifah ‘Umar
sempat mencegah)
(Dengan air mata berlinang beliau bangkit dan mengajak Aslam cepat-cepat pulang ke Madinah.
Tanpa istirahat lagi, ‘Umar segera memikul gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda
tua nan sengsara itu.)
Aslam: Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku yang memikul karung itu…
Umar: Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul
beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan
kelak? (dengan wajah yang merah padam)
(Sesampainya ditempat wanita jandi tersebut umar langsung menyuruh dan mebantu wanita
tersebut untuk memasak.)
Umar: (sambil memberikan serantang gandum) Masukkan gandumnya dan aku yang akan
mengaduknya.
(Setelah masak, Sayyidina Umar pun mengajak keluarga yang miskin itu untuk makan.)
(Sambil melihat mereka makan, Umar duduk tersenyum dalam hatinya. Hatinya berasa sangat lega
kerana melihat anak-anak kecil itu kembali gembira.)
Wanita janda: Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan yang lebih baik. Engkau lebih baik
dibanding khalifah Umar.
Umar: Berkatalah yang baik-baik, besok termui Amirul Mukminin dan kau bisa temui aku juga
disana. InsyaAllah ia akan mencukupimu
(Pada keesokan hari itu, datanglah ibu itu ke Baitul Mal. Umar pun menyambut dengan senyum
bahagia. Ketika ibu itu melihat wajah Khalifah, dia menyadari bahwa orang yang membantunya
semalam adalah Umar sang Amirul Mu'minin, )
Wanita janda: Aku mohon maaf! aku telah menyumpahi dengan kata-kata dzalim kepada engkau.
aku sudah siap menerima hukuman yang akan ditimpakan.
Umar: Ibu tidak bersalah, akulah yang bersalah selama ini. Aku berdosa membiarkan seorang ibu
dan anak kelaparan di wilayah kekuasaannku, bagaimana aku mempertanggungjawabkan dihadapan
Allah?. Sudi kiranya Ibu memaafkan aku?
(Beliau masih sempat datang membawa makanannya sendiri sekedar untuk memenuhi kebutuhan
makanan wanita dan anaknya yang kelaparan)
ketika kholifah amirul mu’minin Umar bin Khattab menjadi seorang kholifah,Dia mempunyai
gubernur yang memimpin Mesir yaitu Amar Bin Ash,Amar bin Ash orangnya mirip
bangsawan,istananya besar,prajuritnya banyak baju nya banyak dan memiliki banyak
permaisuri.Tetapi tidak jauh dari depan istananya yang megah itu terdapat sebuah gubuk kecil
,reyot,dan kepunyaan orang yahudi,Itulah yang membuat jengkel Amar bin Ash,dan pada suatu
hari ketika duduk diteras istana………………’’
Amar bin ash : “subhanallah megahnya istanaku !!!!! ini tempat kalo di bikin mesjid pasti sangat
indah!! Tapi disana terdapat gubug yg amat reot yang menghalangi niatku, lebih baik ku panggil
prajurit..
Amar bin ash :”Aku sudah kesal melihat gubuk reyot dan kecil yan ada disana itu,gubuk itu
Amar bin ash :”Besok kau panggil orang yang punya gubuk tersebut dan suruh mengahadapku!”
Yahudi :”Untuk apa ya Tuan? Bukannya saya tidak punya salah kepada tuan gubernur?”
Prajurit 1 :” Permisi Tuan,ini ! Kami membawa yahudi yang mempunyai gubuk itu Tuan!”
Prjurit 1 :”Baik Tuan.”(lalu prjuri itu pun keluar memanggil Yahudi).”ini tuan”.
Amar bin ash :”Hey,Yahudi.Apa benar kamu yang mempunyai giubuk yang disana itu?”
Amar bin ash :”Kamu tahu tidak di tepat gubuk itu saya akan membuat masjid besar.Jadi saya
berniat membeli gubuk kamu itu !.”
Amar bin ash :”Saya akan membeli nya dua kali lipat !”
Yahudi :”10x lipat pun tidak akan saya jual.krena saya dari muda peras keringat hanya
gubuk itu Yang saya punya.”
Amar bin ash :”Hey Yahudi …..Kalau kamu tidak mau menjual nya terpaksa kami aikan gusur
gubuk mu Itu…..Yahudi!”
(Yahudi itu pun meninggalkan istana Dan ke esokan hari nya ketika Yahudi itu tertidur,di depan
gubuk nya yang kecil datanglah sekelompok prajurit)
Yahudi :”Rumah ku..(menangis).Awas kau Amar bin Ash.tapi ku pikir Amar bin Ash itu
hanya Gubernur dan masih ada yang lebih tinggi dari Dia Yaitu kholifah Umar bin Khattab.Yang
ada di Madinah.Saya mau lapor kepada beliau.”
(Berangkat lah Yahudi tersebut dengan hati yang sedih menuju madinah untuk menemui Umar bin
Khattab.Dari mesir Dia berngkat ke Madinah dengan berjalan kaki.Di setiap perjalanannya dia
berpikir membanding-banding).
Yahudi :”Wah bicara tentang hal ini ,ini kah pemimpin tertinggi,kalau gubernur nya saja
istananya besar apa lagi kholifah nya.Trus saya bukan orang muslim apa nanti saya dianggap
mengadu.! Ah coba saja dulu.”
(Yahudi itu pun terus melanjutkan perjalanan nya,entah sudah berapa lama dan berapa hari atau
minggu atau bulan yang dia jalani.Sesampainya di pintu gerbang Kota Madinah Yahudi itu pun
bertemu dengan seseorang yang bersandar di pohon kurma),.
Yahudi :”Begini Tuan,Gubernur tuan yang berada di Mesir Amar bin Ash menggusur saya
Tuan”.
Yahudi :”Begini Tuan,saya kan mempunyai gubuk tidak jauh dari depan istana .Katanya tanah
yang saya yang tinggali itu akan di buat sebuah mesjid,eh malah di gusur paksa.Saya
kesini Mau mencari keadilan”.
Yahudi :”Tuaan saya kesini mau mencari keadilan,kalau tulang unta di mesir juga banyak”.
(Yahudi itu pun pergi ke tempat sampah itu.Tak lama kemudian dia menemukan satu tulang
unta).
Umar :”Sini (Tulang di garis lurus) Bawa ini ke Mesir dan berikan kepada Amar bin Ash!”.
Yahudi :”Saya bertambah bingung Tuan. Nanti saya harus berkata apa di hadapan Amar bin Ash”.
(Yahudi itu pun kembali ke Mesir dengan rasa bimbang. Perjalananya yang cukup lama pun dia
tempuh,dan sesampainya di Mesir .Mesjid yang di buat sudah hampir selesai pengerjaannya).
Yahudi :”Saya yahudi yang dulu gubuk nya di hancurkan dan saya ingin bertemu dengan
Tuan Amar bin Ash untuk menyampaikan amanat dari Umar bin Khattab”.
Prajurit 2 :” Katanya mau menyampaikan amanat dari khalifah Umar bin Khattab”.
Yahudi :” Begini Tuan,Sewaktu gubuk saya di hancurkan saya pergi ke Madinah menemui
Umar bin Khattab. Dan saya di suruh memberikan ini kepada tuan”.(sebuah kotak)
(Kotak itu pun di berikan kepad amr bin ash,dan kemudian badanya bergetar karena melihat isi
kotak itu).
Amar bin Ash :”Hentikan pembanguna Mesjid.hancurkan banguna itu dan dirikan kembali gubuk
yahudi”
Yahudi :”Sebentar Tuan mengapa hany melihat tulang saja Tuan sampai bergetar dan
menghentikan Pembangunan?”.
Amar bin Ash :” Kau tahu tidak,tulang ini berisi teguran pahit dari khalifah Umar bin Khattab
yang berisi”Hai Amar bin Ash ingat lah kamu siapakah kamu dan setinggi apapun jabatan mu
suatu saat nanti kamu akan menjadi tulang belulang. Karena itu bertindak adilah
kamu seperti huruf alif yang tegak lurus,adil di atas dan adil di bawah,sebab jika tidak
ku tebas batang leher mu”.
Yahudi :” Iya benar Tuan,dan satelah ini saya mau belajar untuk memahami islam yang
(Akhir nya Yahudi itu pun menjadi seorang muslim karena kebijaksanaan khalifah
Umar bin Khattab. Dan masjid yang di buat pun sekaramg masih berdiri kokoh di mesir)