Umar ibn Khaththab RA adalah seorang sahabat Nabi dan Khalifah kedua setelah
wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam
sangat besar, hingga Michael H. Heart telah menempatkannya sebagai orang paling
berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masa.
Sosok Umar ibn Khaththab sangat berpengaruh di kalangan bangsa Arab karena
keberanian, ketegasan, dan keteguhan jiwanya. Ia adalah pendukung, pengikut utama dakwah
Nabi Muhammad SAW.
1. Silsilah
Beliau lahir di Makkah tahun 581 Masehi. Berasal dari bani Adi, salah satu bagian
suku Quraisy. Nama lengkapnya Umar ibn Khaththab ibn Nafiel ibn Abdul Uzza. Ayahnya
bernama Khaththab ibn Nufail Al-Shimh Al-Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim.
Suku Adi terpandang mulia dan mempunyai martabat tinggi di kalangan Arab. Garis
keturunan Umar ibn Khathttab bertemu dengan Nabi SAW dalam leluhur generasi ke delapan
yang bertemu pada moyang mereka yang bernama Ka’ab.
Seketika Umar menampar keras adiknya itu. Hidungnya pun sampai berdarah. Umar
kemudian menerobos masuk ke dalam rumah, meraih Said, membantingnya, lalu menginjak
dadanya. Sementara Fathimah berusaha menahan darah yang mengalir dari hidungnya agar
tak menetes di lembaran Al-Qur`an yang di pegangnnya.
Di puncak kemarahannya, mata Umar menangkap sebuah lembaran yang bertuliskan
ayat-ayat Al-Qur’an yang di pegang oleh adiknya itu, Fathimah. Umar berusaha merebut
lembaran itu, tapi Fathimah menampik tangan Umar. Lalu berkata; “Ini kitab suci. Tidak
boleh disentuh oleh orang kafir yang tak suci sepertimu” Kata Fathimah.
Mendengar itu, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang dan hatinya menjadi ciut. Ia
tertusuk, lunglai dan seperti tersihir oleh kata-kata dari saudarinya itu. Umar pun segera
mandi dan mengucikan diri lalu mem-baca ayat-ayat Al-Qur’an yang tertera di lembaran
yang di pegang adiknya itu. Menurut sebagian riwayat, yang tertera di dalam lembaran itu
adalah beberapa ayat dari permulaan surat Thaahaa. Yang tertulis:
“Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), Yaitu diturunkan dari Allah
yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang
bersemayam di atas ‘Arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di
bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu
mengeraskan ucapanmu, Maka Sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih
tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia
mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik),” (QS. Thaahaa [20] ayat 1-8)
Setelah membaca ayat-ayat itu, perasaannya menjadi tenang, dan rasa damai
menyelinap di hatinya. Ayat-ayat itu menyentuh hati terdalam Umar. Timbul keinginan kuat
untuk segera menemui Rasulullah SAW. la pun segera meminta maaf kepada adik Fathimah,
iparnya Said dan temannya Khabab ibn al-Art, lalu bertanya; “Dimana aku bisa menemui
Muhammad?”
Khabab yang sedari tadi hanya bersembunyi karena takut dengan kemarahan Umar,
tiba-tiba muncul dan bicara; “Berbahagialah kau Umar. Allah telah membuka pintu hatimu
untuk Islam. Rasul pernah berdoa mengharap keIslamanmu” dan setelah itu, ia di tunjukkan
dimana biasa Rasulullah berkumpul dengan para sahabatnya, yaitu di rumah Al-Arqam.
Selepas itu, Umar langsung menuju rumah Al-Arqam (rumah yang dihibahkan Al-Arqam
kepada Rasulullah untuk dijadikan pusat dakwah Islam) di mana Nabi Muhammad SAW
sedang menyampaikan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Sesampainya di rumah Al-
Arqam, Umar segera mengetuk pintu. Mengetahui yang datang adalah Umar, sahabat-sahabat
yang sedang bersama Nabi SAW menjadi gentar dan ketakutan, kecuali Hamzah bin Abdul
Muttalib, paman Nabi SAW yang dikenal sebagai seorang yang gagah berani.
Para sahabat menduga-duga apa yang akan dilakukan oleh Umar. “Kita lihat saja”
Kata Hamzah. “Jika Allah menghendaki kebaikan, maka Umar akan mendapatkannya. Jika
bukan, berarti Umar sedang mengantar-kan nyawanya sendiri”
Nabi SAW menyuruh membuka pintu dan mempersilakan Umar masuk. Melihat
sikap Nabi SAW yang sangat lembut dan bijaksana, Umar merasa kecil di hadapannya.
Setelah Umar mendekat, Rasulullah segera menyambutnya. “Ada apa kau kemari, Umar?”
Tanya beliau, ramah.
Umar membalasnya dengan senyuman dan berkata; “Aku ingin masuk Islam”.
Sambil menggenggam leher baju Umar, Nabi SAW berkata dengan suara yang keras,
“Islamlah engkau, wahai Ibnu Khaththab!” Umar pun lalu mengucapkan Dua Kalimat
Syahadat di hadapan Rasulullah dan para sahabat., sebagai tanda ia telah masuk Islam. Semua
yang hadir di rumah Al-Arqam bergembiran dengan peristiwa itu. Orang-orang yang berada
di rumah pun bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke 40
masuk Islam.
Kemudian Nabi Muhammad SAW berdoa; “Ya Allah, ini adalah Umar ibn
Khathttab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khaththab.” Dan dalam riwayat lain:
“Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar.” Abdullah bin Mas’ud berkomentar, “Kami
senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khaththab masuk Islam.”
Umar selalu mengikuti peperangan yang di pimpin oleh Rasulullah SAW dan
peristiwa-peristiwa yang terkait dengannya, seperti perang Badar, Uhud, Khandaq. Ia terkait
dalam pengepungan Bani Qainuqa, Bani Mushthaliq, Hunai dan Thaif. Ia tergabung dalam
pasukan pada misi pembebesan Makkah (Fathu Makkah). Umar juga menjadi salah satu
prajuri pasukan al-`Usrah (pasukan yang dipersiapkan untuk menyerang pasukan Romawi
sebagai pembalasan kematian tiga pemimpin pasukan Islam (Zaid ibn Harits, Ja`far ibn Abu
Thalib, dan Abdullah ibn Rawahah).
Pada semua peristiwa kepahlawanan itu, Umar menjadi teladan keberanian seorang
prajurit yang ditakuti lawan. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda; “Syaitan dari
golongan manusia dan jin pun lari dari Umar” (HR. At-Tirmidzi)
Di lain waktu, Hafshah, Ummul Mukminin, putri Umar, menuturkan bahwa Rasulullah
pernah mengatakan; “Sejak Umar masuk Islam, setiap syaitan yang bertemu dengannya akan
tunduk” (HR. At-Thabrani)
Ketegasan dan keberanian Umar merupakan kekuatan besar dalam upaya
mengembangkan Islam selanjutnya, sehingga bukan hanya Nabi SAW yang menaruh simpati
dan kepercayaan yang besar kepadanya, melainkan juga para sahabat, khususnya Abu Bakar
Ash-Shiddiq RA. Pada masa pemerintahannya, Umar selalu diangkat sebagai penasihat
sekaligus hakim dalam menangani permasalahan-permasalahan hukum yang timbul ketika
itu. Kemampuan Umar dalam hal memecahkan berbagai problema hukum yang dihadapkan
kepadanya meyakinkan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA untuk mengangkatnya sebagai Khalifah
penggantinya kelak.
Selain itu, keislaman Umar membuka jalan bagi tokoh-tokoh bangsa Arab lainnya
masuk Islam. Sejak saat itu, berbondong-bondonglah orang masuk Islam, sehingga hanya
dalam waktu yang singkat pengikut Islam bertambah dengan pesatnya.
Umar telah membawa cahaya terang dalam permulaan perjuangan Islam. Dakwah Islam,
yang semula dijalankan secara rahasia dan sembunyi-sembunyi, kini disiarkan secara terang-
terangan. Umar menjadi pembela dan pelindung umat Islam dari segala gangguan. Ibnu Asir
mengungkapkan bahwa Abdullah bin Mas’ud RA berkata, “Islamnya Umar adalah suatu
kemenangan, hijrahnya adalah suatu pertolongan, dan pemerintahannya adalah rahmat. Pada
awalnya, umat Islam tidak berani mengerjakan ibadah shalat dengan terang-terangan, takut
dianiaya oleh kafir Quraisy, tetapi setelah itu mereka dapat beribadah dengan leluasa tanpa
merasa tertekan.”
Umar pun telah menunjukkan kesetiaan dan pengabdiannya tanpa pamrih demi
kejayaan Islam, seolah-olah ia hendak menebus segala jenis kesalahan dan dosa yang
diperbuatnya pada masa jahiliyah. Dan ini terbukti ketika semua umat Islam yang berhijrah
ke Yastrib dengan cara sembunyi-sembunyi. Namun Umar tidak demikian. Bahkan ia terang-
terang menantang siapa saja yang hendak menghalanginya dalam berhijrah ke Yastrib
(Madinah), dengan berkata: “Hai kalian! Aku akan hijrah ke Yastrib. Siapa yang ingin
diratapi oleh ibunya, siapa yang ingin anaknya menjadi yatim, siapa yang ingin men-jadikan
istrinya janda, maka hadapi aku di balik bukit”
Siapa yang berani menantang seorang pemberani dan satria seperti Umar? Sehingga ia
pun dengan selamat tiba di Yastrib. Kedatangannya di sambut oleh Rasulullah, para sahabat
dan keluarganya yang telah lebih dulu tiba disana.
Pada saat lain, ketika beliau sedang asyik makan roti, datanglah Utbah bin Abi Farqad
RA. Utbah pun beliau persilakan masuk sekaligus beliau ajak untuk ikut makan roti bersama.
Roti itu ternyata terlalu keras sehingga Uthbah tampak agak kesulitan memakannya.
“Andai saja engkau membeli makanan dari tepung yang empuk,” Kata Uthbah.
Umar malah bertanya; “Apakah setiap rakyatku mampu membeli tepung dengan
kualitas yang baik?”
“Tentu tidak,” jawab Uthbah.
“Kalau begitu, engkau jelas telah menyuruhku untuk menghabiskan seluruh
kenikmatan hidup di dunia ini,” tegas Umar.
Selain itu, tentang keagungan Khalifah Umar ini terdengar pula oleh seorang raja
negara tetangga. Raja tertarik dan ingin sekali bertemu dengan Umar. Maka pada suatu hari
dipersiapkanlah tentara kerajaan untuk me-ngawalnya berkunjung ke pemerintahan Umar.
Ketika raja itu sampai di gerbang kota Madinah, dilihatnya seorang lelaki sedang sibuk
menggali parit dan membersihkan got di pinggir jalan. Lalu, di panggilnya laki-laki itu.
“Wahai saudaraku!” seru raja sambil duduk di atas pelana kuda kebesarannya.
“Bisakah kau menunjukkan di mana letak istana dan sing-gasana Umar?” Tanyanya
kemudian.
Lelaki itu pun segera menghentikan pekerjaannya. Lalu, ia memberi hormat. “Wahai
Tuan, Umar manakah yang Tuan maksudkan?” Si penggali parit balik bertanya.”
Umar ibn Khaththab kepala pemerintahan kerajaan Islam yang terkenal bijaksana dan
gagah berani,” Kata raja.
Lelaki penggali parit itu tersenyum. “Tuan salah terka. Umar ibn Khaththab kepala
pemerintahan Islam sebenarnya tidak punya istana dan singgasana seperti yang tuan
duga. Ia orang biasa seperti saya,” Terang si penggali parit”
“Ah benarkah? Mana mungkin kepala pemerintahan Islam yang ter-kenal agung
seantero negeri itu tidak punya istana?” Raja itu mengerutkan dahinya.
“Tuan tidak percaya? Baiklah, ikuti saya,” Sahut penggali parit itu.
Lalu diajaknya rombongan raja itu menuju “istana” Umar. Setelah berjalan menelusuri
lorong-lorong kampung, pasar, dan kota, akhirnya mereka tiba di depan sebuah rumah
sederhana. Diajaknya tamu kerajaan itu masuk dan dipersilahkannya duduk. Penggali parit itu
pun pergi ke belakang dan ganti pakaian. Setelah itu ditemuinya tamu kerajaan itu.
“Sekarang antarkanlah kami ke kerajaan Umar!” Kata raja itu tak sabar.
Penggali parit tersenyum. “Tuan raja, tadi sudah saya katakan bahwa Umar ibn
Khaththab tidak mempunyai kerajaan. Bila tuan masih juga bertanya di mana letak
kerajaan Umar itu, maka saat ini juga tuan-tuan sedang berada di dalam istana Umar!”
Hah?!” Raja dan para pengawalnya terbelalak.
Tentu saja mereka terkejut. Sebab, rumah yang di masukinya itu tidak
menggambarkan sedikit pun sebagai pusat kerajaan. Meski rumah itu tampak bersih dan
tersusun rapi, namun sangat sederhana. Rupanya raja tak mau percaya begitu saja. Ia pun
mengeluarkan pedangnya. Lalu berdiri sambil menga-cungkan pedangnya.
“Jangan coba-coba menipuku! Pedang ini bisa memotong lehermu dalam sekejap!”
Ancamnya melotot.
Penggali parit itu tetap tersenyum. Lalu dengan tenangnya, ia pun berdiri.” Di sini
tidak ada rakyat yang berani berbohong. Bila ada, maka belum bicara pun pedang telah
menebas lehernya. Letakkanlah pedang Tuan. Tak pantas kita bertengkar di istana Umar,”
Kata penggali parit. Dengan tenang ia memegang pedang raja dan memasukkannya kembali
pada sarungnya.
Raja terkesima melihat keberanian dan ketenangan si penggali parit. Antara percaya
dan tidak, dipandanginya wajah penggali parit itu. Lantas, ia menebarkan kembali
pandangannya menyaksikan “istana” Umar itu. Lalu muncullah pelayan-pelayan dan
pengawal-pengawal untuk menjamu mereka dengan upacara kebesaran. Namun, raja itu
belum juga percaya.
“Benarkah ini istana Umar?” Tanyanya pada pelayan-pelayan.
“Betul, tuanku, inilah istana Umar ibn Khaththab,” Jawab seorang pelayan.
“Baiklah,” katanya. Raja memang harus mempercayai ucapan pelayan itu. “Tapi,
dimanakah Umar? Tunjukkan padaku, aku ingin sekali bertemu dengannya dan
bersalaman dengannya!” ujar sang raja.
Dengan sopan pelayan itu pun menunjuk ke arah lelaki penggali parit yang duduk di
hadapan raja. ” Yang duduk di hadapan tuan adalah Khalifah Umar bin Khaththab” Sahut
pelayan itu.
“Hah!?” Raja kini benar-benar tercengang. Begitu pula pengawalnya. “Jad… jadi,
Anda Khalifah Umar itu…?” tanya raja dengan tergagap.
Si penggali parit mengangguk sambil tersenyum ramah. “Sejak kita bertemu pertama
kali di pintu gerbang kota Madinah, sebenarnya tuan sudah berhadapan dengan Umar bin
Khaththab!” ujarnya dengan tenang.
Kemudian raja itu pun langsung menubruk Umar dan memeluknya erat sekali. Ia
sangat terharu bahkan menangis melihat kesederhanaan Umar ibn Khaththab. Ia tak
menyangka, Khalifah yang namanya disegani di seluruh negeri itu, ternyata rela menggali
parit seorang diri di pinggiran kotanya. Sejak itu, raja selalu mengirim rakyatnya ke kota
Madinah untuk mempelajari agama Islam.
8. Wafat
Beliau wafat dalam usia 63 tahun setelah kurang lebih 10 tahun menegang amanat
sebagai KhaIifah. Umar syahid setelah ditikam oleh Abu Abu Lu’luah (Fairuz), pada suatu
subuh saat beliau akan memimpin shalat berjama`ah.
Abu Lu’luah, seorang budak warga Persia miliki Al-Mughirah yang masuk Islam
setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi
Abu Lu’luah (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang
saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, tanggal
25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafatnya, maka jabatan Khalifah dipegang oleh Ustman
bin Affan RA atas persetujuan kaum Muslimin.
Semasa Umar ibn Khaththab RA masih hidup beliau meninggalkan wasiat, yaitu:
1) Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya,
maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2) Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu.
Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3) Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah SWT. Karena tiada seorang
manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut
kepadamuselain Allah SWT.
4) Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkan kesenangan dunia.
Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5) Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika
engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
6) Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak
akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
9. Penutup
Umar adalah profil seorang pemimpin yang sukses, mujtahid (ahli ijtihad) yang
ulung, dan sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang sejati. Kesuksesannya dalam
mengibarkan panji-panji Islam mengundang rasa kagum dan cinta dari banyak kalangan.
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan
Islam. Beliau adalah sosok pribadi yang alim dan zuhud pada kehidupan duniawi. Beliau
pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum
Muslimin. Pemimpin yang terus menegakkan ketauhidan dan keimanan, membasmi bentuk
kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah salah
seorang yang paling baik dan paling berilmu tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah setelah Abu
Bakar Ash-Shiddiq RA.
Sungguh rindu diri ini mendapati sosok pribadi – terutama pemimpin – yang demikian
ini. Seperti halnya Umar ibn Khaththab RA. Dan semoga saja bisa mengikuti perilaku beliau
ini, karena akan menjadikan pribadi ini bertambah baik dan sempurna.
ABU BAKAR ASH-SHIDIQ
Terlahir dengan nama ‘Abdullah ibn’ Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad
bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr