a. Etika Betnes mengemukakan bahwa, “etika” berasal dari bahasa Yunani Kuno “ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat dan akhlak yang baik. Bentuk jamak dari “ethos” adalah “ta etha” artinya adat kebiasaan. Dari bentuk jamak tersebut, terbentuklah istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Berdasarkan asal usul kata “etika” ini, maka diartikan ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Sedangkan, menurut W.J.S Poerwadarminta mengartikan etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Pandangan ini selain menyamakan antara etika dengan moral, juga menyamakan etika dengan akhlak. Etika Politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan perilaku atau perbuatan-perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik dan buruknya. Filsafat politik adalah seperangkat keyakinan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dibela dan diperjuangkan oleh para penganutnya, seperti komunisme, fasicisme, demokrasi. Filsafat tersebut erat dengan nama-nama pendahulu-pendahulunya seperti komunisme oleh Karl Marx/Fascisme oleh Mussolini dan demokrasi oleh Thomas Jefferson. Masalah etika adalah masalah nilai, sedangka postulat tentang nilai ilmu Filsafat Pancasila adalah hakikat manusia Pancasila. Maka dari itu rumus dari rangkaian kesatuan sila-sila dalam Pancasila yang berkenaan dengan etika politik pancasila dimulai dari Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Etika politik pancasila harus disesuaikan dengan keperluannya. Yakni setiap sila Pancasila harus dijabarkan ke dalam pengertian-pengertiannya dari yang umum ke yang semakin khusus-konkrit, dan bersamaan dengan itu tidak boleh dilupakan bahwa setiap pengertian jabaran sila-sila Pancasila secara otomatis dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. b. Nilai Secara terminology, nilai dapat diartikan sebagai harga dalam arti takaran, harga sesuatu, angka kepadatan, kadar mutu, dan sifat-sfat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Sedangkan secara etimologi, nilai merupakan sesuatu yang kita alami sebagai ajakan dari panggilan untuk dihadapai yang mendorong kita untuk melaksanakan dan bertindak serta membangkitkan keaktifan kita. Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Eduard Spranger (1882-1963) mengatakan bahwa nilai adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Menurut Cris Horrocks berpendapat bahwa nilai adalah sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang ingin dicapai tau sebagai sesuatu yang dibutuhkan. Dalam konteks kehidupan berbangsa Indonesia, nilai dasar tersebut tercermin di dalam Pancasila yang secara eksplisit tertuang dalam UUD 1945. Nilai ini bersifat sangat fundamental dan instrumental, yang merupakan manivestasi dari nilai dasar, berupa pasal-pasal UUD 1945, perundang-undangan, ketetapan, dan peraturan-peraturan lainnya yang berfungsi menjadi pedoman, kaidah, dan petunjuk bagi warga masyarakat. c. Norma Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma ukum, norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Norma adalah kaidah, ketentuan, aturan, kriteria, atau syarat yang mengandung nilai tertentu yang harus dipenuhi masyarakat dalam berbuat, bertingkah laku dan berinteraksi antarmanusia sehingga terbentuk masyarakat yang tertib, teratur dan aman. Norma merupakan suatu petunjuk atau juga patokan perilaku yang benar dan pantas dilakukan saat berinteraksi sosial dalam suatu masyarakat. Norma juga dapat diartikan sebagai aturan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat sehingga berisi perintah dan larangan. Aturan ini bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai. Terkandung didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai tersebut kemudian di jabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi: a) Norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. b) Norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dair segala sumber hukum di negara Indonesia. d. Politik Secara etimologis, kata politik berasal dari bahasa Yunani politei yang akar katanya polis, berarti kesatuan masyarakat yang mengurus dirinya sendiri (negara), sedangkan teia berarti urusan. Politeia berarti menyelenggarakan urusan negara. Jadi secara etimologis pengertian politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan yang menyangkut kepentingan dari sekelompok masyarakat (negara). Oleh sebab itu banyak pengertian politik yang mendasarkan pada sudut kepentingannya. Secara umum politik mempunyai dua arti, yaitu politik dalam arti kepentingan umum (politics) dan politik dalam arti kebijakan (policy). Politik dalam arti politics adalah rangkaian asas/prinsip, keadaan, jalan, cara atau alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian ini, politik adalah media dimana bergerak semua individu atau kelompok individu yang masing-masing mempunyai kepentingan sendiri dan idenya sendiri. Politik dalam arti policy adalah penggunaan pertimbangan tertentu yang dapat menjamin terlaksananya usaha untuk mewujudkan keinginan/citacita yang dikehandaki. Setiap masyarakat (bangsa) mempunyai citacita yang harus dicapai melalui usaha bersama yang dalam pelaksanaannya membutuhkan perencanaan yang mengikat yang dituangkan dalam perangkat kebijakan umum (public policy). Jadi, politik dalam arti policy adalah tindakan individu atau kelompok individu mengenai suatu masalah atau keseluruhan masalah masyarakat umum atau negara. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan kepentingan kesatuan masyarakat umum, maka policy (public policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku/aktor politik/kelompok politik dalam usaha mencapai berbagai tujuan dan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka berbicara politik akan sangat berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decisionmaking), kebijakan (policy), pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) sumber daya. Negara (state) adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku. Keputusan (decision) adalah membuat pilihan di antara beberapa alternatif, sedangkan Pengambilan Keputusan (decisionmaking) menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai. Pengambilan Keputusan merupakan konsep pokok dari politik dan menyangkut keputusan- keputusan yang diambil secara kolektif serta mengikat seluruh masyarakat. Keputusan-keputusan itu dapat menyangkut tujuan masyarakat maupun menyangkut kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk mencapai tujuan itu. Setiap proses membentuk kebijaksanaan umum atau kebijaksanaan pemerintah adalah hasil dari suatu proses mengambil keputusan, yaitu memilih di antara beberapa alternatif, yang akhirnya ditetapkan sebagai kebijaksanaan pemerintah. Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Dasar pemikirannya adalah bahwa masyarakat memiliki beberapa tujuan bersama yang ingin dicapai secara bersama pula. Oleh karena itu diperlukan rencana yang mengikat dan dirumuskan sebagai kebijakan oleh pihak yang berwenang. Pembagian (distribution) dan Alokasi (allocation) adalah pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Seringkali pembagian ini tidak merata, sehingga menyebabkan konflik. Nilai (value) adalah sesuatu yang dianggap baik atau benar, sesuatu yang diinginkan atau yang penting dan ingin dimiliki oleh manusia. Nilai ini dapat bersifat abstrak seperti kejujuran, kebebasan berpendapat, keadilan, dan sebagainya, dan juga bisa bersifat konkrit seperti rumah, kekayaan dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Darmadi, Hamid. 2020. Apa Mengapa Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Moral Pancasila dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) Konsep Dasar Strategi Memahami Ideologi Pancasila dan Karakter Bangsa. Jakarta: An1mage. Rohani, Edi. 2019. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Aktualisasi Nilai- Nilai Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Perspektif Santri. Jawa Tengah: Gema Media. Santoso, Slamet dkk. 2020. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan. Purwokerto: UNSOED Press. Suadi, Amran. 2019. Filsafat Hukum Refleksi Filsafat Pancasila, Hak Asasi Manusia, dan Etika. Jakarta: Prenadamedia Group. Winarno. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Medika.