Anda di halaman 1dari 7

HARMONY 4 (2) (2019)

HARMONY

IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DALAM PROSES


PEMBELAJARAN IPS DI SMP AL-AZHAR 29 SEMARANG

Asep Ginanjar, Noviani Achmad Putri, Aisyah Nur Sayidatun Nisa, Fredy Hermanto,
Adila Bunga Mewangi

Social Science Education Department, Faculty of Social Science, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Kemajuan IPTEK terutama dibidang teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan
Disubmit November 2019 semakin pesatnya penyebaran globalisasi dan menimbulkan dampak dalam berbagai
Direvisi Desember 2019
sektor. Kondisi ini secara tidak langsung menuntut peserta didik untuk memiliki
Diterima Desember 2019
kemampuan memilah konten dan informasi yang mereka dapat melalui jaringan internet
atau biasa disebut dengan literasi digital. Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPS,
literasi digital menjadi salah satu pendukung untuk mengembangkan pengetahuan peserta
Keywords:
didik terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat secara real-time. Penelitian ini
Digital Literacy, Social
bertujuan untuk Mengkaji implementasi literasi digital dalam pembelajaran
Studies Learning,
21st Century Skills
IPS. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di
lingkungan pendidikan yang berada di Kota Semarang, tepatnya di Sekolah Menengah
Pertama Al-Azhar 29 Kota Semarang. Metode analisis data dalam penelitian ini analisis
interaktif. Validitas data yang digunakan adalah Triangulasi data. Hasil penelitian
Implementasi literasi digital dalam pembelajaran IPS dilakukan melalui Google Classroom,
Kahoot, dan Quizzleet.

Abstract

The progress of science and technology, especially in the field of information and
communication technology has led to the rapid spread of globalization and has an impact
in various sectors. This condition indirectly requires students to have the ability to sort
content and information that they can through the internet or commonly referred to as
digital literacy. In relation to social studies learning, digital literacy is one of the
supporters to develop students' knowledge of social issues that occur in society in real-time.
This study aims to examine the implementation of digital literacy in social studies learning.
This type of research is qualitative research. The location of the study was conducted in an
educational environment in the city of Semarang, precisely at SMP Al-Azhar 29 Semarang
City. Data analysis method in this research is interactive analysis. The validity of the data
used is data triangulation. Research results Implementation of digital literacy in social
studies learning is done through Google Classroom, Kahoot, and Quizzleet.

Alamat korespondensi: © 2019 Universitas Negeri Semarang
ISSN 2252-7133
Gedung C1 Lantai 1 Program Studi Pendidikan IPS FIS UNNES
E-ISSN 2548-4648
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-
mail: asep.ginanjar@mail.unnes.ac.id

1
Asep Ginanjar, dkk/ Harmony 4 (2) (2019)

PENDAHULUAN Literasi Digital


Literasi Digital berdasarkan konsep yang
Kemajuan IPTEK terutama dibidang dikembangkan oleh Glister (2007) didefinisikan
teknologiinformasi dan komunikasi sebagai kemampuan memahami dan
menyebabkan semakin pesatnya penyebaran menggunakan informasi dalam berbagai format
globalisasi dan menimbulkan dampak dalam yang berasal dari berbagai sumber dan disajikan
berbagai sektor. Hilangnya batas-batas antar dalam bentuk digital melalui peranti elektronik
negara mampu menghadirkan kemudahan seperti komputer, handphone dan tablet. Literasi
transfer informasi dan teknologi dari satu negara digital juga dapat dimaknai sebagai kemampuan
ke negara lainnya. Dengan adanya jaringan untuk memahami, menganalisis, menilai mengatur
internet, segala informasi menjadi jauh lebih dan mengevaluasi informasi yang didapat
mudah untuk tersebar ke seluruh penjuru dunia. melalui bantuan teknologi digital. Dalam hal ini,
Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPS, menurut Martin (2003) literasi digital
literasi digital menjadi salah satu pendukung memberdayakan individu untuk dapat
untuk mengembangkan pengetahuan peserta berkomunikasi dengan orang lain, bekerja lebih
didik terhadap isu-isu sosial yang terjadi di efektif, dan peningkatan produktivitas jika
masyarakat secara real-time. Hal ini juga sejalan disertai dengan keterampilan dan tingkat
dengan konsep pembelajaran IPS yang kemampuan yang sama.
menjadikan kehidupan manusia sebagai pokok Literasi digital disesuaikan dengan
kajian. Hakikat kehidupan manusia yang bersifat kapasitas peserta didik pada tingkat menengah
dinamis, tidak pernah berhenti, melainkan selalu pertama. Adapun tiga komponen dalam literasi
aktif, dan menuntut pembaharuan dalam setiap digital yaitu:
proses pembelajaran. Sehingga, dibutuhkan a) Kompetensi pemanfaatan teknologi;
kemudahan dalam akses informasi dan b) Memaknai dan menilai kredibilitas isi
pengetahuan untuk efektivitas pembelajaran IPS. dan sumber literasi berbasis digital;
Upaya pengembangan literasi digital di c) Meneliti, mengonstruksi, dan
Kota Semarang sendiri telah dilakukan oleh mengomunikasikan informasi dan
pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kota pengetahuan hasil literasi digital secara
Semarang khususnya Seksi Kurikulum dan bertanggung jawab.
Penilaian SMP dengan menghadirkan layanan Dalam Materi Pendukung Literasi Digital
berupa pemanfaatan teknologi informasi sebagai yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan
pendukung kegiatan belajar melalui situs terpadu. dan Kebudayaan (2017) terdapat 3 lingkungan
Melalui simajar.semarangkota.go.id pengunjung utama dalam pembentukan literasi digital, yakni
dapat terhubung ke situs Simajar masing-masing lingkungan sekolah, keluarga, maupun
sekolah. Selain itu, beberapa sekolah juga secara masyarakat. Dalam kaitannya dengan penerapan
mandiri mengembangkan model literasi dan literasi digital di sekolah, peserta didik dapat
pembelajaran digital, yang disesuaikan dengan memperoleh informasi dalam lingkup yang lebih
daya dukung sekolah. Salah satunya model luas dan mendalam sehingga meningkatkan
pengembangan literasi digital yang diterapkan di pengetahuan dan menyelesaikan tugas peserta
SMP Al-Azhar 29 yang menggunakan platform didik dalam menemukan informasi dari konten
Google Classroom. digital. Keberadaan guru dalam pembimbingan
Tujuan Penelitian ini adalah untuk dan pengawasan penggunaan perangkat digital
mengetahui Implementasi Literasi Digital Dalam dalam pembelajaran tentu menjadi faktor utama
Proses Pembelajaran IPS di SMP Al-Azhar 29 dalam pembentukan literasi digital peserta didik.
Semarang. Hal ini berkaitan dengan bagaimana peserta
didik merasa memiliki “legalitas” dalam
1
Asep Ginanjar, dkk/ Harmony 4 (2) (2019)

melakukan literasi, sehingga muncul keberanian bermasyarakat, peserta didik diharapkan harus
untuk merumuskan dan mengkritisi pengetahuan dapat menguasai paling tidak empat tujuan
yang diperoleh melalui kegiatan literasi dengan umum, yakni: (1) pengetahuan, (2) keterampilan,
perangkat digital. (3) sikap dan nilai, serta (4) kegiatan
bermasyarakat” (Gross, 1978 : 3; Schuncke,
Konsep Pembelajaran IPS 1988:). 4). Tujuan pendidikan IPS untuk
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya
penyederhanaan disiplin ilmuilmu sosial dan tertutup (closed areas). Maksud tujuan ini agar
humaniora yang merupakan kegiatan dasar peserta didik mampu menemukan sumber
manusia yang diorganisasikan dan disajikan masalah sosial, memecahkan masalah-masalah
secara ilmiah untuk tujuan pendidikan. “Ilmu sosial dan menumbuhkan sikap demokratis.
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan sebuah
program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu Keterampilan Abad 21
tersendiri, sehingga tidak terdapat dalam Pada era globalisasi seperti sekarang ini,
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu setiap warga Negara termasuk peserta didik
sosial (social sciences), maupun ilmu pendidikan” dituntut untuk mempunyai sejumlah keterampilan
(Somantri, 2001: 89). Fokus kajian Ilmu yang diperlukan dalam kehidupan bukan hanya
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah seperangkat sebagai warga Negara, tetapi juga sebagai warga
peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang dunia sehingga kehidupan peserta didik dapat lebih
berkaitan dengan isu sosial. IPS sebagai pelajaran fungsional dan lebih bermakna. Metiri Group
yang mempelajari bahan kajian geografi, sejarah, (2009) mengemukakan beberapa keterampilan
ekonomi, sosiologi, tata negara yang disajikan yang perlu dikuasai yaitu: 1) literasi zaman digital,
secara sistematis dan psikologis. Berdasarkan yang meliputi (a) literasi dasar, ilmiah, dan
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPS teknologi, (b) literasi visual dan informasi, dan (c)
mencakup kajian terpadu ilmu-ilmu sosial literasi budaya dan kesadaran global; 2) berpikir
seperti, antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, inventif-modal intelektual, yang meliputi (a)
sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, adaptabilitas/mengelola kompleksitas dan
agama, dan sosiologi serta diperluas dengan kemandirian (self-direction), (b) keingintahuan,
materi humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu kreativitas dan keberanian mengambil resiko, (c)
alam. berpikir pada tatanan yang lebih tinggi dan
Tujuan IPS menurut National Council for bernalar; 3) komunikasi interaktifketerampilan
Social Studies (NCSS) adalah “to help young sosial dan personal, yang meliputi (a) bekerja
people develop the ability to make informed and dalam kelompok, dan bekerja sama (kolaborasi),
reasoned decisions for the public good as citizens (b) tanggung jawab pribadi (personal), dan
of a culturally diverse, democratic society in an sosial, (c) komunikasi interaktif;
interdependent world” (NCSS, 2003). IPS 4) hasil-hasil yang berkualitas dan terkini, yang
merupakan bagian dari fungsi sekolah untuk meliputi (a) mengutamakan, merencanakan, dan
memelihara martabat masyarakat melalui mengelola hasil, (b) menggunakan alat-alat dunia
penanaman nilai, maka fokus IPS adalah nilai nyata secara efektif, (c) hasil yang berkualitas
kemanusiaan dalam suatu kelembagaan (pranata) tinggi dengan penerapan pada dunia nyata.
dan hubungan baik antar manusia maupun Keterampilan abad 21 adalah (1) life and
manusia dengan lingkungannya, serta penekanan career skills, (2) learning and innovation skills, dan
IPS diarahkan guna membantu peserta didik (3) Information media and technology skills. Ketiga
mengembangkan kompetensi dan sikap sebagai keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah
warga negara, yakni bagaimana peserta didik skema yang disebut dengan pelangi keterampilan-
hidup dalam masyarakat. pengetahuan abad 21/21st century knowledge-
“Untuk membantu peserta didik mencapai skills rainbow. Skema tersebut
keberhasilan berpartisipasi dalam kehidupan diadaptasi oleh organisasi nirlaba p21 yang
1
Asep Ginanjar, dkk/ Harmony 4 (2) (2019)

mengembangkan kerangka kerja (framework) 29 Semarang. Data primer adalah data yang
pendidikan abad 21 ke seluruh dunia melalui diperoleh dari informan utama dan informan
situs www.p21.org yang bsis di negara bagian pendukung. Data primer dalam penelitian ini
Tuscon, Amerika. Adapun konsep keterampilan meliputi, Kepala Sekolah Menengah Pertama Al-
abad 21 dan core subject 3R, dideskripsikan Azhar 29 Semarang; 2) Pendidik dan Tenaga
berikut ini. Kependidikan SMP Al-Azhar 29 Semarang; 3)
Peserta Didik SMP AlAzhar 29 Semarang;
Sedangkan data sekunder, data yang berfungsi
sebagai pelengkap atau pendukung data primer,
yaitu berupa literatur buku-buku yang menunjang
dan artikel. Sedangkan pengumpulan data
penelitian diperoleh dengan melakukan: 1)
Wawancara mendalam dilakukan dengan
pertanyaan-pertanyaan sehingga informasi yang di
dapat akan dapat memperbanyak data penelitian;
2) Metode observasi yang digunakan dalam
Gambar 1. Skema Pelangi Keterampilan penelitian ini yaitu observasi langsung, dimana
Pengetahuan Abad 21 peneliti mengadakan pengamatan secara langsung
Sumber: www.p21.org terhadap subyek yang diteliti dalam kurun waktu
yang cukup lama; 3) Metode dokumentasi adalah
Pada skema yang dikembangkan oleh p21 mencari data mengenai hal- hal atau variable yang
diperjelas dengan tambahan core subject 3R. berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
dalam konteks pendidikan, 3R adalah singkatan majalah, agenda dan sebagainya (Arikunto,
dari reading, writing dan (a)rithmatic, diambil 2006:236). Metode analisis data dalam penelitian
lafal “R” yang kuat dari setiap kata. Dari subjek ini yaitu Analisis Interaksi (Interactive Analysis)
reading dan writing, muncul gagasan pendidikan dengan langkahlangkah yang ditempuh adalah
modern yaitu literasi yang digunakan sebagai sajian data, reduksi data, penyajian data, dan
pembelajaran untuk memahami gagasan melalui penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik
media kata-kata. Dari subjek aritmatik muncul pengujian yang dipergunakan dalam menentukan
pendidikan modern yang berkaitan dengan angka validitas data dalam penelitian ini adalah
yang artinya bisa memahami angka melalui menggunakan triangulasi.
matematika. Dalam pendidikan, tidak ada istilah
tunggal yang relevan dengan literasi (literacy) dan Implementasi Literasi Digital Dalam
angka (numeracy) yang dapat mengekspresikan Pembelajaran IPS di SMP ALAZHAR 29
kemampuan membuat sesuatu (wrighting). 3R SEMARANG
yang diadaptasi dari abad 18 dan 19 tersebut, Dalam rangka Implementasi literasi digital
ekivalen dengan keterampilan fungsional literasi, di SMP Al-Azhar 29 Semarang pihak sekolah
numerasi dan ICT yang ditemukan pada sistem telah menyusun Standard Operational Procedure
pendidikan modern saat ini. (SOP) yang telah diintegrasikan ke dalam setiap
proses pembelajaran. Sebagai contoh dalam
METODE semua mata pelajaran harus ada muatan IMTAQ,
bridging dan tentu harus ada literasi. Literasi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian memang program wajib dari pemerintah di setiap
kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah sekolah harus ada dan sekarang juga diarahkan
Menengah Pertama Al-Azhar 29 Kota Semarang. agar literasi masuk ke dalam pembelajaran dan
Fokus penelitian ini adalah Implementasi literasi tertuang dalam RPP terbaru
digital dalam pembelajaran IPS di SMP Al-Azhar yang membiasakan literasi. Banyak jenis literasi

2
Asep Ginanjar, dkk/ Harmony 4 (2) (2019)

yang harus sekolah kembangkan, salah satunya dalam bahasa Indonesia, atau untuk mata pelajaran
adalah literasi digital dan diintegrasikan ke dalam matematika peserta didik membuat beberapa
kurikulum yang sudah sekolah buat dan rangkuman sederhana dalam bentuk peta konsep
dirapatkan dengan guru. Di dalam kurikulum dan cerita. Dalam hal pengawasan penggunaan
tertuang guru harus mengadakan atau dalam gawai di sekolah, setiap awal tahun pihak sekolah
pembelajaran harus memuat literasi digital. melakukan pendataan peserta didik mana saja
Perumusan kebijakan di SMP AlAzhar 29 yang dalam menggunakan tablet pembelajaran
Semarang dilakukan oleh pihak pimpinan dalam tidak sesuai dengan aturan sekolah. Sedangkan
hal ini Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah aturan yang diterapkan di sekolah dalam
dan kurikulum. Untuk yayasan terbagi menjadi penggunaan gawai adalah:
dua, yayasan operasional yakni Yayasan Al 1) Peserta didik dianjurkan menggunakan
Himsya dan skala nasional yaitu Yayasan tablet pembelajaran yang berasal dari
Pendidikan Al-Azhar. Bagian kurikulum sekolah;
mewajibkan untuk unit-unit atau sekolah di 2) Tidak diperbolehkan menggunakan
daerah mengembangkan literasi yang pertama handphone untuk kepentingan pribadi.
dengan mengembangkan perpustakaan yang berisi Upaya mengembangkan keterampilan digital
bahan-bahan literasi, untuk pembelajaran guru dilakukan pada siang hari yaitu teacher hours
diarahkan ke pembelajaran berbasis teknologi (jam guru), sedangkan untuk peserta didik
dan untuk goal-nya diharapkan semua sekolah melakukan kegiatan hafalan, mengaji dengan
Al-Azhar di seluruh Indonesia juga sudah ustad dari luar. Aktivitas guru secara bersama-
menerapkan literasi digital. Untuk Yayasan Al sama kumpul dan melaksanakan teacher hours.
Himsya khususnya bidang kurikulum yang juga Guru melaksanakan kegaitan membuat perangkat
sudah memfasilitasi literasi digital, sebagai pembelajaran dan peta konsep yang akan
pengelola Yayasan Al Himsya menyediakan diajarkan, guru langsung membuat semacam
fasilitas sebagai sarana pendukung literasi digital. workshop. Untuk literasi digital sendiri ada materi
Seperti pemberian tablet pembelajaran bagi khusus utamanya untuk guru-guru yang baru.
seluruh peserta didik yang masuk ke SMP Al- Selain itu mengikutsertakan guru dalam
Azhar 29 Semarang. Secara umum penerapan pelatihan-pelatihan yang di lakukan pihak luar
literasi digital di SMP Al-Azhar 29 Semarang seperti pembelajaran berbasis IT, powerpoint plus,
hampir sama dengan literasi baca tulis maupun pembelajaran menggunakan andorid. Pihak sekolah
literasi lainya, dengan tujuan supaya peserta didik juga menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi
terbiasa dan berbudaya membaca. Peserta didik yang mengadakan workshop atau pelatihan. Selain
menganggap kegiatan membaca sebagai sebuah itu dari YPI Al Azhar atau pusat juga sudah
kebutuhan sehinggga peserta didik tidak perlu mengadakan pelatihan terkait dengan
disuruh untuk membaca, atau merasa terbebani pembelajaran menggunakan tekologi atau berbasis
jika membaca. Khusus literasi digital, selain digital, pelatihan tersebut dilakukan pada setiap
peserta memiliki budaya membaca, peserta didik semester. Penguatan literasi untuk peserta didik
juga membuat peta konsep dari apa yang guru sendiri dikuatkan melalui literasi dasar yaitu baca
terangkan. Peserta didik merangkum apa yang tulis. Setiap minggu peserta didik diwajibkan
guru terangkan dalam bentuk digital, mengetik untuk membaca di perpustakaan, sehingga
sendiri, menyimpan sendiri. Sehingga anak peserta didik memiliki pengalaman di
memiliki kemampuan untuk mengonstruksi perpustakaan dan terbiasa dengan membaca. Selain
pengetahuan. Tetapi tentu kegiatan ini disesuaikan itu lliterasi dipagi hari juga dilaksanakan oleh
dengan mata pelajaran, jika mata pelajaran pihak sekolah kepada peserta didik.
seperti bahsa arab dan matematika yang memiliki Implementasinya dilaksanakan mulai dari peserta
equation atau karakter unik tentu peserta didik didik baru melalui kurikulum ada sosalisasi
akan kesulitan, sehingga biasanya dalam bentuk penggunaan tablet pembelajaran. Kondisi saat ini
pertanyaan dan menerjemahkan ke dalam penerapan literasi digital
3
Asep Ginanjar, dkk/ Harmony 4 (2) (2019)

pihak sekolah masih belum menjalin kerjasama literasi digital juga pihak sekolah bebaskan, tetapi
dengan pihak dinas pendidikan. Hal ini dikarena yang paling utama adalah materi dari Google
untuk literasi digital sendiri masih baru diterapkan. Classroom. Untuk pengembangan materi, peserta
Kerjasama dengan pihak swasta sudah mulai didik dapat melakukan pencarian melalui mesin
dirintis, salah satunya kerjasama dengan Google pencarian seperti Google. Pemahaman mengenai
walaupun belum terdapat MoU, karena pihak karakteristik sumber-sumber literasi digital
sekolah sendiri menggunakan Google Classroom, memang belum sepenuhnya dipahami oleh peserta
pada tahap awal sekolah dapat trial Google didik. Faktor waktu pembelajaran yang terbatas
Classroom selama 30 hari, untuk penggunaan menyebabkan peserta didik hanya menggunakan
selanjutnya pihak sekolah harus membuktikan hasil pencarian teratas saja. Selain itu sebagian
bahwa sekolah tersebut memang merupakan besar sumber diarahkan ke materi online yang
sekolah yang nyata dengan mengunggah data telah guru sediakan di Google Classroom,
sekolah. Selain menggunakan Google Classroom sehingga kesesuaian sumber sudah diseleksi oleh
pihak sekolah juga memakai aplikasi seperti guru. Implementasi literasi digital secara holistik
Quizleet dan Kahoot. Pihak sekolah akan membuat di SMP Al-Azhar 29 Semarang telah mencapai
kelas khusus orang tua di Google Classrom sekitar 40% peserta didik dapat mengusasi
sehingga orang tua bisa memantau materi, nilai, dengan baik, mayoritas anak perempuan yang
dan perilaku peserta didik di kelas digital. Pada memang terbiasa menulis. selebihnya masih
kalangan guru sendiri juga menggunakan Google tergolong rata-rata terkait dengan menyimpulkan
Classroom. hasil pembelajaran dalam bentuk digital. Namun
Guru menggunakan Google Classroom untuk untuk pengoperasian perangkat digital, hampir
menyampaikan IMTAQ dan materi pembelajaran. semua peserta didik dapat melakukannya dengan
Sementara peserta didik menggunakan Google baik.
Classroom untuk mengaskses materi dan Proses pembelajaran bermacam-macam
mengirimkan umpan balik berupa review materi tergantung dengan materi, dapat berupa games,
pelajaran ke Google Classroom. Guru mengirim diskusi, dan tanya jawab. Untuk games memakai
materi dan juga IMTAQ pada hari sebelum media Kahoot atau Quizleet. Melalui dua aplikasi
pembelajaran dimulai. Materi yang dibagikan di tersebut guru membuat kuis singkat dengan
Google Classroom berupa gambar ataupun gambar dan peserta didik akan mendapatkan skor
powerpoint. Setelah itu peserta didik membaca. jika dapat menjawab dengan benar. Penggunaan
Guru menjelaskan. Setelah itu diakhir pertemuan Kahoot dan Quizleet ditujukan agar peserta didik
peserta didik mengirimkan hasil literasi digital tidak bosan dengan pelajaran. Setelah menjawab
berupa review proses pembelajaran. Proses review kuis, guru kemudian membahas soal bersama
tidak hanya untuk melihat kognitif peserta didik dengan peserta didik. Untuk penerapan literasi
saja, tetapi juga pemahaman tentang nilai digital, guru membagi beberapa kelompok. Lalu
IMTAQ, materi dan pertanyaan-pertanyaan yang ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh
lahir melalui proses diskusi dalam pembelajaran masing-masing kelompok. Jawaban dari
IPS. Di sekolah sendiri sudah ada kelas literasi. pertanyaan tersebut dapat ditemukan melalui
Untuk kelas literasi peserta didik lebih banyak sumber-sumber literasi digital. Pertanyaan dari
melakukan kegiatan di perpustakaan. guru dapat juga dibagikan melalui Google
Sebelum menanamkan literasi digital pihak Classroom, atau peserta didik juga diarahkan
sekolah juga harus menanamkan literasi dasar untuk mampu membuat pertanyaan dan kemudian
atau literasi manual. Jenis bacaan dibebaskan dijawab oleh peserta didik lain. Dengan metode
sesuai dengan minat anak. Ada pembagian pada pembelajaran yang telah dijabarkan, peserta didik
literasi bahasa, seperti bahasa arab dan inggirs, lebih tertarik dan aktif. Aktif dalam arti mencari
juga terdapat literasi Al Quran. Selain itu sumber materi.
Sebagai contoh peserta didik bersemangat
mencari sumbersumber literasi digital, namun
4
Asep Ginanjar, dkk/ Harmony 4 (2) (2019)

memang peserta didik menjadi sering lupa akan dapat merespon apayang telah diinstruksikan oleh
waktu, dan hal ini yang harus diarahkan dan guru-guru dalam kelas virtual tersebut. Peserta
masih membutuhkan bimbingan dari guru. Selain didik dalam proses pembelajaran IPS lebih tertarik
itu kendala yang lain adalah sebagian peserta didi dengan penggunaan media pembelajaran berbasis
masih belum bisa membuat kesimpulan dari computer dan internet, karena hal ini
keseluruhan materi. Kesimpulan yang dibuat mempercepat dalam memperoleh informasi
peserta didik masih cenderung dangkal. pembelajaran. Salah satu yang sering digunakan
Sehingga kondisi yang demikian mengharuskan peserta didik adalah pemanfaatan Brainly dan
guru untuk memberikan evaluasi dalam kegiatan Wikipedia. Selain itu penggunaan gawai sangat
literasi digital. Penggunaan perangkat digital membantu siswa dalam pencarian sumber belajar
sendiri terdapat SOP, yang dimana sebelumnya yang tidak terdapat dalam buku pelajaran. Saran
sudah disosilisasikan. Seperti harus ada izin dari dari penelitian ini yaitu Pihak yayasan perlu
wali kelas, perangkat digital tidak boleh secara kontinu memberikan pelatihan-pelatihan
digunakan untuk membuka sosial media, harus berbasis digital kepada para guru baik yang
dikembalikan kembali ke lemari tablet atau ke sudah lama mengabdi maupun terhadap guru yang
kotak yang berada di ruang guru. Selama notabeennya masih baru, agar kompetensi dan
pembelajaran guru juga berkeliling kelas untuk ketrampilan guru dalam penguasaan teknologi
mengecek penggunaan perangkat digital. SOP tetap terus meningkat dan terasah dengan baik.
itulah yang oleh semua guru harus dilaksanakan Pihak sekolah perlu menjalin menjalin
secara baik dan teratur. Kerjasama dengan orang komunikasi aktif dengan orang tua peserta didik
tua pihak sekolah tekankan melalui family terutama berkaitan dengan penggunaan gawai,
gathering. Pihak sekolah meminta kesediaan orang sehingga penggunaan gawai tersebut lebih kearah
tua juga untuk ikut mengawasi penggunaan gadget yang positif.
di rumah, pembiasaan literasi digital di rumah
harus dengan pengawasan orang tua. Informasi DAFTAR PUSTAKA
terkait dengan sekolah, pihak sekolah
memberikan informasi melalaui grup WhatsApp, Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
sehingga orang tua juga mampu memantau Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
kegaitan-kegiatan peserta didik. Gross, R.E. (1978). Social Studies for Our Times. New
York: John Wiley & Sons.
KESIMPULAN Kemendikbud. 2017. Materi Pendukung Literasi Digital
Gerakan Literasi. Jakarta.
Lister, Martin. (2003). New Media: A Critical
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
Introduction. London: Routledge.
Implementasi literasi digital dalam pembelajaran
NCSS. (2003). Curricullum Standard for The Social
IPS di SMP Al-Azhar 29 Semarang sendiri Studies. [Online]. Tersedia:
menggunakan Google Classroom dan aplikasi http://www.ncss.org/.
seperti Quizleet dan Kahoot. Dengan Schuncke, G.M. (1988). Elementary Social Studies:
menggunakan kedua sistem atau aplikasi ini guru Knowing, Doing, Caring. New York: Pitman
dapat memberikan materi dan tugas di dalamnya Publishing Corporation.
dan dapat diakses oleh peserta didik dengan Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan
mudah sehingga peserta didikpun dengan cepat Pendidikan IPS. Bandung: Rineka.
www.p21.org. (diakses pada 20 April 2019).

Anda mungkin juga menyukai