Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal.

1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

Artikel Penelitian

LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN DI SD SEBAGAI UPAYA


PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIK
Rima Dwi Anggraini1, Wini Oktaviana2
1,2,3)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Jambi

Informasi Artikel Abstrak


Ditinjau : 7 april 2022
Artikel ini ialah hasil kajian pustaka berasal banyak sekali
Direvisi : 18 Mei 2022
sumber mirip kitab digital, dokumen jurnal serta laporan yg ada
Terbit Online : 25 Juni 2022
di internet yang berkaitan dengan dengan pembelajaran pada era
society 5.0. Artikel ini dibuat untuk menjelaskan gambaran
pembelajaran literasi digital di sekolah dasar untuk
Kata Kunci meningkatkan kualitas guru. Jenis penelitian ini adalah
literasi digital, kualitas penelitian yang mendeskripsikan literasi digital pada pendidikan
pendidik, society 5.0. SD sebagai upaya peningkatan kualitas pendidik. Kemudian,
dengan menggunakan data sekunder dari tinjauan literatur,
Korespondensi penelitian ini dilakukan. Menurut sebuah studi tentang literasi
e-mail : digital di sekolah dasar, hal ini dapat meningkatkan kualitas guru
dan anak. Selain itu, literasi digital yang diterapkan di sekolah
rimadwianggraini816@gmail. dasar di luar sekolah masih dalam proses pembelajaran. Penting
com1, untuk mendidik siswa sekolah dasar tentang literasi digital,
woktaviana42@gmail.com2 etika, kesadaran kolektif media sosial, dalam hal penggunaan
yang diharapkan, dan untuk menghindari intimidasi, permainan
adiktif, korban media sosial dan korban penelantaran. dalam
manajemen waktu. Kontrol berbasis sekolah dapat berfungsi;
koordinasi dengan orang tua siswa dan masyarakat sekitar dapat
menjadi bagian penting dari kolaborasi online yang sehat bagi
siswa SD.
Abstract
This article is the result of a literature review from various
sources such as digital books, journal documents and reports on
the internet related to learning in the era of society 5.0. This
article was created to explain an overview of learning digital
literacy in elementary schools to improve teacher quality. This
type of research is research that describes digital literacy in
elementary education as an effort to improve the quality of
educators. Then, using secondary data from the literature review,
this study was conducted. According to a study on digital
literacy in elementary schools, this can improve the quality of
teachers and children. In addition, digital literacy that is
implemented in elementary schools outside of school is still in
the learning process. It is important to educate primary school
students about digital literacy, ethics, social media collective
Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
1| P a g e
Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal. 1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

awareness, in terms of their intended use, and to avoid bullying,


addictive games, social media victims and victims of neglect. in
time management. School based control can work; coordination
with parents and the surrounding community can be an
important part of healthy online collaboration for elementary
school students.
DOI : xxxx

PENDAHULUAN
Literasi adalah kemampuan untuk membaca, menulis, mendengarkan, dan mengelola
situasi sosial. Ini juga mengacu pada penggunaan bahasa dan gambar dalam kegiatan ini.
Mengenai digital, semua definisi kata, gambar, video, dan perangkat lunak disediakan di
komputer. Pada 1980-an, frasa "literasi digital" digunakan. Literasi informasi hipertekstual,
menurut Munir (2017: 108-110), mengalami lonjakan popularitas pada awal abad ke-21. Itu
adalah istilah untuk menggunakan komputer untuk membaca buku dengan cara yang tidak
linier atau berurutan. Mengingat bahwa konsep "literasi digital" masih terus berkembang,
definisi dan pendekatan baru kemungkinan besar akan terjadi dalam waktu dekat.

Karena perbedaan dalam kebijakan dan perkembangan teknologi, setiap negara


memiliki definisi sendiri tentang apa yang dimaksud dengan "literasi digital". Namun, konsep
dasar yang mendasari semua bentuk literasi digital adalah kemampuan untuk memanfaatkan
dan memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di dalam kelas. Kata-kata
seperti "literacy", "fluency", dan "competence" semuanya berlaku untuk kemampuan
menemukan, mengevaluasi, dan menerima atau menolak informasi dalam lingkungan digital
dan informasi. Definisi ini sering menggunakan istilah secara bergantian. Di antara mereka
yang menyebarkan berita tentang pentingnya "melek digital" adalah Paul Gilster, yang
bukunya dengan nama yang sama dirilis pada tahun 1997.

Menurut Gilster (2007), kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi


yang disajikan secara digital melalui komputer pribadi dan berbagai format dan sumber
digital memperluas definisi literasi digital. Istilah “literasi digital” telah digantikan oleh
konsep yang lebih inklusif yang menekankan kemampuan menilai berita “lunak” dan
seperangkat pengetahuan bersama dengan pemahaman dan perilaku serta menghubungkan
literasi yang relevan berdasarkan kompetensi dan keterampilan teknologi komunikasi.
Menurut Rubble dan Bailey (2007), literasi digital adalah kemahiran dan pengetahuan tentang
teknologi digital. Apa yang dimaksud dengan melek digital? Itu berarti memiliki
keterampilan untuk menganalisis secara kritis, menghasilkan, dan menerapkan pengetahuan
yang diperoleh dari media dan sumber daya digital. Ketika informasi disajikan menggunakan

Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana


Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
2| P a g e
Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal. 1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

komputer, menjadi lebih mudah untuk dipahami dan diterapkan dalam berbagai format.
Literasi digital ini mencakup kemampuan untuk memahami dan menganalisis media,
menghasilkan data dan gambar menggunakan perangkat digital, serta menilai dan
memanfaatkan informasi baru yang dipelajari di ranah digital.

Penggunaan teknologi untuk mencari, memanfaatkan, dan menyebarkan informasi di


lingkungan digital adalah definisi lain dari literasi digital. Istilah “literasi digital” mengacu
pada kemampuan menggunakan perangkat digital untuk pembelajaran, penelitian, analisis,
evaluasi, dan pengelolaan informasi. Individu yang melek digital lebih mungkin berhasil
bekerja dengan orang lain, merampingkan proses mereka, dan menghasilkan lebih banyak
hasil ketika dipasangkan dengan mereka yang memiliki tingkat keahlian yang sama di
bidangnya (Martin, 2008 dalam Soheila Mohammadyari & Harminder Singh, 2015). Literasi
digital adalah kemampuan untuk berkreasi, mempelajari, dan berkomunikasi secara efektif
dengan menggunakan indra yang sesuai. Ini juga melibatkan kemampuan untuk menganalisis,
memahami, dan mengevaluasi keaslian konten digital. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa literasi digital mencakup lebih dari sekedar kemampuan untuk
menemukan, memanfaatkan, dan menciptakan informasi. Ini juga membutuhkan kapasitas
untuk evaluasi kritis, keakuratan perangkat lunak yang digunakan, dan pemahaman
menyeluruh tentang berita yang terkandung dalam konten digital. itu. Pemahaman tentang
Web dan mesin pencari adalah bagian dari literasi digital. Pengguna menyadari bahwa tidak
semua materi di Web berkualitas tinggi; dengan menggunakan teknik ini, pengguna dapat
secara bertahap mengidentifikasi situs Web mana yang akurat dan dapat diandalkan serta
situs mana yang tidak dapat dipercaya. Pengguna yang memiliki literasi digital ini mampu
menggunakan mesin pencari secara bijak dan memilih perangkat pengguna yang sesuai
dengan kebutuhan informasinya (misalnya menggunakan “advanced search”).

Selain itu, karena transmisi informasi berdampak pada masyarakat, literasi digital
mencakup akuntabilitas semua informasi yang disebarluaskan. Literasi digital bukan lagi
sekadar keterampilan; itu juga merupakan sikap tentang bagaimana berperilaku agar tidak
melakukan hal-hal yang salah dan menyakiti orang lain. Keterampilan lain yang merupakan
bagian dari literasi digital termasuk mengetahui bagaimana melindungi privasi seseorang
secara online dan menyadari berbagai kejahatan dunia maya termasuk pencurian kartu kredit
online (carding), menemukan situs web palsu (phishing), penipuan email, dan sebagainya.
Bahkan dalam pengertian yang lebih umum, literasi digital termasuk mengetahui bagaimana
menjunjung tinggi etika dalam menggunakan teknologi informasi.

Menurut Suyono et al., literasi digital adalah “keterampilan yang berkaitan dengan
kegiatan membaca, berpikir, dan menulis dengan tujuan meningkatkan kemampuan
mengetahui informasi secara kritis, kreatif, dan reflektif” (2017:117). Selama ini, Ali (2017:
8) menjelaskan bagaimana literasi digital yang mahir memungkinkan aktor untuk
Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
3| P a g e
Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal. 1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

menemukan, menilai, menggunakan, membuat, dan menerapkan informasi dengan cara yang
bermanfaat bagi kesehatan, kebijaksanaan, kecerdasan, akurasi, presisi, dan kepatuhan
mereka terhadap hukum. Paul Gilster (2017:16) mendefinisikan literasi digital sebagai
kapasitas untuk memperoleh, memproses, dan menerapkan secara efektif pengetahuan yang
ditemukan melalui penggunaan teknologi digital, seperti komputer. Para ahli yang disebutkan
di atas telah menjelaskan pentingnya literasi digital bagi siswa saat ini di semua lingkungan
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum literasi diterapkan pada siswa pada
jenjang Sekolah Dasar (SD), dan lebih signifikan lagi pada jenjang ini karena siswa masih
sangat mahir dalam menyerap setiap pelajaran yang ada.

METODE PENELITIAN
Untuk mendeskripsikan data yang terkumpul, penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif naratif, yang mengandalkan kata-kata, gambar tertulis, dan bukan angka.
Literatur sekunder yang dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini dan memberikan
rincian deskriptif dan penjelasan adalah sumber data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut modul Kemdikbud 2021 tentang literasi, siswa saat ini perlu mahir dalam
literasi digital sebagai salah satu dari enam keterampilan dasar literasi. Terdapat korelasi
langsung antara pencanangan Gerakan Literasi Sekolah oleh pemerintah dengan pengenalan
literasi digital di SD (Sekolah Dasar) (GLS). Secara umum, penilaian tes PISA terhadap
prestasi membaca penduduk Indonesia biasa akan dipengaruhi oleh pencanangan gerakan
literasi sekolah, namun ternyata tidak demikian. Jika dibandingkan dengan negara anggota
ASEAN lainnya, hasil tes membaca homogen anak Indonesia masih tergolong rendah. Tes
Program International Student Assessment (PISA) yang diberikan setiap tiga tahun
menunjukkan hal tersebut. Pemerintah memandang penting untuk mengambil langkah-
langkah yang serius dan efektif untuk meningkatkan tingkat literasi siswa di Indonesia
sebagai respon dan tindak lanjut dari rendahnya dominasi literasi siswa di Indonesia. Karena
sekolah dasar merupakan titik tolak gerakan literasi selanjutnya di SMP dan SMA, maka
upaya peningkatan minat baca di sekolah dasar (SMA) menjadi sangat penting. Literasi
digital merupakan salah satu inisiatif yang dilakukan untuk meningkatkan literasi literasi di
tingkat sekolah dasar. Peningkatan kegiatan ekstrakurikuler terkait dengan peningkatan
literasi digital di sekolah dasar. Di sekolah dasar, peningkatan literasi digital dipadukan
dengan kegiatan ekstrakurikuler. Hasilnya, tujuan ekstrakurikuler itu sendiri dan tujuan
literasi digital di sekolah dasar adalah selaras. Kegiatan yang menggunakan sifat dan atribut
berikut diselenggarakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler di dalam SD.

Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana


Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
4| P a g e
Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal. 1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

1. Memanfaatkan potensi dan bakat individu masing-masing siswa, yang dikembangkan


secara sinkron.
2. Pilihan, yang dilakukan secara sukarela oleh murid dan berkembang bersamaan
dengan minat
3. Memotivasi, atau mendorong siswa untuk menekuni minatnya guna memaksimalkan
potensi dan bakatnya.
4. Manfaat sosial yang diciptakan dan dikelola dengan mempertimbangkan kebutuhan
masyarakat.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun


2014 menetapkan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diterima bagi siswa kelas SD sampai
dengan SMP adalah sebagai berikut:

1. Misalnya, Krida: Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa
(Lomba Kompetensi Mahasiswa), dan lain-lain;
2. Karya ilmiah, seperti penelitian, kegiatan penguasaan ilmiah, kegiatan akademik, dan
kegiatan ilmiah remaja (KIR);
3. Pengembangan minat dan bakat, termasuk namun tidak terbatas pada teknik,
jurnalisme, teater, TIK, olahraga, seni, dan budaya;
4. Teologi, meliputi Syarhil QUR'AN, Tahfidz QUR'AN, dan tafsir lainnya.
5. Bidang perbaikan skolastik lainnya yang ditentukan oleh prioritas sekolah dan analisis
kemampuan dan minat siswa. Tambahan (Kemdikbud. 2021).
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/ekstrakurikuler)

Dengan kata lain, mempromosikan literasi digital di sekolah dasar memerlukan lebih
dari sekadar penggunaan internet untuk informasi atau hiburan; itu juga akan melibatkan
menghubungkannya dengan kegiatan ekstrakurikuler. Pelatihan literasi digital bisa menjadi
pengganti kuliah kering yang mengasyikkan. Sementara itu, siswa sekolah dasar perlu
memiliki literasi digital mereka menggunakan penggunaan, etika, dan kesadaran kolektif
media sosial dididik secara sinkron menggunakan penggunaan yang diharapkan dan
menghindari bullying, game yang membuat ketagihan, korban media sosial, dan korban
kecerobohan dalam manajemen waktu. Kesiapan materi baik untuk guru maupun siswa serta
materi pengembangan guru khususnya yang berkaitan dengan materi pembelajaran
ekstrakurikuler juga mempengaruhi tercapai tidaknya tujuan literasi digital. Dalam pelajaran
ini, anak-anak di sekolah dasar belajar tentang literasi digital.

Literasi Digital di SD

Literasi digital di sekolah dasar mengacu pada kemampuan untuk memanfaatkan


media digital secara tepat, akurat, dan etis untuk mendapatkan pengetahuan, membantu satu
sama lain dengan pekerjaan rumah dan tugas sekolah lainnya, dan bekerja sama dalam proyek
Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
5| P a g e
Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal. 1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

pendidikan. Peserta pelatihan akan lebih mampu mengikuti perkembangan teknologi berita
yang terus berkembang jika mereka memiliki pemahaman yang kuat tentang literasi digital.
Menguasai literasi digital dapat membantu siswa menghemat uang, waktu, dan tenaga sambil
memperkuat akuisisi pengetahuan mereka, memperluas jaringan mereka, dan
mengembangkan keterampilan literasi digital mereka. Berpartisipasi dalam pengembangan
literasi digital di tingkat sekolah dasar akan mendorong siswa untuk berpikir analitis, kreatif,
dan cerdik; mereka juga akan meningkatkan keterampilan memecahkan masalah,
keterampilan komunikasi interpersonal, dan kapasitas untuk kerja sama tim. Gelombang
pasang keterampilan ini menunjukkan bahwa siswa saat ini sepenuhnya siap untuk berhasil di
kelas modern. Kemampuan menggunakan teknologi digital, alat komunikasi, dan jaringan,
serta kemampuan mencari, menganalisis, memanfaatkan, dan menghasilkan informasi,
merupakan tanda bahwa seseorang telah menguasai keterampilan belajar abad ke-21. (Bell
dan Shank tahun 2008).

Literasi Digital di Kelas

Dunia digital yang berkembang pesat diantisipasi akan mendorong siswa untuk
menggunakan literasi digital di kelas. Salah satu manfaat hidup di era digital adalah memiliki
akses data pendidikan terbaru untuk komunitas sekolah. Media digital dapat digunakan untuk
melakukan tugas ini. Warga sekolah dapat dengan cepat mengakses sumber daya digital
tersebut melalui komputer, laptop, atau handphone yang terhubung dengan jaringan internet.
Di kelas SD, fokus literasi digital telah beralih dari literasi membaca dan menulis tradisional
menggunakan media cetak ke teknologi elektronik. Misalnya, banyak guru yang bekerja di
lembaga pendidikan sudah terbiasa menawarkan tugas yang bisa dicari secara online,
khususnya melalui Google, kepada siswanya yang memiliki smartphone. Menggunakan alat
pembelajaran online, pertanyaan dijawab. Jawaban juga bisa diberikan ke grup WA
(WhatsApp) yang sudah terbentuk. Seiring dengan pengurangan konsumsi kertas dan dampak
lingkungan, penugasan dan latihan literasi digital diselesaikan. Kertas dapat digantikan oleh
data digital. Penggunaan perangkat lunak digital juga berfungsi mengalihkan perhatian siswa
dari bermain game di ponsel mereka ke aktivitas browsing (mencari solusi untuk tantangan
yang diberikan oleh guru). Rencana pembelajaran dan subtema digunakan untuk
mempersonalisasi pembelajaran digital. Namun, hal itu tidak bisa diterapkan di setiap
sekolah. Pasalnya, beberapa sekolah melarang siswanya membawa smartphone. Penggunaan
smartphone dan transportasi ke sekolah dibatasi di beberapa sekolah. Ini karena banyak kasus
di mana penggunaan aplikasi game dan media sosial yang sensasional menyebabkan anak-
anak terlepas dari pembelajaran mereka.

Sesuai dengan uraian di atas, pengajar sekolah dasar juga dapat memberikan
pengetahuan tentang nilai prinsip moral dan praktik terbaik dalam menggunakan teknologi
(seperti ponsel), internet, dan media sosial. Jika siswa tersebut sudah duduk di bangku
Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
6| P a g e
Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal. 1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

sekolah dasar kelas atas dan sudah aktif memanfaatkan media sosial, hal ini patut diantisipasi.
Dalam skenario ini, guru harus mampu menjadi panutan positif di media sosial selain dibantu
dalam kegiatan belajar mengajar software KBM.

Literasi Digital di Luar Kelas atau Kegiatan Ekstrakurikuler

Keterampilan untuk abad ke-21 juga harus dimasukkan ke dalam kegiatan


ekstrakurikuler dan prakarsa literasi digital non-akademis. Tujuan mendorong kemampuan
siswa dan anggota staf dengan literasi digital di luar kelas adalah untuk lebih mempersiapkan
siswa agar sukses di dunia modern. Setidaknya empat kualitas, termasuk Pemikir Kritis,
Komunikator, Kolaborator, dan Pencipta, menggambarkan kemampuan ini. Keempat kualitas
ini digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan literasi kelas. Empat C Keterampilan Abad
21, seperti yang didefinisikan oleh Zoraini (2014), didukung oleh keempat aspek tersebut.
Dia bisa menggambarkan empat hal ini. (1) Siswa didorong untuk melatih kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah. Upaya ini dilakukan dengan cara yang mirip dengan
bagaimana siswa menghadapi konflik saat belajar. Siswa dilatih untuk mengetahui dan
mengkomunikasikan gagasan dengan dua cara: (satu) Komunikator (Communicator), yang
didorong untuk bertanya dan mencoba memecahkan masalah dengan mencari informasi
secara online. Siswa didorong untuk berbagi ide yang telah dikembangkan sebagai hasil dari
partisipasi mereka dalam kegiatan literasi setelah mempelajari apa yang telah dipelajari. (tiga)
Kolaborator, yaitu kemampuan untuk menggabungkan kekuatan dalam melaksanakan
pekerjaan dengan orang lain. Dengan demikian, melalui penggunaan literasi digital, siswa
diajarkan bagaimana berkolaborasi dengan orang lain dalam berbagai setting melalui
penyebaran pengetahuan dan pengalaman melalui media sosial; (4) Kemampuan
menghasilkan karya yang berkaliber tinggi sangat dituntut dari pencipta (Creator).

Di luar kelas atau dalam kegiatan ekstrakurikuler, administrasi kearsipan digital dapat
digunakan untuk menerapkan literasi digital. Hal ini sangat berguna bagi sekolah yang perlu
menyimpan data dan dokumentasi sekolah, termasuk dokumentasi kegiatan ekstrakurikuler.
Sekolah juga dapat menambahkan buku elektronik (biasa disebut ebook) ke dalam koleksi
perpustakaannya. Sekolah juga dapat menawarkan berbagai program permainan edukatif
untuk membantu anak-anak belajar lebih banyak, mengembangkan kecerdasan mereka, dan
bersantai di kelas sambil berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler. Selain kegiatan
ekstrakurikuler, sekolah dapat merencanakan kegiatan untuk meningkatkan literasi digital di
kalangan siswa dan orang tua. Latihan ini sebanding dengan mengedukasi orang tua tentang
literasi digital di kelas parenting. Dengan ini, orang tua dapat secara aktif membantu
pengembangan kemampuan literasi digital anak-anak mereka yang bermanfaat dan
bertanggung jawab.

Pelaksanaan Literasi Digital di SD

Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana


Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
7| P a g e
Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal. 1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

Generasi saat ini sudah melek digital di seluruh dunia berkat perkembangan dan
masalah teknologi. Baik dalam bidang akademik maupun nonakademik, maupun dalam
kegiatan ekstrakurikuler dan ekstrakurikuler, literasi digital telah menjadi konsep umum.
Salah satu kesalahannya adalah konversi bahan bacaan fisik ke digital, yang terkait dengan
literasi digital. Sesuai dengan prinsip literasi digital, pembaca dapat lebih mudah mengakses
informasi kapanpun dan dimanapun mereka membutuhkannya dengan menggunakan
perangkat yang terkoneksi dengan internet. Dari total 256,2 juta penduduk Indonesia,
ditentukan dari survei Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJJI) bahwa
132,7 juta orang online pada tahun 2016. (Kompas, 2016). Meluasnya penggunaan perangkat
digital merupakan dampak dari populasi pengguna internet yang cukup besar di Indonesia.
Meluasnya penggunaan perangkat tersebut tentunya membutuhkan tindakan untuk
meningkatkan dukungan literasi digital. Penggunaan gadget (HP)/smartphone, laptop,
personal computer (PC), dan komputer tablet pribadi sejalan dengan penggunaan perangkat
literasi digital di semua jenjang pendidikan. Masih banyak sekolah yang belum memiliki
jaringan internet/wifi yang dapat diakses oleh seluruh warga sekolah saat menggunakan
perangkat literasi digital di dalam kelas, khususnya di sekolah dasar.

Ini terjadi sebagai akibat dari persyaratan yang sebenarnya tidak dimiliki oleh sekolah
itu sendiri. Komunitas sekolah lebih memanfaatkan perangkat dengan menggunakan paket
internet independen berkat itu. Ada sejumlah tantangan yang harus diatasi saat menggunakan
banyak perangkat tersebut dalam implementasinya. Keterbatasan perangkat keras menjadi
kendala umum dalam pendidikan berbasis literasi digital di sekolah. Selain itu, terdapat
kendala tersendiri yaitu kesadaran pengguna dan keterbatasan pengetahuan pengguna terkait
penggunaan literasi digital. Hal ini dikarenakan di sekolah dasar terdapat dua kelas yaitu
kelas rendah dan kelas tinggi. penggunaan perangkat dengan menggunakan smartphone,
khususnya bagi siswa sekolah dasar. Penyalahgunaan akan merajalela jika mereka tidak
dididik dengan baik. Selain itu, sering terjadi kesalahan yang tidak mereka sadari, terutama
dalam hal etika media sosial. Terkadang mereka telah melanggar etika media sosial tanpa
menyadarinya. Pada kenyataannya, siswa sekolah dasar belum mampu menggunakan akun
media sosialnya sendiri untuk menjadi pengguna. Siswa di bawah umur sering menggunakan
akun teknik yang memanipulasi usia mereka.

Ini jelas bertentangan dengan etika media sosial yang baik. Cara untuk memenangkan
konflik ini adalah sekolah menyebarkan berita tentang larangan penggunaan media sosial
yang tidak semestinya. Siswa dan orang tua siswa diberikan pengenalan ini.

Strategi Literasi Digital di SD

Literasi digital mencakup metode yang sah untuk melek huruf dan teknologi itu sendiri.
Bagi siswa untuk memasuki dunia digital yang berkembang, penting untuk menanamkan

Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana


Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
8| P a g e
Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal. 1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

dasar-dasar kewarganegaraan digital kepada mereka. Manajemen waktu, manajemen


cyberbullying, manajemen keamanan cyber, privasi, pemikiran kritis, dan berbagi digital
adalah semua aspek untuk mengetahui dan mempraktikkan kewarganegaraan digital.

KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian menggunakan internet untuk
menemukan berita dan kesenangan hanyalah salah satu aspek literasi digital di sekolah dasar.
Pengembangan kemampuan berpikir analitis, sintetik, analitis, kritis, imajinatif, dan kreatif
siswa harus dilakukan melalui literasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memperkenalkan literasi digital di sekolah dasar untuk mengedukasi semua pemangku
kepentingan dan memungkinkan mereka untuk melihat kemampuan literasi sebagai tolok
ukur pertumbuhan suatu negara. Metode pembelajaran lain yang menarik dari sumber digital
adalah penerapan literasi digital. Untuk meningkatkan pembelajaran, literasi digital dapat
digunakan sebagai akun sosial. Saat menggunakan sumber daya digital, siswa berkonsentrasi
pada aplikasi kreatif teknologi informasi dan mempelajari materi pelajaran.

Terkait literasi digital, penting untuk mengedukasi siswa di sekolah dasar tentang
penggunaan, etika, dan pengetahuan umum media sosial untuk mencegah perundungan, game
yang membuat kecanduan, korban media sosial, dan korban manajemen waktu yang ceroboh.
Komponen penting dari kolaborasi pada internet yang aman untuk siswa sekolah dasar
mungkin adalah fungsi kontrol yang dapat dilakukan sekolah, bekerja sama dengan orang tua
dan warga sekitar.

SARAN
Dengan selesainya Artikel ini, penyusun berharap kepada para pembaca agar dapat
memberi masukan baik berupa kritik atau saran yang sifatnya membangun agar pada
perbaikan Artikel ini, pembaca mendapat manfaat yang lebih daripada sebelumnya. Sebagai
penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan ini. Oleh karena itu kami
mohon kritik dan saran dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki Artikel yang akan kami
buat selanjutnya.

UCAPAN TERIMAKASIH
Secara khusus, penyusun mengucapkan terimakasih kepada (Dr. Eka Sastrawati,
S.Pd., M.Pd., Andi Gusmaulia Eka Putri, M.Pd) selaku dosen pembimbing yang telah sabar,
meluangkan waktu, merelakan tenaga dan pikiran serta turut memberi perhatian dalam
memberikan pendampingan selama proses penulisan artikel ini.
Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
9| P a g e
Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1 2022 Hal. 1-9
JURNAL TONGGAK PENDIDIKAN DASAR
Research & Learning in Elementary Education
https://online-journal.unja.ac.id/jtpd/about
ISSN : xxxx E-ISSN : xxxx

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Ibrahim Gufran, dkk. 2017. Peta Jalan: Gerakan Literasi Nasional. Tim GLN
Kemendikbud. http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wpcontent/uploads/2017/08/peta-jalan-
gln_rev.pdf. Diakses 11 November 2021.
Dinata Karsoni B. 2021. Literasi Digital Dalam Pembelajaran Daring
http://jurnal.umko.ac.id. Diakses 11 November 2021.
Kemdikbud. 2021. MODUL LITERASI DIGITAL DI SEKOLAH DASAR.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/upload/filemanager/2021/06/4%20Modul%20L iterasi
%20Digital.pdf. Diakses 11 November 2021.
Munir.2017. Pembelajaran Digital. Bandun. Alfabeta. buku online http://file.upi.edu .
Diakses 11 November 2021.
N. K. E. Muliastrini. 2020. New Literacy Sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di Abad 21 https://ejournal-
pasca.undiksha.ac.id/index.php/jurnal_pendas/article/view/3114. Diakses 11 November
2021.
Nani Pratiwi dan Nola Pritanova, Pengaruh Literasi Digital terhadap Psikologi Anak dan
Remaja, Dalam Jurnal Ilmiah Program Studi Penddikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
PERAN LITERASI DIGITAL DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU BELAJAR SISWA
DI MI TERPADU THORIQUL JANNAH JAMBON PONOROGO
http://etheses.iainponorogo.ac.id/6080/1/UPLOAD%20PERPUS%20jadi.pdf.
Rullie Nasrullah, dkk, Gerakan Literasi Nasional, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan 2017).
Suyono, Titik Harsiati, dkk. 2017. “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada
Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar.” Jurnal Sekolah Dasar No. 2 hal.116-123.
http://journal2.um.ac.id/index.php/sd/article/view/3050.

Copyright (c) 2022 Rima Dwi Anggraini dan Wini Oktaviana


Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
10| P a g e

Anda mungkin juga menyukai