Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH TAKTIK KOMUNIKASI DIGITAL TERHADAP

KESADARAN MASYARAKAT DALAM ERA MEDIA SOSIAL

i
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
E. Landasan Teori ............................................................................................. 5
F. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 7
G. Hipotesis....................................................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 9
H. Desain Penelitian .......................................................................................... 9
I. Operasionalisasi Variabel ............................................................................. 9
J. Unit Analisis, Populasi dan Sampel ........................................................... 10
K. Data dan Sumber Data ................................................................................11
1. Data Primer .................................................................................................11
2. Data Sekunder .............................................................................................11
L. Uji Validitas dan Reabilitas ........................................................................ 12
1. Uji Validitas ............................................................................................ 12
2. Uji Reabilitas .......................................................................................... 14
M. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 15
1. Angket (Kuesioner) ................................................................................ 15
2. Studi Dokumentasi ................................................................................. 15
3. Instrumen Penelitian ............................................................................... 16
N. Teknik Analisis Data .................................................................................. 17
1. Regresi Linier Berganda ......................................................................... 17
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 18
3. Teknik Pengujian Hipotesis .................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 25

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah

mengubah cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi. Salah satu dampak

dari perkembangan TIK adalah munculnya media sosial. Media sosial telah

menjadi platform komunikasi yang populer dan digunakan oleh berbagai

kalangan, mulai dari individu hingga organisasi (Basuki, 2019).

Media sosial memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai

sarana komunikasi digital. Komunikasi digital adalah komunikasi yang

dilakukan melalui media digital, seperti internet, komputer, dan perangkat

seluler (Irwan, 2019). Komunikasi digital memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan dengan komunikasi tradisional, antara lain:

1. Cakupan yang luas: Komunikasi digital dapat menjangkau audiens yang

luas, tidak terbatas oleh jarak dan waktu.

2. Efisiensi: Komunikasi digital lebih efisien karena dapat dilakukan secara

cepat dan mudah.

3. Interaktivitas: Komunikasi digital memungkinkan interaksi yang lebih

interaktif antara komunikator dan komunikan (Mulyana, 2008).

Potensi media sosial sebagai sarana komunikasi digital telah mendorong

berbagai organisasi untuk menggunakan media sosial untuk berkomunikasi

dengan masyarakat. Organisasi menggunakan media sosial untuk berbagai

tujuan, antara lain:


2

1. Pemasaran: Organisasi menggunakan media sosial untuk

mempromosikan produk atau layanannya.

2. Hubungan masyarakat: Organisasi menggunakan media sosial untuk

membangun hubungan dengan masyarakat.

3. Pendidikan: Organisasi menggunakan media sosial untuk memberikan

edukasi kepada Masyarakat (Ratna, 2019).

Penggunaan media sosial oleh organisasi untuk berkomunikasi

dengan masyarakat dapat mempengaruhi kesadaran masyarakat. Kesadaran

masyarakat adalah pemahaman masyarakat terhadap suatu hal. Kesadaran

masyarakat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk informasi yang

diterima masyarakat. Informasi yang diterima masyarakat melalui media

sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu hal

(Wiryanto, 2009). Hal ini karena media sosial dapat menjangkau audiens

yang luas dan memberikan informasi yang bersifat aktual dan relevan dengan

kebutuhan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengkaji pengaruh taktik komunikasi digital terhadap kesadaran 2asyarakat

dalam era media sosial. Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh taktik komunikasi digital terhadap kesadaran

masyarakat?
3

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengaruh taktik komunikasi

digital terhadap kesadaran masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh taktik komunikasi digital terhadap kesadaran

masyarakat.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengaruh taktik

komunikasi digital terhadap kesadaran masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Dengan menggunakan taktik komunikasi digital yang tepat,

organisasi bisa meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu,

produk, atau layanan tertentu. Informasi yang disampaikan melalui

media sosial dapat mencapai audiens yang luas, meningkatkan

pemahaman mereka terhadap suatu topik atau keadaan tertentu.

b. Engagement yang Lebih Baik

Komunikasi digital memungkinkan interaksi yang lebih aktif dan

terukur antara organisasi dan masyarakat. Ini memungkinkan

terciptanya dialog dua arah yang memperkuat ikatan antara organisasi

dengan audiensnya.

c. Penggunaan Sumber Daya yang Efisien


4

Media sosial memungkinkan organisasi untuk mengelola pesan

mereka dengan cepat dan secara efisien. Hal ini dapat menghemat

sumber daya yang sebelumnya digunakan untuk metode komunikasi

tradisional yang lebih mahal.

2. Manfaat Teoritis

a. Teori Komunikasi Digital

Penelitian ini dapat memperluas pemahaman kita tentang bagaimana

komunikasi digital, khususnya melalui media sosial, mempengaruhi

persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap informasi yang

disampaikan.

b. Teori Pengaruh Media

Melalui penelitian ini, kita dapat memperdalam pemahaman tentang

teori pengaruh media, khususnya dalam konteks media sosial.

Bagaimana media sosial mampu memengaruhi pola pikir dan sikap

masyarakat terhadap suatu topik atau isu tertentu.

c. Faktor-faktor Pengaruh Komunikasi Digital

Penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang

memengaruhi efektivitas taktik komunikasi digital dalam

meningkatkan kesadaran masyarakat. Hal ini dapat memberikan

wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana media sosial secara

khusus memengaruhi pikiran dan perilaku masyarakat.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

E. Landasan Teori

1. Taktik Komunikasi Digital

Taktik komunikasi digital adalah strategi komunikasi yang

digunakan dalam komunikasi digital. Taktik komunikasi digital dapat

didefinisikan sebagai cara atau metode yang digunakan untuk

menyampaikan pesan melalui media digital. Taktik komunikasi digital dapat

berupa:

a. Pesan: Pesan adalah inti dari komunikasi. Pesan dalam komunikasi

digital dapat berupa teks, gambar, video, atau audio.

b. Saluran: Saluran adalah media yang digunakan untuk menyampaikan

pesan. Saluran komunikasi digital dapat berupa media sosial, situs

web, email, atau aplikasi perpesanan.

c. Target audiens: Target audiens adalah orang-orang yang dituju oleh

pesan komunikasi. Target audiens komunikasi digital dapat berupa

individu, kelompok, atau organisasi (Palilingan, 2022).

2. Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat adalah pemahaman masyarakat terhadap

suatu hal. Kesadaran masyarakat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

termasuk informasi yang diterima masyarakat. Informasi yang diterima

masyarakat melalui media sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap suatu hal. Hal ini karena media sosial dapat menjangkau audiens
6

yang luas dan memberikan informasi yang bersifat aktual dan relevan

dengan kebutuhan Masyarakat (VI, 2023).

3. Era Digital

Era digital adalah era yang ditandai dengan perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK). Perkembangan TIK telah mengubah cara

manusia berkomunikasi dan berinteraksi. Salah satu dampak dari

perkembangan TIK adalah munculnya media sosial. Media sosial telah

menjadi platform komunikasi yang populer dan digunakan oleh berbagai

kalangan, mulai dari individu hingga organisasi (Hartono, 2020).

4. Pengaruh Taktik Komunikasi Digital Terhadap Kesadaran Masyarakat

Taktik komunikasi digital dapat mempengaruhi kesadaran

masyarakat melalui beberapa cara, yaitu:

a. Menjangkau audiens yang luas: Taktik komunikasi digital dapat

menjangkau audiens yang luas, tidak terbatas oleh jarak dan waktu.

Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan pesan komunikasi diterima

oleh target audiens.

b. Memberikan informasi yang relevan: Taktik komunikasi digital dapat

memberikan informasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Hal ini dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap pesan

komunikasi.

c. Menciptakan interaksi: Taktik komunikasi digital dapat menciptakan

interaksi antara komunikator dan komunikan. Hal ini dapat

meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pesan komunikasi

(Suherman, 2022).
7

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengaruh Taktik Komunikasi Digital

Terhadap Kesadaran Masyarakat

Pengaruh taktik komunikasi digital terhadap kesadaran masyarakat

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Kualitas pesan: Kualitas pesan komunikasi dapat mempengaruhi

efektivitas pesan dalam menyampaikan informasi dan menciptakan

pemahaman.

b. Keterkaitan pesan dengan target audiens: Pesan komunikasi yang

terkait dengan kebutuhan dan minat target audiens akan lebih efektif

dalam meningkatkan kesadaran masyarakat.

c. Strategi komunikasi: Strategi komunikasi yang tepat dapat

meningkatkan efektivitas taktik komunikasi digital dalam mencapai

tujuan komunikasi (Ida, 2019).

6. Indikator Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Peningkatan kesadaran masyarakat dapat diukur dengan

menggunakan indikator-indikator berikut:

a. Peningkatan pemahaman: Masyarakat memiliki pemahaman yang

lebih baik terhadap suatu hal.

b. Peningkatan perhatian: Masyarakat lebih memperhatikan suatu hal.

c. Peningkatan dukungan: Masyarakat lebih mendukung suatu hal

(Purwanto, 2023).

F. Kerangka Pemikiran
8

Kerangka pemikiran adalah struktur konseptual yang digunakan untuk

merancang, memahami, atau menganalisis suatu masalah atau topik tertentu.

Berikut adalah kerangka pemikiran penelitian ini:

Variabel Bebas: Variabel Terikat:

Taktik Kesadaran
Komunikasi Digital Masyarakat

Indikator Peningkatan Kesadaran Masyarakat

a. Peningkatan pemahaman: Masyarakat memiliki pemahaman yang lebih

baik terhadap suatu hal.

b. Peningkatan perhatian: Masyarakat lebih memperhatikan suatu hal.

c. Peningkatan dukungan: Masyarakat lebih mendukung suatu hal.

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, hipotesis

penelitian yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis 1: Taktik komunikasi digital memiliki pengaruh positif terhadap

kesadaran masyarakat.

2. Hipotesis 2: Kualitas pesan, keterkaitan pesan dengan target audiens, dan

strategi komunikasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

pengaruh taktik komunikasi digital terhadap kesadaran masyarakat.


9

BAB III

METODE PENELITIAN

H. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian

kuantitatif merupakan suatu pendekatan dalam metode penelitian ilmiah yang

melibatkan penggunaan data yang dapat diukur secara numerik atau kuantitatif

sebagai sumber informasi utama, dengan tujuan untuk mengumpulkan,

menganalisis, dan menginterpretasi data tersebut guna memahami hubungan

antar variabel serta membuat generalisasi tentang populasi yang lebih besar.

Pendekatan ini didasarkan pada penggunaan analisis statistik sebagai alat untuk

menguji hipotesis atau memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian

yang diajukan, sehingga memungkinkan para peneliti untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena yang diteliti (Creswell,

2017).

I. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel adalah proses mendefinisikan variabel

penelitian secara operasional. Definisi operasional adalah definisi variabel yang

menjelaskan bagaimana variabel tersebut akan diukur atau diobservasi dalam

penelitian. Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah taktik komunikasi

digital. Variabel ini didefinisikan secara operasional sebagai cara atau metode

yang digunakan untuk menyampaikan pesan melalui media digital. Indikator

variabel ini adalah pesan, saluran, dan target audiens.


10

Variabel terikat adalah kesadaran masyarakat. Variabel ini didefinisikan

secara operasional sebagai pemahaman masyarakat terhadap suatu hal.

Indikator variabel ini adalah peningkatan pemahaman, peningkatan perhatian,

dan peningkatan dukungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaruh taktik

komunikasi digital terhadap kesadaran masyarakat adalah kualitas pesan,

keterkaitan pesan dengan target audiens, dan strategi komunikasi. Ketiga faktor

ini didefinisikan secara operasional sebagai berikut:

1. Kualitas pesan didefinisikan sebagai efektivitas pesan komunikasi dalam

menyampaikan informasi dan menciptakan pemahaman. Indikator

variabel ini adalah keakuratan, kelengkapan, kejelasan, dan konsistensi.

2. Keterkaitan pesan dengan target audiens didefinisikan sebagai tingkat

relevansi pesan komunikasi dengan kebutuhan dan minat target audiens.

Indikator variabel ini adalah relevansi dengan kebutuhan dan relevansi

dengan minat.

3. Strategi komunikasi didefinisikan sebagai rencana yang digunakan untuk

mencapai tujuan komunikasi. Indikator variabel ini adalah tujuan

komunikasi, target audiens, pesan, saluran, dan jadwal.

J. Unit Analisis, Populasi dan Sampel

Unit analisis adalah objek atau subjek yang menjadi fokus penelitian.

Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah masyarakat. Masyarakat

didefinisikan sebagai sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu

wilayah dan memiliki kepentingan yang sama.


11

Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang memenuhi syarat

untuk diteliti. Dalam penelitian ini, populasinya adalah masyarakat Indonesia

yang menggunakan media sosial.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi tersebut.

Dalam penelitian ini, sampelnya adalah masyarakat Indonesia yang

menggunakan media sosial dan memenuhi kriteria tertentu, seperti berusia 17

tahun ke atas, memiliki akun media sosial, dan aktif menggunakan media sosial.

Metode sampling adalah cara yang digunakan untuk memilih sampel

dari populasi. Dalam penelitian ini, metode sampling yang digunakan adalah

purposive sampling. Purposive sampling adalah metode sampling yang

dilakukan dengan memilih sampel secara selektif berdasarkan kriteria tertentu.

Ukuran sampel adalah jumlah sampel yang akan diambil dari populasi. Dalam

penelitian ini, ukuran sampelnya adalah 100 orang. Ukuran sampel ini dipilih

karena dianggap cukup untuk mewakili populasi masyarakat Indonesia yang

menggunakan media sosial.

K. Data dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui peneliti

lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang

diberikan secara langsung kepada responden yang dijadikan sampel.

2. Data Sekunder
12

Data yang diperoleh secara tidak langsung dimana sumber data

yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. Data yang

diperoleh untuk melengkapi data primer.

L. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu proses yang digunakan untuk menilai

sejauh mana suatu instrumen atau kuesioner dapat dianggap sah atau valid

dalam mengukur konstruk atau fenomena yang dimaksud. Dalam konteks

ini, validitas mengacu pada kemampuan pertanyaan dalam instrumen atau

kuesioner untuk secara akurat mengungkapkan aspek yang hendak diukur

oleh kuesioner tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Ghozali (2018). Oleh

karena itu, uji validitas menjadi krusial dalam memastikan bahwa alat

pengukuran yang digunakan dapat diandalkan untuk mendapatkan hasil

yang dapat diandalkan dan relevan.

Selain itu, dalam proses penilaian terhadap kevalidan suatu item

untuk digunakan, terdapat langkah tambahan yang dilakukan untuk

menentukan apakah item tersebut dapat dianggap layak atau tidak. Salah

satu langkah tersebut adalah melakukan uji signifikansi dengan

membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Pada tahap ini, koefisien

korelasi dari item tersebut dievaluasi dengan menggunakan tingkat

signifikansi sebesar 0,05, yang berarti bahwa suatu item dianggap valid jika

mampu menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap skor total dari

instrumen atau kuesioner yang digunakan dalam penelitian. Jika nilai r

hitung lebih besar dari nilai r tabel dan memiliki nilai positif, maka dapat
13

disimpulkan bahwa butir, pertanyaan, atau variabel tersebut dapat dianggap

sebagai valid. Sebaliknya, apabila nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel,

hal ini dapat diartikan bahwa butir, pertanyaan, atau variabel tersebut tidak

memenuhi kriteria validitas yang diperlukan untuk digunakan dalam

analisis atau penelitian yang sedang dilakukan.

Dengan demikian, penting untuk memahami bahwa uji validitas dan

uji signifikansi memegang peranan sentral yang tidak dapat diabaikan dalam

memastikan bahwa instrumen atau kuesioner yang digunakan dalam suatu

penelitian memiliki tingkat validitas yang memadai untuk mencapai tujuan

pengukuran yang dimaksud. Melalui proses uji validitas, peneliti dapat

memastikan bahwa instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang

dimaksud dan relevan dengan variabel yang ingin diukur. Sementara itu, uji

signifikansi memungkinkan peneliti untuk menentukan sejauh mana hasil

yang diperoleh dapat dianggap sebagai hasil yang bukan hanya terjadi

secara kebetulan, tetapi juga memiliki kepentingan praktis atau ilmiah yang

signifikan.

Penting untuk diingat bahwa kualitas instrumen atau kuesioner

adalah fondasi utama dari validitas dan keandalannya dalam konteks

penelitian. Oleh karena itu, dengan memastikan bahwa instrumen tersebut

telah melewati uji validitas dan uji signifikansi yang tepat, peneliti dapat

memiliki keyakinan yang lebih besar terhadap hasil penelitian yang

diperoleh. Ini berarti bahwa temuan atau hasil penelitian tersebut dapat

memberikan kontribusi yang lebih berarti dalam konteks ilmiah atau praktis,
14

karena telah melewati proses evaluasi yang cermat dan dapat dipercaya

(Crosby, 1979).

2. Uji Reabilitas

Menurut Ghozali (2018), Reliabilitas sebenarnya adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu kuesioner dapat

diandalkan sebagai indikator dari variabel atau konstruk tertentu. Dengan

kata lain, suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal apabila

jawaban yang diberikan oleh seseorang terhadap pernyataan-pernyataan di

dalamnya menunjukkan tingkat konsistensi atau stabilitas yang tinggi dari

waktu ke waktu. Proses uji reliabilitas ini sendiri bertujuan untuk mengukur

sejauh mana hasil pengukuran yang diperoleh dari kuesioner dapat

dipercaya dan konsisten ketika digunakan secara berulang. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa jawaban dari responden dianggap reliabel jika

masing-masing pertanyaan dijawab dengan konsistensi tinggi, dan tidak

mengandung unsur acak atau variabilitas yang besar.

Dalam rangka mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi dalam

penelitian ini, penulis telah memilih untuk menggunakan teknik pengukuran

reliabilitas yang dikenal dengan Cronbach Alpha. Alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini mencakup berbagai dimensi seperti kompleksitas tugas,

tekanan ketaatan, pengetahuan auditor, serta penilaian audit. Penelitian ini

mengacu pada kriteria pengambilan keputusan sebagaimana dijelaskan oleh

Ghozali (2018), di mana apabila koefisien Cronbach Alpha memperlihatkan

nilai yang melebihi 0,70, maka pertanyaan-pertanyaan dalam alat ukur


15

tersebut dapat dianggap dapat diandalkan (reliable), dan konstruk atau

variabel yang diukur juga dapat dianggap reliabel.

Di sisi lain, jika koefisien Cronbach Alpha menunjukkan nilai

kurang dari 0,70, maka pertanyaan-pertanyaan dalam alat ukur tersebut

dianggap tidak dapat diandalkan. Proses perhitungan reliabilitas dengan

menggunakan formulasi Cronbach Alpha ini telah dilaksanakan dengan

bantuan perangkat lunak statistik IBM SPSS versi 25, yang dikenal sebagai

alat statistik yang mampu memberikan analisis data yang lebih mendalam

dan akurat. Dengan demikian, penggunaan teknik ini diharapkan dapat

memberikan keandalan dan kevalidan data yang lebih tinggi dalam konteks

penelitian ini (Feigenbaum, 1991).

M. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket (Kuesioner)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

melibatkan proses pemberian sejumlah daftar pernyataan atau pernyataan

tertulis kepada responden dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dirancang

dengan mempertimbangkan indikator-indikator variabel penelitian,

sehingga terdiri dari sejumlah pernyataan yang dirumuskan secara hati-hati

untuk menghasilkan data yang relevan dan komprehensif (Fornell, 1992).

2. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data studi dokumentasi adalah suatu

pendekatan atau metode sistematis yang digunakan untuk menghimpun

informasi atau data dari berbagai jenis dokumen atau sumber tertulis lainnya
16

yang relevan dengan suatu topik atau fenomena tertentu. Proses ini

mencakup tahapan analisis dan interpretasi teks, gambar, atau materi tertulis

lainnya dengan tujuan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang

aspek-aspek kunci dari topik yang sedang diteliti. Metode ini memiliki

keunggulan dalam konteks penelitian atau studi yang memerlukan

pemeriksaan dan analisis mendalam terhadap dokumen-dokumen, arsip,

atau catatan-catatan tertulis lainnya sebagai sumber data primer atau

sekunder. Dengan mengimplementasikan teknik ini, peneliti mampu

memperoleh wawasan yang lebih komprehensif dan mendalam terkait

dengan subjek penelitian, sehingga memungkinkan mereka untuk

mengembangkan analisis yang lebih kritis dan mendetail (Fornell, 1992).

3. Instrumen Penelitian

Alat ukur atau instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala Likert, sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono

(2017) bahwa instrumen penelitian merupakan suatu perangkat yang

digunakan untuk mengukur fenomena baik itu dalam konteks alam maupun

sosial yang tengah diamati. Dalam hal ini, hasil dari kuesioner diukur

dengan memanfaatkan skala Likert, yang mana setiap pertanyaan yang

terdapat di dalamnya memiliki empat alternatif jawaban yang masing-

masing diberikan bobot sesuai dengan kategorinya, yaitu sangat tidak

setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju, sehingga skor total dari setiap

responden dapat menggambarkan tingkat kecenderungan atau persepsi

mereka terhadap fenomena yang diteliti. Dengan menggunakan skala

Likert, peneliti dapat memperoleh data yang terukur secara kuantitatif,


17

memberikan ruang untuk variasi dalam tanggapan responden, dan

memungkinkan analisis statistik yang lebih mendalam untuk menghasilkan

temuan yang lebih kuat dan dapat diandalkan dalam penelitian ini (Fornell,

1992):

Tabel 1. Instrument Skala Likert

No Item Instrument Skor

1 Sangat setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

N. Teknik Analisis Data

1. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah sebuah metode statistik yang

digunakan untuk menguji dan menilai apakah kombinasi variabel

independen, seperti harga, lokasi, karakteristik bangunan, dan faktor

lingkungan, secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel

dependen, yaitu keputusan pembelian. Metode ini mengacu pada suatu

model matematis yang memungkinkan kita untuk memahami dan

memprediksi kompleksitas hubungan antara variabel-variabel tersebut.

Dalam konteks penelitian ini, diterapkan rumus matematis dari

regresi linear berganda yang melibatkan serangkaian persamaan matematis

kompleks. Persamaan-persamaan ini memungkinkan untuk memodelkan


18

dan memahami sejauh mana masing-masing variabel independen

berkontribusi terhadap variabel dependen, memberikan wawasan yang

berharga dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Dengan

menggunakan analisis ini, kita dapat mengevaluasi dampak relatif dari

setiap faktor independen dan memahami bagaimana variabel-variabel

tersebut saling mempengaruhi, sehingga memberikan landasan empiris

yang kuat untuk strategi pengambilan keputusan yang lebih terinformasi

dalam konteks keputusan pembelian.(Feigenbaum, 1991).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan suatu langkah penting dalam

analisis regresi yang dilakukan untuk menilai kemungkinan adanya

korelasi tinggi antara variabel independen di dalam model. Adanya

kemiripan atau keterkaitan erat antara variabel independen dapat

mengakibatkan terbentuknya korelasi yang sangat kuat di antara

mereka, sehingga hal ini dapat mengganggu interpretasi hasil analisis

regresi. Oleh karena itu, tujuan dari uji multikolinieritas adalah untuk

mendeteksi dan mengatasi potensi masalah ini, serta menghindari

terjadinya bias dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan

pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen.

Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengukur tingkat

multikolinieritas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor

(VIF). VIF memberikan indikasi tentang sejauh mana variabel


19

independen dipengaruhi oleh korelasi dengan variabel independen

lainnya di dalam model. Jika nilai VIF berada dalam rentang 1 hingga

10, maka dapat dianggap bahwa tidak terjadi multikolinieritas yang

signifikan di dalam model, sehingga interpretasi hasil analisis regresi

dapat dilakukan dengan lebih akurat dan dapat dipercaya (Deming,

1986).

b. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan suatu prosedur statistik yang dilakukan

untuk mengevaluasi apakah dalam konteks model regresi, baik variabel

terikat, variabel bebas, atau keduanya, memiliki distribusi yang bersifat

normal atau tidak. Kehadiran distribusi normal dalam model regresi

menjadi salah satu aspek penting dalam analisis statistik, karena model

regresi yang dianggap baik adalah yang memiliki data terdistribusi

secara normal, atau dengan kata lain, memiliki penyebaran data statistik

yang mengikuti pola sumbu diagonal dari grafik distribusi normal.

Dengan demikian, pengujian normalitas memegang peranan kunci

dalam memastikan bahwa asumsi dasar dari model regresi terpenuhi.

Hal ini memungkinkan hasil analisis statistik yang dihasilkan dapat

diandalkan dan memberikan interpretasi yang akurat. Oleh karena itu,

uji normalitas merupakan langkah penting dalam proses pengembangan

dan validasi model regresi, karena memberikan dasar yang kuat untuk

mengukur kecocokan antara data empiris dengan asumsi yang

mendasari model tersebut. Jika distribusi data tidak bersifat normal,

dapat mengindikasikan bahwa model regresi mungkin tidak sesuai


20

untuk digunakan atau bahwa perlu dilakukan transformasi data sebelum

analisis lebih lanjut dilakukan. Dengan demikian, pemahaman dan

penerapan uji normalitas menjadi esensial bagi para peneliti dan analis

data dalam menjalankan analisis regresi yang tepat dan akurat.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah suatu analisis statistik yang bertujuan

untuk mengidentifikasi apakah terdapat ketidaksamaan dalam varian

dari residual antar pengamatan dalam suatu model regresi.

Ketidaksamaan ini muncul ketika varian dari residual antar pengamatan

tidak konstan, yang secara khusus dikenal sebagai Heteroskedastisitas.

Di sisi lain, jika varian dari residual antar pengamatan tetap atau

konstan, maka model regresi tersebut disebut sebagai Homoskedastis.

Keputusan terkait keberadaan heteroskedastisitas dalam model

regresi dapat diambil berdasarkan nilai signifikansi yang dihasilkan dari

uji ini. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat indikasi signifikan terhadap adanya

heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut. Oleh karena itu, model

regresi yang dianggap optimal adalah model yang tidak mengalami

heteroskedastisitas, mengindikasikan bahwa varian dari residual antar

pengamatan tetap stabil dan tidak mengalami fluktuasi yang signifikan

(Crosby, 1979).

3. Teknik Pengujian Hipotesis

a. Uji f
21

Uji f adalah suatu prosedur statistik yang digunakan untuk

melakukan pengujian signifikan terhadap persamaan yang

memungkinkan untuk menilai sejauh mana variabel bebas, seperti X1,

X2, dan X3, secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat, yaitu

keputusan pembelian. Proses pengujian ini melibatkan beberapa

langkah yang harus diikuti dengan cermat. Pertama-tama, dalam

langkah awal, peneliti perlu menentukan formulasi untuk hipotesis nol

(H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (H0) menyatakan

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel terikat, sementara hipotesis alternatif

(Ha) berpendapat bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Selanjutnya, perlu dilakukan penentuan terkait f tabel dan f hitung.

Jika nilai f hitung lebih kecil dari nilai f tabel, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada cukup bukti untuk menolak hipotesis nol (H0), dan

dengan demikian, dapat diterima. Sebaliknya, jika nilai f hitung lebih

besar dari nilai f tabel, maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat cukup

bukti untuk menolak hipotesis nol (H0), dan hipotesis alternatif (Ha)

lebih mungkin untuk benar. Penting untuk dicatat bahwa tingkat

kepercayaan dalam pengujian ini biasanya diatur sebesar 95%, yang

setara dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Hal ini menunjukkan

tingkat keyakinan bahwa hasil uji f ini adalah akurat dan dapat

diandalkan.
22

Dalam konteks di mana f hitung lebih besar dari f tabel, hal ini

mengindikasikan bahwa masing-masing variabel bebas secara bersama-

sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Sebaliknya, jika f hitung lebih kecil dari f tabel, maka dapat disimpulkan

bahwa masing-masing variabel bebas secara bersama-sama tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Dengan

demikian, hasil dari uji f ini memberikan wawasan yang penting dalam

menilai sejauh mana variabel bebas berkontribusi terhadap keputusan

pembelian, memberikan dasar empiris yang kuat untuk pengambilan

keputusan yang lebih terinformasi di dalam konteks analisis ini (Gryna,

1993).

b. Uji t

Uji t merupakan salah satu metode pengujian statistik yang

digunakan dalam analisis regresi untuk menilai apakah terdapat

pengaruh individu dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam

pengujian ini, terdapat dua hipotesis yang akan diuji, yaitu hipotesis nol

(H0) dan hipotesis alternatif (Ha), dengan tingkat signifikansi α = 5%.

Hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh positif dari

variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat, sementara

hipotesis alternatif menyatakan sebaliknya, yaitu terdapat pengaruh

positif antara variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat.

Dalam mengambil keputusan, terdapat dua pendekatan yang dapat

digunakan. Pertama, dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai

kritis dari distribusi t. Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai kritis, maka
23

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara masing-masing

variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), sehingga hipotesis nol

ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Sebaliknya, jika nilai t hitung

lebih kecil dari nilai kritis, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga hipotesis

nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak.

Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan nilai signifikansi

(α). Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka hipotesis alternatif

diterima. Namun, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka

hipotesis nol diterima. Penting untuk diingat bahwa kedua pendekatan

ini merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk mengambil

keputusan berdasarkan hasil analisis uji t. Dengan demikian, hasil uji t

menjadi landasan untuk memutuskan apakah terdapat pengaruh individu

dari variabel bebas terhadap variabel terikat dalam analisis regresi

(Parasuraman, 1990).

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) adalah sebuah metrik statistik yang

digunakan dalam analisis regresi untuk mengukur sejauh mana

variabilitas dari variabel terikat (Y) dapat dijelaskan oleh variabel bebas

(X) dalam suatu model regresi. Dengan kata lain, R2 memberikan

indikasi persentase dari perubahan dalam variabel terikat (Y) yang dapat

diatribusikan kepada variabel bebas (X). Ketika nilai R2 meningkat, hal

ini menandakan bahwa persentase dari perubahan dalam variabel terikat

(Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X) juga semakin tinggi,
24

mengindikasikan bahwa model regresi memiliki kemampuan yang lebih

baik dalam menjelaskan hubungan antara variabel terikat dan variabel

bebas yang diamati. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin kecil, maka

persentase dari perubahan dalam variabel terikat (Y) yang dapat

dijelaskan oleh variabel bebas (X) menjadi lebih rendah, menunjukkan

bahwa model regresi memiliki keterbatasan dalam menjelaskan

hubungan antara variabel-variabel tersebut.

Oleh karena itu, R2 adalah alat penting dalam mengevaluasi sejauh

mana model regresi dapat menjelaskan hubungan antara variabel terikat

(Y) dan variabel bebas (X) yang diamati (Oliver, 1994). Dengan

menggunakan R2, para peneliti dan analis data dapat memahami sejauh

mana variabilitas dalam data dapat dijelaskan oleh model regresi yang

telah dibuat, sehingga memungkinkan mereka untuk membuat penilaian

yang lebih tepat terkait dengan kecocokan antara model dan data yang

ada (Oliver, 1994).


25

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, S. (2019). Komunikasi digital: Konsep, teori, dan aplikasi. Yogyakarta: CV

Budi Utama.

Best, J. W., & Kahn, J. V. (2006). Research in Education. Pearson.

Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research design: Qualitative,

quantitative, and mixed methods approaches. Sage publications.

Crosby, P. B. (1979). Quality Is Free: The Art of Making Quality Certain. McGraw-

Hill.

Hartono, D. (2020). Fenomena kesadaran bela negara di era digital dalam perspektif

ketahanan nasional. Jurnal Lemhannas RI, 8(1), 14-33.

Irwan, R. (2019). Strategi komunikasi digital. Yogyakarta: Deepublish.

Ismanto, B., Yusuf, Y., & Suherman, A. (2022). Membangun Kesadaran Moral Dan

Etika Dalam Berinteraksi Di Era Digital Pada Remaja Karang Taruna Rw

07 Rempoa, Ciputat Timur. Jurnal Abdi Masyarakat Multidisiplin, 1(1), 43-

48.

Kristiyono, J., & Ida, R. (2019). Digital etnometodologi: Studi media dan budaya

pada masyarakat informasi di era digital. Ettisal Journal of

Communication, 4(2), 109-120.

Mulyana, D. (2008). Ilmu komunikasi: Suatu pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ratna, H. (2019). Komunikasi digital: Teori dan praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.
26

Somnaikubun, D., Paat, W. R. L., & Palilingan, V. R. (2022). Penerapan Model

Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital Siswa SMK. Edutik: Jurnal Pendidikan Teknologi

Informasi dan Komunikasi, 2(2), 295-307.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Tsoraya, N. D., Khasanah, I. A., Asbari, M., & Purwanto, A. (2023). Pentingnya

Pendidikan Karakter Terhadap Moralitas Pelajar di Lingkungan Masyarakat

Era Digital. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(01), 7-12.

VI, B. (2023). KOMUNIKASI DIGITAL (DIGITAL

COMMUNICATION). ORGANIZATIONAL BEHAVIOR (THEORY AND

RESEARCH MAPPING), 153.\

Wiryanto. (2009). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai