Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Media Sosial

1. Pengertian Media Sosial

Laughey & McQuail (dalam Mulawarman & Nurfitri, 2017:37)

Istilah media sosial terdiri dari dua kata, yaitu “media” dan “sosial”.

“media” diartikan sebagai alat komunikasi. Sedangkan “sosial” itu

adalah sebagai kenyataan sosial bahwa setiap orang melakukan aksi

yang dapat memberikan kontribusi kepada orang banyak.

Daviz (dalam Aprilia, dkk, 2020:42) berpandangan bahwa

media sosial sangat berpengaruh pada remaja baik dalam hal positif

ataupun hal negatif bagi kehidupan remaja. Sebuah pandangan

menyatakan bahwa media sosial merupakan media online yang

mendukung interaksi sosial dan media sosial yang menggunakan

teknologi berbasis web yang dapat mengubah komunikasi menjadi

dialog interaktif.

Maike (dalam Nasrullah, 2020:11) berpandagan bahwa media

sosial adalah konvergensi antara komunikasi personal yang berarti

saling berbagi sesama individu (to be shared one-to-one) dan sebagai

media publik untuk saling berbagi antar sesama individu.

Ardianto (dalam Watie, 2011:71) mengemukakan media sosial

online, adalah jejaring sosial online bukan media masa online,

dikarenakan media sosial mempunyai kekuatan sosial yang dapat

13
14

mempengaruhi opini publik yang berkembang ditengah masyarakat

banyak.

Dari penjelasan masing-masing pendapat ahli di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa media sosial yaitu sebuah medium yang ada

di internet yang memungkinkan bagi pengguna dapat

merepresentasikan diri ataupun berinteraksi, bekerjasama, berbagi,

berkomunikasi, dengan pengguna lainnya serta membentuk ikatan

sosial secara virtual.

2. Karateristik Pengguna Media Sosial

Pada tahap awal perkembangannya, media sosial di Indonesia

berkembang dengan cepat mengikuti perkembangan akses internet

pada setiap pengguna di Indonesia. Berdasarkan data yang dikeluarkan

oleh suatu lembaga di Indonesia yaitu lembaga Asosiasi

Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) (Hermawan, dkk,

2022:96) di mana sebagai asosiasi yang mendukung transformasi di

gital di Indonesia. Melalui survei internet di Indonesia tahun 2022

pengguna internet di Indonesia mencapai 220 juta orang. Sebelum

pandemi jumlah pengguna internet di Indonesia adalah 175 juta orang.

Peningkatan pengguna internet di Indonesia juga terlihat dari

jumlah penyelenggara jasa internet, saat ini anggota Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) berjumlah 750

perusahaan. Lembaga Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

berharap ketersediaaan internet di seluruh Indonesia semakin merata.


15

Penetrasi internet di Tanah Air mencapai 64,8% dan levelnya

naik menjadi level 73,7% pada tahun 2019-2020. Pengguna internet

masih terpusat di Pulau Jawa dengan Presentase 43,92%. Sumatra

berada pada tingkat kedua dengan 16,63%. Selanjutnya 5,53%

penggunaan internet berasal dari Sulawesi 4,88% berasal dari

Kalimantan 2,71% berasal dari Nusa Tenggara 1,38% berasal dari

Papua 1,17% dari Bali 0,81% Maluku. Survei Asosiasi Penyelenggara

Jasa Internet Indonesia (APJII) melakukan survei terhadap 7.568

responden yang didapat dari probability sampling dengan multistage

random sampling. Survei ini dilakukan pada 11 Januari-24 Febuari

2022. Kontrol kualitas sampel dilakukan secara random atas 30% dari

total sampel. Sumber : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

09 Juni 2022.

Mustafa (dalam Utami & Nurhayati, 2019:34) mengatakan

bahwa orang yang memang kecanduan media sosial biasanya

menggunakan media sosial selama dalam waktu enam jam bahkan

lebih dalam sehari, aktif menggunakan media sosial tiap hari, kisaran

usia mulai dari 15-19 tahun.

Constantinides (dalam Asiati & Septadiyanto, 2018:26)

mendapatkan tiga segmen yang terdapat pada pengguna media sosial

yaitu.

a. Pengguna awam (29,5%) level rendah dalam informasi online dan

aktifitas sosial.
16

b. Pengguna sosial (40,7%) level tinggi dalam hal keterlibatannya

setiap aktivitas sosial dan level menengah dalam pencarian

informasi.

c. Pengguna informasi (29,8%) level tinggi dalam hal keterlibatannya

setiap aktivitas sosial maupun pencarian informasi.

Kriteria seseorang yang dapat dikategorikan sebagai pecanduan

media sosial adalah pengguna yang berlebihan Surya (dalam Side,

dkk, 2020:130) mengemukakan dalam The Graphic, Visualizatio &

Usability Center, The George Insititute Of Techologi Rochmawati

(dalam Side, dkk, 2020:130) menggologkan internet kedalam tiga

tahapan pengguna berdasarkan intensitas yaitu diantaranya. Heavy

Users (lebih dari 40 jam perbulan atau sekitar 6 jam perhari), Medium

Users(lebih dari 10-40 jam perbulan atau 3,6 jam perhari), da n Light

Users (lebih dari 10 jam perbulan atau kurang dari 3 jam perhari).

Berdasarkan paparan pandangan para ahli di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa karakteristik pengguna dari media sosial bisa

dikatakan bermacam-macam mulai dari pengguna awam, pengguna

sosial, dan pengguna informasi tak terlepas lagi dari hasil survei yang

dikeluarkan oleh (APJII) di mana pengguna internet atau media

sosisal di Indonesia yang paling besar yaitu mulai dari usia 13 sampai

18 tahun.
17

3. Fungsi Media Sosial

Media sosial saat ini, telah banyak membangun kekuatan besar

membentuk suatu prilaku dalam berbagai bidang kehidupan manusia

dari hal tersebut membuat fungsi media sosial sangat bersar.

Gustam, (2015:232) terdapat beberapa fungsi dari media sosial

adalah sebagai berikut:

a. Kesederhanaan, media sosial mudah digunakan bahkan orang yang

tidak berpendidikan dasar TK bisa mengaksesnya, yang

diperlukannya komputer dan koneksi internet.

b. Membangun hubungan sosial, media lebih banyak memberikan

kesempatan yang tak tertandingi untuk berinteraksi dengan semua

pelanggan untuk membangun hubungan.

c. Jangkauan global, media sosial selalu menyesuaikan konten untuk

dari setiap segmen pasar dan memberikan peluang bisnis agar

dapat mengirimkan pesan ke banyak penggunanya.

d. Terukur, dengan menggunakan sistem tracking yang mudah, maka

pengiriman pesan dapat diukur.

Purbohastuti, (2017: 2015) terdapat beberapa fungsi dari media

sosial yaitu :

a. Media sosial yang sudah didesain sedemikian mungkin agar bisa

memperluas interaksi sosial manusia dengan mempergunakan

internet dan teknologi web.


18

b. Media sosial sebagai tempet mentransformasi praktik komunikasi

searah media siaran dari satu institusi media terhadap banyak

audience (one to many) ke dalam praktik komunikasi dialogis

antara banyak audience (many to many).

c. Media sosial dapat mendorong demokratisasi pengetahuan serta

informasi.

Berdasarkan paparan pandangan ahli di atas banyak sekali

fungsi dari media sosial bagi pengunnanya salah satunya sebagai

tempat membangun suatu hubungan sosial serta mempermudah

jangkauan global bisa mendapatkan informasi serta mampu

membanngun personal branding dengan adanya media sosial dan

lain-lain.

4. Manfaat Media Sosial

Setiadi, (2016) Ada beberapa manfaat dari media sosial

diantaranya sebagai berikut:

a. Manfaat media sosial dalam efektifitas komunikasi pemasaran

terpadu.

Sosial media memang sejatinya sebagai media sosial dan

interaksi, menarik orang lain agar melihat dan mengunjungi tautan

yang berisikan informasi mengenai produk dan lain-lain. Sangat

wajar sekali keberadaan media sosial dijadikan tempat pemasaran

yang paling mudah dan paling murah (lowcost) oleh perusahaan.

Karena sebagai situs jejaring, media sosial memiliki salah satu


19

peran yang sangat penting di dalam pemasaran. Yang

menghubungkan pelanggan dan calon dari produk atau jasa suatu

merek atau perusahaan.

b. Manfaat media sosial dalam efektifitas komunikasi politik

Komunikasi politik yaitu aplikasi serta prinsip-prinsip

komunikasi untuk kampanye politik yang beraneka ragam individu,

organisasi, prosedur-prosedur dan melibatkan analisis,

pengembangan, eksekusi dan srtategi manajemen kampanye oleh

setiap kadidat, partai politik, pemerintah, pelobi, kelompok-

kelompok tertarik yang bisa digunakan untuk mengarah ke opini

publik, serta pengembangan dari ideologi mereka sendiri.

c. Manfaat media sosial dalam efektifitas komunikasi pembelajaran.

Terdapat perubahan dalam pola pembelajaran sangat

dibutuhkan agar dapat melakukan sebuah pembaruan disistem

pembelajaran konvesional yang penilaian sudah using dan tidak

relevan dengan adanya dinamika perkembangan zaman yang selalu

berkembang semakin cepat dan intensif yang dipicu oleh

perkembangan ilmu pengetahuan.

Husain (dalam Setiadi 2016) mengemukakan bahwa manfaat

internet atau media sosial dalam proses pembelajaran sangat

diharapkan mampu merangsang siswa atau peserta didik agar dapat

belajar lebih mandiri serta berkelanjutan sesuai dengan kecakapan

dan potensi yang mereka miliki.


20

Zarella (dalam Iman, dkk, 2015:4) media sosial bermanfaat

sebagai tempat untuk menyampaikan informasi dengan partisipasi

dari penggunanya.

Dari beberapa pandangan ahli di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa media sosial memiliki banyak manfaat salah

satunya dengan penggunaan jejaring media sosial yaitu bisa untuk

sistem komunikasi pembelajaran, sebagai efektifitas komunikasi

pemasaran, serta dalam proses pembelajaran sangat diharapkan

mampu merangsang siswa agar bisa belajar lebih mandiri.

B. Kecanduan Media Sosial

1. Pengertian Kecanduan

Essau (dalam Setiawan, dkk, 2019:53) berpendapat bahwa

secara patologi kecanduan internet atau media sosial sama sepetinya

dengan kecanduan judi dan seiring berkembangnya jaringan internet

dengan jumlah penderita kecanduan saat ini semakin bertambah

banyak. Kecanduan jenis ini biasanya banyak dialami oleh anak-anak

dan dewasa.

Orzack (dalam Setiawan, dkk, 2019:53) mengemukakan bahwa

kecanduan adalah di mana suatu kondisi individu merasa bahwa dunia

maya dikomputer sangat lebih menarik dibanding dengan kehidupan

nyata sehari-hari. Kecanduan yakni istilah yang sering digunakan

untuk menggambarkan suatu ketergantungan yang dimiliki seseorang


21

baik fisik maupun psikologis dalam sebuah aktivitas Mark (dalam

Setiawan, dkk, 2019:53) kecanduan terjadi diakibatkan adanya:

a. Rasa keinginan yang sangat kuat untuk terlibat disetiap perilaku

tertentu (ketika adanya kesempatan untuk dapat terlihat dalam

perilaku tertentu yang tidak dapat dilakukan).

b. Terjadinya kegagalan saat mengontrol perilaku individu merasa

tidak nyaman dan stres ketika perilaku tersebut ditunda atau

diberhentikan.

c. Timbulnya perilaku yang terus menerus walau terdapat bukti yang

jelas bahwa perilaku tersebut sangat mengarahkan pada kesalahan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kecanduan adalah suatu kegemaran terhadap sesuatu yang digunakan

secara terus menerus sehingga mengalami kemungkinan yang

berakibatkan kurang kontrol terhadap perilaku yang membuat ketidak

nyamanan dan stress ketika perilaku tersebut ditunda dan diberhentikan.

2. Pengertian Kecanduan Media Sosial

Nurfajri (dalam Lestari, 2020:2) berpendapat bahwa kecanduan

media sosial merupakan sebuah gangguan psikologis dimana

penggunanya bertambah sehingga menimbulkan kesenangan saat

menggunakannya Lestari & Winingsih (dalam Wulandari & Netrawati

2020:42) mengemukakan bahwa kecanduan media sosial yaitu sebuah

gangguan psikologis di mana setiap penggunanya menghabiskan

banyak waktu dalam mengakses media sosial dikarenakan rasa ingin


22

tahu yang sangat tinggi, karena kurangnya kontorol diri serta

kurangnya kegiatan produktif dalam kehidupannya.

Damar (dalam Wahyudiyanto, dkk, 2020:18) di mana pengguna

media sosial lebih banyak menghabiskan waktunya rata-rata 3 jam 33

menit dapat mengakses internet dalam sehari. Dependency Theory

menyebutkan bahwa ketergantungan sangat berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan atau sebuah pencapaian tujuan yang bergantung

pada sumber daya lain dalam hal media sosial Schrok (dalam Soliha

2015:2) media tersebut dianggap sebagai alat untuk memenuhi

kebutuhan seolah-olah merasa bahwa media sosial adalah segalanya.

Dari beberapa pendapat ahli yang sudah terpaparkan di atas bisa

ditarik kesimpulan bahwa dimana pengguna kecanduan media sosial

banyak menghabiskan waktunya untuk mengakses media sosial karena

pengguna beranggapan bahwa media sosial lebih menarik dan rasa

ingin tahu yang sangat tinggi.

3. Aspek Kecanduan Media Sosial

Kecanduan media sosial dapat diukur dengan skala salah

satunya milik Al-Menayes (dalam Rahardjo, dkk, 2020:8) adalah

sebagai berikut:

a. Konsekuensi Sosial (Social Consequences)

Konsekuensi sosial dapat mencerminkan pengguna media

sosial yang dapat mempengaruhi aktivitas pengguna media sosial

dalam kehidupan sehari-hari.


23

b. Perpindahan Waktu (Time Displacement)

Pengguna media sosial dapat mengalihkan waktu karena bisa

mencerminkan dimensi waktu yang berkaitan dengan pengguna

media sosial.

c. Perasaan Komplusif (Compulsive Feelings)

Perasaan seseorang yang komplusif dapat mencerminkan

dimensi yang memiliki kaitan dengan perasaan bosan seseorang

yang bisa mendorong seseorang supaya terus menerus mengakses

media sosial.

Sahin (dalam Aprilia, dkk, 2020:48) mengemukakan terdapat

beberapa skala kecanduan media sosial yaitu:

a. Virtual Tolerance

Kecanduan media sosial biasanya terjadi diakibatkan adanya

akan kebutuhan seseorang yang selalu terhubung terus-menerus

secara online dimedia sosial.

b. Virtual Comunication

Kecanduan media sosial biasanya diakibatkan oleh

kurangnya keterampilan seseorang dalam mempresentasikan diri

sehingga seseorang lebih tertarik komunikasi secara virtual dari

pada tatap muka secara langsung.


24

c. Virtual Problem

Kecanduan media sosial biasanya terjadi karena pelarian dari

dunia nyata di mana keinginnya berbeda dengan apa yang

diinginkan untuk mendapatkan rasa kebahagiaan dan kesenangan.

d. Virtual Information

Kebutuhan akan seseorang bisa mendapatkan informasi

secara online yang dibagaikan lewat media sosial.

Haryanto (2015:87) mengemukakan ada beberapa aspek

kecanduan media sosial yaitu:

a. Mampu membuat group komunitas.

b. Diakses melalui internet dengan komputer atau gadget.

c. Bisa saling berkirim, share berbagai file.

d. Adanya log atau data komunikasi.

e. Sebagai media promosi koleksi.

Dari paparan pandangan ahli di atas banyak sekali aspek dari

kecanduan media sosial itu sendiri salah satunya pengguna media

sosial sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, dimensi waktu

bagi pengguna, serta pengguna media sosial dapat merasakan

kebahagian dan kesenangan tersendiri.

4. Dampak Kecanduan Media Sosial

Penggunaan media sosial yang berlebihan akan menimbulkan

kecanduan media sosial tertutama bagi kalangan pelajar Huang (dalam

Hartinah, dkk, 2019:125) yaitu banyak waktu yang terbuang karena


25

mengakses media sosial, tidak menyelesaikan tugas, tidur saat jam

sekolah, tidak mengerti pembelajaran, penurunan nilai serta hilangnya

hubungan sosial. Adapun dampak lain kecanduan media sosial yaitu:

berdampak pada kesehatan, kepribadian, pendidikan, keluarga dan

masyarakat Triastuti (dalam Hartinah, dkk, 2019:126).

Dampak kecanduan media sosial pandangan Purbohastuti

(2017:219) bagi pengguna yang berlebihan media sosial dapat

memberikan efek perubahan yang sangat besar dalam seluruh bidang,

mulai dari pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan budaya yang

menyeluruh.

Dari paparan pandangan ahli di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa dampak kecanduan media sosial merupakan hal yang negatif

keberlangsungan hubungan antar individu dengan individu, dan

individu dengan kelompok, hal ini tentu sangat berpengaruh kepada

intraksi sosial individu. Dimana mereka sudah kecanduan maka

dampaknya sangat rendahnya hubungan sosialisasi mereka baik

dimasyarakat sehingga sangat berefek pada interaksi sosial mereka.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Media Sosial

Prout & Fedewa (dalam Wulandari, 2020:42) mengemukakan

bahwa banyak sekali hal yang mempengaruhi kecanduan yaitu

pemikiran seseorang terhadap suatu hal yang sering mengakibatkan

perasaan seperti depresi, kemarahan, dan penghinaan, pemikiran ini


26

juga yang mengakibatkan seseorang berperilaku difungsional seperti

halnya obsesif, penundaan dan kecanduan.

Montag & Reuter (dalam Aristanti & Rohmatun, 2019:724)

mengemukakan pendapat bahwabanyak sekali faktor yang

mempengaruhi kecanduan internet atau media sosial diantaranya yaitu:

a. Faktor Sosial

Kesulitan dalam hal berkomunikasi atau individu yang

mengalami masalah sosial dapat menyebabkan pengguna internet

atau media sosial yang berlebihan.

b. Faktor Psikologis

Kecanduan internet disebabkan karena seseorang mengalami

masalah psikologis seperti halnya depresi, kecemasan.

c. Faktor Biologis

Penelitian yang dilakukan Motang & Reuter (dalam Aristanti

& Rohmatun, 2019:724) dengan menggunakan functional magnetic

resonance image ( fMRI ) bahwa ada perbedaan dari fungsi otak

antara seseorang mengalami kecanduan internet atau media sosial

dengan yang tidak.

Berdasarkan beberapa pendapat yang sudah terpapar di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor dalam

kecanduan media sosial yang berhubungan dengan faktor sosial,

faktor psikologis, dan faktor biologis pada diri individu atau


27

seseorang dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap interaksi

sosial.

C. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Arifin (2015:50) Interaksi sosial suatu tindakan yang dilakukan

oleh individu yang menjadi stimulus bagi perlakuan individu lain yang

menjadi pasangannya.

Walgito (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2015:109) Interaksi sosial

yaitu di mana suatu hubungan antar individu dengan individu lainnya,

individu satu saling mempengaruhi individu lainnya sehingga

menimbulkan hubungan yang saling timbal balik.

Setiadi (dalam Permatasari & Indriyanto, 2016:3) Interaksi sosial

suatu proses di mana individu berkomunikasi dan saling mempengaruhi

baik dalam pikiran serta tindakan. Seperti yang kita ketahui pada

dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-hari tak terlepaskan dari

hubungan satu dengan yang lain, baik dari kelakuan antar individu yang

saling mempengaruhi, mengubah, memperbaiki kelakuan individu atau

sebaliknya.

Wulandari (dalam Xiao, 2018:94) Interaksi sosial merupakan

suatu kunci dari kehidupan sosial, tanpa dengan adanya interaksi sosial

tidak ada kehidupan bersama-sama. (Soekanto & Budi, 2015:55)

Interaksi sosial yaitu suatu hubungan yang dinamis yang menyangkut


28

hubungan individu dengan individu antara kelompok dengan kelompok

atau antara individu dengan kelompok manusia.

Dari paparan para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Interaksi sosial adalah suatu proses hubungan yang dinamis yang mana

hubungan baik antar individu dengan individu lain, antar kelompok

dengan kelompok lain maupun antar kelompok dengan individu.

2. Faktor-faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial

Soekanto & Sulistyowati (2015:56) terdapat beberapa faktor-

faktor yang mendasari berlangsunya suatu interaksi sosial, baik secara

tunggal maupun secara berkelompok yaitu:

a. Imitasi

Imitasi yaitu suatu proses tiruan terhadap sesuatu yang memang

berasal dari luar dirinya baik tindakan, ilmu pengetahuan orang lain

atau norma dan kelompok.

b. Sugesti

Sugesti yaitu suatu proses dimana pemberian suatu pandangan baik

sikap diri individu kepada individu lain diluar dirinya.

c. Identifikasi

Identifikasi yaitu dimana proses yang dilakukan berdasarkan

perasaan-perasaan serta kecenderungan diri yang tidak

diperhitungkan baik secara rasional identifikasi sangat berguna

untuk melengkapi baik sistem norma, cita-cita dan pedoman bagi

yang bersangkutan.
29

d. Simpati

Simpati suatu proses dalam bentuk interaksi yang melibatkan

ketertarikan baik individu terhadap individu lainnya. Simpati

timbul tidak berdasarkan kepada pertimbangan baik logis dan

rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan.

Ahmadi (2009:52) faktor-faktor yang mendasari

berlanngsungnya interaksi sosial yaitu:

a. Faktor imitasi

Beranggapan bahwa semua kehidupan sosial itu sebenarnya

berdasarkan kepada faktor imitasi.

b. Faktor sugesti

Maksud dari sugesti ini yaitu suatu pengaruh yang psikis, baik

datang dari dirinya sendiri atau dari orang lain, sehingga pada

umumnya bisa diterima tanpa adanya kritik.

c. Faktor identifikasi

Identifikasi ini merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik

(sama) dengan orang lain, proses terjadinya identifikasi ini

berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya)

kemudian irasional, berdasarkan perasaan-perasaan atau

kecenderungan diri yang tidak dihitung secara rasional, identifikasi

berguna untuk melengkapi norma-norma, cita-cita, dan sebagai

pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.


30

d. Faktor simpati

Yaitu suatu persaan tertarik seseorang terhadap orang yang satu.

Pandangan Sarwono (2014:185) terdapat bebrapa faktor yang

mendasari terjadinya interaksi sosial diantaranya:

a. Komunikasi

Yaitu suatu proses penyampaian pesan dari dari seseorang kepada

orang lain.

b. Sikap

Sikap yaitu suatu yang mencerminkan rasa senang, tidak senang

atau bisa perasaan biasa-biasa saja (netral) dari individu terhadap

sesuatu.

c. Tingkah laku kelompok

Yaitu perkumpulan dua orang atau lebih yang menampilkan

perilaku yang berbeda dari ciri-ciri tingkah laku individu-individu

itu masing-masing.

d. Norma-norma sosial

Yaitu suatu nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok tertentu yang

membatasi tingkah laku individu dalam kelompok itu,

Dari paparkan di atas mengenai Faktor-faktor yang

mempengaruhi interaksi sosial dimana faktor tersebut memang saling

berkaitan dan saling mempengaruhi suatu proses interaksi sosial yang

dilakukan bagi setiap individu. Faktor-faktor tersebut sangat jelas

mempengaruhi interaksi sosial.


31

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Soekanto (dalam Fatnar & Anam, 2014:72) berpandangan bahwa

bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu :

a. Kerja sama berati bentuk kerja sama baik antar perorangan atau

kelompok dengan harapan untuk mencapai suatu tujuan.

b. Akomodasi, yaitu sebuah proses dimana orang maupun perorang

yang saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri dalam

mengatasi suatu ketegangan-ketegangan.

c. Persaingan, yaitu dimana suatu proses individu atau kelompok yang

bersaing untuk mendapatkan keuntungan baik dibidang kehidupan

dengan berbagai cara untuk menarik perhatian, mempertajam

prasangka yang sudah ada tanpa adanya kekerasan atau ancaman.

d. Konflik atau Pertentangan, yaitu dimana proses sosial individu atau

kelompok yang berusaha untuk memenuhi suatu tujuan dengan cara

menantang pihak lawan dengan sebuah ancaman atau kekerasan.

Pandangan Gillin (dalam Permatasary & Indriyanto, 2016:4) ada

dua macam bentuk proses sosial yang muncul sebagai akibat dari

interaksi sosial yaitu :

a. Bentuk interaksi asosiatif yaitu di mana kerja sama, akomodasi, dan

asimilasi.

b. Bentuk interaksi disosiatif yaitu di mana persaingan, pertentangan,

dan kontravensi.
32

Sedangkan pandangan Setiadi & Kolip (dalam Qusyairi & Fahri,

2019:156) membagi interaksi sosial menjadi dua bentuk garis besar

yaitu:

a. Proses sosial asosiatif : kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.

b. Proses sosial disasosiatif : persaingan, kontravensi, dan pertentangan

atau pertikaian.

Dari pandangan para ahli di atas bentuk-bentuk interaksi sosial

dapat ditarik kesimpulan bentuk dari interaksi sosial yaitu suatu kerja

sama, akomodasi, persaingan, serta konflik atau pertentangan yang

saling mempengaruhi suatu interaksi sosial.

4. Macam-macam Iteraksi Sosial

Bales (dalam Yusnitiati, dkk, 2014:76) berpandangan ada

bermacam-macam interaksi sosial yang bisa terjadi interaksi individu

antar individu, interaksi antara individu dengan kelompok, interaksi

antar kelompok dengan kelompok.

a. Interaksi antar individu dengan diri pribadi. Dalam hubungan

individu dengan diri pribadi bisa terjadi suatu proses interaksi baik

positif maupun negatif. Di mana interaksi positif suatu hubungan

yang terjadi sesuai dengan apa yang diingingakan individu

sedangkan interaksi negatif yaitu terjadinya suatu konfilik didalam

diri individu.

b. Interaksi antar individu dengan individu. Suatu hubungan antar

individu dan individu juga bisa terjadi interaksi positif dan interaksi
33

negatif. Di mana interaksi positif terjadi saling menguntungkan

sedangkan interaksi negatif terjadi jika suatu hubungan timbal balik

mampu merugikan satu pihak atau kedua pihak.

c. Interaksi individu dengan kelompok. Suatu hubungan individu dan

kelompok yang berlangsung bisa terjadi baik secara positif atau

negatif bentuk terjadinya hubungan individu dan kelompok

bermacam-macam sesuai dengan keadaan dan kondisi.

d. Interaksi antar kelompok dengan kelompok. Di mana suatu

hubungan interaksi sosial antar kelompok dan kelompok bisa

terjadi dimana sebagai suatu proses kesatuan bukan kehendak

pribadi.

Berdasarkan paparan macam-macam interaksi sosial di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa macam-macam interaksi sosial bisa terjadi

baik itu interaksi antar individu dengan diri pribadi, interaksi antara

individu dengan invidu, interaksi antara individu dengan kelompok,

interaksi antara kelompok dengan kelompok.

5. Ciri-ciri Interaksi Sosial

Adapun ciri-ciri interaksi sosial pandangan Munawir (dalam

Malentika, dkk, 2017:99) menyatakan bahwa ciri interaksi sosial

sebagai berikut:

a. Adanya dua orang pelaku atau lebih

b. Adanya hubungan timbal balik antar pelaku

c. Diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara langsung


34

d. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.

Tidak semua tindakan yang terjadi merupakan suatu interaksi

sosial. Seperti hakikatnya interaksi sosial sudah terletak jelas pada

kesadaran memang mengarahkan kepada tindakan orang lain. terlebih

harus ada orientasi tertentu seperti halnya hubungan timbal balik antar

pihak-pihak yang memang bersangkutan, tanpa memikirkan apa yang

sudah diperbuatnya, cinta atau benci, kesetiaan atau penghianatan, serta

melukai atau menolong.

Pandangan Santosa (dalam Faisal, dkk, 2014:106) terdapat

beberapa ciri-ciri interaksi sosial yaitu :

a. Adanya hubungan

Suatu interaksi sudah pasti terjadi karena adanya hubungan antara

individu dengan individu maupun induvidu dengan kelompok.

b. Adanya individu

Interaksi sosial menuntut tampilnya individu-individu yang

melaksanakan hubungan.

c. Ada tujuan

Interaksi sosial yang terjadi memiliki tujuan seperti dengan

mempengaruhi individu lain.

Pandangan Dewi (dalam Faisal, dkk, 2014:106) membangi ciri-

ciri interaksi sosial sebagai berikut:

a. Jumlah pelaku lebih dari satu orang bisa dua orang atau lebih.
35

b. Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan simbol-

simbol.

c. Adanya dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini, dan akan

datang yang menentukan sifat dari aksi ynag sedang berlangsung.

d. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak sama

dengan ynag diperkirakan oleh pengamat.

Berdasarkan paparan para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa ciri-ciri dari interaksi sosial yaitu adanya suatu hubungan

interaksi individu, adanya hubungan sikap antar individu, adanya

pengaruh sosial serta terdapat pengaruh dalam kelompok.

6. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Soekanto, (dalam Nasrillah, 2017) Interaksi sosial suatu

hubungan sosial yang sangat dinamis, yang menyangkut hubungan

antara individu, antar kelompok maupun antara individu dengan

kelompok. Ada dua syarat terjadinya interaksi sosial yitu:

a. Adanya kontak sosial (social contact), yang berlangsung ke dalam

tiga bentuk, yaitu diantaranya anatar individu, antar individu

dengan kelompok, antar kelompok. Suatu kontak sosial bersifat

langsung dan tidak langsung.

b. Adanya komunikasi, di mana seseorang memberikan arti perilaku

orang lain, baik perasaan apa yang akan disampaikan orang

tersebut. Kemudian orang yang bersangkutan memberi reaksi

terhadap perasaan yang akan disampaikan oleh orang tersebut.


36

Pandangan Yanto (2010:22-28) proses terjadinya interaksi sosial

akan berlangsung jika antara kedua belah pihak yang berinteraksi

melakukan kontak sosial dan komunikasi sosial.

a. Kontak sosial, yaitu suatu hubungan antara satu orang atau

lebihyang melalui percapakan dengan saling mengerti satu sama

lain, memahami maksud dan tujuan masing-masing dalam

kehidupan bermasyarakat.

b. Komunikasi sosial,yaitu suatu proses individu yang saling memberi

tafsiran kepada seseorang atau pihak lain. Dengan tafsiran pada

pihak lain, individu mampu mewujudkan perilakunya sebagai

reaksi terhadap maksud dan peran yang ingin disampaikan oleh

orang lain.

Pandangan Gillin (dalam Ardiansyah, dkk, 2018) Interaksi sosial

yaitu dimana proses hubungan sosial yang dinamis, antar perorangan,

antar individu, antar kelompok manusia. Dari pembahasan tersebut kita

bisa membedakan pola-pola interaksi sosial dalam kehidupan kita

sehari-hari yaitu:

a. Interaksi sosial antar individu

Sangat terlihat jelas apabila dua individu sudah bertemu,

proses interaksi sosial terjadi ketika mereka saling bertatap muka,

saling menengur, berjabat tangan, dan berkomunikasi. Meskipun

pertemuan antar dua individu tersebut tidak saling mengadakan

aktivitas, sebenarnya proses interaksi sudah terjadi dikarenakan


37

masing-masing individu sadar bahwa ada individu lain yang

menyebabkan perubahan perasaan serta syaraf orang yang

bersangkutan.

b. Interaksi sosial antar individu dan kelompok

Seperti halnya di dalam dunia pendidikan sekolah seorang

guru yang sedang mengadakan proses kegiatan belajar mengajar di

dalam kelas, pada tahap awal guru mencoba menguasi kelas

sehingga proses interaksi sosial akan berlangsung serta berjalan

dengan seimbang antar guru dan kelompok-kelompok siswa dari

pendekatan hal tersebutlah akan timbulnya proses interaksi sosial di

dalamnya.

D. Pengaruh Kecanduan Media Sosial Terhadap Interaksi Sosial

Teknologi informasi yang berkembang dengan sangat pesat bisa

berdampak positif bagi kemajuan bangsa. Semua kegiatan dimudahkan

dengan adanya teknologi, sejalan dengan kemajuan itu teknologi juga bisa

berdampak negatif yang cukup besar. Sesuai dengan perkembangan

internet yang sudah mampu mengubah dan menawarkan kepada

masyarakat sebagai media alternatif. Tetapi dari tawaran yang alternatif

tersebut terdapat berbagai dampak yang diakibatkan karena menggunakan

internet terkhususnya media sosial di mana media sosial dapat mengubah

sikap, perilaku serta norma-norma di dalam kehidupan sosial masyarakat.

Banyak pengguna dari media sosial maka terdapat dampak buruk

bagi pengguna media sosial yang mana bisa membuat sipengguna merasa
38

kecanduan media sosial, seperti dengan padangan ahli bahwa kecanduan

media sosial yaitu suatu kegemaran terhadap sesuatu yang digunakan

secara terus menerus sehingga mengalami kemungkinan yang berakibat

kurang kontrol terhadap perilaku dan lingkungan sekitar yang membuat

tidak nyaman dan stress ketika perilaku tersebut ditunda atau dihentikan.

Nurfajri (dalam Lestari, dkk, 2020:2).

Kecanduan media sosial dapat diukur dengan skala salah satunya

milik Al-Menayes (dalam Rahardjo, dkk, 2020:8) antara lain Social

Consequences,Time Desplacement, dan Compulsive Feelings. Adapun

pendapat lain dari Sahin (dalam Aprilia, dkk, 2020:48) menyebutkan

pendapat beberapa skala kecanduan media sosial adalah Virtual Tolerance,

Virtual Communication, Virtual Problem, dan VirtualInformation.

Seperti yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang

mana kehidupan sehari-harinya tidak pernah terlepaskan dari interaksi

dengan individu lain dan linkungan sekitar. Proses sosial itu sediri

merupakan suatu interaksi sosial atau hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi sesama manusia yang memang sudah berlangsung

sepanjang hidupnya di dalam masyarakat. Interaksi sosial merupakan

kunci dari berbagai kehidupan sosial, dengan adanya interaksi sosial tidak

akan mungkin terjadi kehidupan secara bersama-sama. Dan interaksi sosial

juga merupakan sebuah proses hubungan yang dinamis, hubungan

tersebut sangat berkaitan dengan hubungan antar individu, antara


39

kelompok satu dengan kelompok yang lainnya, maupun hubungan antara

individu dengan kelompok.

Hal tersebut mengungkapkan bahwa semakin tingginya tingkat

kecanduan media sosial, semakin rendahnya interaksi sosial seseorang dan

sebaliknya semakin rendah kecanduan media sosial semakin tinggi

interaksi sosial seseorang.

E. Penelitian Relevan

Pelaksanaan penelitian ini mereferensi pada beberapa hasil penelitian

yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu:

a. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ayu Ratih, dkk (2019) yang

berjudul Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Interaksi

Sosial Pada Sekaa Teruna Desa Adat Kuta, Bandung, Bali. Variabel

dalam penelitian ini memiliki kesamaan variabel X dan Y, tetapi pada

penelitian ini lebih menenkankan kepada pengguna media sosial

sedangkan pada penelitian yang akan saya teliti lebih terfokuskan

kepada Interaksi Sosial Siswa Kelas di SMPN 11 Kota Jambi. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Ayu Ratih ddk bahwa terdapat

pengaruh antara pengguna media sosial terhadap interaksi sosial tatap

muka pada Sekaa Teruna Desa Adat Kuta, Bandung, Bali. Pengaruh

tersebut sebesar 26,6 persen, sisanya terdapat faktor lain yang

mempengaruhi.

b. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Naufan (2017) yang berjudul

Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Motivasi Kerja Pada Mahasiswa


40

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Yang

Bekerja Part Time. Variabel dalam penelitian ini memiliki kesamaan

pada variabel X, tetapi pada penelitian ini lebih terfokuskan kepada

Motivasi Kerja Pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang Yang Bekerja Part Time sedangkan pada

penelitian yang akan saya teliti lebih terfokuskan kepada Interaksi

Sosial Siswa Kelas VIII & IX di SMP N 11 Kota Jambi. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi p (signifikansi) = 0,000

dan terdapat sumbangan pengaruh sebesar 29,6% ditunjukkan dari

hasil R2 (R square) = 0,296 dengan kesimpulan 0,000 >0,005 yang

menunjukkan bahwa terdapat suatu pengaruh yang positif antara

variabel interaksi sosial terhadap motivasi kerja.

Anda mungkin juga menyukai