Anda di halaman 1dari 21

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Media Sosial

Pemahaman dari media sosial sendiri memiliki banyak dari beberapa literatur
penelitian. Menurut Mandibergh, media sosial adalah media yang mewadahi kerja sama di
antara pengguna yang menghasilkan konten (user-generated content).1 Kemudian menurut
Van Dijk, media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna
yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi.2 Karena itu media
sosial dapat dilihat sebagai medium online yang menguatkan hubungan antar pengguna
sekaligus sebagai ikatan sosial.3

Dari berbagai definisi tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa definisi media
sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya
maupun berinterkasi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan
membentuk ikatan sosial secara visual.4

2.2 Macam-Macam Media Sosial

Pada era globalisasi ini, perusahaan berlomba-lomba untuk membuat media sosial
yang bervariatif. Media sosial dianggap menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi setiap orang.
Banyaknya variasi media sosial, memudahkan orang untuk memilih seusai dengan kebutuhan
atau trend yang sedang terjadi.4

Dengan hadirnya media sosial, pengguna bisa memanfaatkan platform ini untuk berbagai
hal seperti bertukar pesan jarak jauh, memudahkan pengusaha untuk mengiklankan barang
atau jasa, Secara garis besar, media sosial dapat dibagi menjadi 6 kategori yaitu:4

1. Meda Jejaring Sosial (Social Networking)

Jenis media ini merupakan sarana yang biasa digunakan pengguna untuk
berhubungan sosial secara virtual. Sifat utama dari media jejaring sosial ini adalah
pengguna dapat membuat akun dan dapat terhubung dengan pengguna yang sudah
diketahui dan dapat terhubung dengan orang-orang baru.
2. Media berbagi (media sharing)

Media berbagi merupakan jenis media sosial yang fungsi utamanya adalah
untuk memfasilitasi penggunanya dengan cara mempublikasi konten berupa media
seperti video, audio, gambar dan sebagainya.

3. Media konten bersama atau wiki

Media sosial ini merupakan situs yang kontennya hasil kolaborasi dari para
penggunanya. Dalam praktiknya, semua informasi yang terdapat didalam wiki
merupakan hasil kolaborasi antar pengguna. Situs wiki hanya berfungsi sebagai
penyedia perangkat lunak yang dapat diakses oleh siapa saja untuk mengisi, merevisi,
dan mengomentari suatu topik tertentu.

4. Penanda Sosial (Social Bookmarking)

Penanda sosial merupakan media sosial yang berfungsi untuk mengorganisasi,


menyimpan, mengelola dan mencari informasi berita secara online. Jenis sosial media
ini pertama kali muncul pada sekitar tahun 1996 yaitu itList. Kemudian berkembang
pada tahun 2003 dengan kehadiran situs Delicious (del.icio.us). Situs ini
memopulerkan penggunaan tagar atau hashtag yang memungkinkan pengguna
mencari informasi menggunakan kata kunci.

5. Microblogging

Microblogging merupakan jenis media sosial yang menyediakan pengguna


untuk mepublikasi atau menulis aktivitas atau opini. Contoh jenis media sosial ini
adalah twitter. Media sosial ini menyediakan pengguna sebuah platform yang dapat
menyediakan ruang untuk menulis aktivitas dengan maksimal 140 karakter. Dalam
perkembangannya, twitter dapat menjalin jaringan dengan pengguna lain.
6. Blog

Blog merupakan jenis media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk


menggunggah aktivitas keseharian, mengomentari, berbagi baik tautan web lain,
informasi dan sebagainya. Awalnya blog merupakan suatu bentuk situs pribadi yang
berisi kumpulan tautan ke situs lain yang dianggap menarik dan diperbarui seusai
dengan kemauan pengguna. Kemudian berkembang menjadi memuar banyak jurnal
kemudian pemilik blog dapat menyediakan kolom komentar untuk pengunjung.

2.3 Karakteristik Media Sosial

Karakteristik media sosial tidak jauh berbeda dengan media siber (cyber) dikarenakan
media sosial merupakan salah satu platform dari media siber. Namun demikian, menurut
Nasrullah (2015) media sosial memiliki karakter khusus, yaitu:4

2.3.1 Jaringan (Network)

Jaringan adalah infrastruktur yang menghubungkan antara komputer dengan


perangkat keras lainnya. Koneksi ini diperlukan karena komunikasi bisa terjadi jika antar
komputer terhubung, termasuk di dalamnya perpindahan data. Media sosial membentuk
jaringan tidak langsung antara pengguna. Kehadiran media sosial sangat membantu dalam
pengguna terhubung dengan menggunakan platform ini.

2.3.2 Informasi (Informations)

Informasi menjadi entitas penting di media sosial karena pengguna media sosial
mengkreasikan representasi identitasnya, membuat konten, dan melakukan interaksi
mengenai informasi yang tersedia di suatu media sosial.

2.3.3 Arsip (Archive)

Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter yang menjelaskan bahwa
informasi telah tersimpan dan bias diakses kapanpun dan melalui perangkat apapun. Banyak
informasi yang bisa diakses
2.3.4 Interaksi (Interactivity)

Media sosial membentuk jaringan antar pengguna yang tidak sekedar memperluas
hubungan pertemanan atau pengikut (follower) semata, tetapi harus dibangun dengan
interaksi antar pengguna tersebut.

2.3.5 Simulasi Sosial (simulation of society)

Media sosial memiliki karakter sebagai medium berlangsungnya masyarakat (society)


di dunia virtual. Media sosial memiliki keunikan dan pola yang dalam banyak kasus berbeda
dan tidak dijumpai dalam tatanan masyarakat yang real.

2.3.6 Konten oleh pengguna (user-generatedcontent)

Di Media sosial konten sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi pengguna atau
pemilik akun. UGC merupakan relasi simbiosis dalam budaya media baru yang memberikan
kesempatan dan keleluasaan pengguna untuk berpartisipasi. Hal ini berbeda dengan media
lama (tradisional) dimana khalayaknya sebatas menjadi objek atau sasaran yang pasif dalam
distribusi pesan. Meike dan Young mengartikan kata media sosial sebagai kovergensi antara
komunikasi personal dalam arti saling berbagi di antara individu dan media public untuk
berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.3

2.4 Sejarah Media Sosial

Teknologi mulai mengalami perkembangan pesat pada abad 20. Setelah


supercomputer ditemukan pada tahun 1940, ilmuwan mulai mengembangkan cara untuk
membuat suatu jaringan antar komputer. Hal ini yang nanti menginisiasi lahirnya internet.5

Awal bentuk dari internet seperti CompuServe dikembangkan pada awal tahun 1960.
Bentuk awal dari email juga dikembangkan pada masa tersebut. Berlanjut ke tahun 1970,
teknologi jaringan semakin meningkat. Tahun 1979, aplikasi yang Bernama UseNet
mengizinkan pengguna untuk berkomunikasi melalui koran virtual.5
Pada tahun 1997, situs sosial media pertama bernama Six Degrees dibentuk. Media
sosial ini mengizinkan pengguna untuk mengunggah profil dan berteman dengan pengguna
yang lain. Pada tahun 1999, blogging mulai diperkenalkan dan mulai populer dan masih
sering digunakan sampai sekarang.5

Setelah penemuan dari blogging, kepopuleran sosial media mulai meningkat pesat.
Situs seperti MySpace dan LinkedIn menonjol dan banyak digunakan, dan pada tahun 2005,
Youtube mulai diperkenalkan dan sampai sekarang menjadi salah satu media yang paling
banyak digunakan di jaringan virtual.5

2.5 Karakteristik Penggunaan Sosial Media di Indonesia

Terhitung pada Januari 2021 terdapat 202.6 juta pengguna internet yang tersebar di
seluruh Indonesia, dimana terdapat 170 juta pengguna media sosial dari jumlah tersebut. Dari
170 juta pengguna, rentang usia 25-34 memiliki jumlah tertinggi diikuti dengan rentang usia
18-24 tahun. Rata-rata durasi penggunaan media sosial adalah 3 jam 14 menit perhari.
Youtube adalah sosial media yang paling banyak di akses di Indonesia dan penggunaan sosial
media yang paling sedikit di akses adalah Reddit. Dari hasil penelitian, penemuan tentang
suatu produk yang baru melalui iklan pada media sosial juga tertinggi ke 3 dari jenis-jenis
pengiklanan lain. Hal ini dapat diartikkan bahwa sosial media juga memiliki fungsi sebagai
media periklanan yang sangat efektik digunakan pada abad 21 ini.6

2.1 Dampak Media Sosial

Kehadiran media sosial dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari dampak atau efek
yang diberikan kepada penggunanya. Dampak tersebut dapat membawa hal yang positif juga
buruk. Tergantung dari bagaimana para pengguna sosial media dalam menggunakannya. Ada
beberapa dampak yang diberikan sosial media kepada penggunanya menurut Arfianingrum7,
baik dampak positif maupun dampak negatif. Berikut penjabarannya:

2.1.1 Dampak Positif Jejaring Sosial


a. Sarana penyebaran informasi. Media sosial memberikan kemudahan dalam
penyebaran dan menerima informasi yang bersifat aktual (up to date). Karena
hanya membutuhkan waktu yang singkat setelah terjadinya sebuah peristiwa,
maka informasi tersebut sudah dapat tersebar dengan luas.
b. Sebagai cara untuk mengembangkan keterampilan dan sosial. Karena banyak
sekali konten di sosial media yang membantu para penggunanya untuk
mengasah dan mengembangkan keterampilannya, baik dalam hal soft skill
maupun life skiil.
c. Memperluas jaringan pertemanan. Dengan adanya sosial media memberikan
kemudahan bagi para penggunanya untuk berkomunikasi dengan siapapun
dan dari negara manapun. Sehingga hal ini memungkinkan bagi para
penggunanya untuk memiliki jaringan pertemanan yang lebih luas, tidak
hanya sebatas berbeda daerah tetapi juga berbeda negara.

2.1.2 Dampak Negatif Jejaring Sosial


a. Kejahatan dunia maya (cyber crime) di jejaring sosial. Seiring waktu,
kejahatan pun turut berkembang. Kejahatan internet tidak bisa dihindari di era
digital seperti saat ini. Jenis kejahatan ini disebut cyber crime.
b. Melemahkan dan menurunkan sensitifitas. Efek negatif lain media sosial
adalah semakin berkurangnya atau menurunnya rasa empati dan simpati
seseorang dengan dunia nyata. Sehingga ia cenderung mengabaikan apa yang
terjadi di sekitarnya dan lebih memperhatikan apa yang terjadi di dunia maya.
c. Kurangnya masa untuk belajar/kurang waktu untuk bersosialisasi. Dengan
beragamnya tawaran hiburan serta kemudahan memperoleh informasi yang
dicari melalui internet dan sosial media mengakibatkan mahasiswa lupa akan
waktu dan menghabiskan waktunya untuk scroll beranda sosial medianya.
d. Meningkatnya angka kejahatan seperti penculikan, pornografi dan penipuan.

2.2 Pengertian Tidur


Tidur adalah komponen kunci dari kesejahteraan, dengan meningkatnya pengenalan
efek dua arah dan interaktif antara kesehatan mental dan fisik (Reynolds & O’Hara, 2013).8
Keluhan terkait tidur dapat menimbulkan beban sosial, ekonomi dan kesehatan yang
signifikan dan diakui dengan baik (CDC, 2011).9 Oleh karena itu, kekhawatiran saat ini atas
dampak penggunaan media sosial termasuk ketakutan bahwa hal itu dapat berkontribusi pada
"epidemi" kurang tidur bagi mahasiswa saat ini (Owens, 2014).10

Tidur adalah keadaan biobehavioural yang berulang secara alami dan reversibel yang
ditandai dengan imobilitas relatif, pelepasan persepsi, dan pendiam. Kesadaran (Tubbs et al.,
2019).5 Berdasarkan definisi ini, ciri khas yang tidur adalah seseorang yang sedang tidur yaitu
saat berbaring diam, tidak menanggapi dunia di sekitar mereka tetapi dapat dibangunkan.
Khususnya yang perlu diperhatikan adalah karakterisasi tidur mereka sebagai keadaan
biobehavioural, yang menyoroti interaksi antara proses fisiologis dan perilaku dalam
menghasilkan tidur (Tubbs et al., 2019).11

2.3 Kualitas Tidur


Kualitas tidur adalah model, bentuk atau tidur dalam jangka waktu yang relatif tetap
dan meliputi tidur dan terjaga, ritme tidur, frekuensi tidur dalam sehari, menjaga tidur dan
kepuasan tidur (Lyu et al., 2020).12 Usia merupakan salah satu penentu kebutuhan tidur, dan
kebutuhan tidur yang optimal setiap individu harus terpenuhi agar dapat melakukan aktivitas
dengan baik. Seseorang yang memiliki pola tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan fisiologis dan psikologis. Beberapa efek fisiologis yang dapat ditimbulkan
seperti penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemas, daya tahan tubuh menurun dan
tanda-tanda vital tidak stabil (Potter & Perry, 2010).13

Kelelahan berbanding terbalik dengan kualitas tidur yang dialami seseorang. Semakin
tinggi tingkat kelelahan yang dialami seseorang maka semakin baik kualitas tidurnya. Rata-
rata frekuensi tidur orang dewasa sekitar 7 sampai 9 jam, namun pada kenyataannya
frekuensi tidur orang dewasa umumnya sekitar 6 jam sehari, karena kesibukan aktivitas dan
kehidupan sosial, yang akan mempengaruhi waktu tidur (Jalali et al., 2020).14

Perubahan kualitas tidur seseorang secara umum dapat disebabkan oleh adanya
bimbingan dalam aktivitas sehari-hari yang mengakibatkan kebutuhan tidur berkurang dan
menyebabkan kantuk yang berlebihan di siang hari. Berkurangnya frekuensi kebutuhan tidur
seseorang akan mempengaruhi ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, mengambil keputusan
dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Gangguan dalam proses belajar yang dialami
oleh dewasa muda dapat disebabkan oleh rasa kantuk dan kelelahan akibat kurang tidur yang
berdampak pada berkurangnya konsentrasi belajar seseorang. Hal ini memerlukan perhatian
serius karena seseorang yang mengalami penurunan kebutuhan tidur dapat mempengaruhi
proses belajar, gangguan memori dan kesehatan emosional. Penelitian menyebutkan bahwa
kualitas tidur berhubungan signifikan dengan prestasi akademik (Suhartati et al., 2021).15

Setiap manusia memiliki kebiasaan tidur yang berbeda-beda. Salah satunya tergantung
dari kegiatan yang dilakukan. Dewasa muda cenderung antusias bekerja baik belajar maupun
menyelesaikan pekerjaan pada pukul 09.00 atau 22.00, sedangkan di pagi hari ketika orang
lain mempersiapkan diri untuk sekolah, kuliah atau bekerja, dewasa muda justru mengalami
kurang tidur yang mengakibatkan banyak fenomena mahasiswa yang tidur pada jam
perkuliahan dimulai (Marpaung et al., 2013).16

Kualitas tidur pada mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas
fisik, pola tidur dan stres emosional (Haryati & Yunaningsi, 2020).17 Aktivitas fisik
memberikan kontribusi untuk kesehatan tubuh mahasiswa, jika mahasiswa tidak melakukan
aktivitas fisik secara teratur seperti olahraga maka kualitas tidurnya akan berkurang.
Selanjutnya pola tidur dipengaruhi karena beban perkualiahan mahasiswa sehingga
cenderung mengalami pola tidur yang tidak teratur hingga terjadinya perubahan pola tidur.
Keadaan stres dan emosional juga memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur mahasiswa,
sumber stres yang tidak dapat dikontrol dengan baik akan meningkatkan ketegangan dan
kesulitan tidur.13,15

Selain itu, penggunaan media sosial juga memberikan pengaruh terhadap kualitas
tidur mahasiswa. Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas
mahasiswa dalam menggunakan media sosial maka akan mengganggu pola tidur dan kualitas
tidur mahasiswa tersebut (Alfarizi et al., 2020).18 Hal ini menunjukkan semakin tinggi durasi
atau frekuensi mahasiswa dalam menggunakan media sosial akan menyebabkan
berkurangnya waktu tidur mahasiswa sehingga menyebabkan menurunnya kualitas tidur.16

2.4 Siklus Tidur


Setiap siklus tidur akan berakhir selama 80-120 menit. Siklus tidur pada orang dewasa
adalah 4 sampai siklus setiap waktu tidur. Tahap NREM 1 sampai 3 berlangsung selama 30
selanjutnya diteruskan ke tahap 4 kembali ke tahap 3 dan 2 selama kira-kira 20 menit. Tahap
REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit, melengkapi siklus tidur yang
pertama (Agustin Destiana, 2012). Tidur yang normal melibatkan dua tahapan yaitu: tahapan
NREM (Non Rapid Eye Movement) dan tahapan REM (Rapid Eye Movement).15,19
Gambar 1. Tahapan Tidur.19

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Tidur


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, adalah
penyakit, linhkungan, kondisi tubuh, gaya hidup, stress emosional dan obat-obatan, yakni:19
2.5.1 Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri, distress fisik yang sehingga bisa
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan tidur lebih
banyak dari pada biasanya dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memulai tidur.
2.5.2 Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu dan juga bisa menghambat proses tidur.
Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus tertentu dapat menghambat
upaya tidur.
2.5.3 Kelelahan
Lelah merupakan kondisi tubuh yang dapat mempengaruhi pola tidur
seseorang. Semakin lelah, maka semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat siklus REM akan kembali memanjang.

2.5.4 Gaya Hidup


Di era globalisasi, banyak remaja dan dewasa muda yang mengambil
kesempatan mereka untuk beristirahat cukup pada malam hari dengan asyik
bermain sosial media sampai dini hari. Dengan demikian kebutuhan waktu untuk
tidur dapat terganggu, akibatnya kualitas tidur dan kuantitas tidur tidak dapat
terpenuhi sesuai dengan tingkat perkembangan.

2.5.5 Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat juga mempengaruhi kualitas tidur. Hipnotik dapat
mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta blocker dapat menyebabkan
insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik seperti morfin dapat menekan
tidur REM dan menyebabkan terjaga dimalam hari.

2.6 Skala Pengukuran Kualitas Tidur


Gangguan pola tidur diukur dengan menggunakan Pittsburg Sleep Quality Index
(PSQI). PSQI dikembangkan dengan tujuan, yaitu: untuk memberikan gambaran yang valid
dan standar ukuran kualitas tidur, membedakan kualitas tidur yang “baik” dan yang “buruk”,
PSQI terdiri dari pertanyaan self-rated, yang menilai faktor yang berkaitan dengan kualitas
tidur, termasuk perkiraan durasi tidur , latensi dan frekuensi, dan tingkat keparahan masalah
tidur yang dinilai secara spesifik (Bagus, 2018).15,19

2.7 Mahasiswa
Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga pendidikan lainnya yang setara
dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki nilai intelektualitas yang tinggi,
berpikir dan memiliki perencanaan dalam bertindak, mampu berpikir kritis dan bertindak
dengan cepat dan tepat (Siswoyo, 2007).Universitas dapat menjadi sarana atau tempat untuk
mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan intelektual, kepribadian, khususnya dalam
melatih keterampilan verbal dan kuantitatif, berpikir kritis dan moral reasoning (Papalia et
al., 2007).20

Mahasiswa dikategorikan berada pada tahap perkembangan usia 18 hingga 25 tahun,


yaitu berada pada tahap remaja akhir hingga memasuki tahap dewasa awal dimana terjadi
pemantapan pendirian hidup (Monks, 2001; Yusuf, 2012).21 Pada tahap perkembangan ini,
ditandai dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh lingkungan, serta sudah mulai
membuat keputusn terhadap pemilihan pekerjaan dan karir masa depan (Papalia et al.,
2007).20

Mahasiswa merupakan kelompok yang aktif dalam menggunakan internet. Hal ini
dikarenakan mahasiswa peka terhadap perkembangan teknologi baru (Juraman, 2014) 22, dan
mendapatkan akses yang lebih luas terhadap internet (Sari & Aydin, 2014) 23. Oleh karena itu
mahasiswa memiliki kecenderungan yang lebih kuat untuk menggunakan internet dan
berbagai aplikasi berbasis online (Reinaldo & Sokang, 2016) 24. Sehingga banyak mahasiswa
yang menggunakan internet dalam aktivitas sehari-hari.

Mahasiswa menggunakan internet baik untuk aktivitas yang berhubungan dengan


akademik maupun non-akademik. Aktivitas akademik yang biasa dilakukan mahasiswa
dengan internet antara lain mengakses referensi perkuliahan, informasi akademik,
memperlajari topik dan inovasi terbaru (Ayub et al., 2014)25. Sedangkan aktivitas non-
akademik yang biasa dilakukan mahasiswa dengan internet antara lain mengakses media
sosial, multimedia dan hiburan, permainan online, aktivitas komersial, dan juga mengakses
konten pornografi (Deniz & Geyok, 2015).26

Banyak aktivitas yang dapat dilakukan dengan menggunakan internet, namun


mengakses media sosial menjadi salah satu aktivitas yang paling banyak dipilih oleh
pengguna internet. Media sosial sendiri merupakan alat yang digunakan oleh pengguna
internet dalam suatu proses sosial (Mulawarman & Nursafitri, 2017). Sehingga interaksi
sosial yang dulunya dilakukan secara tatap muka secara perlahan dapat digantikan dengan
interaksi sosial online.27

2.5 Hubungan Media Sosial dengtan Kualitas Tidur

Mahasiswa merupakan kelompok yang aktif dalam menggunakan internet khususnya


media sosial. Media sosial merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh pengguna
internet dalam suatu proses sosial. Penggunaan media sosial mengarah pada suatu aktivitas
sosial rutin, merubah kedudukan media sosial menjadi realitas dalam interaksi sosial
menggantikan interaksi sosial secara tatap muka. Pola penggunaan tersebut mengakibatkan
meningkatnya waktu yang dihabiskan untuk menggunakan internet, sehingga mengakibatkan
penggunaan internet secara berlebihan dan bersifat kompulsif.18,23

Penggunaan media sosial secara berlebihan dan bersifat kompulsif menyebabkan


mahasiswa yang mengalami kendala dalam hubungan sosialnya karena lebih memilih
interaksi sosial yang dilakukan secara online daripada secara tatap muka. Hal ini disebabkan
interaksi sosial secara online dirasa lebih aman, nyaman dan mudah untuk dilakukan,
sehingga mahasiswa tersebut menghabiskan lebih banyak waktu dalam menggunakan internet
untuk melakukan interaksi sosial.7,23

Meskipun kaum muda menghabiskan banyak waktu untuk belajar dan pendidikan
(Shochat et al., 2014), ada kesenjangan besar dalam penelitian yang meneliti keterkaitan tidur
dan fungsi akademik dan kinerja mahasiswa. Terdapat hubungan antara kualitas tidur dan
kinerja akademik mahasiswa (Chen et al., 2014). Kurangnya kebiasaan tidur yang tepat,
mahasiswa menderita depresi dan kelelahan, serta menghadapi kesulitan dengan kekurangan
perhatian, konsentrasi, kemampuan pengambilan keputusan, menghafal dan. Terdapat
hubungan yang signifikan antara kantuk di siang hari, penurunan perhatian dan konsentrasi,
yang pada gilirannya berdampak negatif pada pembelajaran dan daya ingat pada mahasiswa
(Orzech et al., 2011).28,29

Di sisi lain, ketidakteraturan dalam jadwal tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur
mahasiswa dengan menunda ritme sirkadian alami tubuh dan dorongan tidur homeostatik.
Penggunaan media sosial secara berlebihan meningkatkan risiko depresi pada mahasiswa,
dimana depresi tersebut secara proporsional sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah
waktu yang dihabiskan untuk menggunakan media sosial (Pantic et al., 2012).30

Sebagian besar pengguna berat media sosial menyimpan smartphone mereka di


samping mereka saat tidur. Hal ini, tidak hanya berfungsi sebagai jam alarm mereka, tetapi
juga membantu mereka dalam menanggapi pesan atau panggilan penting di malam hari
(Levenson et al., 2016). Perilaku sepertin ini menyebabkan kurang tidur yang serius. Secara
umum, temuan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara
kebiasaan penggunaan media sosial dan gangguan tidur, terutama di kalangan mahasiswa31

Kehadiran media sosial dapat mendukung untuk mengembangkan kreatifitas


penggunanya dalam mengolah konten yang ada dalam media sosial mereka, memperoleh
informasi, mendapatkan hiburan serta berkomunikasi dengan pengguna lainnya. Hal ini
mengakibatkan bertambahnya durasi masa yang dipergunakan konsumen untuk mengakses
sosial media. Mengakses jejaring sosial dapat dilakukan kapan dan dimana saja oleh para
penggunanya. Namun berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andi Saputra,
dari 99 responden yang berasal dari tiga universitas di kota Padang mendapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden mengalokasikan waktunya untuk mengakses media sosial pada
malam hari dengan persentase sebanyak 75%, lalu sebagian lainnya memilih pada siang hari
dengan persentase sebanyak 16,67% dan pagi hari dengan persentase sebanyak 8,33%.32
Dari hasil penelitian ini dapat dipahami bahwa banyak konsumen sosial media
mengaksesnya pada malam hari. Sedangkan malam hari adalah waktu bagi manusia untuk
tidur atau beristirahat. Tidur merupakan keadaan seseorang yang kesadarannya mengenai
lingkungan atau keadaan disekitarnya menurun. Tidur merupakan kebutuhan setiap manusia
untuk menjaga kesehatannya dengan optimal. Karena tidur dapat memulihkan kebugaran,
meningkatkan daya ingat, mengurangi stres, depresi, kecemasan, serta menjaga
keseimbangan kemampuan dan perhatian selama beraktivitas.32,33

Kualitas tidur merupakan gambaran dari kepuasan tidur individu. Hal ini ditandai dengan
kenyamanan, kesehatan, kepuasan, dan tidak adanya gangguan tidur, yang mempengaruhi
tingkat kualitas tidur yang dialami individu dalam hal keseimbangan fisik dan psikologis.
Psikolog modern percaya bahwa tidur yang baik ditandai dengan perasaan istirahat selama
tidur dan tidak ada gangguan tidur. Tidur paling tidak 6 jam, tidak mengalami mimpi buruk,
dan merasa segar saat bangun tidur.34 Ada lima aspek kualitas tidur yang dapat dijadikan
panduan dalam menilai baik buruknya kualitas tidur seseorang. kelima aspek tersebut sebagai
berikut:34

a. Nyenyak selama tidur.


b. Tidur cukup (sedikitnya 6 jam)
c. Tidur lebih awal dan bangun lebih awal.
d. Tubuh terasa segar ketika bangun tidur.
e. Tidak bermimpi buruk

Durasi tidur manusia yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan usianya.
Berikut ini tabel yang menjelaskan durasi tidur yang dibutuhkan manusia sesuai dengan
usianya.35

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan


0 – 1 bulan Bayi baru lahir 14 – 18 jam/hari
1 – 18 bulan Masa bayi 12 – 14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun Masa anak 11 – 12 jam/hari
3 – 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 – 12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12 – 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 – 40 tahun Masa dewasa 7 – 8 jam/hari
40 – 60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
Hidayat berpendapat kualitas tidur dapat dikategorikan buruk apabila lamanya waktu
(durasi) tidur seseorang tidak sesuai dengan usianya atau kurang dari yang dibutuhkan,
bergadang, bangun terlalu cepat, atau merasa tidurnya tidak nyaman sehingga terbangun
ditengah malam, maka kualitas tidurnya dapat digolongkan buruk. Meski bisa dibilang
kualitas tidurnya bagus sesuai dengan kebutuhan dan usia, jika anda bisa tidur dengan
nyaman tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman karena terbangun di tengah malam.36

Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi berbagai faktor. Yang pertama adalah
perubahan hormon pertumbuhan. Sebab kadar hormon pertumbuhan yang dikeluarkan lebih
tinggi saat tidur, maka jika kualitas tidur seseorang rendah maka secara otomatis akan
mengganggu proses pelepasan hormon pertumbuhan. Keduanya dampak perkembangan, jika
kualitas tidur tidak baik maka akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan membuat
tubuh lemah juga mudah sakit. Ketiga yakni dampak pada psikologi. Jika kualitas tidur
seseorang rendah akan berdampak pada kestabilan emosi yang membuat orang mudah marah,
mudah tersinggung, murung, bahkan gugup. Keempat, mudah mengantuk yang
mempengaruhi konsentrasi saat beraktivitas atau bekerja. Kelima, mengganggu fungsi otak
dan ritme tubuh. Kualitas tidur yang rendah mengakibatkan seseorang mudah lupa dan sulit
memproses informasi yang baru.36,37

Kemudahan mengakses media sosial melalui gawai seringkali memicu mahasiswa


bergadang sehingga mengganggu kualitas tidur mahasiswa tersebut. Penggunaan sosial media
yang berlebihan dapat menyebabkan kepuasan bagi diri sendiri, sehingga mengakibatkan
keinginan untuk media sosial lebih sering lagi. Penggunaan sosial media yang intens setiap
hari dapat mempengaruhi hormon melatonim sehingga mengganggu kualitas tidur
penggunanya. Melatonim adalah hormon yang dibentuk oleh kelenjar pineal dan retina, yang
bertanggung jawab untuk membuat kita tertidur dan mendapatkan kembali energi saat tidur.
Produksi hormon melatonim dipengaruhi oleh kegelapan dan keheningan, dan dicegah oleh
cahaya yang kuat dan medan elektromagnetik.17

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Baiq Leny Suhartati dan lainnya ditemukan
ada hubungan yang sangat berarti antara lamanya penggunaan sosial media dengan kualitas
tidur mahasiswa. Dengan hasil nilai ρ = 0,037 atau ρ < 0,05. Sehingga semakin tinggi durasi
penggunaan jejaring sosial seorang mahasiswa maka semakin rendah pula kualitas tidurnya.37

1
Dalam jurnal hubungan penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada
mahasiswa: a literature review menunjukkan hasil bahwa dari sebelas artikel yang di review
ditemukan sepuluh literatur menunjukkan ada kaitan antara jejaring sosial dengan insomnia,
sedangkan satu studi mengatakan tidak ada hubungan yang berarti diantara keduanya. Yakni
studi yang dilakukan Syamsoedin dan lainnya dalam jurnal Hubungan Durasi Penggunaan
Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Remaja di SMA Negeri 9 Manado. 8 Hal ini
berarti salah satu faktor penyebab insomnia pada mahasiswa adalah lamanya durasi
penggunaan jejaring sosial. Insomnia yang dialami oleh mahasiswa dapat mempengaruhi
kualitas tidur yang dapat dialami oleh mahasiswa tersebut.38

Kerangka Teori
Durasi Tidur
 Jenis Media Sosial
Instagram
Tiktok
Youtube
Facebook
 Lingkungan Durasi Penggunaan Media
Sosial Kualitas Tidur
 Gaya Hidup
 Usia ≤ 6 jam Baik
 Psikososial
≥ 6 jam Buruk
 Kemampuan
Komunikasi yang
rendah
 Penggunaan Media
Sosial pada malam
hari

Kerangka Konsep
Durasi Penggunaan Medsos

≥ 6 jam Kualitas Tidur


≤ 6jam

Daftar Pustaka
1. Mandiberg, M. 2012, Introduction, The Social Media Reader. New York: New York
University Press
2. Van Dijck, J. 2013. The Culture of Connectivity: A Critical History of Social Media.
Oxford, UK: Oxford University Press.
3. Meikle, G., Young, S. 2012. Media Convergance: Networked Digital Media in
Everyday Life. Basingstoke: Palgrave Macmillan.
4. Nasrullah, Rulli. 2018. Media Sosial; Persfektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
5. Drew, H. 2013, Complete History of Social Media: Then and Now. Smallbiztrends.
Accessed on September 12th 2021. https://smallbiztrends.com/2013/05/the-complete-
history-of-social-media-infographic.html.
6. Kemp, S. 2021, Digital 2021: Indonesia. Datareportal. Accessed on September 12th
2021. https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia
7. Resti Afrianingrum dan Sri Mulyono, Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Aktivitas
Belajar Mahasiswa Fakultas Komputer Institut Bisnis Nusantara, 2013.
8. Reynolds, C. F., & O’Hara, R. (2013). DSM-5 Sleep-Wake Disorders Classification:
Overview for Use in Clinical Practice. American Journal of Psychiatry, 170(10),
1099–1101. https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2013.13010058.
9. CDC. (2011). Unhealthy sleep-related behaviors--12 States, 2009. MMWR.
Morbidity and Mortality Weekly Report, 60(8), 233–238.
10. Owens, J.(2014). Insufficient sleep in adolescents and young adults: an update on
causes and consequences. Pediatrics, 134(3), e921-32.
https://doi.org/10.1542/peds.2014-1696.
11. Tubbs, A. S., Dollish, H. K., Fernandez, F., & Grandner, M. A. (2019). Chapter 1 -
The basics of sleep physiology and behavior (M. A. B. T.-S. and H. Grandner (ed.);
pp. 3–10). Academic Press. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
815373-4.00001-0.
12. Lyu, J., Ye, X., Chen, Y., Xia, Y., Zhu, J., Tong, S., Yin, Y., Qu, J., & Li, S. (2020).
Children’s Sleep May Depend on Maternal Sleep Duration During Pregnancy: A
Retrospective Study. https://doi.org/10.2147/NSS.S239001
13. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental of Nursing (7th ed.). Salemba
Medika Jakarta.
14. Jalali, R., Khazaei, H., Khaledi Paveh, B., Hayrani, Z., & Menati, L. (2020). The
Effect of Sleep Quality on Students’ Academic Achievement.
https://doi.org/10.2147/AMEP.S261525
15. Suhartati, B. L., Dewi, A. A. N. T. N., Wibawa, A., & Wiyana, I. M. N. (2021).
Hubungan Lama Durasi Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur pada Usia
19-22 Tahun. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, 9(1), 28-33.
16. Marpaung, P. P., Supit, S., & Nancy, J. (2013). Gambaran Lama Tidur Terhadap
Prestasi Belajar Siswa. E-Biomedical Journal, 1(1), 722–728
17. Haryati, & Yunaningsi, S. P. (2020). Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo. Jurnal Medika Hutama, 1(3),
146–155.
18. Alfarizi, R., Hadiati, T., Asikin, H. G., & Sarjana, W. (2020). Relationship Between
the Intensity of Social Media Usage with Sleep Quality. Diponegoro Medical
Journal, 9(1), 111–119.
19. Ruri Selvia (2021) Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur.
Program studi pendidikan dokter dan profesi dokter, USU Medan.
20. Papalia, D. E., Sterns, H. L., Feldman, R. D., & Camp, C. J. (2007). Adult
development and aging. Mc.Graw-Hill Companies, Inc.
21. Yusuf, S. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Raja Grafindo Persada. P.23-4
22. Juraman, S. R. (2014). Pemanfaatan Smartphone Android oleh Mahasiswa Ilmu
Komunikasi dalam Mengakses Informasi Edukatif. Jurnal Acta Diurna, 3(1), 1–8.
23. Sari, S. V, & Aydin, B. (2014). Problematic Internet Use and Body Mass Index in
University Students. Eurasian Journal of Educational Research, 54, 135–150.
24. Reinaldo, & Sokang, Y. A. (2016). Mahasiswa dan Internet: Problematic Internet Use
pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 43(2), 107–120.
25. Ayub, A. F. N., Hamid, W. H. W., & Nawawi, M. H. (2014). Use of Internet for
Academic Purpose Among Students in Malaysian Institutions of Higher Education.
The Turkish Online Journal of Educational Technology, 13(1), 232–241.
26. Deniz, M. H., & Geyok, S. K. (2015). An Empirical Research on General Internet
Usage Patters of Undergraduate Students. Procedia Social and Behavioral
SciencesSciences, 195, 895–904.
27. Mulawarman, & Nursafitri, A. D. (2017). Perilaku Penggunaan Media Sosial beserta
Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan. Buletin Psikologi,
25(1), 36–44.
28. Chen, T., Wu, Z., Shen, Z., Zhang, J., Shen, X., & Li, S. (2014). Sleep duration in
Chinese adolescents: biological, environmental, and behavioral predictors. Sleep
Medicine, 15(11), 1345–1353. https://doi.org/10.1016/j.sleep.2014.05.018
29. Orzech, K. M., Salafsky, D. B., & Hamilton, L. A. (2011). The state of sleep among
college students at a large public university. Journal of American College Health : J
of ACH, 59(7), 612–619. https://doi.org/10.1080/07448481.2010.520051
30. Pantic, I., Damjanovic, A., Todorovic, J., Topalovic, D., Bojovic-Jovic, D., Ristic, S.,
& Pantic, S. (2012). Association between online social networking and depression in
high school students: behavioral physiology viewpoint. Psychiatria Danubina, 24(1),
90–93.
31. Levenson, J. C., Shensa, A., Sidani, J. E., Colditz, J. B., & Primack, B. A. (2016).
The association between social media use and sleep disturbance among young adults.
Preventive Medicine, 85, 36–41.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2016.01.001
32. Herma Fathun Ainida, dkk, Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas
Tidur Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banjar, Caring Nursing Journal, Vol.4,
No. 2, 2020, hlm. 48
33. Ruri Selvia, Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur
pada Pelajar Kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota pada Masa Pandemi Covid-
19, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2021, hlm. 13.
34. Oksana Nursilvi Febriani Purwanto, Hubungan Antara Intensitas Penggunaan
Internet dengan Kualitas Tidur di Mada Pandemi Covid-19 pada Mahasiswa Fakultas
Dakwah IAIN Purwokerto, Skripsi, Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto 2021, hlm. 32.
35. Nurhalija Ulfiana, Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia
pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar 2018, hlm. 27.
36. Oksana Nursilvi Febriani Purwanto, Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media
sosial, hlm. 32.
37. Baiq Leny Suhartati dan lainnya, Hubungan Durasi Penggunaan Media Sosial
dengan Kualitas Tidur pada Usia 19-22 Tahun, Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Vol. 9 No. 1 2021, hlm. 30.
38. Zamril Ahmad, Yesi Maifita, Sri Ameliati, Hubungan Penggunaan Media Sosial
dengan Kejadian Insomnia pada Mahaiswa: A Literature Review, Jurnal Menara
Medika Vol. 3 No. 1 2020, hlm. 80

Anda mungkin juga menyukai