Anda di halaman 1dari 80

i

TU S
TA
S RA S I
IT E AL
L GIT
DI DIESIA
O N
IND
22
20
Ringkasan Eksekutif
INVESTMENT
S tatus Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi
OPPORTUNITIES
IN 3,54 dibandingkan tahun sebelumnya. Pengukuran dengan Kerangka Indeks Literasi
KOREA
Digital tahun 2022 ini menggunakan empat pilar, yaitu Kecakapan Digital (Digital Skill),
Etika Digital (Digital Ethics), Keamanan Digital (Digital Safety), dan Budaya Digital (Digital

Renewable
Culture).

Survei ini menunjukkan bahwa laki-laki, kelompok pekerja di sektor pemerintah/TNI/Polri,

Energy
berpendidikan tinggi, dan tinggal di wilayah urban memiliki indeks lebih tinggi dibanding
kelompok lainnya. Dari 34 Provinsi di Indonesia, DI Yogyakarta masih menjadi provinsi
dengan Indeks Literasi Digital tertinggi selama dua tahun berturut-turut, dengan skor
indeks tahun ini sebesar 3,64.

Secara umum, terlihat juga adanya perubahan kebiasaan dalam penggunaan internet
masyarakat. Intensitas penggunaan internet cenderung menurun, namun biaya
yang dikeluarkan untuk mengakses internet cenderung naik. Salah satu faktor yang
diduga turut berkontribusi terhadap kondisi tersebut adalah adanya peningkatan pada
penggunaan aplikasi digital berbasis video yang cenderung menghabiskan lebih banyak
kuota. Indikasi terkait hal ini juga dikuatkan dengan adanya kecenderungan kenaikan
yang signifikan pada penggunaan sosial media berbasis video yaitu TikTok.

Penelitian ini juga melihat isu-isu khusus, seperti kesiapan Kalimantan Timur menjadi
provinsi Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan Status Literasi Digital di atas rata-rata nasional,
permasalahan pelindungan data pribadi menjadi permasalahan yang kembali muncul di
tahun ini, dan Indeks Literasi Digital wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) yang
memiliki gap yang rendah dengan wilayah non-3T.

Pengukuran Indeks Literasi Digital dilakukan melalui survei tatap muka yang dilaksanakan
pada bulan Agustus-September 2022. Penentuan sampel survei menggunakan multistage
random sampling dengan pendekatan home visit di area survei. Total responden pada
pengukuran Indeks Literasi Digital tahun ini berjumlah 10.000 orang dengan Margin of
Error (MoE) +/- 0,98% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden yang diikutkan dalam
penentuan sampel adalah anggota rumah tangga berusia 13-70 tahun, serta mengakses
internet dalam 3 bulan terakhir.
2020. 5.
Daftar Isi

01 PENDAHULUAN 4
1.1. Pendahuluan 5
1.2. Tujuan dan Sasaran 6
1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 6

02 METODOLOGI 8
2.1. Kerangka Penelitian 9
2.2. Metode Penelitian 12

03 PERILAKU DALAM PENGGUNAAN PLATFORM DIGITAL 16


3.1. Demografi Responden 17
3.2. Akses dan Penggunaan Internet 19
3.3. Kebiasaan Bermedia Sosial dan Mencerna Berita Daring 25
3.4. Kebiasaan Menghadapi Isu Hoaks 30

04 INDEKS LITERASI DIGITAL 38


4.1. Indeks Literasi Digital Nasional 39
4.1.1. Digital Skill 39
4.1.2. Digital Ethic 41
4.1.3. Digital Safety 42
4.1.4. Digital Culture 42
4.2. Indeks Literasi Digital Berdasarkan Wilayah 43
4.3. Indeks Literasi Digital Berdasarkan Jenis Kelamin 45
4.4. Indeks Literasi Digital Berdasarkan Segmentasi
Masyarakat 45
4.5. Indeks Berdasarkan Program Literasi Digital 50

05 ANALISIS KHUSUS 52
5.1.  Kesiapan Masyarakat Menghadapi UU PDP:
Berbagi Data dan Keamanan Pribadi 53
5.2.  Status Literasi Digital Kalimantan Timur sebagai
Lokasi Ibu Kota Baru 58
5.3. Kondisi Wilayah 3T 64
5.4. Pengeluaran dalam Aktivitas Digital 72

06 PENUTUP DAN REKOMENDASI 76


Status Literasi Digital
di Indonesia 2022
TIM PENYUSUN

Pengarah:
Direktur Jendral Aplikasi Informatika,
Semuel Abrijani Pangerapan

Penanggung Jawab: Editor:


Direktur Pemberdayaan Informatika, Vivi Zabkie
Bonifasius Wahyu Pudjianto Padjar Iswara
Windarti
Panel Ahli:
Mulya Amri Periset Kuantitatif:
Adek Media Roza Siti Zahra Mulianti Natsir
Euodia Josephine Boyfala
Analis: Aishya Fazahra
Teguh Surya Novandro Zakaria Pratama
Mahendra Pratama Putra Rizky Anggia
Wisma Aji Pribadi Roy Imanudin
Lulu Mahdiyah Sandjadirja
Penulis Utama: Risanti Delphia
Rizki Ameliah Fatiya Rumi Humaira
Rangga Adi Negara Ade Supriatna
Bahtiar Minarto
Tonggo Marito Manurung Desain Grafis:
Maulana Akbar Muhammad Yana
Aris Luhur Setiawan
Wahyu Risyanto
Ajeng Ayu
01 Pendahuluan
5 STATUS LITERASI DIGITAL INDONESIA 2022

1.1.
Pendahuluan
Indonesia kini memiliki jumlah pengguna internet setidaknya sebanyak 62,1% dari
jumlah penduduk (BPS, 2021). Bahkan, jumlah masyarakat Indonesia yang mengakses
internet terutama dari perangkat telepon genggam terus mengalami kenaikan tiap
tahunnya. Kemampuan masyarakat Indonesia dan kesempatan akses dalam media
digital membawa pengaruh pada berbagai sektor, salah satunya sektor ekonomi digital
dengan adanya peningkatan jumlah pengguna loka pasar di Indonesia menjadi salah
satu yang terbanyak di dunia dan akan terus naik hingga 221 juta pengguna di tahun
2024 (Statista, 2022).

Menurut UNESCO (2018), kemapuan literasi digital yang baik akan membantu
memberantas kemiskinan melalui kemudahan akses pada pelayanan sosial digital
oleh pemerintah. Selain itu, masyarakat akan mampu mendapatkan informasi dan
memperoleh keuntungan dari media digital melalui informasi yang luas. Terbatasnya
akses pendidikan dan tantangan dalam memperoleh pendidikan berkualitas bisa dibantu
melalui kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan informasi digital (UN, 2022).

Kehadiran media digital tidak selalu berdampak positif terhadap semua lapisan
masyarakat. Beberapa tantangan media digital menjadi masalah tantangan serius,
seperti penyebaran informasi hoaks, ujaran kebencian, dan aktivitas digital yang
merugikan lainnya. Salah satu penyebab fenomena tersebut yakni kurangnya kesadaran
keamanan siber karena rendahnya kemampuan literasi digital (UNESCO, 2018b).

Oleh karena itu, guna meningkatkan kebijakan berbasis bukti dan pengaruhnya
terhadap penyediaan program-program yang tepat untuk peningkatan tingkat literasi
digital penduduk Indonesia, diperlukan satu studi mendalam agar bisa mengukur
kemampuan literasi digital Indonesia dari berbagai sudut pandang. Survei ini merupakan
salah satu pendekatan untuk menjawab kebutuhan tersebut yang diharapkan menjadi
rujukan utama dalam penentuan status literasi digital di Tanah Air.

Survei ini merupakan dilakukan secara tahunan dan sudah memasuki tahun ketiga.
Pada survei tahun 2022, dilakukan pada rentang waktu 1 Agustus-31 September 2022.
Metode yang digunakan adalah multistage random sampling kepada 10.000 responden
di seluruh Indonesia yang menggunakan internet selama 3 bulan terakhir dan berusia
13-70 tahun.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 6

1.2.
Tujuan dan Sasaran
Secara umum tujuan dan saran survei ini adalah untuk memperoleh gambaran terhadap
situasi literasi digital di Indonesia. Secara khusus survei ini memiliki tujuan dan saran
sebagai berikut:

● Menyesuaikan kerangka (framework) agar lebih sejalan dengan Roadmap Literasi


Digital 2020-2024 (Kominfo, 2020).
● Memberikan gambaran umum tentang pola penggunaan teknologi dan media digital
berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
● Memahami kemampuan masyarakat untuk mengenali hoaks (informasi bohong)
dan membantu perumusan strategi pengendalian hoaks.
● Memahami pola masyarakat Indonesia dalam menjaga data pribadi dan kesiapan
menghadapi berlakunya Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi.
● Memberikan gambaran bahwa literasi digital dapat membantu meningkatkan
produktivitas bekerja dan belajar.
● Mendapatkan informasi tingkat literasi digital Kalimantan Timur dalam menghadapi
beroperasinya Ibu Kota Nusantara (IKN).
● Mendapatkan status literasi digital di Kawasan 3T.

1.3.
Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan ini merupakan penyelenggaraan riset kuantitatif dengan cara survei tatap muka
di 34 provinsi di Indonesia dan analisis data status literasi digital serta memperdalam
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi digital di Tanah Air. Survei dilakukan
dengan ketentuan:

● Masyarakat Indonesia yang mengakses internet selama tiga bulan terakhir dan
berumur antara 13-70 tahun.
● Pemilihan acak dengan mempertimbangkan jumlah wilayah kota dan perdesaan.
7
02 Metodologi
9 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

2.1.
Kerangka Penelitian

Pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2022 mengacu kepada kerangka kerja
dalam Road Map Literasi Digital 2020-2024 (Kominfo, 2020). Kerangka kerja ini
digunakan sebagai basis untuk merancang program dan kurikulum Program Gerakan
Nasional Literasi Digital Indonesia 2020-2024.

Ada empat pilar yang menjadi bagian dari kerangka kerja pengembangan kurikulum
literasi digital, yaitu Digital Skill, Digital Ethics, Digital Safety, dan Digital Culture:

●  igital Skill atau kecakapan digital adalah kemampuan individu dalam mengetahui,
D
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem
operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

● Digital Ethics atau etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.

● Digital Safety atau keamanan digital adalah kemampuan user (pengguna)


dalam mengenali, memolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari.

●  igital Culture atau budaya digital adalah kemampuan individu dalam membaca,
D
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan,
nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan
digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 10

Gambar 1. Kerangka Penelitian

DIGITAL DIGITAL DIGITAL DIGITAL Kerangka Kurikulum Literasi


SKILL CULTURE ETHICS SAFETY Digital digunakan sebagai
pengukuran kognitif dan
atraktif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital

Digital Society Kerangka Program Literasi


Digital digunakan sebagai
Digital Economy
fondasi penyusun topik
Digital Government kurikulum yang akan
diseminasi ke masyarakat

Seperti terlihat pada gambar di atas, keempat pilar dan kurikulum literasi digital menjadi
basis dalam pengembangan program literasi digital nasional yang mencakup digital
society, digital economy, dan digital government.

Tabel. 1. P
 ilar G20 Toolkit for Measuring Digital Skills and Digital Literacy: Framework and
Approach (CSIS,2022)
1. Infrastructure &
Pilar 2. Literacy 3. Empowerment 4. Jobs
ecosystem
a) Adopsi dan akses a) Kebutuhan
a) Komplementaritas a) Pengguna/
Sektor TIK Digital Skill
Elemen b) Kedekatan Konsumen
b) Pembelajaran dan b) Kesediaan
c) Keamanan b) Penyedia/Penjual
Inovasi Digital Skill
Jumlah Indikator 6 6 9 11

Selain itu, penelitian ini menyesuaikan dengan G20 Toolkit for Measuring Digital Skills
and digital Literacy: Framework and Approach (CSIS, 2022) dalam pengukuran berikut:

• Pilar Empowerment yang mengukur kemampuan masyarakat dalam penggunaan


digital finance dan marketplace melalui pilar Digital Skill dalam survei Indeks Literasi
Digital 2022.

• Pilar Literacy yang diukur berdasarkan elemen komplementaritas (komunikasi dan


pemikiran kritis), kedekatan (kebiasaan responden dalam menggunakan data dan
perangkat TIK), dan keamanan (kebiasaan responden dalam melindungi perangkat
dan informasi personal) merupakan representasi dari pilar Digital Skill, Digital Culture,
dan Digital Safety dalam Survei Literasi Digital 2022.
11 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Dari informasi di atas, keempat pilar utama diturunkan menjadi 30 (tiga puluh) indikator
yang merepresentasikan masing-masing pilar (Tabel 2). Dalam perkembangannya,
pilar yang digunakan pada tahun 2022 merupakan penyempurnaan dari tahun-tahun
sebelumnya, berupa perubahan minor dalam penyusunan pertanyaan indikatornya.

Tabel 2. Pilar dan Indikator dalam Pengukuran Status Literasi Digital Indonesia 2022
Pilar Indikator
1. Saya bisa menghubungkan perangkat saya ke jaringan internet

2. Saya bisa mengunduh file/aplikasi

3. Saya bisa mengunggah file

4. Saya bisa mencari dan mengakses data, informasi dan konten di media digital.

5. Saya memiliki kemampuan menyimpan data, informasi, dan konten dalam media
digital
Digital Skill
6. Saya terbiasa mencari tahu apakah informasi yang saya temukan di situs web benar
atau salah.

7. Saya terbiasa membandingkan berbagai sumber informasi untuk memutuskan


apakah informasi itu benar

8. Saya mampu berinteraksi melalui berbagai perangkat komunikasi teknologi digital.

9. Saya terbiasa belanja melalui loka pasar.


1. Saya tidak mengunggah foto bersama anak orang lain

2. Saya tidak menandai teman saat mengunggah konten tanpa perlu memberi tahu
teman saya tersebut

3. Saya tidak akan berkomentar kasar jika ada orang yang komentar negatif di
unggahan saya.
Digital Ethics
4. Saya tidak membuat grup dan menambahkan orang tanpa izin

5. Saya tidak akan langsung membagikan informasi kecelakaan

6. Saya tidak akan mengajak orang-orang untuk berkomentar negatif.

7. Saya tidak akan membagikan tangkapan layar percakapan ke media sosial


1. Di akun media sosial, saya bisa mengatur siapa saja yang dapat melihat lini masa
saya

2. Saya mengetahui cara melaporkan penyalahgunaan di jejaring sosial.

3. Saya dapat menonaktifkan opsi untuk menunjukkan posisi geografis.

4. Saya tidak mengunggah data pribadi di media sosial.


Digital Safety 5. Saya menggunakan aplikasi untuk menemukan dan menghapus virus di perangkat
saya

6. Saya bisa membedakan e-mail yang berisi spam/virus/malware.

7. Saya terbiasa membuat password yang aman dengan kombinasi angka, huruf, dan
tanda baca.

8. Saya melakukan back up data di beberapa tempat.


STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 12

Pilar Indikator
1. Saya menyesuaikan cara berkomunikasi agar pihak kedua tidak merasa tersinggung.

2. Saya mempertimbangkan perasaan pembaca yang berasal dari agama lain.

3. Saya mencantumkan nama penulis saat repost

4. Saya mempertimbangkan perasaan pembaca yang berasal dari suku lain.


Digital Culture
5. Saya berbagi seni budaya tradisional dan kontemporer Indonesia secara digital

6. Saya mempertimbangkan perasaan pembaca yang memiliki pandangan politik


berbeda.

7. Saya selalu mempertimbangkan dan menyadari keragaman budaya di media sosial


saat membagikan pesan.

2.2.
Metode Penelitian

Survei Status Literasi Digital Indonesia melibatkan 10.000 di 34 provinsi dan 514
kabupaten/kota responden dengan metode multistage random sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan menggunakan metode wawancara tatap muka secara
langsung (face to face interview) dengan populasi target adalah warga negara Indonesia
yang berusia 13 hingga 70 tahun dan mengakses internet dalam tiga bulan terakhir.

Metode multistage random sampling atau acak bertingkat dilakukan di setiap provinsi
mulai dari pemilihan kabupaten, kecamatan, kelurahan, RW, RT hingga Unit Tempat
Kediaman (UTK) (Gambar 2). Sementara responden pada UTK dipilih secara acak
menggunakan kish grid.

Metode kish grid adalah metode pemilihan responden yang ditentukan dengan tabel
bilangan. Metode ini ditemukan oleh Kish (1949) untuk menentukan sampel melalui
tabel bilangan yang biasa digunakan dalam pengacakan sampel rumah tangga.
13 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 2. Proses Penentuan Sampel melalui Pengacakan

Provinsi

Kabupaten

Kecamatan Terpilih

Simple Random Sampling

Kelurahan Terpilih

Simple Random Sampling

RW RT Terpilih

Simple Random Sampling

Sampling Area AREA LOKASI TERPILIH

Simple Random Sampling

Daftar Responden UTK Ke-1 UTK Ke-2 UTK Ke-22 UTK Ke-n

Penentuan kerangka sampel yang berasal dari 10.000 responden dengan Margin of
Error sebesar ± 0,98% dibagi pada jumlah provinsi sesuai dengan proporsi jumlah
penduduk. Adapun pembagian di setiap kota berada pada rentang 5-200 sampel,
bergantung pada jumlah penduduk pada wilayah tersebut.

Penentuan sampel di level kecamatan ditentukan pada rentang 5-20 kecamatan.


Setiap kota/kabupaten yang memiliki sampel di atas 20 responden akan memiliki
jumlah kecamatan terpilih lebih dari satu sesuai dengan kelipatan 20. Jumlah tersebut
cukup untuk menjaring responden seluas mungkin dengan jangkauan hingga jumlah
kecamatan yang besar.

Sementara untuk mengukur proporsi data dari kecamatan yang dipilih, penentuan
kecamatan dengan kondisi kesesuaian proporsi perdesaan dan perkotaan di provinsi
tersebut berdasarkan klasifikasi perdesaan dan perkotaan Badan Pusat Statistik
(Peraturan Kepala 120/2020 tentang Klasifikasi Desa Perkotaan dan Perdesaan di
Indonesia 2020).
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 14

Tabel 3. Jumlah Responden berdasarkan Proporsi Perdesaan dan Perkotaan.


Jumlah Penduduk Proporsi Proporsi Jumlah
Provinsi
(Ribu Jiwa) Pedesaan Perkotaan Responden
Aceh 5.388,1 68% 32% 225
Bali 4.414,4 44% 56% 135
Banten 12.895,3 36% 64% 435
Bengkulu 1.994,3 80% 20% 90
DI Yogyakarta 3.919,2 26% 74% 110
DKI Jakarta 10.576,4 0% 100% 395
Gorontalo 1.186,3 66% 34% 50
Jambi 3.604,2 74% 26% 145
Jawa Barat 49.565,2 28% 72% 1790
Jawa Tengah 34.738,2 38% 62% 1235
Jawa Timur 39.955,9 38% 62% 1410
Kalimantan Barat 5.104,9 85% 15% 185
Kalimantan Selatan 4.268,6 75% 25% 160
Kalimantan Tengah 2.686,3 86% 14% 115
Kalimantan Timur 3.664,7 68% 32% 130
Kalimantan Utara 708,4 83% 17% 35
Kepulauan Bangka Belitung 1.469,8 60% 40% 70
Kepulauan Riau 2.309,5 69% 31% 85
Lampung 8.534,8 68% 32% 320
Maluku 1.787,1 88% 13% 80
Maluku Utara 1.252,3 81% 19% 65
Nusa Tenggara Barat 5.225,9 49% 51% 190
Nusa Tenggara Timur 5.513,4 92% 8% 225
Papua 3.393,1 94% 6% 215
Papua Barat 986,0 94% 6% 75
Riau 6.951,2 77% 23% 190
Sulawesi Barat 1.378,1 86% 14% 60
Sulawesi Selatan 8.888,8 73% 27% 345
Sulawesi Tengah 3.081,7 83% 17% 130
Sulawesi Tenggara 2.703,5 83% 17% 125
Sulawesi Utara 2.512,9 66% 34% 115
Sumatera Barat 5.545,7 56% 44% 205
Sumatera Selatan 8.600,8 81% 19% 285
Sumatera Utara 14.798,4 74% 26% 575
Total 269.603,3 67% 33% 10.000
15 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Pengumpulan data selama periode tersebut telah melalui beragam proses kontrol
kualitas untuk dapat memastikan bahwa data telah diambil dengan cara yang tepat
dan menghasilkan data yang representatif dengan kondisi sebenarnya. Proses tersebut
di antaranya:

1. Pilot survey dilakukan selama dua minggu pada 1-16 Juni 2022 untuk menguji
instrumen kuesioner. Pengujian ini terdiri atas pengujian statistik berupa reliabilitas
dan validitas. Sedangkan pengujian non-statistik berupa nilai kesesuaian dan
kemudahan oleh responden untuk dapat memaknai dan mencerna setiap
pertanyaan. Pada tahapan ini penulisan dan struktur pertanyaan-pertanyaan
telah dimutakhirkan untuk mendapatkan instrumen yang sempurna.

2. Proses witness dilakukan selama dua minggu oleh tim peneliti dari Katadata
Insight Center, Kementerian Kominfo, dan ahli lainnya pada periode 1 Agustus-9
September 2022 untuk melihat dan mengawasi langsung proses pengumpulan
data di 10 provinsi yang mewakili keseluruhan wilayah di Indonesia.

3. Proses Callback atau mengkonfirmasi kembali isi responden melalui telesurvey


terhadap 15% dari total responden untuk memastikan bahwa responden telah
melakukan pengumpulan data dengan metode yang sesuai.

4. Proses pengujian statistik pada hasil survei berupa reliabilitas dan validitas,
beserta proses cleaning untuk melihat kualitas hasil pengumpulan data.


03 Perilaku dalam
Penggunaan
Platform Digital
17 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

3.1.
Demografi Responden

Profil responden Survei Status Literasi Digital Indonesia didominasi oleh Generasi Y,
berpendidikan SMA dan sederajat, serta kelompok sosial ekonomi C. Generasi Z dan
X yang menjadi responden sebenarnya juga cukup banyak, masing-masing sebanyak
25% dan 27% responden. Jumlah responden pria dan wanita juga tidak jauh berbeda,
dengan profil pekerjaan yang beragam. Hal ini menunjukkan keterwakilan berbagai
kelompok masyarakat yang tergolong baik pada survei ini.

Gambar 3. Demografi Responden

Jenis
Perempuan Kelamin Laki-laki
49% 51%

Pendidikan

S2/S3 0,3 %
D4/S1 10 %
D1/D2/D3 3%
SMA/sederajat 51%
SLTP/sederajat 21%

SD/sederajat 14%
Tidak sekolah 1%

Kelompok Usia

Gen Z (<24 tahun) 25%


Gen Y (24-39 tahun) 43%
Gen X (40-55 tahun) 27%

Boomer (>55 tahun) 5%


STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 18

SES (berdasarkan pengeluaran rata-rata per bulan)

DE (<Rp2 juta) 33%


C (Rp2-4 juta) 53%
B (Rp4-6 juta) 12%
A (>Rp6 juta) 3%

Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
22%
Wiraswasta 18%
Karyawan swasta
11%
Tidak/belum bekerja
10%
Pelajar
8%
Bertani/berkebun/beternak
7%
Mahasiswa 4%
Tokoh Masyarakat (Ketua RT/RW,
Kepala Desa, dsb) 3%
Part time/Freelance 3%
Tenaga pendidik 2%
Lainnya 12%
19 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

3.2.
Akses dan Penggunaan Internet

Kebanyakan responden (85%) mengakses internet melalui kuota handphone, sehingga


mereka bisa mengakses internet di mana saja. Terkait hal ini, 94% responden
menyatakan bahwa mereka mendapatkan sinyal seluler di sekitar rumah, dengan yang
terbanyak adalah sinyal dari Telkomsel, disusul Indosat dan XL.

Gambar 4. Akses Sinyal Telepon Seluler

“Apakah di sekitar lokasi rumah Bapak/Ibu/Saudara terdapat sinyal telepon seluler?” [SA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

Tidak,
6%

Ya,
94%

Sinyal Provider
“Sinyal provider apa yang ada di sekitar lokasi rumah Bapak/Ibu/Saudara?” [MA]
Basis: Responden yang di sekitar rumahnya terdapat sinyal seluler (n=9.361)

Telkomsel 84%
Indosat 53%

XL 47%

Smartfren 26%

Tri 8%

Axis 6%

Namun, hampir seluruh responden masih menemui kendala saat mengakses internet,
terutama terkait kualitas jaringan yang menyebabkan koneksi tidak stabil dan sering
terputus.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 20

Gambar 5. Tempat dan Kendala Mengakses Internet


“Di mana lokasi/tempat biasanya Anda mengakses internet?” [MA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

Kuota handphone di
mana saja 85%

Wifi di rumah sendiri 26%

Wifi warung kopi/café 7%

Wifi tempat kerja 7%

Wifi sekolah/kampus 4%

Warnet 1%

Lainnya 3%

“Kendala apa saja yang biasanya Anda alami ketika mengakses internet?” [MA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

Jaringan tidak stabil, sehingga


koneksi sering terputus 81%

Terkendala biaya paket


data/kuota terbatas 30%

Cakupan internet tidak


merata 14%

Perangkat tidak mendukung


untuk mengakses internet 6%

Tidak da Kendala 2%

Lainnya
1%

Mengakses internet melalui kuota handphone merupakan cara yang paling banyak
dilakukan sehingga membuat responden bisa mengakses internet di mana saja. Namun,
hampir seluruh responden masih menemui kendala pada mengakses internet, hanya 2%
responden mengaku tidak menemukan kendala. Kendala yang paling banyak disebutkan
ialah jaringan yang tidak stabil sehingga koneksi sering terputus.
21 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Responden paling sering mengakses internet pada waktu petang di pukul 19.01-21.00
waktu setempat setelah mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, intensitas penggunaan internet cenderung menurun,
khususnya setelah pukul 07.00. Penurunan intensitas penggunaan internet tahun ini
sejalan dengan telah pulihnya sebagian besar aktivitas masyarakat pasca pelonggaran
pembatasan kegiatan masyarakat selama pandemi Covid-19.

Intensitas penggunaan internet di wilayah barat Indonesia terpantau cenderung lebih


tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Hal yang menarik tampak pada pola waktu
penggunaan internet di wilayah Timur yang sedikit berbeda. Di wilayah ini, puncak
akses penggunaan internet terjadi pada pagi hari, yaitu di rentang waktu pukul 10.00
hingga 12 siang. Sementara di wilayah Barat dan Tengah, puncak waktu penggunaan
internet terjadi pada malam hari, terutama pada pukul 19.00 hingga 21.00.

Gambar 6. Waktu Penggunaan Internet


“Jam berapa Anda biasanya mengakses internet?” [MA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)
Perbandingan antar tahun survei
80%
72%
70%
63%
60% 54% 51% 53%
48% 58%
50% 44%
51% 42% 42%
48%
40% 41% 44%
37% 37% 34%
2021
38% 35% 33%
35%
2020
30% 32% 34% 2022

29%
20% 17%
16%
10% 5% 15%
5%
0% 4%
00.01 - 05.01 - 07.01 - 10.01 - 12.01 - 13.01 - 15.01 - 17.01 - 19.01 - 21.01 -
05.00 07.00 10.00 12.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 24.00

2020 2021 2022

Perbandingan antar wilayah


80%

70% 62%
60%

50% 46%
38% 37% 40%
38% 37% 35%
40% 34%
38% 37% 36% 29%
30% 32% 25% 31%
Barat

27% 30% 25%


Timur

26% 25% 24%


ah

20% 17% 23% 22%


11%
10% 5% 12%
0% 5% 5%
00.01 - 05.01 - 07.01 - 10.01 - 12.01 - 13.01 - 15.01 - 17.01 - 19.01 - 21.01 -
05.00 07.00 10.00 12.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 24.00

Barat Timur Tengah


STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 22

Temuan lain pada survei ini juga mengkonfirmasi profil antar generasi terkait penggunaan
internet. Generasi Z dan Y cenderung mengakses internet lebih lama dibandingkan
kohort lainnya. Pada kelompok muda ini, lebih banyak responden yang mengakses
internet lebih dari 6 jam per harinya, sedangkan kebanyakan Generasi X dan Boomers
mengakses selama 1 hingga maksimal 4 jam.

Gambar 7. Durasi Mengakses Internet

“Berapa lama atau durasi rata-rata menggunakan internet per hari?” [SA]
Basis: Seluruh responden

Total Gen Z Gen Y

Kurang dari 1 jam 10% 4% 8%

1-2 jam 24% 17% 24%

2-4 jam 24% 24% 25%

4-6 jam 17% 21% 17%

Lebih dari 6 jam 26% 35% 26%

Gen X Boomers

Kurang dari 1 jam 15% 15%

1-2 jam 29% 29%

2-4 jam 24% 24%

4-6 jam
14% 14%

Lebih dari 6 jam 19% 19%

Hampir seluruh responden memiliki handphone/tablet yang terkoneksi dengan


internet dan bisa mengakses Facebook, Whatsapp, YouTube dan Google. Sedikit
sekali responden yang perangkatnya tidak bisa mengakses internet termasuk
aplikasi-aplikasi tersebut.
23 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 8. Perangkat dalam Mengakses Internet

“Apakah Anda memiliki/menggunakan perangkat berikut ini?” [SA]


Basis: Seluruh responden

2
HP 98
PC 17 83 Ya, menggunakan Tidak
0
100%

“Apa perangkat tersebut digunakan/terkoneksi internet (termasuk FB, WA, Youtube dan Google)?” [SA]
Basis: Responden yang memiliki perangkat tersebut

HP 99,6 0,4
PC 83 17 Ya, terkoneksi internet Tidak
0
100%

Dilihat dari pola kegiatan yang dilakukan oleh responden saat terkoneksi dengan
internet, tampak bahwa internet menjadi media yang sangat penting untuk bisa
berkomunikasi dengan orang lain. Sangat sedikit responden yang tidak memanfaatkan
internet untuk menjalin interaksi, baik melalui pesan singkat maupun fitur-fitur lain yang
ada di berbagai aplikasi media sosial.

Pemanfaatan internet untuk bersosialisasi ini secara signifikan terlihat berbeda dengan
tujuan penggunaan lainnya. Sebagian responden cenderung belum menggunakan
internet untuk bermain game online, keperluan pekerjaan, maupun mengakses layanan
publik.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 24

Gambar 9. Kegiatan Berinternet

“Seberapa sering Anda mengakses/menggunakan internet untuk kegiatan berikut ini:” [SA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)
BERSOSIAL
2
Berkomunikasi lewat pesan singkat 8 57 32
1

Menggunakan media sosial 10 4 24 47 15

HIBURAN

Streaming video/musik online 15 5 26 44 11

Mencari informasi (browsing) di


internet 9 5 32 44 10

Akses belanja online/ecommerce 32 9 29 26 5

2
Mengakses portal berita online 38 10 30 20

Bermain game online 60 6 17 12 5

PEKERJAAN

Menggunakan aplikasi untuk pekerjaan 2


kantor
63 7 17 11

Meeting online 2
57 10 22 10

2
Mengirim e-mail 48 12 30 9

AKSES LAYANAN
3
Akses transaksi perbankan/keuangan 57 6 18 15

1
Akses layanan kesehatan 69 8 16 7

1
Akses layanan pendidikan 72 7 14 6

1
Akses layanan publik/pemerintahan 71 8 16 5

0 100%

Tidak pernah Sangat jarang Jarang Sering Sangat sering

*Jarang merupakan akumulasi dari skala ‘Sangat Jarang’ dan ‘Jarang’


Sering merupakan akumulasi dari skala ‘Sering’ dan ‘Sangat sering’
25 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

3.3.
Kebiasaan Bermedia Sosial dan Mencerna Berita Daring
Sumber yang biasa diakses untuk mendapatkan informasi dalam tiga tahun terakhir
cenderung masih sama. Media sosial merupakan sumber informasi terbesar bagi
72,6% responden. Begitu juga dengan televisi dan berita online yang secara konsisten
menempati posisi sumber informasi kedua dan ketiga, dengan persentase 60% dan
27,5% di tahun ini.

Gambar 10. Sumber untuk Mendapatkan Informasi

”Manakah dari sumber berikut yang biasanya Anda akses untuk mendapatkan informasi?“
Basis: Semua Responden

72,6%
Media Sosial 76%
73%
60,7%
Televisi 59,7%
59,5%
27,5%
Berita Online 26,7%
25,2%

14%
Situs Web 13,9%
Pemerinttah
14%
2,9%
Radio 4%
9,7%
21,7%
Media Cetak (Koran, 19,6%
Majalah, dll)
16,4%
2,3%
Tidak mengakses 1,2%
informasi sama sekali
1,6%

0,3%
Lainnya 0%
4%

2022 2021 2020


STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 26

Dalam 3 tahun terakhir, terdapat kecenderungan sumber informasi online mengalami


kenaikan kepercayaan (media sosial dan berita online). Sedangkan, media konvensional
mengalami penurunan kepercayaan oleh responden (televisi nasional, media cetak,
dan radio).

Meskipun ada kecenderungan penurunan jumlah responden yang mempercayai televisi


sebagai sumber informasi di tahun 2022, namun media ini masih menjadi media yang
paling banyak diakses oleh 43% responden. Media sosial secara konsisten menjadi
sumber informasi terpercaya kedua selama tiga tahun terakhir. Persentase responden
yang mempercayai media ini secara signifikan meningkat, dari 20,3% pada tahun 2022
menjadi 3,8% pada tahun 2022.

Gambar 11. Sumber Berita yang Paling Dipercayai


” Sebutkan sumber media yang paling Anda percaya untuk mendapatkan informasi? [SA] “
Basis: Semua Responden

43,5%
Televisi Nasional 47,0%
49,5%

30,8%
Media Sosial 22,4%
20,3%

10,1%
Situs Web Resmi Pemerinttah 17,9%
15,3%

9,7%
Berita Online 8,0%
7,0%

0,6%
Media Cetak (Koran,
Majalah, dll) 1,8%
4,0%

0,4%
Radio 4,0%
3,0%

3,0%
Tidak mengakses sama
sekali 1,9%
2,3%

2022 2021 2020


27 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

WhatsApp, Facebook, dan YouTube adalah tiga media sosial yang digunakan oleh lebih
dari 70% responden selama tiga tahun terakhir. Bahkan, WhatsApp digunakan oleh
hampir seluruh responden. Meski demikian, tampak adanya temuan menarik terkait
TikTok. Pengamatan dalam tiga tahun terakhir menunjukkan persentase pengguna
TikTok secara konsisten dan signifikan naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020,
persentasenya masih 17%. Angka ini naik menjadi 30% pada 2021 dan melonjak
menjadi 40% di tahun 2022 ini.

Gambar 12. Akses Media Sosial


“Media sosial apa yang Anda akses/gunakan?” [SA]
Basis: Seluruh responden

100% 99% 96% 95% 100%


90%
90% 88% 80% 80% 90%

80% 72% 80%


79%
70% 70%

60% 60%

50% 48% 46% 48% 50%

40% 40% 40%

30%
30% 30%

20% 17% 16% 18% 20%

13% 11%
10% 11% 9% 10%

7%
0% 5% 5% 0%
2020 2021 2022

WhatsApp YouTube TikTok Twitter


Facebook Instagram Telegram Line

Intensitas penggunaan WhatsApp dalam sehari pun cenderung lebih tinggi dibandingkan
media sosial lainnya. Pengguna WhatsApp yang mengakses selama 5 jam hingga lebih
dari 8 jam per hari tampak lebih banyak dibandingkan penggunaan media sosial lainnya.
TikTok berada di urutan kedua terkait persentase jumlah pengguna yang mengakses
aplikasi ini selama 5 jam hingga lebih dari 8 jam.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 28

Gambar 13. Durasi Akses Media Sosial

“Seberapa sering Anda mengakses media sosial tersebut dalam sehari?” [SA]
Basis: Responden yang memiliki media sosial

WhatsApp Facebook

Kurang dari 2 jam 36% Kurang dari 2 jam 68%

2 – 5 jam 35%
2 – 5 jam 26%
5 – 8 jam 4%
5 – 8 jam 15%
Lebih dari 8 jam 2%
Lebih dari 8 jam 14%

Youtube Instagram

Kurang dari 2 jam 58% Kurang dari 2 jam 63%


2 – 5 jam 32% 2 – 5 jam 27%
5 – 8 jam 7% 5 – 8 jam 7%
Lebih dari 8 jam 3% Lebih dari 8 jam 3%

TikTok Telegram

Kurang dari 2 jam 49% Kurang dari 2 jam 76%

2 – 5 jam 32% 2 – 5 jam 18%

5 – 8 jam 11%
5 – 8 jam 3%

Lebih dari 8 jam 8%


Lebih dari 8 jam 3%

Twitter Line
Kurang dari 2 jam 73% Kurang dari 2 jam 81%
2 – 5 jam 21% 2 – 5 jam 14%
5 – 8 jam 5% 5 – 8 jam 3%
Lebih dari 8 jam 2% Lebih dari 8 jam 1%
29 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Bagi mayoritas responden, penggunaan media sosial membantu komunikasi dan


interaksi sehari-hari. Mayoritas teman atau orang dikenal menggunakan media
sosial merupakan alasan yang cukup banyak disebut oleh responden (50%) untuk
menggunakan media sosial.

Gambar 14. Alasan Menggunakan Media Sosial


“Apa saja alasan Anda menggunakan media sosial?” [MA]
Basis: Responden yang memiliki media sosial

Membantu dalam komunikasi dan 73%


berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari

Mayoritas teman/orang yang dikenal 50%


menggunakan

Mengikuti dan mengetahui keadaan, aktivitas, 34%


berita dari teman/orang yang dikenal

Memiliki fitur-fitur yang menarik untuk 17%


digunakan

Berkenalan dengan orang baru dan


membentuk kelompok untuk berbagi minat 14%

Menginformasikan tentang diri dan 13%


aktivitas pribadi saya

Lainnya 2%

Dalam membaca berita online, responden lebih banyak melakukan kegiatan positif yaitu
sebanyak 60%. Sisanya sering melakukan kegiatan negatif seperti tetap membaca
berita yang tidak mencantumkan penulis, tetap membaca berita yang salah ejaan, dan
tidak mempermasalahkan sumber anonim. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya
bahwa mayoritas responden akan mempermasalahkan berita yang mengutip sumber
anonim. Kebanyakan responden juga enggan membaca berita yang terlalu banyak
salah ketik (typo) atau abai mencantumkan nama penulis.

Sebaliknya, tidak lebih dari 30% responden yang sering melakukan kebiasaan positif
dalam membaca berita online, seperti membaca lebih dari satu sumber media online
untuk isu yang sama, memeriksa domain yang aneh, serta membaca ‘about us’ untuk
mengetahui latar belakang media.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 30

Gambar 15. Kebiasaan Membaca Berita Online

“Apakah anda pernah melakukan hal di bawah ini saat membaca berita online?” [MA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)
Kebiasaan Negatif
1
Tidak mempermasalahkan pengutipan berita dengan
sumber anonim atau tidak ada sumbernya sama sekali 10 25 12 53
1
Tetap membaca berita walau terdapat banyak salah eja/
salah ketik/typo 14 27 12 46
1
Tetap membaca berita yang tidak mencantumkan 14 29 11 44
nama penulisnya
4
100%
0

Sangat sering Sering Jarang Sangat jarang Tidak pernah

Kebiasaan Positif
4
Membaca lebih dari satu sumber media online untuk isu
yang sama 39 10 24 24

1
Memeriksa alamat website/domain berita yang aneh,
seperti akun tiruan yang mirip media mainstream seperti 55 10 25 10
kompass.com dll

1
Membaca informasi about us/tentang kami untuk 53 10 26 9
mengetahui latar belakang media online/website

100%
0

Tidak pernah Sangat jarang Jarang Sering Sangat sering

3.4.
Kebiasaan Menghadapi Isu Hoaks
Di antara isu sosial, politik, dan Covid-19, responden di wilayah barat paling rentan
mempercayai isu sosial. Sekitar 7%-25% responden di wilayah barat pernah mendengar
dan percaya isu-isu sosial yang ditanyakan seperti tercantum pada grafik di bawah.

Pada isu-isu Covid-19, sekitar 4%-18% responden pernah mendengar dan percaya
terhadap isu tersebut. Sementara pada isu politik, hanya sekitar 3%- 6% responden
yang pernah mendengar dan percaya.
31 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 16. Paparan Berita Hoaks


“Pernahkah Bapak/Ibu dengar dan percaya isu berikut:” [MA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

Isu Sosial
Pesan singkat mengatasnamakan Bank yang berisi
tentang memenangkan hadiah 7 61 32

Video yang menampilkan telur palsu 14 36 50

Subsidi 75GB dari Kemendikbud untuk Siswa dan Guru 25 38 37

100%
0

Isu Politik
3
Uang baru bergambar muka Presiden Jokowi 17 80
Pilpres 2024 dibatalkan dan pemilu akan dilakukan 5
pada tahun 2029 28 67

Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) 6


24 70
menggunakan dana haji

100%
0

Isu Covid-19
4
Vaksin Booster menyebab HIV 29 66
18
Angka Kasus Positif Covid-19 Sengaja Dinaikkan 39 43
Menjelang Idul Adha
100%
0

Dengar dan percaya Dengar tapi tidak percaya Tidak pernah dengar

Sumber informasi yang sering menyajikan informasi hoaks dalam tiga tahun terakhir
masih memiliki pola yang sama. Facebook merupakan media sosial yang dominan
dalam menyajikan informasi hoaks. Proporsi Facebook turun secara signifikan dari
71,9% pada tahun 2020 menjadi 55,9% pada tahun 2022.

Begitu juga dengan WhatsApp yang mengalami penurunan signifikan dalam menyajikan
berita hoaks. Angka tersebut turun tiga kali lipat dari 31,5% pada tahun 2020 menjadi
13,9 % pada tahun 2022.

Di sisi lain, berita online mengalami kenaikan persepsi dalam menyajikan isu hoaks.
Pada tahun 2020 terdapat 10,7% responden menganggap sumber tersebut menyajikan
berita hoaks, naik menjadi 16% pada tahun 2022.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 32

Gambar 17. Sumber Informasi yang Sering Menyajikan Isu Hoaks


“Media manakah yang sering Anda temui menyajikan isu hoaks/informasi bohong?:” [SA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

55,9%
Facebook 62,6%
71,9%
16,0%
Berita Online 14,9%
10,7%
13,9%
WhatsApp 20,5%
31,5%
13,1%
Youtube 16,4%
14,9%
10,9%
TV 16,3%
7,7%
7,4%
Instagram 9,7%
8,1%
2,0%
Twitter 2,7%
1,9%
1,4%
Koran/Majalah 1,3%
2,4%
0,5%
Line 0,7%
0,4%
0,3%
Radio 1,5%
0,5%
10,9%
Tidak ada sama sekali 1,1%
2,9%
33 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Sebagian besar responden masih ragu terhadap kemampuan mereka mengidentifikasi


hoaks. Hanya 32% yang merasa yakin atau pun sangat yakin dapat mengidentifikasi
hoaks. Mayoritas menganggap bahwa keberadaan berita atau informasi yang salah/
tidak sesuai fakta/hoaks merupakan permasalahan serius.

Gambar 18. Kemampuan Identifikasi Berita Hoaks

“Seberapa yakin Anda dapat mengidentifikasi/mengenali berita atau informasi yang


salah/tidak sesuai fakta bahkan berita bohong/hoaks?” [SA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

Sangat yakin 7%

Yakin 25%

Antara yakin dan tidak yakin 45%

Tidak yakin 20%

Sangat tidak yakin 3%

“Menurut Anda apakah keberadaan berita atau informasi yang salah/tidak sesuai fakta/
hoaks adalah merupakan permasalahan serius?” [SA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

Ya, pasti 51%

Ya, dengan kondisi/batasan tertentu 20%

Tidak terlalu 14%

Tidak, bukan permasalahan serius 6%

Tidak tahu (Jangan dibacakan) 9%

Setidaknya 12% responden mengaku pernah menyebarkan berita hoaks. Mereka


mayoritas beralasan hanya meneruskan berita yang sudah tersebar (tanpa memikirkan
hoaks atau bukan). Sebagian besar responden (45%) juga tidak tahu bahwa berita
tersebut ternyata hoaks.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 34

Gambar 19. Pengalaman Menyebarkan Hoaks

“Apakah Anda pernah menyebarkan berita atau informasi yang di kemudian hari ternyata
memiliki isu hoaks/berita bohong?” [SA]
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

Ya, pernah
12%

Tidak pernah
88%

“Apakah alasan Anda menyebarkan berita atau informasi tersebut?” [MA]


Basis: Responden yang pernah menyebarkan hoaks

Hanya meneruskan informasi yang tersebar (tidak terlalu 56%


dipikirkan apakah hoaks atau bukan)
Tidak tahu bahwa informasi tersebut tidak benar 45%

Tidak tahu sumber informasi secara jelas 16%


Hanya sekadar iseng 10%
Untuk mempengaruhi orang lain 1%
Lainnya 1%

Dalam upaya untuk mencegah penyebaran berita hoaks, 80,4% responden akan
melakukan pencarian kebenaran informasi yang diterima. Apabila ternyata terdapat
berita hoaks yang diterima oleh responden maka 15,3% responden akan menegur dan
8,3% akan melaporkan pada platform media tersebut.

Gambar 20. Upaya Pencegahan Penyebaran Hoaks


“Apa yang Anda lakukan demi mencegah penyebaran hoaks/informasi bohong?
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

Mencari kebenaran dari setiap informasi


yang diterima
80,4%

Menegur Oknum yang menyebarkan hoaks 15,3%

Melaporkan oknum yang menyebarkan hoaks 8,3%


Lainnya 4,2%
35 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Di sisi lain, walaupun responden merasa penting untuk dapat mencari kebenaran
informasi yang diterima, namun belum jadi kebiasaan dalam mencerna informasi yang
diterima. Hanya sekitar 48% responden akan mengecek pada tiap gambar, video, berita,
situs, dan post di sosial media.

Gambar 21. Pengecekan Informasi yang Diterima


“Apakah anda mengecek informasi (gambar,video, berita, situs, dan
post sosial media) yang Anda terima:”
Basis: Seluruh responden (n=10.000)

Tidak Ya
52,2% 47,8%

Bagi mereka yang selalu mengecek informasi yang diterima, sebagian besar yakni
sebesar 39,5% akan mengkonfirmasi kebenaran berita melalui mesin pencarian seperti
Google, Bing, Yahoo, dan Yandex. Sedangkan media lain seperti situs pencarian hoaks
memiliki proporsi sebesar 4,1% seperti Turnbackhoax.id, Cekfakta.com, dan Trustpositif.
kominfo.go.id.

Selain media tersebut, bertanya melalui teman dan kerabat seperti keluarga, guru,
tetangga, dan tokoh yang dipercayai memiliki proporsi 3,5% yang merupakan lebih
besar dari bagi mereka yang mengecek melalui media sosial (2,1%), BOT WA Mafindo,
BUpaya menghentikan penyebaran hoaks dilakukan oleh berbagai macam aktor.
Sebagian responden menganggap lembaga negara punya peran penting dalam upaya
penyebaran hoaks seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (52%), TNI/Polri
(23%), Presiden (14%), dan BIN (3%)
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 36

Gambar 22. Cara Mengecek Berita dan Informasi


“Bagaimana Anda mengecek informasi tersebut (pilihan jawaban tidak usah
diberikan pada responden [SA]
Basis: Responden yang selalu mengecek informasi

Melalui Mesin Pencarian 39,5%

Melalui Situs Informasi Hoaks 4,1%

Bertanya melalui Teman dan Kerabat 3,5%

Melalui Sosial Media 2,1%

Melalui BOT 1,4%

Melalui Berita Online 0,2%

Melalui TV 0,1%

Upaya menghentikan penyebaran hoaks dilakukan oleh berbagai macam aktor.


Sebagian responden menganggap lembaga negara punya peran penting dalam upaya
penyebaran hoaks seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (52%), TNI/Polri
(23%), Presiden (14%), dan BIN (3%)

Namun, sebagian responden juga menanggap bahwa pada tiap lapisan masyarakat
juga memiliki tanggung jawab untuk memberantas penyebaran informasi hoaks, seperti
semua warga negara (31%), tokoh masyarakat (6%), dan pemimpin agama (3%).

Gambar 23. Pihak yang Paling Bertanggung Jawab dalam


Memberantas Informasi Hoaks
“Manakah dari lembaga dan aktor media berikut yang harus bertindak
untuk menghentikan penyebaran hoaks?”
Basis: Responden yang selalu mengecek informasi 

Kementerian Komunikasi dan Informatika 52,0%

Semua Warga Negara 31,0%

TNI/Polri 23,0%
Manajemen Pers dan Penyiaran 15,0%

Presiden 14,0%

Perusahaan platform jejaring online/aplikasi perpesanan 11,0%

Jurnalis 10,0%

Ketua RT/RW, tokoh masyarakat lokal 6,0%

Pemimpin Agama 3,0%

BIN 3,0%

Lainnya 0,0%
37


04 Indeks
Literasi Digital
39 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

4.1
Indeks Literasi Digital Nasional

Indeks Literasi Digital Nasional pada 2022 naik sebesar 0,05 poin menjadi 3,54 dari
capaian indeks di tahun 2021. Ada tiga pilar yang meningkat, yaitu Pilar 1 (Digital Skill)
naik sebesar 0,08 poin, Pilar 2 (Digital Ethics) naik sebesar 0,15 poin, dan Pilar 3 (Digital
Safety) naik 0,02 poin. Namun Pilar 4 (Digital Culture) menurun sebesar 0,06 poin.

Gambar 24. Indeks Literasi Digital 2021-2022

3,44 3,52 3,53 3,68 3,10 3,12 3,90 3,84 3,49 3,54

2021 2022

Pilar 1: Pilar 2: Pilar 3: Pilar 4: Total


Digital Skill Digital Ethics Digital Safety Digital Culture

4.1.1.
Digital Skill
Digital Skill merupakan salah satu pilar pada Indeks Literasi Digital 2022 yang meningkat.
Salah satu indikator yang paling tinggi dalam pilar ini adalah kemampuan untuk
mengunduh file. Adapun indikator yang paling rendah adalah kemampuan untuk mencari
informasi yang ditemukan apakah benar atau salah
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 40

Skor
Gambar 25. Pilar Digital Skill Indeks
1 9 63
Saya bisa mengunduh file/aplikasi 11 16 3,81

Saya bisa menghubungkan perangkat saya ke 3 57 18


jaringan internet 9 13 3,76

3 13
Saya bisa mengunggah file 12 58 14 3,69

Saya bisa mencari dan mengakses data, informasi 3


dan konten di media digital 15 11 59 12 3,63

Saya memiliki kemampuan menyimpan data, 4 3,44


informasi, dan konten dalam media digital 20 14 51 11

Saya mampu berinteraksi melalui berbagai perangkat 4 3,42


20 15 50 11
komunikasi teknologi digital

Saya terbiasa belanja melalui loka pasar 3 3,42


26 10 48 13

Saya terbiasa membandingkan berbagai sumber 5 3,26


informasi untuk memutuskan apakah informasi itu benar 28 14 44 9

4 3,25
Saya terbiasa mencari tahu apakah informasi yang 28 16 43 9
saya temukan di situs web benar atau salah

100%
0

Tidak mengerti/ Tidak pernah Melakukan dengan Melakukan sendiri Melakukan sendiri
tidak paham maksud melakukan bantuan orang lain dan dapat membantu
pertanyaan orang lain

Pola pada pilar ini tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Secara umum
urutan pada tiap indikator memiliki urutan yang sama walaupun terdapat kecenderungan
penurunan pada tiap indikator pada indikator teratas. Seperti penyesuaian cara
berkomunikasi agar kedua pihak tidak tersinggung mengalami penurunan dari 3,82
(tahun 2021) menjadi 3,81 (tahun 2022).

Sedangkan indikator dengan nilai indeks terendah cenderung mengalami kenaikan.


Seperti keterbiasaan mencari tahu apakah informasi yang ditemukan di website benar
atau salah naik dari 3,05 (tahun 2021) menjadi 3,25 (pada 2022).

Walaupun secara umum terdapat kenaikan indikator, namun pengetahuan responden


mengenai perangkat keras dan lunas mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Pengetahuan perangkat keras mengalami sedikit penurunan dari 49% menjawab benar,
menjadi 42% menjawab benar. Begitu juga pengetahuan tentang perangkat lunak yang
mengalami penurunan dari 48% menjawab benar, menjadi 45% menjawab benar.
41 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 26. Pengetahuan tentang Perangkat Digital

Pengetahuan tentang Perangkat Keras

2022 42% 57.5%


2021 49% 51.0%

Menjawab Benar Menjawab Salah

Pengetahuan tentang Perangkat Lunak

2022 45% 55%


2021 48% 53%
Menjawab Benar Menjawab Salah

4.1.2.
Digital Ethics

Digital Ethics menjadi pilar yang skornya naik signifikan dan paling besar di antara pilar
lain. Kontribusi kenaikan pilar ini berasal dari beberapa indikator yang memiliki nilai
tinggi, seperti mengajak orang untuk tidak berkomentar negatif (indeks 4,07) dan tidak
membagikan tangkapan layar di media sosial (indeks 3,97). Adapun indikator dengan
indeks terendah adalah responden yang tidak akan membagikan langsung informasi
kecelakaan.

Gambar 27. Pilar Digital Ethics Skor


3,1 Indeks
0,1
Saya tidak akan mengajak orang - orang 6,1 71,2 19,5 4,07
untuk berkomentar negatif

0,1
Saya tidak akan membagikan tangkapan
layar percakapan privat ke media sosial
5 7,6 72,4 14,9 3,97

0,0
Saya tidak akan berkomentar kasar jika ada 12,3 11,5 63 13,2
orang yang komentar negatif 3,77

0,1
Saya tidak membuat grup dan 11,2 16 63,8 8,9
menambahkan orang tanpa izin 3,70

0,1
Saya tidak menggungah foto bersama anak 20,6 17,1 52,9 9,3
orang lain 3,51

0,1
Saya tidak menandai teman tanpa perlu 23,2 16,5 52,5 7,7
9
memberi tahu 3,45

0,0
Saya tidak akan langsung membagikan 33,2 16,6 40,2 10
informasi kecelakaan 3,26

0 100%

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Antara Setuju dan Setuju Sangat Setuju
Tidak Setuju/Ragu
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 42

4.1.3.
Digital Safety
Digital Safety merupakan salah satu pilar yang mengalami kenaikan paling sedikit. Pada
pilar ini, sebagian besar dikontribusikan pada indikator terbiasa membuat password
yang aman dengan kombinasi angka, huruf, dan tanda baca. Sedangkan indikator
kemampuan membedakan e-mail berisi spam/virus/malware berkontribusi paling kecil.

Gambar 28. Pilar Digital Safety Skor


Indeks
Saya terbiasa membuat password yang
aman dengan kombinasi angka, huruf, dan 3,6 19,3 11,1 57,2 8,8 3,48
tanda baca

Di akun media sosial, saya bisa mengatur


siapa saja yang dapat melihat postingan saya 5,0 20,5 8,7 55,5 10,3 3,45

Saya dapat menonaktifkan opsi untuk


menunjukkan posisi geografis 6,1 29,7 10,7 45,3 11
8,2 3,20

Saya melakukan back up data di


beberapa tempat
6,8 36,6 13,7 36,4 6,5 2,99

Saya mengetahui cara 'report abuse/laporkan


penyalahgunaan di jejaring sosial
8,1 36,6 13,9 34,3 7,1 2,96
5,8
Saya menggunakan aplikasi untuk
menemukan dan menghapus virus 7,3 38,5 16,1 32,3 2,91
4,7
Saya bisa membedakan e-mail yang berisi
spam/virus/malware
11,7 44,1 15,4 24,1 2,66

100%
0

Tidak mengerti/tidak paham Tidak pernah Melakukan dengan Melakukan Melakukan sendiri dan dapat
maksud pertanyaan melakukan bantuan orang lain sendiri membantu orang lain

4.1.4.
Digital Culture

Digital Culture merupakan satu-satunya pilar yang indeksnya menurun dari tahun
sebelumnya walaupun secara umum masih menjadi pilar dengan nilai tertinggi. Pada
pilar ini, sebagian besar memiliki indeks di antara 3,8-3,9. Hanya satu indeks yang
memiliki nilai di bawah rentang tersebut, yaitu mencantumkan nama penulis saat repost,
yaitu pada skor 3,57.
43 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 29. Pilar Digital Culture Skor


Indeks
5,0 1,6
Saya menyesuaikan cara berkomunikasi
agar pihak kedua/pendengar tidak merasa 5,8 73,2 14,4 3,94
tersinggung/tidak dihargai 1,2
6,0
Saya mempertimbangkan perasaan 6,0 71,5 15,3 3,94
pembaca yang berasal dari agama lain
4,9 0,8
Saya selalu mempertimbangkan dan
menyadari keragaman budaya di media 8,1 73,2 13,0 3,93
sosial saat membagikan pesan/informasi 1,0
Saya mempertimbangkan perasaan 6,7 7,6 71,3 13,5 3,90
pembaca yang berasal dari suku lain
1,1
Saya berbagi seni budaya tradisional dan 6,7 11,6 70,2 10,4 2,82
kontemporer Indonesia secara digital
1,0
Saya mempertimbangkan perasaan 7,7 11,8 69,0 10,5 2,80
pembaca yang memiliki pandangan politik
berbeda 1,4
Saya mencantumkan nama penulis saat 15,6 16,1 58,2 8,8 3,57
repost
100%
0

Sangat Tidak Setuju Antara Setuju dan Setuju Sangat Setuju


Tidak Setuju Tidak Setuju/Ragu

4.2.
Indeks Literasi Digital Berdasarkan Wilayah
Indeks Literasi Digital yang dibagi berdasarkan wilayah menunjukkan bahwa secara
umum Indonesia Barat unggul dibandingkan wilayah lainnya. Adapun Indonesia Tengah
merupakan daerah yang paling rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Indonesia
Barat unggul pada Digital Ethics dan Digital Culture, sedangkan Indonesia Timur Unggul
pada Digital Skill dan Digital Safety.

Gambar 30. Pilar berdasarkan Wilayah


3,54 3,45 3,62 3,70 3,61 3,48 3,12 3,08 3,34 3,86 3,79 3,76 3,56 3,48 3,55

Pilar 1: Pilar 2: Pilar 3: Pilar 4: Total


Digital Skill Digital Ethics Digital Safety Digital Culture Indeks

Barat Tengah Timur


STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 44

Di sisi lain, indeks berdasarkan provinsi menunjukkan bahwa D.I Yogyakarta memiliki
nilai Indeks Literasi Digital paling tinggi di antara provinsi lain di Indonesia. Nilai ini
serupa dengan tahun sebelumnya, yaknimenduduki peringkat pertama.

Beberapa provinsi masih berada di 10 besar daerah dengan indeks terbesar, seperti
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua Barat. Namun juga terjadi pergeseran
provinsi-provinsi di Pulau Jawa, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur. Empat wilayah di Pulau Jawa menunjukkan perubahan signifikan pada
tahun ini dengan berada pada posisi 10 besar provinsi yang memiliki nilai indeks
terbesar di Tanah Air.

Table 4. 15 Besar Indeks Literasi Digital berdasarkan Provinsi di Indonesia 2021-2022


Tahun 2022 Tahun 2021
Peringkat
Provinsi Indeks Provinsi Indeks
1 DI Yogyakarta 3,64 DI Yogyakarta 3,71
2 Kalimantan Barat 3,64 Kepulauan Riau 3,68
3 Kalimantan Timur 3,62 Kalimantan Timur 3,62
4 Papua Barat 3,62 Sumatra Barat 3,61
5 Jawa Tengah 3,61 Gorontalo 3,61
6 Kalimantan Tengah 3,60 Papua Barat 3,61
7 Jawa Barat 3,60 Nusa Tenggara Timur 3,60
8 DKI Jakarta 3,59 Kalimantan Barat 3,58
9 Kep. Riau 3,59 Aceh 3,57
10 Jawa Timur 3,58 Kalimantan Utara 3,57
11 Sulawesi Tenggara 3,57 Sulawesi Barat 3,57
12 Papua 3,55 Kepulauan Bangka Belitung 3,57
13 Bengkulu 3,55 Jawa Timur 3,55
14 Maluku 3,54 Sulawesi Utara 3,53
15 Jambi 3,54 Lampung 3,52
  Skor Indeks 2021 3,54 Skor Indeks 2022 3,49

Selama periode 2021 dan 2022, tampak terlihat bahwa terdapat kenaikan peringkat
semua provinsi di Pulau Jawa (kecuali Yogjakarta). Begitu juga semua provinsi di
Indonesia Timur (kecuali Papua Barat) mengalami kenaikan.

Kenaikan dengan skor tertinggi dialami oleh Maluku Utara (kenaikan 0,36), Riau
(kenaikan 0,27), Kalimantan Selatan (kenaikan 0,36). Sedangkan daerah dengan
penurunan tertinggi berada pada provinsi Kap. Bangka Belitung (penurunan 0,36),
Gorontalo (penurunan 0,26), dan Sulawesi Barat (penurunan 0,24).
45 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

4.3.
Indeks Literasi Digital Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan grafik di bawah ini, diketahui bahwa laki-laki memiliki Indeks Literasi Digital
tertinggi di semua pilar. Akan tetapi, pada pilar Digital Culture, laki - laki dan perempuan
memiliki nilai indeks literasi digital yang sama.

Gambar 31. Indeks Literasi Digital Berdasarkan Jenis Kelamin

3,55 3,50 3,69 3,66 3,18 3,07 3,84 3,84 3,56 3,52

Pilar 1: Pilar 2: Pilar 3: Pilar 4: Total


Digital Skill Digital Ethics Digital Safety Digital Culture

Laki-Laki Perempuan

4.4.
Indeks Literasi Digital Berdasarkan Segmentasi
Masyarakat

Pada sub-bab ini akan dilihat bagaimana status literasi digital berdasarkan segmentasi.
Pertama, segmen pendidikan terdiri dari tenaga pendidik (dosen dan guru) dan siswa
dan mahasiswa. Kedua, segmen pemerintah/TNI/Polri terdiri dari tenaga kerja ASN
non tenaga pendidik, TNI, dan Polri. Ketiga, segmen masyarakat umum terdiri dari
kelompok masyarakat di luar sektor pendidikan dan Pemerintah/TNI/Polri.

Hasil survei menunjukkan segmen pemerintahan/TNI/Polri memiliki skor indeks tinggi


sebesar 3,74. Sementara pekerja dan pelajar di segmen pendidikan memiliki skor
indeks 3,70 dan segmen masyarakat umum memiliki skor indeks 3,5.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 46

Gambar 32. Indeks Literasi Digital Berdasarkan Segmentasi Masyarakat

3,45 3,86 3,84 3,69 3,71 3,62 3,04 3,46 3,49 3,84 3,94 3,85 3,50 3,74 3,70

Pilar 1: Pilar 2: Pilar 3: Pilar 4: Total


Digital Skill Digital Ethics Digital Safety Digital Culture

Masyarakat Umum Pemerintahan/TNI/Polri Sektor Pendidikan

Penggunaan komputer dan laptop belum menjadi bagian dari pekerjaan sebagian besar
responden. Mereka yang bekerja dan menggunakan komputer/laptop hanya sebesar
26,67 %. Sebanyak 73,33% di antaranya belum menggunakan perangkat tersebut.

Gambar 33. Penggunaan Perangkat Digital untuk Bekerja

“Apakah Anda menggunakan komputer/laptop Anda untuk pekerjaan/sekolah Anda? [SA]”


Basis: responden yang bekerja (n=5.065)

Menggunakan Laptop/
Komputer
26,7%

Tidak Menggunakan
Laptop/Komputer
73,3%
47 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Sedangkan bagi mereka yang menggunakan laptop untuk bekerja, kurang dari 30% dari
responden merasa tidak puas dan sangat tidak puas. Hal ini terlihat dari data di bawah
ini menunjukkan bahwa hampir separuh respons merasa puas dan sangat puas. Nilai
kepuasan tertinggi secara umum adalah kemudahan penggunaan komputer/laptop di
pekerjaan/sekolah. Sedangkan nilai terendah berada pada indikator jumlah pelatihan
untuk menguasai komputer/laptop yang dirasa kurang.

Gambar 34. Kepuasan Perangkat Digital untuk Bekerja


“Bagaimana penilaian Anda mengenai penggunaan [MA]”
Basis: responden yang bekerja (n=1.368)

Kemudahan penggunaan komputer/laptop di 4,2 16,5 24,7 49,2 11,7


pekerjaan/sekolah saya
Kualitas komputer/laptop yang diperuntukkan saya 4 19,1 27,5 44,3 5,1
Intensitas penerapan/jumlah waktu penggunaan 4,3
komputer/laptop selama bekerja/sekolah 17,9 27,8 45,4 4,6
Bagaimana tempat saya bekerja/sekolah terus 4,6 20,9 29,6 40,8 4,10
memperbarui komputer/laptop

Jumlah pelatihan untuk menguasai komputer/laptop 5,3 21,7 26,50 42,4 4,10
yang saya terima di pekerjaan/sekolah saya
100%
0

Sangat tidak puas Tidak puas Antara puas dan Puas Sangat Puas
tidak puas/ragu

Penggunaan internet pada pekerja sektor pendidikan sebagian besar pada penggalian
informasi melalui internet, yaitu sebesar 36,5 %. Aktivitas lainnya seperti proses belajar
dan mengajar secara daring dan multimedia pembelajaran sebesar masing-masing
27,6% dan 17,1%. Sedangkan penggunaan laboratorium virtual masih sangat rendah
yakni sebesar 3.5%.

Gambar 35. Penggunaan Perangkat Digital untuk Bekerja


“Apa saja penggunaan teknologi digital yang sudah diterapkan dalam pekerjaan anda? [MA]”
Basis: responden tenaga pengajar

Pencarian informasi melalui internet 36,5%

Proses belajar mengajar secara daring 27,6%

Multimedia pembelajaran 17,1%

Penggunaan buku digital (e-book) 14,5%

Laboratorium virtual 3,5%

Lainnya 0,8%
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 48

Namun kepuasan yang besar bagi para pekerja yang menggunakan perangkat digital
masih dapat hal-hal yang dianggap sebagai faktor penghambat. Lebih dari separuh
responden menganggap kurangnya anggaran (219%), kurangnya pelatihan (17,6%),
dan kurangnya sumber daya pendukung (16,3%) menjadi faktor-faktor dominan dalam
menghambat pekerjaan dengan menggunakan perangkat digital.

Gambar 36. Hambatan Terhadap Penggunaan Komputer di Pekerjaan


“Menurut Anda apa saja faktor yang menghambat penggunaan teknologi digital
untuk pekerjaan/sekolah Anda? [MA]”
Basis: responden yang bekerja (n=1.368)

Kurangnya anggaran 21,9%


Kurangnya pelatihan 17,8%
Kurangnya sumber daya pendukung 16,3%
Kurangnya keterampilan pegawai/karyawan 15,5%
Kurangnya keterampilan masyarakat 13,1%
Lainnya 8,2%

Kurangnya materi pembelajaran 7,1%

Sedangkan bagi pelajar, penggunaan handphone menjadi perangkat digital yang paling
sering digunakan dibandingkan dengan laptop/komputer. Sebagian besar siswa, yaitu
93%, menggunakan handphone untuk belajar. Hanya sedikit yakni 2% responden yang
tidak menggunakan perangkat digital sama sekali.

Gambar 37. Penggunaan Perangkat Digital untuk Pembelajaran

“Teknologi digital apa yang sering Anda gunakan untuk belajar? [MA]”
Basis: responden siswa/mahasiswa

Handphone 93%

Laptop 31%

Komputer 10%

Tidak menggunakan sama sekali 2%


49 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Sebagian siswa/mahasiswa merasa nyaman dengan penggunaan teknologi di sekolah


mereka. Lebih dari 65% responden merasa nyaman dan sangat nyaman dengan
penggunaan teknologi digital, dan hanya sekitar 13% responden yang merasa tidak
nyaman dan sangat tidak nyaman

Gambar 38. Kenyaman Menggunakan Teknologi Digital untuk Pembelajaran

Apakah Anda nyaman menggunakan teknologi digital untuk pembelajaran? [SA]


Basis: Responden siswa/mahasiswa

Sangat Nyaman 10,1%

Nyaman 56,2%

Antara nyaman dantidak nyaman/ragu 21,0%

Tidak nyaman 10,0%

Sangat tidak nyaman 2,8%

Sedangkan untuk melihat karakter dalam tiap aktivitas pembelajaran melalui perangkat
digital mendapatkan nilai dengan level yang baik. Seperti mendapatkan informasi
dengan mudah memiliki proporsi hampir 85% setuju dan sangat setuju. Begitu juga
jaringan internet yang stabil, keamanan data pribadi yang terjamin, dan kecukupan
perangkat digital memiliki proporsi kesetujuan di atas 75%.

Gambar 39. Kondisi Pembelajaran melalui Perangkat Digital

“Berikan tingkat kesetujuan Anda terhadap pernyataan berikut ini [MA]”


Basis: Responden siswa/mahasiswa

Saya mendapatkan informasi untuk


pembelajaran dengan mudah
1,3 5,6 8,2 70,7 14,2

Jaringan/internet di daerah saya stabil 2,1 13 60,4 7,6


16,9

Selama mengaksesinternet, saya merasa


keamanan data pribadi saya dapat terjaga 0,8 8 22,3 61,5 7,4

Perangkat yang saya gunakan untuk 0,9 8,5 69,4 6,9


mengakses Internet sudah mencukupi 14,3

100%
0

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Antara Setuju dan Setuju Sangat Setuju
Tidak Setuju/Ragu
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 50

Berdasarkan dengan perspektif responden mengenai penggunaan teknologi digital


seperti apa yang dapat menunjang pembelajaran yang efektif menunjukkan proporsi
yang menarik. Sebagian besar responden menganggap pembelajaran secara daring
(49,2%) dan ujian secara daring (40,0 %) dianggap menjadi kegiatan penunjang
pembelajaran yang lebih efektif. Sedangkan tersedianya bank online yang dapat diakses
tiap waktu (21,6%) dan absensi secara digital (22,7%) dianggap kegiatan yang tidak
begitu menunjang pembelajaran yang efektif.

Gambar 40. Penggunaan Teknologi untuk Menunjang Pembelajaran


“Apa saja penggunaan teknologi digital yang menurut Anda dapat menunjang pembelajaran
yang lebih efektif? [MA]”
Basis: Responden siswa/mahasiswa

Pembelajaran secara daring 49,2%

Ujian secara daring 40,0%

Rekaman pembelajaran oleh guru sebagai materi 34,0%


pembelajaran mandiri

Penggunaan ebook dalam proses 27,0%


belajar mengajar

Absensi murid secara digital 22,7%

Berita soal beserta penyeselesainnya yang dapat


diakses setiap waktu 21,6%

4.5.
Indeks Berdasarkan Program Literasi Digital
Dari keseluruhan responden, sebanyak 9,98% responden pernah mengikuti program
Literasi Digital. Dari jumlah tersebut, sebagian besar informasi dari sosial media, teman/
saudara, dan Kemkominfo. Hanya sedikit informasi didapat dari media konvensional,
seperti baliho atau sosialisasi tatap muka seperti di pemda atau kelurahan setempat.
51 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 41. Keikutsertaan Program Literasi Digital

Apakah Anda mengikuti program Literasi Digital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) baik berupa webinar maupun pelatihan terkait dengan penggunaan teknologi
digital dan pemanfaatannya? [SA]
Basis: seluruh responden (1.000)

Ya
10,0%

Tidak
90,0%

Sedangkan sumber informasi program literasi digital sebagian besar responden


mendapatkan informasi tersebut dari sosial media (50,5%), teman/saudara (21,7%), dan
berita online (11,3%). Sedangkan aktivitas lain yang lebih konvensional seperti spanduk/
Baliho/Flyer (1,1%) dan dan guru/sekolah (5,05%) merupakan sumber informasi dengan
proporsi yang paling rendah.

Gambar 42. Sumber Informasi Program Literasi Digital


Darimana saja Anda mengetahui program Literasi Digital? [MA]

Sosial Media 50,5%

Teman/Saudara 21,7%

Berita Online 11,3%

Keluarga 10,3%

Sekolah/Guru 5,0%

Spanduk/Baliho/Flayer 1,1%

Tampak jelas bahwa Indeks Literasi Digital bagi mereka yang mengikuti program jauh
lebih besar daripada mereka yang tidak mengikuti program Literasi Digital. Bagi mereka
yang mengikuti program Literasi Digital memiliki indeks 3,64 dibandingkan hanya 3,53
bagi merek yang tidak mengikuti program tersebut.
Analisis
05 Khusus
53 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

5.1.
Kesiapan Masyarakat Menghadapi UU PDP: Berbagi
Data dan Keamanan Pribadi

Digitalisasi telah menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat. Perkembangan


teknologi digital yang massif, memudahkan masyarakat berinteraksi, bertransaksi
dan berbagi informasi dihadapkan dengan tantangan soal keamanan digital.

Masyarakat sangat khawatir terhadap maraknya kasus kebocoran data-data pribadi.


Kondisi ini menunjukkan bahwa kehadiran regulasi yang menjamin pelindungan data-
data pribadi sudah sangat mendesak.

UU No. 27 tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi yang disahkan pada Oktober
2022 diharapkan dapat memberikan pelindungan kepada masyarakat dari kebocoran
dan penyalahgunaan data dan risiko kejahatan siber lainnya.

Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa pelindungan data pribadi merupakan pelindungan


terhadap hak asasi manusia. Setiap data pribadi diproses sesuai dengan kepentingan
pihak pengumpul data dan tidak dapat disalahgunakan untuk kepentingan lain.

Kebijakan tersebut juga diharapkan semakin menumbuhkan kesadaran masyarakat


terhadap pentingnya melindungi data pribadi. Pengguna internet dan berbagai aplikasi
digital perlu memahami ketentuan privasi dan cara-cara untuk meminimalisir kebocoran
data pribadi.

Hasil survei Status Literasi Digital 2022 yang dilakukan oleh Katadata Insight Center
bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika menjelaskan perilaku masyarakat
dalam menjaga dan mengelola data pribadinya. Nantinya akan tergambar kesadaran
dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi pelaksanaan UU PDP.

Secara keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menilai keamanan digital, baru


separuh dari responden memiliki kebiasaan baik terhadap pelindungan data pribadi.
Sebagian besar responden telah melakukan beberapa sikap positif tanpa bantuan
orang lain.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 54

Misalnya, sebanyak 66% responden terbiasa membuat password yang aman dengan
kombinasi angka, huruf, dan tanda baca. Lalu sebanyak 65,8% responden terbiasa
mengatur orang-orang yang dapat melihat linimasa (postingan) dan 53,5% responden
menonaktifkan posisi geografis/GPS seperti di Facebook.

Sebaliknya, sebagian responden belum memiliki kesadaran dan kemampuan yang baik
untuk melakukan aktivitas-aktivitas penting lainnya dalam melindungi data pribadi.
Terungkap bahwa sebanyak 71,2% responden belum terbiasa membedakan e-mail
yang berisi spam/virus/malware atau e-mail biasa. Padahal spam dapat menjadi salah
satu cara penyebaran malware sehingga dapat melemahkan sistem keamanan di
perangkat digital dan memicu kebocoran data.

Di samping itu, masih relatif banyak responden yang cenderung belum terbiasa
menggunakan fitur-fitur yang membantu pelindungan data pribadi. Hasil survei
menunjukkan 62% responden tidak terbiasa menggunakan aplikasi/software untuk
menemukan dan menghapus virus di handphone/komputer.

Lalu sebanyak 58,6% responden tidak terbiasa dengan cara report abuse/melaporkan
penyalahgunaan di jejaring sosial dan 57,1% responden tidak mampu melakukan sendiri
pencadangan (back up) data di beberapa tempat penyimpanan.

Riset menunjukkan pemahaman dan kemampuan sebagian masyarakat terhadap sistem


pelindungan data pribadi masih rendah. Kerentanan sistem keamanan memungkinkan
peretas untuk mengakses data personal. Untuk menghindari kebocoran data, secara
umum masyarakat perlu mengetahui pemanfaatan sistem keamanan digital secara
lebih memadai.

Berbagi informasi personal di platform digital juga menimbulkan risiko terhadap


pelindungan data pribadi. Data-data yang merupakan identitas seseorang dan dibagikan
di media sosial dapat dimanfaatkan orang lain tanpa sepengetahuan pemilik data.

Survei Status Literasi Digital 2022 menunjukkan masih relatif banyak responden yang
mengunggah data pribadi di media sosial seperti alamat rumah, tanggal lahir, dan
nomor handphone pribadi.
55 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Sebanyak 61,3% responden mencantumkan nomor handphone pribadi di akun media


sosialnya. Lebih dari separuh responden (58,1%) mencantumkan informasi tanggal
lahir di media sosial. Di samping itu, terdapat 18,2% responden yang mencantumkan
nama anggota keluarga beserta hubungan keluarga/pekerjaannya.

UU PDP telah menetapkan sanksi kepada individu yang melakukan penyalahgunaan


data pribadi. Oleh karenanya, masyarakat perlu meningkatkan wawasan dan
kehati-hatian terhadap risiko mencantumkan data personal di ranah publik karena
dapat disalahgunakan oleh orang lain. Data pribadi bersifat spesifik yang dalam
pemrosesannya dapat mengakibatkan dampak besar kepada seseorang.

Gambar 43. Informasi Pribadi dalam Media Sosial

Nomor Handphone Pribadi 61,3 38,7

Tanggal Lahir 58,1 41,9

Alamat rumah 38,9 61,1

Mencantumkan nama anggota keluarga


18,2 81,8
beserta hubungan keluarga/pekerjaan

100%
0

Ya Tidak

Lebih lanjut mengenai aktivitas membagikan informasi personal di media sosial, hasil
survei menunjukkan mayoritas responden (84,7%) tidak pernah mengunggah foto KTP
dan 85,7% tidak pernah mengunggah tiket pesawat/kereta. Namun demikian, meskipun
frekuensinya jarang, sebanyak 30,2% responden menambahkan info lokasi terkini saat
mengunggah konten, sedangkan 16,8% responden lainnya lebih sering melakukannya.
Di sisi lain, sebanyak 61,1% responden tidak pernah menggunakan password yang
berbeda di setiap akun media sosial.

Survei terhadap 10.000 responden secara nasional ini menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat untuk tidak mengunggah data pribadi ke media sosial sudah relatif
baik. Namun masyarakat masih perlu lebih berhati-hati agar terhindar dari berbagai
kemungkinan serangan siber (cyber attack).
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 56

Pengguna media sosial perlu memastikan dan memahami kebijakan privasi yang telah
ditetapkan setiap aplikasi media sosial. Ketika membagikan informasi kepada pihak lain-
-seperti perusahaan maupun lembaga layanan publik—masyarakat perlu mengetahui
bahwa sesuai dengan UU PDP, masyarakat memiliki hak untuk memberikan persetujuan
dan sewaktu-waktu dapat meminta penghapusan data pribadi tersebut. Di tengah era
digitalisasi, pelindungan terhadap data pribadi masyarakat juga perlu didukung dengan
kecakapan digital terhadap faktor keamanan dan keselamatan dalam pemanfaatan
perangkatnya. Survei Status Literasi Digital 2022 menunjukkan bahwa masih relatif
sedikit masyarakat yang menggunakan fitur-fitur peningkatan keamanan digital, baik
perangkat keras maupun lunak.

Gambar 44. Pengalaman di Sosial Media

Menggunakan password yang berbeda di 5 13,9


setiap akun media sosial 20 61,1
2,4
0,4
Mengunggah foto KTP 12,5 84,7

Mencoba-coba install aplikasi yang 2,7 63,6


menarik tanpa tahu siapa pembuatnya
10,7 23

Menambahkan info lokasi terknin saat 5,1 11,7 53


menggunggah konten
30,2
1,6
Mengunggah tiket pesawat/kereta 3,6 9,1 85,7

100%
0

Sangat sering Cukup sering Jarang Tidak Pernah

Perangkat keras perlu dilindungi dengan menggunakan kata sandi yang kuat,
kunci pencocokan sidik jari (fingerprint authentication), maupun fitur kunci dengan
mencocokkan wajah pengguna (face authentication).

Sebagian besar responden menggunakan kata sandi untuk membuka layar handphone,
tetapi 33% responden menggunakan fitur kunci pencocokan sidik jari (fingerprint
authentication). Sementara 12,5% responden menggunakan fitur pencocokan wajah
(face authentication).

Sementara dari sisi perangkat lunak, hanya 11,1% responden yang berupaya melindungi
data pribadi. Masyarakat Indonesia perlu meningkatkan cara-cara pelindungan data
pribadi secara keseluruhan, di antaranya memasang fitur cari perangkat saya (find my
device), anti virus, back up data, enkripsi full disk atau penyandian, dan penghancuran
data (shredder).
57 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 45. Upaya Melindungi Data Pribadi

Menggunakan sandi huruf/angka/pola untuk


membuka layar handphone
50,6%
Menggunakan fitur kunci pencocokan sidik jari 22,4%
(fingerprint authentication)
Tidak melakukan satu pun hal di atas sama sekali 9,3%
Menggunakan fitur pencocokan wajah (face
authentication)
8,5%
Memasang fitur Antivirus 2,7%
Memasang fitur Back-up Data 2,3%
Memasang fitur cari perangkat saya (Find My Device) 2,0%
Menggunakan autentikasi dua faktor (two factor 1,6%
authentication)
Memasang fitur enkripsi full disk 0,3%

Memasang fitur shredder 0,2%

UU PDP telah mengatur keikutsertaan masyarakat dalam pelindungan data pribadi.


Pasal 63 menyebutkan masyarakat dapat berperan baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam mendukung terselenggaranya pelindungan data pribadi.

Dapat disimpulkan, baru sebagian responden siap dengan implementasi UU PDP. Oleh
karena itu masyarakat perlu secara aktif meningkatkan kesadaran, wawasan, yang
diikuti kebiasaan positif untuk meningkatkan kemampuan pelindungan data pribadi.
Secara khusus membatasi untuk membagikan data informasi personal ke media digital/
media sosial dan menggunakan sistem pengamanan perangkat digital secara optimal
agar meminimalisir risiko kebocoran data.

Implementasi peraturan turunan dari UU PDP juga perlu disosialisasikan kepada


masyarakat dan berbagai cara untuk meningkatkan keamanan data pribadi. Sebab
masih sedikit responden yang menggunakan fitur-fitur pendukung keamanan digital.

Selain itu, setiap individu masyarakat perlu memahami pasal-pasal di dalam UUP PDP,
karena dapat terkena sanksi kendati tidak sengaja atau tanpa sadar melanggar regulasi
tersebut. Ketika membagikan informasi ke pihak yang memproses dan mengendalikan
data pribadi, masyarakat juga perlu secara mendetail memahami hak dan kewajibannya.
Misalnya meminta bukti persetujuan untuk memproses data pribadi dan juga hak
mendapatkan pemberitahuan dari pengendali data ketika terjadi kegagalan dalam
pelindungan data pribadi masyarakat.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 58

5.2.
Status Literasi Digital Kalimantan Timur sebagai Lokasi
Ibu Kota Baru
Pemerintah Indonesia akan memulai pembangunan fase pertama infrastruktur Ibu Kota
Nusantara (IKN) pada periode 2022-2024 (Katadata, 2022b). Pada periode tersebut,
pemindahan ibu kota baru, terutama kementerian esensial, telah dilakukan secara
bertahap hingga tahun 2045.

Berdasarkan Perpres No.115 Tahun 2021, salah satu proyek prioritas yang dilakukan
adalah pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi, interkoneksi, dan transmisi
tegangan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur yang mendukung aksesibilitas
teknologi digital menjadi bagian penting dalam pembangunan IKN.

Selain kesediaan infrastruktur komunikasi yang memadai, salah satu faktor penting
dalam mendukung pembangunan IKN adalah masyarakat yang mampu dalam
memanfaatkan terbukanya akses digital dalam kehidupan sehari-hari. Terutama aktivitas
yang dapat mendukung produktivitas, seperti dalam bekerja dan bersekolah.

IKN akan berada di Provinsi Kalimantan Timur dengan jumlah penduduk 3,721 juta
jiwa. Sebanyak 7,14% penduduknya memiliki Pendidikan hingga perguruan tinggi.
Angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk nasional yang
berpendidikan tinggi yakni sebesar 6% (Katadata, 2021, 2022a).

Hal serupa juga terlihat dari Indeks Literasi Digital Kalimantan Timur yang memiliki
skor 3,62. Skor tersebut jauh lebih besar daripada skor nasional yang memiliki skor
3,54. Skor tersebut konsisten dari tahun sebelumnya, baik pada tahun 2021 dan 2021,
Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan indeks terbesar ketiga di Indonesia.

Secara umum, hampir semua pilar Kalimantan Timur lebih tinggi dibandingkan dengan
pilar di level nasional. Perbedaan paling mencolok adalah Digital Ethics yang memiliki
perbedaan terbesar pada 0,22.
59 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 46. Indeks Literasi Digital di Kalimantan Timur

3,52 3,55 3,68 3,90 3,12 3,17 3,84 3,86 3,54 3,62

Pilar 1: Pilar 2: Pilar 3: Pilar 4: Total


Digital Skill Digital Ethics Digital Safety Digital Culture

Nasional Kalimantan Timur

Pada pilar Digital Skill, skor tertinggi sama dengan skor tertinggi pada level nasional,
yaitu kemampuan untuk mengunduh file. Perbedaan paling mencolok adalah skor pada
keterbiasaan dalam berbelanja melalui loka pasar yang merupakan sub-pilar dengan
skor terendah di Kalimantan Timur.

Di pilar Digital Ethics menunjukkan pola yang identik antara Kalimantan Timur dan
Nasional. Skor terbesar pada upaya responden untuk tidak mengajak orang-orang
untuk berkomentar negatif. Di sisi lain, skor indeks terendah berada pada kebiasaan

Gambar 47. Pilar Digital Skill di Kalimantan Timur Skor


Indeks
0,77 6,92
Saya bisa mengunduh (download) file/ 15,38 66,15 10,77 3,79
aplikasi dari internet
0,77
Saya bisa mencari dan mengakses data, informasi
dan konten di media digital sesuai kebutuhan
7,69 21,54 61,54 8,46 3,69
2,31
Saya bisa mengunggah (upload) file ke internet 9,23 16,15 62,31 10,00 3,68
0,77
Saya memiliki kemampuan menyimpan data, 13,85 19,23 7,69 3,58
informasi, dan konten dalam media digital
58,46
5,38
Saya bisa menghubungkan perangkat saya ke 10,77 20,77 11,54 3,53
jaringan internet (wifi, LAN, mobile data)
51,54
0,77
Saya mampu berinteraksi melalui berbagai perangkat 16,15 22,31 53,08 7,69 3,51
komunikasi teknologi digital
1,54
Saya terbiasa membandingkan berbagai sumber 20,77 9,23 3,42
informasi untuk memutuskan apakah informasi itu benar
20,77 47,69
1,54
Saya terbiasa mencari tahu apakah informasi yang 19,23 25,38 47,69 6,15 3,38
saya temukan di situs web benar atau salah
1,54
Saya terbiasa belanja melalui loka pasar (ecommerce, 23,85
19,23 46,92 8,46 3,37
seperti shopee, tokopedia, lazada)
100%
0

Tidak mengerti/tidak paham Tidak pernah Melakukan dengan Melakukan Melakukan sendiri
maksud pertanyaan melakukan bantuan orang lain sendiri dan dapat membantu
orang lain
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 60

responden dalam membagikan secara langsung informasi kecelakaan.

Pada pilar Digital Safety, skor tertinggi pada sub pilar menunjukkan kategori yang
sama yaitu pada kebiasaan menggunakan password yang aman. Namun skor terendah

Gambar 48. Pilar Digital Ethics di Kalimantan Timur


Skor
Indeks
Saya tidak akan mengajak orang-orang untuk
berkomentar negatif ke akun media sosial orang 0,0 0,0 6,2 69,2 24,6 4,23
yang saya benci

Saya tidak akan membagikan capture/tangkapan


layar percakapan privat ke media sosial atau kepada 0,0 0,0 4,6 68,5 26,9 4,18
orang lain jika menyinggung saya

Saya tidak akan berkomentar kasar jika ada orang 0,0 16,2 23,1
yang komentar negatif di unggahan saya
45,4 15,4 4,96

Saya tidak membuat grup dan menambahkan orang/ 0,0 8,5 13,8 59,2 18,5 3,88
teman saya tanpa izin

Saya tidak mengunggah foto bersama anak


orang lain 0,0 7,7 10,0 60,8 21,5 3,83

Saya tidak menandai (tag) teman saat


mengunggah konten tanpa perlu memberi tahu 0,0 18,5 14,6 50,0 16,9 3,65
teman saya tersebut

Ketika saya menemukan informasi tentang


kecelakaan atau bencana alam, saya tidak akan 0,0 12,3 13,1 53,8 20,8 3,6
langsung share/bagikan/sebarkan

100%
0

Sangat Tidak Tidak Setuju Antara Setuju dan Setuju Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju/ragu

memiliki perbedaan antara Kalimantan Timur dan Nasional. Pada Nasional, skor paling
kecil pada kemampuan responden dalam membedakan email yang berisi spam/
virus/malware. Sedangkan pada responden di Kalimantan Timur, skor terendah pada
kebiasaan mengatur siapa saja yang dapat melihat linimasa di akun media sosial
mereka.

Pada pilar Digital Culture, perbedaan antara Kalimantan Timur dan Nasional berada
61 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 49. Pilar Digital Safety di Kalimantan Timur


Skor
5,38 5,38 Indeks

Saya melakukan back up atau simpan data di


beberapa tempat, bukan hanya satu
32,31 16,92 40,00 3,48

4,62 4,62
Saya terbiasa membuat password yang aman
dengan kombinasi angka, huruf, dan tanda baca 20,00 7,69 63,08 3,45

3,85
Saya bisa membedakan e-mail yang berisi spam/ 9,23
virus/malware dan tidak 16,15
41,54 29,23 3,34

5,38 2,31
Saya menggunakan aplikasi/software untuk
menemukan dan menghapus virus di handphone/ 33,08 21,54 37,69 3,2
komputer
1,54 4,62
Saya mengunggah data pribadi di media sosial
(seperti alamat, tanggal lahir, nomor telepon) 23,85 9,23 60,77 2,99

4,62 5,38
Saya dapat menonaktifkan opsi untuk menunjukkan
posisi geografis/GPS saya (mis. di Facebook) 25,38 15,38 49,23 2,96

5,38 4,62
Saya mengetahui cara ‘report abuse’/laporkan
penyalahgunaan di jejaring sosial jika ada postingan 34,62 20,77 34,62 2,91
yang mengandung konten negatif atau merugikan saya

3,08 5,38
Di akun media sosial, saya bisa mengatur siapa saja 2,66
yang dapat melihat postingan (linimasa) saya 20,77 13,85 56,92

100%
0

Tidak mengerti/ Tidak pernah Melakukan dengan Melakukan Melakukan sendiri dan dapat
tidak paham maksud melakukan bantuan orang lain sendiri membantu orang lain
pertanyaan

pada sub pilar terbesar. Pada Kalimantan Timur, skor terbesar berada pada kesadaran
responden dalam mempertimbangkan perasaan pembaca yang berasal dari suku lain
(Skor 3,98) dan keberagaman budaya (Skor 3,95). Sedangkan pada level nasional,
sebagian besar merasa menyesuaikan cara berkomunikasi agar tidak tersinggung (Skor
3,94) adalah sub pilar yang tertinggi, disusul oleh mempertimbangkan pembaca yang
berasa dari agama lain (Skor 3,94).

Hal ini berbeda dengan skor terkecil. Baik Nasional dan Kalimantan Timur merasa
pencantuman nama penulis pada saat report merupakan sub pilar yang memiliki skor
terendah.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 62

Gambar 50. Pilar Digital Culture di Kalimantan Timur


Skor
Indeks
2,31 4,62
Saya mempertimbangkan perasaan pembaca yang
berasal dari suku lain 6,15 66,15 20,77 3,98
Saya selalu mempertimbangkan dan menyadari 2,316,15
keragaman budaya di media sosial saat 8,46 60,00 23,08 3,95
membagikan pesan/informasi 2,315,38
Saya mempertimbangkan perasaan pembaca yang 6,15 3,95
berasal dari agama lain
66,92 19,23
1,548,46
Saya mempertimbangkan perasaan pembaca yang 7,69 3,89
memiliki pandangan politik berbeda
63,85 18,46
2,31 6,92
Saya berbagi seni budaya tradisional dan 11,54 3,82
kontemporer Indonesia secara digital
65,38 13,85
5,38 6,15
Saya menyesuaikan cara berkomunikasi agar pihak
kedua/pendengar tidak merasa tersinggung/tidak 8,46 62,31 17,69 3,81
dihargai 3,85 10,77
Saya mencantumkan nama penulis saat repost 21,5 48,46 15,38 3,61

100%
0

Sangat Tidak Tidak Setuju Antara Setuju dan Setuju Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju

Namun status Literasi Digital di Kalimantan Timur yang lebih besar dibandingkan
pada level nasional, tidak sama pada status perkembangan infrastruktur. Walaupun
di Kalimantan Timur sebagian besar menganggap terdapat peningkatan kecepatan
internet pada lima tahun terakhir (61,5%), namun jumlah tersebut tidak sebesar rata-
rata nasional (74%). Begitu juga dengan pandangan luasan cakupan internet. Jumlah
proporsi peningkatan cakupan internet lebih rendah dibandingkan dengan level nasional,
yakni 61,5% proporsi responden yang menganggap ada kenaikan jangkauan internet
dibandingkan pada 74,1 % pada level nasional.

Gambar 51. Perkembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

Bagaimana kondisi kecepatan internet pada 5 Bagaimana kondisi luasan cakupan/jangkauan


tahun lalu dibandingkan dengan saat ini? internet pada 5 tahun lalu dibandingkan dengan
saat ini?
74,0% 61,5% 20,9% 17,1% 5,0% 20,0% 74,1% 61,5% 21,6% 20,0% 4,4% 18,5%

Meningkat Sama Saja Menurun Meningkat Sama Saja Menurun

Nasional Kalimantan Timur Nasional Kalimantan Timur


63 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Bagi mereka yang menilai bahwa ada kenaikan cakupan internet, sebagian besar
menganggap bahwa sebagian besar cakupan berupa sinyal internet yang semakin
membaik (39%), jumlah operator yang semakin banyak (35%), dan wilayah responden
yang sudah dijangkau oleh jaringan wifi (25%).

Di sisi lain, kebiasaan berinternet di Kalimantan Timur hampir serupa pada kasus di
Nasional. dan hiburan merupakan kelompok aktivitas yang paling sering dilakukan di
Kalimantan Timur. Sedangkan Pekerjaan dan Akses Layanan Publik merupakan dua
kelompok aktivitas yang paling jarang dilakukan.

Gambar 52. Kebiasaan Berinternet Masyarakat Kalimantan TImur

BERSOSIAL 1 4
Berkomunikasi lewat pesan singkat 13 47 35
3
Menggunakan media sosial
10 24 46 17
HIBURAN
Mencari informasi (browsing) di internet 5 8 35 40 12

Streaming video/musik online 19 6 30 25 20

Akses belanja online/ecommerce 39 8 26 18 8

Mengakses portal berita online 31 14 35 18 3

Bermain game online 53 10 25 5 7


PEKERJAAN
Meeting online 50 10 25 12 2

Menggunakan aplikasi untuk pekerjaan kantor 51 9 26 10 4

Mengirim e-mail 38 21 31 6 4
AKSES LAYANAN
Akses transaksi perbankan/keuangan 49 8 24 14 5

Akses layanan pendidikan


58 8 25 8 2

Akses layanan kesehatan 15 22 8


55 1

Akses layanan publik/pemerintahan 56 12 23 8 1

100%
0

Tidak pernah Sangat jarang Jarang Sering Sangat sering

*Jarang merupakan akumulasi dari skala ‘Sangat Jarang’ dan ‘Jarang’


Sering merupakan akumulasi dari skala ‘Sering’ dan ‘Sangat sering’
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 64

Secara Umum, Status Literasi Digital di Kalimantan Timur lebih baik dari sebagian besar
wilayah di Indonesia. Apabila dibandingkan dengan level nasional, terdapat beberapa
kesamaan pada karakteristik penyusun indikator dan kebiasaan dalam bersosial media.

Oleh karena itu, berdasarkan data-data tersebut dapat mendukung bahwa dalam
survei Status Literasi Digital 2022 di Indonesia, masyarakat Kalimantan Timur telah
siap menyambut IKN. Sedangkan perbaikan yang perlu ditingkatkan adalah percepatan
pembangunan infrastruktur internet yang masih dianggap kurang cepat apabila
dibandingkan dengan rata-rata perubahan kecepatan internet di daerah lain.

5.3.
Kondisi Wilayah 3T
Sebagai negara kepulauan yang luas, Indonesia memiliki tantangan tersendiri untuk
mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang merata. Kondisi ini
menciptakan istilah dan kategori daerah 3T, yakni tertinggal, terdepan, dan terluar.

Menurut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2020 – 2024, daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah
serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam
skala nasional. Dalam Perpres ini ditetapkan 62 kabupaten sebagai daerah tertinggal.

Survei Status Literasi Digital 2022 mencakup ke 62 kabupaten ini untuk melihat kondisi
digital wilayah secara terkini dengan total 455 responden. Berdasarkan demografinya,
jika dilihat berdasarkan kelompok usia, 47% responden merupakan Generasi Y yang
berada di rentang usia 24 hingga 39 tahun. Kemudian berdasarkan tingkat pendidikan,
mayoritas responden merupakan lulusan SMA sederajat.

Berbeda dengan kondisi secara nasional, berdasarkan status ekonomi sosialnya,


mayoritas daerah 3T berasal dari SES D dengan pengeluaran rata-rata kurang dari
2 juta rupiah per bulan. Sementara berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden
berpenghasilan utama sebagai petani.
65 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 53. Status Demografi di wilayah 3T

Jenis
Perempuan
Kelamin Laki-laki
43% 57%

Kelompok Usia

Gen Z (<24 tahun) 22%


Gen Y (24-39 tahun) 47%
Gen X (40-55 tahun) 23%
Boomer (>55 tahun) 8%

Pendidikan

S2/S3 0%
Sarjana (S1/D4) 21%
D1/D2/D3 6%
SMA/sederajat 49%
SLTP/sederajat 13%
SD/sederajat 10%
Tidak sekolah 2%

SES (berdasarkan pengeluaran rata - rata per bulan)

SES DE (<Rp2 juta) 46%


SES C (Rp2-4 juta) 36%
SES B (Rp4-6 juta) 15%
SES A (>Rp6 juta) 3%
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 66

Pekerjaan
Bertani/berkebun/beternak 17%
Ibu Rumah Tangga 12%
Tidak/belum bekerja 11%
Pelajar 10%
Wiraswasta 10%
PNS/ASN diluar tenaga pendidik 8%
Honorer/P3K diluar tenaga pendidik 7%
Tenaga pendidik
7%
Karyawan swasta 5%
Mahasiswa 4%
Tokoh Masyarakat
(Ketua RT/RW, Kepala Desa, dsb)
3%

Part time/Freelance 2%

Lainnya 4%

Terkait dengan akses sinyal telepon seluler, sama halnya dengan wilayah non 3T,
mayoritas responden sudah mendapatkan sinyal telepon seluler di sekitar lokasi
rumahnya. Sementara sekitar 12% responden mengaku belum mendapatkan sinyal
telepon dengan sebagian besar responden berasal dari Kabupaten Timor Tengah
Selatan.

Gambar 54. Akses Internet di Wilayah 3T

“Apakah di sekitar lokasi rumah Bapak/Ibu/Saudara terdapat sinyal telepon seluler?” [SA]
Basis: Seluruh responden (n=455)

88% 94% 12% 6%

Ya Tidak

3T Non 3T
67 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Sama halnya dengan kondisi nasional maupun daerah non 3T, mengakses dengan
menggunakan kuota handphone merupakan cara yang paling banyak dilakukan oleh
responden wilayah 3T. Hal ini memungkinkan responden untuk mengakses internet di
mana saja responden berada. Namun, kendala masih dirasakan oleh seluruh responden
di wilayah 3T, terutama terkait jaringan yang tidak stabil.

Gambar 55. Lokasi Akses dan Kendala Internet di Wilayah 3T

“Di mana lokasi/tempat biasanya Anda “Kendala apa saja yang biasanya Anda alami ketika
mengakses internet?” [MA] mengakses internet?” [MA]
Basis: Seluruh responden (n=455) Basis: Seluruh responden (n=455)

Kuota handphone di 82% Jaringan tidak stabil, 85%


mana saja sehingga koneksi sering
85% terputus 81%

14%
Wifi sekolah/kampus Terkendala biaya paket 36%
4% data/kuota terbatas
30%
11%
Wifi di rumah sendiri 25%
27% Cakupan internet
tidak merata
13%
9%
Wifi tempat kerja
7% Perangkat tidak 8%
mendukung untuk
mengakses internet 6%
4%
Wifi warung kopi/café
7%
Tidak ada kendala 0%
sama sekali
3% 3%
Lainnya
3%
0%
Lainnya
3%
Warnet 1%
1%

3T Non 3T 3T Non 3T

Meskipun kendala jaringan yang tidak stabil masih banyak dirasakan, namun kondisi
ini sudah semakin membaik dibandingkan dengan lima tahun yang lalu. Sebanyak
63% responden merasakan sinyal internet yang semakin stabil. Selain itu, sebanyak
61% responden menganggap kecepatan dan jangkauan internet di wilayah mereka
juga meningkat.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 68

Gambar 56. Kondisi Infrastruktur di Wilayah 3T

“Bagaimana kondisi kecepatan dan jangkauan internet pada 5 tahun lalu


dibandingkan dengan saat ini?” [SA]
Basis: Seluruh responden (n=455)

61%
Meningkat
75%

33%
Sama saja
20%

6%
Menurun
5%

3T Non 3T

“Cakupan jangkauan apa yang semakin membaik?” [MA]


Basis: Responden yang menjawab kondisi internet meningkat (n=270)

63%
Sinyal internet semakin stabil
56%

32%
Wilayah saya dapat dijangkau
jaringan wifi/wireless/fiber optics
37%

Jumlah operator seluler yang 28%


masuk wilayah saya makin
banyak 55%

3T Non 3T

Indeks Literasi Digital wilayah 3T tahun 2022 mendapatkan skor 3,52. Angka ini sedikit
lebih kecil jika dibandingkan dengan skor indeks wilayah non 3T. Jika dilihat berdasarkan
pilarnya, pilar Digital Culture mendapatkan skor paling tinggi dengan skor 3,80. Angka
ini juga sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan pilar yang sama di wilayah non 3T.

Pilar Digital Ethics mendapatkan skor 3,55, lebih kecil 3,13 poin dengan wilayah non 3T.
Kemudian pilar Digital Skill dengan skor 3,53. Sementara itu skor terendah diraih oleh
pilar Digital Safety dengan skor 3,20 lebih tinggi 0,08 poin dibandingkan skor wilayah 3T.
69 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Gambar 57. Perbandingan Indeks Literasi Digital di Wilayah 3T dan Selain 3T

3,53 3,52 3,55 3,68 3,20 3,12 3,80 3,84 3,52 3,54

Pilar 1: Pilar 2: Pilar 3: Pilar 4: Total


Digital Skill Digital Ethics Digital Safety Digital Culture

3T Non 3T

Pilar Digital Skill wilayah 3T memiliki skor yang hampir sama dengan skor pilar pada
wilayah non 3T maupun nasional. Skor tiap indikatornya pun tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan, dengan indikator tertinggi yaitu kemampuan dalam
mengunduh file. Sementara itu, skor terendah adalah kebiasaan belanja melalui loka
pasar.

Dibandingkan wilayah lainnya, wilayah 3T masih terkendala akses logistik akibat


terpencilnya lokasi. Hal ini juga menyebabkan ongkos kirim yang dibutuhkan semakin
besar, apalagi penjual di loka pasar lebih banyak berasal dari wilayah non 3T.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 70

Gambar 58. Pilar Digital Skill di Wilayah 3T


Skor Skor
2,86 5,05 3T Non 3T
Saya bisa mengunduh file/aplikasi
dari internet
9,67 73,19 9,23 3,81 3,81
2,42 7,91
Saya bisa mengunggah file ke internet 14,29 66,15 9,23 3,72 3,76
4,62 7,25 8,13
Saya bisa menghubungkan perangkat saya
ke jaringan internet 12,09 67,91 3,68 3,69
Saya bisa mencari dan mengakses data, 3,96 7,47
informasi dan konten di media digital sesuai 8,57 12,53 67,47 3,66 3,63
kebutuhan
3,96 8,13
Saya memiliki kemampuan menyimpan data,
informasi, dan konten dalam media digital 12,09 15,60 60,22 3,56 3,44
3,08 5,05
Saya mampu berinteraksi melalui berbagai
perangkat komunikasi teknologi digital 14,07 16,04 61,76 3,52 3,44
Saya terbiasa mencari tahu apakah 3,30 5,27
informasi yang saya temukan di situs web 20,22 19,34 51,87 3,36 3,25
benar atau salah
3,52 5,27
Saya terbiasa membandingkan berbagai
sumber informasi untuk memutuskan apakah 21,98 16,04 53,19 3,35 3,26
informasi itu benar
4,40 6,37
Saya terbiasa belanja melalui loka pasar 35,38 13,19 40,66 3,09 3,43
0
100% 3,53 3,52
Tidak mengerti/tidak paham Tidak pernah Melakukan dengan Melakukan Melakukan sendiri dan dapat
maksud pertanyaan melakukan bantuan orang lain sendiri membantu orang lain

Pilar Digital Ethics wilayah 3T mendapatkan skor di atas rata-rata 3T dan non 3T
dengan 3,55 poin. Indikator yang memiliki skor tertinggi di antaranya adalah mengajak
orang untuk tidak berkomentar negatif (3,92) dan tidak membagikan tangkapan layer
percakapan privat ke media sosial (3,84). Sementara itu, indikator dengan skor terendah
adalah responden yang tidak membagikan langsung informasi kecelakaan (3,09).

Gambar 59. Pilar Digital Ethics di Wilayah 3T


Skor Skor
1,54 4,18 3T Non 3T
Saya tidak akan mengajak orang-orang untuk 10,77
berkomentar negatif 67,47 16,04 3,92 4,07
1,98 7,03
Saya tidak akan membagikan tangkapan layar 9,23
percakapan privat ke media sosial 68,13 13,63 3,84 3,97
0,88 7,47
Saya tidak membuat grup dan menambahkan 15,38 12,53 63,74 3,62 3,70
orang/teman saya tanpa izin
1,32
Saya tidak akan berkomentar kasar jika ada 18,46 10,99 59,34 9,89 3,58 3,77
orang yang komentar negatif
0,44
Saya tidak mengunggah foto bersama anak 23,30 15,60 50,77 9,89 3,46 3,51
orang lain
1,10 6,59
Saya tidak menandai teman tanpa perlu 28,79 13,85 49,67 3,32 3,45
memberi tahu
1,76
Saya tidak akan langsung membagikan berita 39,56 14,95 35,16 8,57 3,09 3,26
kecelakaan
0
100% 3,55 3,68
Sangat Tidak Setuju Antara Setuju dan Setuju Sangat Setuju
Tidak Setuju Tidak Setuju/Ragu
71 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Pilar Digital Safety mendapatkan skor terendah dibandingkan pilar lainnya. Namun,
unggul 0,08 poin jika dibandingkan dengan skor non 3T. Indikator dengan skor tertinggi
yaitu terbiasa membuat password yang aman dengan kombinasi angka, huruf, dan
tanda baca (3,54). Sedangkan indikator kemampuan membedakan e-mail yang berisi
spam/virus/malware memiliki skor terendah (2,83).

Gambar 60. Pilar Digital Safety di Wilayah 3T


Skor Skor
4,40 5,27 3T Non 3T
Saya terbiasa membuat password yang
aman dengan kombinasi angka, huruf, dan 13,19 11,65 65,49 3,54 3,48
tanda baca

Di akun media sosial, saya bisa 5,27 5,49


mengatur siapa saja yang dapat melihat 15,16 9,01 65,05 3,50 3,45
postingan saya

4,62 4,18
Saya tidak mengunggah data pribadi di
media sosial 23,08 12,75
55,38 3,31 2,99

6,59 3,52
Saya dapat menonaktifkan opsi untuk
menunjukkan posisi geografis
27,25
12,53
50,11 3,17 3,20

5,93 3,96
Saya melakukan back up data di
beberapa tempat
27,91
19,34
42,86 3,11 2,99

6,15 3,96
Saya menggunakan aplikasi untuk
menemukan dan menghapus virus di
28,79
19,12
41,98 3,09 2,91

7,69 4,62
Saya mengetahui cara ‘report abuse’/
laporkan penyalahgunaan di jejaring sosial 29,67
16,92
41,10 3,05 2,96

7,91 3,96
Saya bisa membedakan e-mail yang
berisi spam/virus/malware 37,80 21,32 29,01 2,83 2,66

0
100% 3,20 3,12

Tidak mengerti/tidak paham Tidak pernah Melakukan dengan Melakukan Melakukan sendiri dan dapat
maksud pertanyaan melakukan bantuan orang lain sendiri membantu orang lain

Pilar Digital Culture mendapatkan skor tertinggi dibandingkan pilar lainnya, namun
lebih rendah 0,04 poin dibandingkan skor pilar yang sama di wilayah non 3T. Secara
umum, responden sudah baik dalam cara berkomunikasi serta dapat menghargai lawan
bicara atau pendengar yang berasal dari agama, budaya, suku, maupun pandangan
politik yang berbeda. Indikator-indikator ini memiliki skor di rentang 3,7-3,9, hanya satu
indikator yang memiliki skor di bawah rentang tersebut, yaitu mencantumkan nama
penulis saat repost (3,59).
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 72

Gambar 61. Pilar Digital Culture di Wilayah 3T


Skor Skor
2,42 5,49 5,27 3T Non 3T
Saya menyesuaikan cara berkomunikasi agar
pihak kedua tidak merasa tersinggung 71,87 14,95 3,91 3,94

1,98 4,40
Saya mempertimbangkan perasaan pembaca
10,77 66,81 16,04 3,91 3,94
yang berasal dari agama lain

Saya selalu mempertimbangkan dan 0,88


menyadari keragaman budaya di media sosial 7,69 10,33 67,25 13,85 3,85 3,93
saat membagikan pesan/informasi
1,32 6,81
Saya mempertimbangkan perasaan pembaca 10,77 67,91 13,19 3,85 3,90
yang berasal dari suku lain
1,10
Saya berbagi seni budaya tradisional dan 66,81 11,43 3,78 3,82
9,45 11,21
kontemporer Indonesia secara digital
1,32
Saya mempertimbangkan perasaan pembaca 9,89 14,07 65,49 9,23 3,71 3,80
yang memiliki pandangan politik berbeda
1,10
Saya mencantumkan nama penulis saat repost 16,04 13,85 60,88 8,13 3,59 3,57

3,80 3,84
100%
0

Sangat Tidak Setuju Antara Setuju dan Setuju Sangat Setuju


Tidak Setuju Tidak Setuju
73 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

5.4.
Pengeluaran dalam Aktivitas Digital

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, mayoritas responden mengalokasikan Rp50-


100 ribu per bulan untuk mengakses internet walaupun terjadi penurunan sekitar 3,9%.
Sisanya, sekitar 20,7% responden mengalokasikan dana kurang dari Rp50 ribu dan
21,7% mengalokasikan Rp100-300 ribu per bulan.

Gambar 62. Pengeluaran Internet 2020-2022

20,70%
Kurang dari Rp 50.000 19,00%
19,50%

54,40%
Rp 50.001 - Rp 100.000 58,30%
62,00%

21,70%
Rp 100.001 - Rp 300.000 19,60%
16,40%

2,80%
Rp 300.001 - Rp 500.000 2,80%
1,90%

0,40%
Lebih dari Rp 500.000 0,30%
0,00%

2022 2021 2020

Pada perbandingan pengeluaran akses internet berdasarkan jenis kelamin, tidak ada
perbedaan signifikan antara responden laki-laki dengan perempuan. Terdapat lebih
banyak responden perempuan (22,2%) yang mengeluarkan biaya kurang dari Rp 50 ribu
per bulan untuk mengakses internet dibandingkan dengan laki-laki (19,3%). Sebaliknya,
lebih banyak laki-laki dibanding perempuan (3,0%) mengalokasikan antara Rp 300-500
ribu per bulan.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 74

Gambar 63. Pengeluaran Z Jenis Kelamin

22,2%
Kurang dari Rp 50.000
19,3%

54,4%
Rp 50.001 - Rp 100.000
54,4%

20,4%
Rp 100.001 - Rp 300.000
22,9%

Rp 300.001 - Rp 500.000
2,6%
3,0%

Lebih dari Rp 500.000


0,4%
0,5%

Perempuan Laki - Laki

Pengeluaran untuk mengakses internet berbanding lurus dengan kelompok sosio


ekonomi (SES) dari responden. Pada kelompok SES D-E (pengeluaran bulanan <
Rp 2 juta), sebanyak 30,5% mengeluarkan biaya kurang dari Rp50 ribu. Sementara
sebanyak 53,7% responden mengeluarkan biaya Rp50-100 ribu dan hanya 13,6%
yang mengeluarkan biaya Rp100-300 ribu.

Adapun pada SES A (pengeluaran > Rp 6 juta), hanya 10,5% responden yang
mengeluarkan kurang dari Rp 50 ribu. Banyak responden justru mengeluarkan biaya
mengakses internet di atas Rp50 ribu per bulan. Perinciannya: sebanyak 38,1%
responden mengeluarkan biaya Rp50-100 ribu dan 37,4% mengeluarkan biaya Rp300-
500 ribu.
Gambar 64. Pengeluaran berdasarkan Status Ekonomi
1.7
SES D-E 30,5 53,7 13,6 0,4
2,6
SES C 16,9 56,4 23,9 0,3
4,9
SES B 12,2 51,0 31,3 0,5

SES A 10,5 38,5 37,4 9,7 4,3

100%
0

Kurang dari Rp 50.000 Rp 50.001 - Rp 100.000 Rp 100.001 - Rp 300.000


Rp 300.001 - Rp 500.000 Lebih dari Rp 500.000
75 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Hanya ada sedikit perbedaan rata-rata biaya akses internet antargenerasi. Sebanyak
29% Generasi baby boomers hanya mengeluarkan kurang dari Rp50 ribu untuk
mengakses internet, 50% mengeluarkan Rp50-100 ribu dan 15% mengeluarkan Rp100-
300 ribu dan 6% lebih dari Rp300 ribu.

Adapun 22% Gen Z mengeluarkan kurang di 50 ribu untuk akses internet, 56%
mengeluarkan Rp50-100 ribu, 20% Gen Z mengeluarkan biaya Rp100-300 ribu, dan
2% lebih dari Rp 300 ribu.

Gambar 65. Pengeluaran berdasarkan Generasi

Total Gen Z Gen Y Gen X Boomers


Kurang dari Rp 50.000 21% 22% 17% 23% 29%


Rp 50.001 - Rp 100.000 54%
56% 54% 61% 50%

Rp 100.001
- Rp 300.000 22% 20% 25% 23% 15%

Rp 300.001 - Rp 500.000 3% 2% 3% 5%
%

Lebih dari Rp 500.000 0% 0% 0% 1%


1%

Tingkat pendidikan memiliki korelasi positif terhadap pengeluaran mengakses


internet. Responden dengan tingkat pendidikan minimal diploma memiliki proporsi
terbanyak untuk pengeluaran akses internet lebih dari Rp100 ribu. Adapun responden
dengan tingkat pendidikan terakhir tidak sekolah/SD memiliki proporsi terbesar untuk
pengeluaran akses internet kurang dari Rp 50 ribu (sebesar 34,5%).

Gambar 66. Pengeluaran berdasarkan tingkat pendidikan

Diploma/Sarjana/Pascasarjana 11,7 50,7 30,8 5,7 1,1


2,8
SMA/Sederajat 16,6 57,1 23,2 0,3
1,7
SLTP/Sederajat 26,9 54,0 16,9 0,5

1,6
Tidak sekolah/SD 34,5 48,6 14,9 0,4

0 100%

Kurang dari Rp 50.000 Rp 50.001 - Rp 100.000 Rp 100.001 - Rp 300.000


Rp 300.001 - Rp 500.000 Lebih dari Rp 500.000
Penutup
06
77 STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022

Status Literasi Digital Indonesia pada tahun 2022 mengalami kenaikan. Pada tahun ini
indeks naik dari 3,49 menjadi 3,54. Tiga pilar yang mengalami kenaikan adalah Digital
Skill, Digital Ethics, dan Digital Safety. Sedangkan Digital Culture sedikit mengalami
penurunan.

Pada umumnya masyarakat masih memiliki kebiasaan yang sama dalam mengakses
internet. Sebagian besar masyarakat secara berturut-turut lebih banyak melakukan
aktivitas untuk bersosial, hiburan, belajar/bekerja, dan mengakses layanan sosial.
Namun perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya adalah durasi penggunaan internet
yang semakin berkurang. Hal ini terjadi karena aktivitas sudah semakin terbuka sejak
pandemi COVID-19, sehingga beberapa kegiatan yang sebelumnya dilakukan secara
penuh melalui daring, pada tahun ini sudah bisa hybrid ataupun luring sepenuhnya.

Selain itu, penggunaan sosial media berbasis video pendek mengalami kenaikan yang
signifikan sejak tahun 2020. TikTok adalah satu-satunya sosial media yang mengalami
pertumbuhan lebih dari dua kali lipat. Intensitas penggunaan aplikasi ini lebih banyak
digunakan dibandingkan aplikasi-aplikasi lainnya

Program Literasi Digital yang diadakan oleh Kominfo mengalami dampak yang baik.
Indeks Literasi Digital antara mereka yang mengikuti dan tidak menunjukkan perbedaan
yang besar. Sebagian besar yang mengikuti program, memiliki indeks lebih besar
terutama pada pilar Digital Skill dan Digital Security. Namun, kegiatan yang berfokus
pada peningkatan pilar Digital Ethics dan Digital Culture perlu ditingkatkan.

Di sisi lain, isu-isu yang secara konsisten muncul seperti pada survei di tahun
sebelumnya ada pelindungan data pribadi yang masih masalah esensial bagi sebagian
besar responden. Selain itu, kemampuan masyarakat untuk dapat membedakan dan
mengidentifikasi informasi hoaks masih menjadi masalah penting. Terutama dengan
keterbatasan kemauan masyarakat untuk mengecek kebenaran informasi yang diterima.

Pada tahun ini, beberapa isu khusus dibahas. Pertama-tama, Kalimantan Timur telah
siap menjadi provinsi untuk wilayah IKN. Hal ini terlihat dari Status Literasi Digital IKN
yang lebih besar dibandingkan sebagian provinsi lain di Indonesia.

Selain itu, terdapat kecenderungan pengeluaran untuk internet semakin meningkat


dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan terdapat kenaikan
harga dasar internet dan kebiasaan penggunaan sosial media berbasis video yang
semakin meningkat.
STATUS LITERASI DIGITAL DI INDONESIA 2022 78

DAFTAR PUSTAKA
BPS. (2021). Statistik Telekomunikasi Indonesia 2021.

CSIS. (2022). G20 Toolkit for Measuring Digital Skills and digital Literacy: Framework and
Approach.

Katadata. (2021, December 23). Sebanyak 7,14% Penduduk Kaltim Berpendidikan Hingga
Perguruan Tinggi pada Juni 2021. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/23/
sebanyak-714-penduduk-kaltim-berpendidikan-hingga-perguruan-tinggi-pada-juni-2021

Katadata. (2022a, September 20). Hanya 6% Warga Indonesia yang Berpendidikan Tinggi
pada Juni 2022. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/20/hanya-6-warga-
indonesia-yang-berpendidikan-tinggi-pada-juni-2022

Katadata. (2022b, November 11). Kepala Otorita Beberkan 3 Fase Pembangunan IKN
Nusantara hingga 2045 - Infrastruktur Katadata.co.id. https://katadata.co.id/tiakomalasari/
berita/636e2e1b77ef4/kepala-otorita-beberkan-3-fase-pembangunan-ikn-nusantara-
hingga-2045

Kish, L. (1949). A Procedure for Objective Respondent Selection within the Household. Journal
of the American Statistical Association, 44(247), 380–387. https://doi.org/10.1080/0162
1459.1949.10483314

Kominfo. (2020). Roadmap Literasi Digital 2020-2024.

Statista. (2022). Number of micro, small, and medium-sized enterprises (MSMEs) in Southeast
Asia in 2020, by country. https://www.statista.com/statistics/1317131/asean-number-of-
micro-small-medium-sized-businesses-by-country/

UN. (2022). UN Special Rapporteur on the Right to Education launches new report into the
impact of digitalisation.

UNESCO. (2018). A Landscape Review: Digital Inclusion for Low-skilled and Low-literate People.

UNESCO. (2018). A Global Framework of Reference on Digital Literacy Skills for Indicator 4.4.2. http://
www.uis.unesco.org
ii

Anda mungkin juga menyukai