Tampilnya saya di sini adalah untuk menyampaikan sebuah kisah yang bertajuk
“Qarun Yang Haloba”.
Pada zaman Nabi Musa a.s, hiduplah seorang yang dianugerahi kekayaan yang
berlimpah. Qarun namanya. Dia memiliki rumah yang megah dan indah serta di penuhi
barang-barang mewah. Begitu juga sawah dan haiwan ternakannya tidak terhitung lagi.
Bahkan, Qarun mempunyai harta simpanan yang sangat banyak sehinggakan para
pembawa kunci hartanya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-kunci peti
khazanahnya kerana terlalu banyak dan berat.
"Wah! Sungguh beruntung Qarun! Punya harta yang banyak!" berkata orang-orang yang
melihatnya. "Kalaulah aku kaya raya seperti Qarun, tentu hidup aku akan senang
sepanjang masa!" kata yang lainnya pula.
Bukan main bangganya Qarun mendengar pujian itu. Ia semakin larut dalam
kesombongan. Suatu hari, utusan Nabi Musa datang berjumpa Qarun. Orang itu
menyampaikan pesan Nabi Musa bahawa Qarun wajib memberikan zakat atas hartanya
kepada fakir miskin.
"Apa?! Siapa Musa itu?" Muka Qarun merah padam."Aku mendapat harta kekayaan ini
dengan susah payah. Sekarang harus dibahagikan pada orang miskin dengan begitu
saja!" kata Qarun marah-marah.
"Hartaku ini kuperoleh dengan kerja keras dan kepandaianku sendiri! Tidak ada yang
membantuku,"sahut Qarun dengan angkuhnya.
Firman Allah,
Lalu, Nabi Musa sendiri yang datang ke rumah Qarun untuk menyampaikan kewajiban
membayar zakat. Melihat Musa muncul dihadapannya, entah kenapa Qarun jadi
gementar.
Ia merasa takut pada Musa. Wajah bengisnya berubah ramah sekali. "Mari! Silakan,
saudaraku," kata Qarun pada Nabi Musa.
Sungguh, aku menyuruhmu berzakat atas perintah Allah," kata Nabi Musa.
"O, tentu!" kata Qarun."Akan kusuruh pekerjaku untuk menghitung semua kekayaanku
dan mengeluarkan zakat."
"Musa pun mempercayai kata-kata Qarun. Pengawal dan pembantu Qarun sangat hairan
melihat sikap Qarun yang pengecut. Dibelakang Nabi Musa, Qarun berani
mempermainkannya. Tetapi di depan Nabi Musa, ia sangat menghormatinya. Setelah
Nabi Musa beredar, Qarun mulai sedar kenapa dia perlu takut kepada Nabi Musa.
"Hmmmm! Aku harus menemui Musa dengan sombong! Aku harus mengembalikan
kewibawaanku di depan pembantuku," kata Qarun. "Aku tidak akan mengeluarkan
zakat. Harta ini aku yang punya bukan untuk dibahagikan pada orang miskin!" umpat
Qarun.
Keesokan harinya, Nabi Musa menemui Qarun lagi untuk memperingatkan kewajiban
berzakat. Kali ini Qarun menyambut Nabi Musa dengan wajah yang sombong. Ia berdiri
tegak di depan pintu. Dikenakannya pakaian yang bagus dan perhiasan yang mahal-
mahal. Agar kelihatan besar dan Nabi Musa akan merasa rendah dihadapannya.
"Hai Qarun! Kau sudah berbohong padaku. Kemarin kau berjanji akan memberikan
zakat pada orang miskin, tapi nyatanya kau menolak perintah Allah," kata Nabi Musa.
"Hai Musa! Ketahuilah, semua harta kekayaanku ini kuperoleh dengan kerja keras.
Mengapa harus dibahagikan pada orang miskin?"bantah Qarun dengan angkuh.
Nabi Musa kini mengetahui Qarun adalah seorang yang munafik. Si pendusta. Tidak
henti-hentinya Nabi Musa mengingatkan akan hukuman Allah bagi orang yang berdusta.
Namun, Qarun tetap dalam kebanggaan dirinya.
"Aku akan memohon kepada Allah supaya menenggelamkan semua harta kekayaanmu
ke dasar bumi,"sahut Nabi Musa.
"Ha..ha..ha.....cubalah meminta pada Tuhanmu. Aku tidak takut! Aku banyak memiliki
kekayaan yang dapat menolongku,"ejek Qarun. Ia tidak mengendahkan nasihat Nabi
Musa.
Nabi Musa lalu berdoa seraya mengangkat tangannya. Allah mengabulkan doa Nabi-
Nya. Tiba-tiba, tanah yang dipijak Qarun menjadi retak dan terbelah. Rumah megah
beserta isinya milik Qarun habis tenggelam.
Firman Allah,
“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada
baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia
termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”
"Oh.....tidak! rumahku....., hartaku......tolong.....," Qarun menjerit sedih. Dalam sekelip
mata saja semua kekayaannya tenggelam ke dalam tanah. Dan Qarun sendiri jatuh ke
dasar bumi. Terkubur bersama harta kekayaannya yang banyak itu.
TERIMA KASIH.