TA’LIM MUTA’ALIM
MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU
DOSEN PEMBIMBING
PAK IRSYADUL IBAD IBNU ROHYAH M.pd
NAMA KELOMPOK
1. ERDIN GUNAWAN
2. HANA KHULWATUZZAHROH
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................................8
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang mondok kebanyakan adalah mahasiswa dariUIN Sunan Ampel Surabaya. Ponpes
ini merupakan Ponpes yang cukupterkenal dikalangan masyarakat sekitar karena
memiliki jumlah santriwatiyang tidak sedikit. Setiap Yayasan membutuhkan pengurus
untukmelaksanakan, mengatur dan mengawasi para santriwati untuk dapatmengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada di ponpes. Pengurus Pondok pesantren putri An-Nuriyah
Surabaya merupakan santri yang telah lulus kuliah danmemperoleh gelar strata satu
yang dulunya juga menjadi santri di ponpes ini,ada juga pengurus yang melanjutkan
kuliah strata dua dan ada juga yangsudah lulus S2. Dalam wilayah pesantren,
partisipasi lebih akrab di sebutmengabdi. Mengabdi pada guru merupakan bentuk
keta’atan yang dilakukanoleh santri untuk memperoleh barokah guru atau mencari
ridha guru. Seorangyang mengabdi pada guru melakukan seluruh perintah yang
diberikan olehgurunya, mereka juga berperan dalam mengurus pondok pesantren
tanpadigaji.
7. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim dijelaskan tentang mengagungkan ilmu dan ahli ilmu.
Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya
bermanfaat, kecuali ia mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan
menghormati keagungan gurunya.
َﻭ ِﻣ ْﻦ،ﻙ ْﺍﻟﺤُﺮْ َﻣ ِﺔ ِ ﺍْﻹ ْﻧ َﺴﺎﻥَ ﻻَﻳَ ْﻜﻔُ َﺮﺑِ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌ
ِ ْ َﻭﺇِﻧَّ َﻤﺎ ﻳَ ْﻜﻔُ ُﺮﺑِﺘَﺮ،ﺼﻴَ ِﺔ
ِ ْ َﻭﺑِﺘَﺮ،ﻙ ِْ eِ ﺃﻻَﺗَﺮﻯ ﺃَ َّﻥ،َﺍَ ْﻟﺤُﺮْ َﻣﺔُ َﺧ ْﻴ ُﺮ ِﻣﻦَ ﺍﻟﻄَّﺎ َﻋﺔ
Ali ra berkata: ”Saya menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf.
Terserah padanya, saya mau dijual, dimerdekakan ataupun tetap menjadi
hambanya.”Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata, Guru-guru kami
berucap:”bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara,
memuliakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang
tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang
2
alim, maka cucunyalah nanti.” Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan
di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara, kecuali atas perkenaan
darinya, berbicara macammacam darinya, dan menanyakan hal-hal yang
membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar
dari rumah.
8. Syaikhul Islam Burhanuiddin Shahibul Hidayah pernah bercerita, bahwa ada seorang
imam besar di Bochara sedang asyik di tengah majlis belajar ia sering berdiri lalu
duduk kembali. Setelah ditanyai kenapa demikian, lalu jawabnya : ada seorang putra
guruku yang sedang main-main dihalaman rumah dengan teman-temannya, bila saya
melihatnya saya pun berdiri demi menghormati guruku. Qodli Imam Fakhruddin Al-
Arsyabandiy yang menjabat sebagai kepala para imam di Marwa dan sangat di
hormati, Sultan itu berkata : “Saya bisa menduduki derajat ini, hanya karena berkah
saya menghormati guruku. Saya menjadi tukang masak makanan beliau, yaitu beliau
Abi Yazid Ad-Dabbusiy, sedang kami tidak turut memakannya.”9
َ ﺇِ َّﻥ ْﺍﻟ ُﻤ َﻌﻠِّ ُﻢ َﻭﺍﻟﻄَّﺒِﻴ.]َﻓَ َﻤ ْﻦ ﺗَﺄ َ ّﺫﻱ ِﻣ ْﻨﻪُ ﺃُ ْﺳﺘَﺎ ُﺫﻩُ ﻳُﺤْ َﺮ ُﻡ ﺑَ َﺮ َﻛﺔَ ْﺍﻟ ِﻌ ْﻠ ُﻢ َﻭﻻَ ﻳَ ْﻨﺘَﻔِ ُﻊ ﺑِ ِﻪ ﺇِﻻَّ ﻗَﻠِ ْﻴﻼ
ْﺐ ِﻛﻼَﻫُ َﻤﺎ
“Barang siapa yang melukai hati sang guru, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit
kemamfaatannya. Sungguh, dokter dan guru tak akan memberi nasehat, bila tak di
hormati. Terimalah penyakitmu, bila kau acuhkan doktermu dan terimalah bodohmu,
bila kau tentang sang guru.”10Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah
Surabaya mengabdikan seluruh waktu, tenaga, fikiran untuk bu nyai dan untuk Ponpes
tanpa mengharap imbalan. Para abdi ndalem yang juga sekaligus menjadi pengurus
telah menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar S1 dan ada juga yang sudah lulus
S2, apalagi pada zaman sekarang ini, kebanyakan orang berlomba-lomba mencari kerja
untuk menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi para
pengurus Pondok Pesantren AnNuriyah tidak bekerja demi uang.Dari uraian yang telah
dikemukakan di atas peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut dengan
mengangkat skripsi yang berjudul “Manajemen sumber daya manusia Yayasan Pondok
Pesantren putri AnNuriyah Surabaya (studi tentang partisipasi pengurus)”
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses rekrutmen sumber daya manusia sekolah tinggi agama islam
asshiddiqiyah karawang?
2. Bagaimana proses reward dan punishment sumber daya manusia sekolah tinggi
agama asshiddiqiyah karawang?
3. Apa motivasi dan bentuk partisipasi sumber daya manusia sekolah tinggi
assiddiqiyah karawang?
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Lantas bagaimana cara seorang penuntut ilmu Mengagungkan Ilmu dan Ahli
Ilmu?
1. Memuliakan kitab
Salah satu wujud penghormatan terhadap ilmu adalah memuliakan kitab,
karena itu dianjurkan bagi penuntut ilmu supaya tidak mengambil kitab kecuali
dalam keadaan suci. Diceritakan bahwa Syaikh Imam Syamsul Aimmah As
Sarkhasi R.A, pernah skit perut pada suatu malam dimana ia tengah serius belajar,
maka ia pun wudhu berulang- ulang hingga 17 kali, karena dia tidak akan pernah
belajar kecuali dalam keadaan suci. K arena ilmu adalah nur (cahaya) dan wudhu
juga nur (cahaya) maka nurilmu akan menjadi semakin cemerlang.Diantara
penghormatan waji kepada kitab adalah jangan menjulurkan kaki kearah kitab,
hendaklah meletakkan kitab tafsir diatas kitab yang lain dengan niat memuliakan,
dan tidak meletakkan barang apapun diatas kitab.Termasuk arti memuliakan kitab
yaitu menuisnya sebagus mungkin, jangan mencoret-coret dan jangan pula
membuat catatan-catatan yang mengburkan tulisan kitab, kecuali keadaan
terpaksa, sebaiknya format kitab itu persegi sebagaimana format kitab Abu
Hanifah, dan sebaiknya pula tidak ada warna merah, karena hal itu perbuatan
kaum filsafat bukan kaum salaf.
2. Menghormati Teman
Salah satu cara memuliakan ilmu adalah menghormati teman belajar dan
Guru yang mengajar. Dijelaskan bahwa “Berkasih sayang itu perbuatan tercela
kecuali dalam rangka mencari ilmu”.
3. Sikap Khitmat
Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar memperhatikan seluruh ilmu dan
hikmah dengan penuh ta’dhim serta hormat, meskipun ia telah seribu kali ia
mendengar keterangan dan hikmajh yang itu-itu juga. Dalam kitab dijelaskan
bahwa “ Barang siapa ta’dhimnya setelah seribu kali berulang tidak seperti
ta’dhimnya yang pertama kali, maka dia bukan ahli ilmu”.
4. Pemilihan bidang study
Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar tidak memilih sendiri bidang
studinya, tetapi menyerahkan hal itu sepenuhnya kepada Guru, karena Guru telah
sering melakukan uji coba sehingga lebih tahu tentang apa yang terbagus untuk
seseorang dan sesuai dengan bakatnya.
5. Posisi Tempat Duduk
6
Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar diwaktu belajar jangan duduk terlalu
dekat dengan Guru, kecuali keadaan terpaksa, tetapi hendaklah mengambil jarak
antara keduanya sejauh busur panah, karena posisi demikian itu lebih
menghormati.
6. Menghindari Akhlak Tercela
Dianjurkan kepada pencari ilmu hendaklah menghindri akhlak yang tercela,
karena hal itu ibarat anjing. Padahal Nabi Muhammad SAW bersabda “Malikat
tidak akan memasuki rumah yang disitu terdapat patung atau anjing”, sedang
manusia belajar dengan perantara malaikat.Sebagai seorang penuntut ilmu harus
bisa mengamalkan apa yang telah disebutkan diatas, dan yang harus diantisipasi
oleh penuntut ilmu adalah sifat sombong. Ada sebuah syair yang mengatatakan
“ilmu adalah musuh bagi orang yang sombong”. Jika seorang penuntut ilmu
memiliki sifat sombong maka tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat. Dan
dianjurkan juga bagi penuntut ilmu untuk melakukan tirakat, yaitu membiasakan
hidup sederhana tidak foya-foya, menjaga dirinya dari kemaksiatan, dan
senantiasa mengharap ridho Allah, supaya ilmu yang diperolehnya bermanfaat.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketahuilah! Seorang penuntut ilmu tidaklah mendapatkan ilmu dan tidak dapat
memetik manfaat dari ilmu yang ia dapatkan, kecuali dengan mengangungkaru, ilmu
ahlinya, mengangungkan dan menghormati guru, Tidak seseorang itu sampai pada
tujuan apapun, kecuali dengan menghormati guru, ilmu dan lainnya yang turut
berperan dalam mencapai tujuan. Tidaklah berhasil orang yang berhasil itu melainkan
karena ia menghormati ilmu dan ahli ilmu, dan tidaklah gagal orang yang gagal itu
melainkan karena ia tidak menghormati dan tidak mengangungkan ilmu dan ahli ilmu.