Anda di halaman 1dari 12

SIDIQ, AMANAH, TABLIGH, DAN

FATHONAH DALAM CORPORATE GOVERNACE

Disusun Untuh Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islamic Corporate Governance

Dosen Pengampu: Nur Kabib S.E., M.Si., M.Pd.Ak.

Disusun oleh:

1. Dhesviani Hadwi Alfalita (63040210165)


2. M. Dandi Arfin Pratama (63040210175)
3. M. Habib Irsyadul Haq (63040210178)
4. Anisa Sri Rejeki (63040210180)
5. Laela Dwita Rahmawati (63040210192)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan nikmat-Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Islamic Corporate Governance yang
diberikan oleh bapak Nur Kabib S.E., M.Si., M.Pd.Ak. Selaku dosen pengampu. Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas akademik dari dosen yang bersangkutan
untuk memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih
dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul “Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah
dalam Islamic Corporate Governance”.

Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk mengumpulkan pengetahuan dan


materi yang berkaitan dengan pembahasan mengenai mata kuliah Islamic Corporate
Governance. Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun
dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih
banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mengharapkan ada kritik dan saran dari para
pembaca dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Salatiga, 1 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
A. Pengertian Islamic Corporate Governance .................................................................. 5
B. Prinsip Islamic corporate governance.......................................................................... 5
C. Contoh Penerapan Prinsip-Prinsip Islamic Corporate Governace dalam Perusahaan ... 8
D. Perbandingan corporate governance dalam Islam dengan corporate governance
konvensional .................................................................................................................. 10
BAB III ............................................................................................................................... 11
PENUTUP .......................................................................................................................... 11
Kesimpulan ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sebuah perusahaan biasanya memiliki pegawai yang berkualitas dari sumber
daya manusia yang mereka dapat di masyarakat, dengan melalui perekrutan tenaga kerja,
penilaian, hubungan kerja terhadap perusahaan dan phk yang dilakukan perusahaan kepada
pegawai. Sedangkan sebagai seorang pegawai tentunya mereka tidak terlepas dari kebijakan
yang memiliki unsur nilai Islam yaitu sifat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW diantaranya
sifat Shidiq (kebenaran), Amanah (kepercayaan), Tabligh (menyampaikan), dan Fathanah
(kecerdasan) yang merupakan fondasi dari Islamic Corporate Governance itu sendiri.

Dalam konteks Islamic Corporate Governance, nilai-nilai seperti Sidiq (kejujuran),


Amanah (kepercayaan), Tabligh (komunikasi), dan Fathonah (kebijaksanaan) memainkan
peran yang sangat penting. Nilai-nilai ini mencerminkan prinsip-prinsip etika Islam yang
harus diintegrasikan dalam praktik bisnis dan tata kelola perusahaan untuk menciptakan
lingkungan bisnis yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam esai ini, kita akan
mengeksplorasi makna dan relevansi nilai-nilai ini dalam Islamic Corporate Governance.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Islamic Corporate Governance?


2. Apa Saja Prinsip dari Islamic Corporate Governance?
3. Seperti Apa Contoh Penerapan Prinsip Islamic Corporate Governnce?
4. Bagaimana Perbandingan corporate governance dalam Islam dengan corporate governance
konvensional?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Islamic Corporate Governance.
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Prinsip dari Islamic Corporate Governance.
3. Untuk Mengetahui Seperti Apa Contoh Penerapan Prinsip Islamic Corporate
Governnce.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Perbandingan corporate governance dalam Islam
dengan corporate governance konvensional.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islamic Corporate Governance

Islamic Corporate governance (Tata kelola perusahaan Islami) dapat didefnisikan sebagai
sistem manajemen yang menempatkan pertanggungjawaban spiritualitas, dengan prinsip dasar
transparan, bertanggungjawab, akuntabilitas, moralitas dan keandalan hanya sebagai alat ukur yang
sifatnya material, sementara yang paling penting dan hakiki adalah sebagai ibadah makhluk menuju
jalan yang diridhai Allah (mardhatillah) (Abdul Ghani, 2005:139). Difnisi ini menunjukkan bahwa
dalam tata kelola perusahaan, pertanggungjawaban manajemen tidak hanya terbatas
pertanggungjawaban materiil kepada pemegang saham atau stakeholders lainnya, namun ada
pertanggungjawaban yang lebih hakiki yaitu pertanggungjawaban kepada sang Khaliq Allah SWT.
Oleh karena itu islamic corporate governace merupakan suatu sistem nilai dan mekanisme yang
berlandaskan nilai-nilai Islam yang mengatur hubungan berbagai pihak yang terlibat dalam
perusahaan, agar mereka dapat melaksanakan hak dan kewajibannya secara benar untuk
meningkatkan kesejahteraan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam rangka ibadah
makhluk menuju jalan yang diridhai Allah (mardhatillah).

Karena corporate governance tidak hanya berkaitan dengan struktur, tetapi juga dengan
mekanisme aturan perusahaan. Mekanisme yang membedakan antara perusahaan konvensional dan
syariah adalah mekanisme pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam perusahaan syariah
didasarkan pada hukum Islam yaitu Al Qur’an dan Sunah Rasullullah saw, sedangkan perusahaan
dengan corporate governance konvensional lebih menekankan kesesuaian dengan undang-undang dan
peraturan pemerintah.1

B. Prinsip Islamic Corporate Governance

Prinsip dasar tata kelola perusahaan yang baik sebagai alat manajemen meliputi fairness,
transparency, accountability, responsibility. Sebagai khalifatullah, manusia mempunyai tanggung
jawab terhadap sesama manusia, sedangkan sebagai abdullah atau hamba Allah, manusia mempunyai
kewajiban dan pertanggungjawaban kepada Allah. Oleh karena itu dimensi fairness, transparency,
accountability dan responsibility perlu dikembangkan sehingga mempunyai makna yang lebih luas
dan menyentuh fitrah manusia. Menurut Abdul Ghani dalam (hartono, 2014) prinsip dasar tersebut
hanyalah sebagai alat ukur material, sedangkan yang paling penting dalam manajemen spritualitas
yang sifatnya material dan hakiki adalah sebagai ibadah makhluk menuju jalan yang diridhai Allah

1
(Endraswati, 2015)

5
(mardhatillah). Pemahaman ini didasarkan pada pemikiran bahwa sistem yang diciptakan manusia
walaupun sudah sangat baik namun tidak luput dari kelemahan-kelemahan yang dapat disiasati oleh
manusia itu sendiri yang memiliki moral tidak baik. Konsepsi islamic corporate governace
mengadopsi sistem nilai AlQur’an dan pengamalan pribadi Rassulullah sebagai uswah hasanah yang
tercermin dari sifat-sifat beliau yang agung yaitu: Shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah.

1. Shidiq (Kejujuran)

Shiddiq berarti jujur artinya apa yang disampaikan adalah keadaan yang sebenarnya. Imam al-
Qusairi (dalam Tasmara, 2002) mengatakan bahwa kata shadiq orang yang jujur. Jiwa seorang yang
jujur selalu berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji dan dia merasa bangga menjadi
budaknya Allah (abdullah). Shiddiq juga bermakna taqwa, berorientasi nilai, berani, tegar, sabar,
bijaksana dan ikhlas. Kejujuran juga merupakan sikap integritas dari seseorang terhadap kerja yang
telah diamanahkan. Kebenaran kejujuran tidaklah datang dengan sendirinya, karena datangnya hal
tersebut atas petunjuk dan hidayah dari Allah. Orang dengan karakteristik seperti ini merasa bahwa
Allah selalu ada untuk mengawasi perilakunya, sehingga ia menjadi takut untuk melakukan dusta.
Kejujuran merupakan salah satu pilar utama dalam corporate governance secara Islam. Beberapa
dasar hukum tentang sifat shiddiq ini adalah:

َّٰ ‫ّيَٰٓأي ٱلذِين ءامنُوا ٱتقُوا ٱّلل وكُونُوا مع‬


‫ٱلص ِد ِقين‬ َّٰ ُّ ‫ها‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar” (QS At-Taubah:[9]: 119).

Selain itu, dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda:

“Hendaklah kalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan
mengantarkan ke dalam surga. Seseorang yang selalu berusaha untuk jujur akan dicatat oleh Allah
sebagai orang jujur. Dan jauhilah oleh kamu sekalian dusta (kidzib), karena dusta itu akan
mengantarkan kepada kejahatan. Dan kejahatan akan mengantarkan ke dalam neraka. Seseorang yang
selalu berdusta akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta” (HR AI-Bukhari). Corporate governance
dalam Islam menekankan kejujuran dalam ucapan dan tindakan yang merupakan satu kesatuan. Tidak
ada lagi korupsi apabila sifat shiddiq ini dimiliki dan diaplikasikan. Perusahaan akan berkembang
lebih baik karena bisnis menjadi lebih bersih, fair, tidak ada penipuan serta kedzaliman.

2. Amanah (Kepercayaan)

Amanah berarti dapat dipercaya, tidak ingkar janji dan bertanggung jawab. Amanah juga
dapat bermakna bisa dipercaya, profesional, disiplin, bertanggung jawab, mandiri, dan terampil.
Karena amanah berkaitan dengan kesetiaan dan komitmen perilaku pengelola perusahaan dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Prinsip amanah sangatlah
penting bagi perusahaan, karena tanpa karyawan yang dapat dipercaya sulit perusahaann untuk bisa
berkembang. Sehingga perusahaan harus dapat memilih karyawan yang amanah sesuai tugas dan
tanggung jawabnya.

Semakin tinggi tanggung jawab yang dibebankan kepada seseorang maka harus semakin amanah
orang tersebut. Agar tata kelola berjalan dengan baik sesuai dengan prinsip amanah, maka pelaku
bisnis harus memiliki akhlaq yang baik, hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban (responsibility)
atas tugas yang dibebankan pemegang amanah tersebut. Sebagai Khalifah dan abdullah manusia harus
mampu melakukan pengelolaan perusahaan untuk bisa dipertanggungjawabkan baik kepada Allah

6
maupun stakeholders. Slamet (2001) dalam Triyuwono (2004) menjelaskan bahwa amanah datang
dari Allah yang sehingga di dalamnya melekat sebuah tanggung jawab untuk menggunakan dengan
cara dan tujuan yang ditetapkan oleh sang pemberi amanah, yaitu Allah SWT. Apa yang telah
disepakati akan ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Sikap ini memberikan trustworthiness
(kepercayaan) dari pihak eksternal dan internal perusahaan.

Amanah berkaitan dengan pemenuhan kewajiban dan menjaga kepercayaan yang diberikan
kepada kita. Dalam Islamic Corporate Governance, perusahaan memiliki tanggung jawab moral untuk
menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan oleh pemegang saham dan pihak terkait. Ini
mencakup manajemen yang kompeten dan etis, pengelolaan aset perusahaan dengan baik, dan
pengambilan keputusan yang adil dan transparan. Mematuhi prinsip amanah dalam praktik bisnis
adalah langkah penting untuk menjaga kepercayaan pemangku kepentingan.

Kepercayaan pihak lain terhadap perusahaan akan memberikan implikasi seperti investasi,
pembiayaan, dan image atau reputasi. Dasar hukum sifat amanah yang digunakan dalam corporate
governance secara Islam adalah: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janji
janjinya” (QS AI-Mu’minun [ 23]: 8).

Selain itu, Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS An Nisa 58)

Amanah berarti pula menjaga komitmen. Menciptakan komitmen lebih mudah daripada
memeliharanya, karena komitmen membutuhkan niat tulus dan integritas serta loyalitas. Sikap
amanah akan mendatangkan rezeki karena stakeholder menjadi percaya pada perusahaan.

3. Tablig (Komunikasi)

Tablig berarti menyampaikan. Hal ini berarti menyampaikan kebenaran. Kalau dahulu rasul
menyampaikan wahyu Allah swt, maka sekarang umat muslim wajib pula menyampaikan kebenaran.
Allah swt memerintahkan menegakkan yang makruf dan mencegah yang munkar serta berlaku
bijaksana pada kedua urusan tersebut. Hal ini tercantum dalam QS Ali Imran (110) dan QS An Nahl
(90). Dimana Allah swt berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali
Imran: 110) Dengan sikap tablig diharapkan dapat menjadi pimpinan yang bijaksana sehingga
mengerti mana yang benar dan mana yang salah sehingga dapat mengajak yang lain ke arah
kebenaran.

Dalam konteks corporate governance secara umum, tablig dapat dikaitkan dengan prinsip
responsibility. Penelitian tentang responsibility dalam konteks corporate governance konvensional
diteliti oleh Adam dan Ferreira (2009) di US kaitannya dengan meeting CEO, dan penelitian
Endraswati, Krismiaji dan Suhardjanto (2014) di Indonesia tentang tanggung jawab komisaris dalam
penentuan remunerasi.2 Dalam penerapannya pengelola perusahaan/UMKM yang memiliki sifat
tabligh, akan menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan dengan benar tentang tugas dan
tanggung jawab serta wewenangnya. Dengan penyampaian yang sopan dan santun. Kegiatan-kegitan

2
(Endraswati, 2015)

7
manajemen selalu dilakukan dengan transparan, sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh pihak-
pihak yang berkepentingan (stakeholders).

4. Fathanah (Kebijaksanaan)

Fathanah berarti cerdas, atau dapat dimaknai sebagai cerdik, inofatif, kreatif, dan strategis.
Penelitian tentang corporate governance yang dikaitkan dengan kecerdasan atau kompetensi dapat
dilihat dari prestasi kerja, pengalaman, pendidikan, masa kerja, dan pelatihan yang diikuti. Perusahaan
membutuhkan orang yang cerdas sebagai SDM-nya. Dengan kecerdasan yang dimiliki, maka
permasalahan perusahaan akan teratasi, sehingga kinerja dan nilai perusahaan akan meningkat.

Pada masa rasul, kecerdasan diperlukan untuk menyampaikan wahyu Allah swt kepada
umatnya. Tidak semua umat menerima apa yang diajarkan dan disampaikan rasul. Karena itulah,
diperlukan kecerdasan untuk menghadapi kaum tersebut. Hal ini tercantum dalam QS. Al An’am (83)
yang artinya: “Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya” Kecerdasan yang diberikan Allah swt kepada umatnya harus dimanfaatkan untuk
kesejahteraan bersama. Allah swt tidak menyukai kaum yang malas dan tidak mau berpikir dengan
menggunakan akalnya.

Maka dari itu pelaku bisnis hendaknya dapat mengimplementasikan prinsip fathanah dalam
pengelolaan bisnisnya. Implentasi tersebut dapat ditunjukkan dengan melaksanakan kegiatan
manajerial secara cerdas, dengan mengoptimalkan potensi akal yang dimiliki sebagai anugrah Allah.
Dalam aktivitas bisnis tidak cukup dengan kejujuran dan bertanggungjawab saja, namun diperlukan
kecerdasan (keahlian) untuk mengelola bisnis secara profesional. Oleh karena itu agar amanah tidak
terabaikan, pelaku bisnis haruslah cerdas. Suatu saat seorang sahabat bertanya: “Bagaimana amanah
bisa hilang?”. Rasulullah menjawab: ”Apabila urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahli-nya,
maka tunggu saat kehancurannya” (HR Bukhari). Kecerdasan yang dimaksudkan di sini adalah juga
kecerdasan spiritual. Yakni kemampuan memberi makna ibadah dari setiap kegiatan, melalui langkah-
langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya (hanif) dalam kerangka tauhid,
serta berprinsip hanya karena Allah.

Sifat fathanah akan mendukung ketiga sifat lain dalam Islamic Corporate Governance. Karena
dengan sifat fathanah, maka pemimpin akan menjadi bijaksana, terbuka wawasan berpikirnya, mampu
menghadapi perubahan zaman, mampu menggunakan peluang untuk kemajuan perusahaan, mampu
menghadapi tantangan, memperbaiki kelemahan dan mempertahankan kelebihan yang dimiliki
perusahaan.

C. Contoh Penerapan Prinsip-Prinsip Islamic Corporate Governace dalam


Perusahaan

Penerapan nilai-nilai Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah dalam Islamic Corporate
Governance adalah kunci untuk menciptakan lingkungan bisnis yang etis, transparan, dan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Berikut adalah bagaimana setiap nilai ini dapat
diterapkan dalam konteks Corporate Governance Islam:

8
a) Sidiq (Kejujuran)
- Penerapan dalam Corporate Governance: Jujur dan akurat dalam pelaporan keuangan
dan pengungkapan. Tidak ada manipulasi data atau informasi. Contoh: Perusahaan
harus menyajikan laporan keuangan yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya
tanpa menyembunyikan kerugian atau risiko yang ada.

b) Amanah (Kepercayaan)
- Penerapan dalam Corporate Governance: Memastikan bahwa dewan direksi dan
manajemen perusahaan menjaga kepercayaan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. Contoh: Dewan direksi harus bertindak dengan integritas dan
bertanggung jawab untuk menjalankan tugasnya demi kepentingan semua pemangku
kepentingan, bukan hanya kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

c) Tabligh (Komunikasi):
- Penerapan dalam Corporate Governance: Mendorong komunikasi terbuka dan
transparan antara perusahaan dan pemegang saham. Contoh: Perusahaan harus
mengadakan pertemuan pemegang saham secara berkala dan menyediakan informasi
yang cukup untuk memungkinkan pemegang saham memahami strategi, kinerja, dan
risiko perusahaan.

d) Fathonah (Kebijaksanaan):
- Penerapan dalam Corporate Governance: Menggunakan kebijaksanaan dalam
pengambilan keputusan bisnis, termasuk evaluasi risiko dan dampak sosial dari
keputusan tersebut. Contoh: Sebelum memutuskan untuk memasuki bisnis tertentu,
perusahaan harus mengevaluasi apakah bisnis tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah dan memiliki manfaat sosial yang positif.

Penerapan nilai-nilai ini dalam Islamic Corporate Governance membutuhkan


komitmen kuat dari dewan direksi, manajemen, dan pemegang saham perusahaan. Hal ini
juga memerlukan mekanisme pengawasan dan kontrol yang kuat untuk memastikan bahwa
prinsip-prinsip etika dan prinsip-prinsip syariah dipatuhi dengan ketat. Keberhasilan
penerapan nilai-nilai ini tidak hanya menciptakan perusahaan yang lebih etis, tetapi juga
membangun kepercayaan yang kuat di antara pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya. Selain itu, hal ini juga dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan jangka
panjang yang berkelanjutan dan meningkatkan citra perusahaan dalam komunitas bisnis dan
masyarakat secara luas.

9
D. Perbandingan corporate governance dalam Islam dengan corporate
governance konvensional

Prinsip-prinsip Corporate Governance konvensional sebenarnya telah tercakup dalam prinsip-


prinsip Islamic Corporate Governance. Transparansi merujuk pada shidiq, akuntabilitas merujuk pada
shiddiq dan amanah, responsibility atau tanggung jawab merujuk pada amanah, tablig, dan fathanah,
sedangkan fairness merujuk pada shiddiq dan amanah. Hal yang perlu digaris bawahi adalah
meskipun prinsip-prinsip Corporate Governance konvensional tercakup dalam prinsip-prinsip Islamic
Corporate Governance bukan berarti keduanya adalah hal yang sama. Karena dasar hukum yang
digunakan berbeda maka pelaksanaan dan aplikasinya pun akan berbeda. Berdasarkan perbandingan
prinsip-prinsip tersebut, prinsip-prinsip yang digunakan dalam Islamic Corporate Governance lebih
lengkap apabila dibandingkan dengan Corporate Governance konvensional.

Prinsip Good Corporate Governance yaitu prinsip keterbukaan, akuntabilitas, tanggung


jawab, independensi, dan kewajaran. Pada dasarnya, penerapan prinsip Good Corporate Governance
misalnya pada bank konvensional dan bank syariah adalah sama, karena mengacu pada ‘Pedoman
Good Corporate Governance Perbankan Indonesia’ yang dikeluarkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance. Perbedaannya adalah prinsip Good Corporate Governance pada bank syariah
diatur secara tegas pada Pasal 34 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008. Perbedaan lainnya
terletak pada prinsip syariah yang digunakan oleh bank syariah karena selain dibina dan diawasi oleh
Otoritas Jasa Keuangan, bank syariah juga diawasi oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (MUI) secara umum dan Dewan Pengawas Syariah secara khusus, sedangkan bank
konvensional tidak.

10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Penerapan nilai-nilai Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah dalam Islamic Corporate
Governance memiliki dampak yang signifikan pada tata kelola perusahaan yang etis,
transparan, dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Nilai-nilai ini memainkan peran
penting dalam memandu perilaku dan pengambilan keputusan perusahaan agar sesuai dengan
ajaran Islam. Sebagai kesimpulan dari pembahasan ini, berikut beberapa poin utama:

Yakni kejujuran (Sidiq): Sidiq menggaris bawahi pentingnya kejujuran dan integritas
dalam semua aspek operasi perusahaan. kepercayaan (amanah): yang diperlukan perusahaan
untuk menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. Kemudian komunikasi (tabligh): yang mendorong komunikasi terbuka
dan transparan antara perusahaan dan pemegang saham. Dan kebijaksanaan (fathonah): yang
diperlukan dalam kebijaksanaan pengambilan keputusan bisnis, termasuk penilaian risiko dan
dampak sosial dari keputusan tersebut. Lalu perbandingan prinsip Islamic Corporate
Governance dengan Corporate Governance konvensional mengungkapkan bahwa sebenarnya
prinsip-prinsip tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan tata kelola perusahaan
yang baik, namun terdapat perbedaan dalam dasar hukum, dan penerapan yang terkadang
berbeda.

11
DAFTAR PUSTAKA

Endraswati, H. (2015). Konsep Awal Islamic Corporate Governance: Peluang Penelitian yang
Akan Datang. Jurnal Muqtasid, Volume 6. No. 2.

Endraswati, H. D. (2014). Board of Director and Remuneration in indonesian Banking. GFTS


Journal on Business Review , Vol 3 (3) : Hal.40-45.

hartono, N. G. (2014). Islamic Corporte Governance Sebuah Kajian dari Aspek Social
Entrepreneurship. Semarang: EF Press Digimedia.

Tasmara, T. (2002). Membiasakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.

12

Anda mungkin juga menyukai