Anda di halaman 1dari 23

ETOS KERJA

I. PENDAHULUAN
Etos merupakan suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan
suatu pekerjaan dengan komitmen total dan tanggunjawab. Etos kerja
terkandung nilai semangat kerja yang tinggi melalui bekerja keras, bekerja
cerdas, sehingga menghasilkan karyawan berprestasi. Prestasi karyawan
dapat dilihat dari besar kecilnya kesetiaan karyawan, prestasi kerjanya,
tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan
kepemimpinan. Etos kerja karyawan unggul dapat dilihat dari kerja keras,
selalu terdepan, memiliki kelebihan dibanding lain, dan tidak pernah merasa
puas atas prestasi yang diraihnya. Tidak lagi berpikir bahwa apa yang saya
dapat dari hasil kerja saya, tetapi apa yang saya berikan terhadap
organisasi.
 Dalam organisasi baik bisnis maupun publik terdapat komponen yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, yang dikenal dengan
istilah 6 M (Man, Money, Methode, Material, Mechine dan Market). Dari ke
enam unsur tersebut semuanya sangat dibutuhkan dalam organisasi. Salah
satu unsur terpenting dalam organisasi sumber daya manusia (Man) atau
yang lebih dikenal karyawan/pegawai.
Karyawan adalah aset organisasi, tanpa adanya karyawan yang
memiliki etos kerja yang baik, organisasi pasti tidak akan maju, atau tidak
akan mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Sebaliknya tidak
ada organisasi yang merugi jika memperlakukan karyawan dengan baik
dan menghargai prestasi mereka.
Pekerjaan dan kantor adalah tempat untuk belajar dan
mengembangkan potensi diri karyawan. Karir promosi jabatan menanti
mereka yang bekerja dan berkarya secara sungguh-sungguh dan penuh
rasa tanggungjawab.  
Namun yang perlu dicermati adalah karyawan yang berhasil bukan
karena dalam melaksanakan pekerjaannya adalah buah hasil keringat
sendiri, tetapi lebih kepada sumber daya lain mendukung. Organisasi yang
maju dimana karyawannya dalam mengerjakan pekerjaannya selalu dalam
bentuk tim (team work). Karyawan yang bekerja sendiri tanpa meminta
bantuan kepada orang atau tidak menerima bantuan dari karyawan lain
maka akan berdampak pada sebuah egoisme atau kesombongan.
 Untuk mancapai produktifitas kerja yang baik dibutuhkan etos kerja
karyawan yang unggul dan profesional dalam mengerjakan pekerjaanya.
Etos kerja harus didukung oleh sumber daya lain seperti fasilitas kerja,
kesehatan, penghargaan, jaminan hari tua, dan sebagainya yang
mendorong karyawan untuk melaksanakan pekerjaanya.
  Apabila dari sumber daya tersebut terpenuhi tentu akan berpengaruh
terhadap perilaku karyawan. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan
ada kalanya bersifat negatif. Karyawan yang memiliki pengaruh positif dari
sumber daya tersebut adalah karyawan memiliki etos kerja, sebaliknya
yang menerima pengaruh negatif, maka etos kejanya menurun.
Karyawan yang memiliki etos kerja yang unggul dan profesional dalam
melaksanakan pekerjaanya adalah karyawan yang dapat menilai dan
menerima bahwa kerja adalah rahmat (aku bekerja tulus penuh syukur),
kerja adalah amanah (aku bekerja benar penuh tanggungjawab), kerja
adalah panggilan (aku bekerja tuntas penuh integritas), kerja adalah
aktualisasi (aku bekerja penuh semangat), kerja adalah ibabah (aku bekerja
serius penuh kecintaan), kerja adalah seni (aku bekerja cerdas penuh
kreativitas), kerja adalah kehormatan (aku bekerja tekun penuh
keunggulan) dan kerja adalah pelayanan (aku bekerja paripurna penuh
kerendahan hati). 
 
II. PENGERTIAN ETOS KERJA

Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran
sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja
(Sukardewi, 2013:3). Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang
artinya sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas
sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok
bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh
budaya, serta sistem nilai yang diyakininya (Tasmara, 2002:15).
Sebagai suatu subyek dari arti etos tersebut adalah etika yang
berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah
atau benar, buruk atau baik. Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan
melibatkan anggota untuk meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya
setiap organisasi harus memiliki etos kerja.
Menurut Jansen H. Sinamo (2005:26), etos kerja adalah
seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental
yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Kemudian
menurut Panji Anoraga (2001:29), etos kerja adalah pandangan dan
sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja, oleh karena itu menimbulkan
pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai suatu yang luhur,
sehingga diperlukan dorongan atau motivasi. Sedangkan menurut Madjid
(2000:410), etos kerja ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan, serta
kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seseorang
individu atau sekelompok manusia. 
Selanjutnya dikatakan bahwa istilah paradigma disini berarti konsep
utama tentang kerja itu sendiri yang mencakup idealisme yang mendasari,
prinsip-prinsip yang mengatur, nilai-nilai yang menggerakkan, sikap-sikap
yang dilahirkan, standar-standar yang hendak dicapai, termasuk karakter
utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan kode perilaku bagi para
pemeluknya.
Jadi, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komitmen menganut
paradigma kerja tertentu, percaya padanya secara tulus dan serius, serta
berkomitmen pada paradigma kerja tersebut maka kepercayaan itu akan
melahirkan sikap kerja dan perilaku kerja mereka secara khas. Itulah etos
kerja mereka, dan itu pula budaya kerja mereka.
Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu
sikap, maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung makna
sebagai aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam
memberikan penilaian terhadap kegiatan kerja.
Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah
unsur penilaian, maka secara garis besar dalam penilaian itu, dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu penilaian positif dan negatif atau etos kerja
tinggi dan etos kerja rendah.
Dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan
tanda-tanda sebagai berikut:
a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat
luhur bagi eksistensi manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan
manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan
sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,     
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah. 

Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki


etos kerja yang rendah, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya,
yaitu:
a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,
c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan,
d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
e. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat,


akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya.
Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan manusia yang sedang
“membangun”, maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai
prasyaraat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan itu.
Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada manusianya
untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh, sehingga
dapat mengikis sikap kerja yang asal-asalan, tidak berorientasi terhadap
mutu atau kualitas yang semestinya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa etos kerja adalah sikap dan perilaku yang mendasar yang dimiliki
setiap manusia secara utuh mulai input, proses dan hasil yang didapatkan
sehingga bermanfaat bagi organisasiaan. 

III. MEMBANGUN ETOS KERJA 


  Etos kerja yang positif secara pasti akan menunjukkan kaitan
yang sangat erat antara modal organisasi dengan nilai kepercayaan untuk
mencapai visi dan misi secara konsisten melalui norma-norma nilai kerja
yang menciptakan suasana nyaman, aman, dan sejahtera bagi setiap
stakeholdernya.
Organisasi bisnis memerlukan fleksibilitas yang tinggi dengan budaya
kerja "high trust". Tujuannya adalah untuk membangun kredibilitas yang
memberikan rasa percaya kepada setiap orang, bahwa budaya kerja
organisasi dikerjakan dengan etos kerja yang terukur dalam sebuah sistem,
prosedur, dan kebijakan yang memiliki tingkat keperdulian sosial bisnis
untuk secara konsisten mampu memberikan nilai-nilai kebutuhan para
stakeholdernya secara optimal.
Bagaimana cara Anda untuk membangun etos kerja yang sesuai
dengan jati diri organisai Anda?.
Etos kerja yang baik berasal dari hasil kesadaran sebuah organisasi
untuk secara tulus menggali semua potensi positifnya dalam rangka
memberikan nilai-nilai terbaiknya kepada para stakeholder. Jangan pernah
berpikir untuk meniru etos kerja budaya lain, sebab etos kerja itu ada di
dalam DNA sebuah organisasi yang secara fundamental telah dipengaruhi
oleh etos kerja sang penggagas pendiri organisasi melalui visi, misi, etika,
budaya, serta cara berpikir dan bertindak sang pendiri tersebut.
Apabila Anda tetap ngotot untuk meniru dan mengimplementasikan
sebuah etos kerja yang menjadi favorit Anda, maka pastikan bahwa
organisasi Anda mampu melewati masa-masa kritis akibat perubahan jati
diri lama kedalam jati diri yang Anda harapkan. Kekuatan aura sang pendiri
organisasi akan tetap terasa walaupun Anda sudah mencoba menciptakan
lingkungan dan suasana kerja berbudaya etos kerja baru yang lebih
dinamis dan kreatif.
Etos kerja sebenarnya mengajarkan kepada setiap sumber daya
manusia untuk secara tulus dan ikhlas dari lubuk hati terdalam membangun
kebiasaan-kebiasaan positif yang efektif dalam memberikan pelayanan
berkualitas tinggi kepada para stakeholder. Untuk itu diperlukan upaya
terus-menerus dari manajemen organisasi dalam memberikan contoh
teladan dari perilaku etos kerja yang ingin dimiliki oleh organisasi tersebut.
Mengundang para coach dari luar organisasi untuk belajar nilai-nilai positif
secara berkelanjutan akan memberikan wawasan dan pengetahuan yang
akan berdampak besar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia
dalam menggali etos kerja terbaik dari sudut kaca mata positif.
 Etos kerja adalah suara hati yang tulus dan ikhlas dari setiap sumber
daya manusia organisasi untuk mau bekerja keras tanpa pamrih dalam
memberikan pelayanan terbaik yang lebih kepada setiap orang tanpa
terkecuali.
Etos kerja yang baik lahir dari pribadi-pribadi yang proaktif dalam
mempersiapkan diri mereka untuk menjadi manusia-manusia organisasi
yang siap seratus persen menjalankan misi dan visi organisasi mereka
dengan nilai-nilai positif yang tidak dapat dikompromikan lagi. Nilai positif
berarti setiap pikiran dan tindakan selalu hanya berkosentrasi untuk
memberikan pelayanan berkualitas tinggi.
Bisnis, organisasi, dan sejenisnya ada hanya dengan satu tujuan
mulia yaitu memberikan pelayanan bernilai tambah tertinggi dengan
manfaat ekonomi, sosial, dan pisikologis yang membuat mudah dan
nyaman setiap stakeholdernya.
Etos kerja yang baik harus selalu dibungkus dengan pengetahuan,
keterampilan, teknologi, dan keinginan untuk selalu berbuat baik. Etos kerja
juga harus memiliki kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya rutin yang
efektif dalam memberikan sinar kebahagian, kenyamanan, keamanan, dan
kepastian buat para stakeholder.
Apapun jenis pekerjaan Anda, apakah bersifat komersial untuk
mencari nafkah kehidupan Anda, bersifat sosial yang membantu tanpa
pamrih dengan uang, atau hanya bersifat hobi yang melakukan pekerjaan
sebagai kebahagian hidup. Apapun yang Anda lakukan, pastikan Anda
mengerjakannya dari hati terdalam yang tulus dan ikhlas, serta pikiran
positif dengan segala kerendahan hati dan perilaku. Jangan sekalipun
bekerja oleh sebab terpaksa, etos kerja yang baik tidak akan lahir dari
orang-orang yang merasa pekerjaan yang dilakukannya adalah karena
terpaksa oleh dorongan kebutuhan ekonomi atau kebutuhan lain yang tidak
dikehendakinya.
Belajar dan belajarlah selalu untuk merubah diri Anda dari pribadi
tanpa etos kerja menjadi pribadi yang unik, spesial, dan kaya akan etos
kerja berkualitas tinggi. Semua hal baik itu akan menjadi milik Anda bila
Anda belajar, melatih, dan menyadari bahwa semua kerja keras Anda dan
hidup Anda adalah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada diri Anda,
keluarga Anda, organisasi Anda, orang-orang lain di sekitar Anda,
masyarakat Anda, dan dunia Anda.
 
IV. CIRI-CIRI ETOS KERJA
Seseorang yang memiliki etos kerja, akan terlihat pada sikap dan
tingkah lakunya dalam bekerja. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri etos
kerja :

1. Kecanduan terhadap waktu. Salah satu esensi dan hakikat dari etos


kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan
betapa berharganya waktu. Dia sadar waktu adalah netral dan terus
merayap dari detik ke detik dan dia pun sadar bahwa sedetik yang lalu
tak akan pernah kembali kepadanya. 
2. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas). Salah satu kompetensi moral
yang dimiliki seorang yang berbudaya kerja adalah nilai keihklasan.
Karena ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan
pelayanan tanpa ikatan. Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara
dirinya melayani, melainkan juga input atau masukan yang membentuk
kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih. 
3. Memiliki kejujuran. Kejujuran pun tidak datang dari luar, tetapi bisikan
kalbu yang terus menerus mengetuk dan membisikkan nilai moral yang
luhur. Kejujuran bukanlah sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah
panggilan dari dalam sebuah keterikatan.
4. Memiliki komitmen. Komitmen adalah keyakinan yang mengikat
sedemikian kukuhnya sehingga terbelenggu seluruh hati nuraninya dan
kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang
diyakininya. Dalam komitmen tergantung sebuah tekad, keyakinan,
yang melahirkan bentuk vitalitas yang penuh gairah. 
5. Kuat pendirian (konsisten). Konsisten adalah suatu kemampuan untuk
bersikap taat asas, pantang menyerah, dan mampu mempertahankan
prinsip walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan
dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola emosinya
secara efektif.

V. DELAPAN ETOS KERJA PROFESIONAL


Menurut Jansen H. Sinamo (2005: 29-189), bahwa terdapat 8
(delapan) etos kerja profesional yaitu:

1. Kerja adalah Rahmat


Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai
buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari ALLAH SWT. Anugerah itu
kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara
tanpa biaya sepeser pun.
Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah
anugerah.
Dengan bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya
banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu
dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut
disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespon semua rahmat itu
dengan kerja yang ogah-ogahan.
2. Kerja adalah Amanah
Apapun pekerjaan kita semua adalah Amanah. Seyogyanya kita
menjalankan amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Kerja bukanlah
sekedar pengisi waktu tapi perintah Allah. "Amanat itu mendatangkan
rezeki, sedangkan khianat itu mendatangkan kemiskinan". Etos ini
membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela,
misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
3. Kerja adalah Panggilan
Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa
berucap pada diri kita sendirim, "I'm do my best!" Dengan begitu kita
tidak akan merasa puas jika hasil karya ya kita kurang baik mutunya.
4. Kerja adalah Aktualisasi
Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita, apa yang
harus kita aktualisasikan?
a. Kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab
b. Kejujuran
c. Disiplin
d. Kemauan untuk maju
e. Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang Anda lakukan
sebelum Anda
f. Menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar
karena kerja adalah aktualisasi diri.
Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara
terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa
"ada". Bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong
tanpa pekerjaan.
5. Kerja adalah Ibadah
Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus
diniatkan dan berorentasi ibadah kepada Allah SWT. Dengan kata lain,
setiap aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah
semata.
Setiap ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan,
sehingga bagi seorang muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai
ibadah.  Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja
secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.
6. Kerja adalah Seni
Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya
melakukan hobi. Dengan mengungkapkannya melalui dan
menggunakan medium dan materi pekerjaan kita seperti komputer,
kertas, pena, suara, ruangan, papan tulis, meja, kursi, atau apapun alat
materi kerja kita. Materi kerja di atas diolah secara kreatif dan imajinatif
dalam peristiwa kerja dengan memanfaatkan tidak saja nilai warna,
tetapi terutama nilai estetikanya.
7. Kerja adalah Kehormatan
Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan
suatu pekerjaan seperti yang Anda terima saat ini. Kerja bukanlah
masalah uang semata, namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti
bagi hidup kita. Kadang mata kita menjadi "hijau" melihat uang, sampai
akhirnya melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yang kita
miliki.
Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun
yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap
apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu
memberikan rasa bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan arti
besar. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan.
Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan
yang lain yang lebih besar akan datang kepada kita.
8. Kerja adalah Pelayanan
Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat
baik. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga
mercusuar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada
sesama.

Delapan etos kerja tersebut menunjukkan bahwa seorang karyawan


dalam melaksanakan pekerjaannya tidak didasarkan atas perintah atasan
melainkan keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan
dan dilaksanakan dengan penuh kejujuran. 
Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan berbuat baik.
Apapun pekerjaan Anda, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar,
semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama. Beberapa
negara juga mempunyai etos kerja masing-masing, yang ternyata hampir
sama antara negara yang satu dengan yang lain. Perhatikan etos kerja
berikut ini.

 Etos kerja di negara Jepang :


a. Berani dan ksatria.
b. Murah hati dan mencintai
c. Bersikap benar dan bertanggung jawab.
d. Bersikap tulus dan sungguh-sungguh.
e. Bersikap santun dan hormat.
f. Mengabdi dan loyal.
g. Menjaga martabat dan kehormatan.

 Etos kerja di negara Korea Selatan :


a. Disiplin.
b. Berhemat.
c. Menabung.
d. Kerja keras.
e. Mengutamakan pendidikan. 
 Etos kerja di negara Jerman :
a. Berdisiplin tinggi.
b. Bekerja keras.
c. Bertindak rasional.
d. Tidak mengumbar kesenangan.
e. Hemat dan bersahaja.
f. Berorientasi sukses dan materiil.
g. Menabung dan berinvestasi.

Gambaran yang sesungguhnya untuk memberi pernyataan apakah


seseorang itu profesional atau tidak dapat dilihat dari beberapa pernyataan
berikut ini:
a. Seorang profesional adalah orang yang menyadari betul ke mana arah
tujuan hidupnya, mengapa ia menempuh jalan itu, dan bagaimana
caranya ia dapat menuju sasarannya. la menyenangi pekerjaannya
karena ia bisa mengerjakannya dengan baik. la mengerjakannya
dengan baik karena ia menyenangi pekerjaan itu.
b. Seorang profesional adalah seorang yang senantiasa siap siaga
dengan gagasan bila diperlukan, ditambah dengan selusin gagasan
lainnya sekalipun tidak ada orang yang meminta padanya. la adalah
seorang yang mau bekerja keras untuk mencapai tujuannya, dan tidak
pernah kehilangan semangat bekerja dalam melaksanakan tugasnya.
c. Seorang profesional adalah seseorang yang gairah kerjanya sangat
mengagumkan. la adalah seorang yang realistis, yang menyadari
kemungkinan dirinya membuat kesalahan. Akan tetapi ia cukup
bijaksana dengan tidak membuat kesalahan yang sama.
d. Seorang profesional adalah orang yang cukup jujur mengakui
kegagalannya, tetapi juga mampu mengatasi rasa putus asanya, tabah,
terus mencoba dan terus berusaha sampai berhasil. la memiliki
kemampuan untuk membedakan mana yang penting dan mana yang
tidak penting, serta bersikap bijaksana dalam menanggulangi segala
kesulitan yang timbul.
e. Seorang profesional adalah seorang yang mempunyai banyak impian.
Sekalipun angan-angannya melambung tinggi, tetapi kakinya tetap
berpijak di atas tanah. la mennperhatikan hal-hal yang kecil, akan tetapi
menolak hal-hal kecil itu mempengaruhi pikirannya sehingga menjadi
cemas. la tahu caranya memimpin tanpa bertindak sebagai diktator,
ataupun kehilangan kewibawaannya.
f. Pada saat memimpin, ia mengembangkan bibit-bibit kepemimpinan
kepada bawahannya; sedangkan pada saat bekerja, ia memberikan
contoh bekerja yang baik bagi bawahannya. la tidak menunggu sampai
ada orang lain yang mendorongnya melakukan sesuatu, karena ia
dapat mengannbil inisiatif sendiri.
g. Seorang profesional itu penuh daya cipta. la berani mencoba sesuatu,
tetapi tidak pula sembrono. la mengabdikan diri secara penuh, tetapi
tidak fanatik.
h. Seorang profesional adalah seorang yang senantiasa menyelesaikan
pekerjaannya sampai selesai.

Berbahagialah Anda memiliki jiwa semacam itu. Dengan bekerja


secara profesional diharapkan kinerja tim menjadi baik dan produktivitas tim
juga meningkat.

Selain etos kerja di atas, seseorang dikatakan berprestasi tinggi atau


kurang berprestasi terletak pada persepsi dan motivasi orang tersebut
dalam menghadapi kegagalan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi seseorang antara lain :
1. Sikap pantang menyerah.
Setiap orang mengalami masalah. Dalam hidup selalu ada kesenjangan
antara apa yang diharapkan dan kenyataan yang dihadapi. Mereka
yang berprestasi memilki ketekunan. Tidak cepat menyerah. Winston
Churchil, tokoh terkenal dalam perang dunia ke II dari inggris,
membangkitkan semangat generasi muda inggris dengan pidatonya
yang paling pendek. Setelah beberapa lama berdiam diri di atas
panggung ia hanya mengucapkan kata-kata : “ jangan
menyerah .............. jangan menyerah ........... jangan menyerah.”

2. Sikap Menghadapi Masalah.


Masalah dapat membuat seseorang putus asa, hilang pengharapan
bahkan bunuh diri. Hampir selalu orang melihat masalah buruk. Biasa
saja suatu masalah mungkin baik. Siapapaun, dimanapun, kapan pun
manusia akan menghadapi masalah. Tempat dimana orang tidak
mempunyai masalah adalah dikuburan. Orang berpestasi melihat
masalah bukan sebagai kegagalan. Thomas alva Edison melihat, seribu
percobaan yang tidak berhasil bukan sebagai kegagalan. ia mengatakan :
Saya berhasil menemukan berbagai percobaan yang belum
mendatangkan hasil.

3. Sikap Tenang, dan Rileks.


Era sekarang penuh ketegangan. Suara bising kendaraan, suasana yang
tergesa-gesa, membuat orang selalu diliputi perasaan tegang dan was-
was. Membuat orang bersikaf agresif, cepat marah dan gelisah. Orang
berprestasi selalu menanggapi situasi dengan tenang dan rileks.
Kuncinya adalah pengendalian diri. Orang yang tidak diliputi ketegangan
adalah orang yang sehat dan bijaksana yang mempunyai sasaran dalam
hidupnya. Tahu apa yang ingin dicapainya dan terus berusaha
mencapainya, ia sepenuhnya memegang rendah dirinya secara mental
dan emosional. Rasa humor akan mendorong seseorang merasa lebih
Rileks.

4. Sikap Memotivasi.
Ada orang yang tampaknya tidak pernah maju walaupun kemampuan
mereka tampak jelas. Orang-orang yang berprestasi membuat orang lain
terinspirasi dengan apa yang dikatakan atau dilakukannya. Ia selalu
membuat dirinya lebih dulu tertarik pada orang lain. Bukan berusaha
melakukan sesuatu agar orang lain tertarik pada dirinya. Ia selalu
memberi semangat dengan kelebihan yang dimiliki orang lain. Ia
memotivasi dengan apa yang sudah ada dalam diri seseorang.

5. Sikap Percaya Diri.


Manusia dilahirkan untuk berhasil, Kepercayaan diri adalah rahasia utama
keberhasilan. Banyak orang yang tidak percaya kepada diri sendiri.
Hidupnya diliputi keraguan. Potensi dalam dirinya sering tidak
terdayagunakan. Mereka sering tidak yakin bahwa dirinya bisa melakukan
sesuatu yang berprestasi. Orang-orang berprestasi selalu mengikuti
prinsip “ Anda pasti bisa, bila anda pikir bisa ”.

6. Sikap Mengatasi Ketakutan.


Ketakutan di dunia ini beragam bentuknya, penelitian menunjukan Rasa
takut berpengaruh pada kesehatan fisik dan jiwa. Orang-orang
berprestasi tidak menanti Rasa takut gagal, takut tidak bisa, takut malu,
takut ditertawakan, takut dianggap rendah, takut tidak berprestasi. Tsb
ketakutan-ketakutan sering semu. Hal-hal yang palsu tampak dan muncul
dengan sangat nyata dirasakan. Tetapi ketika dihadapi dan dijalani,
ternyata tidak seburuk yang dibayangkan.

7. Sikap Peduli / Empati / Santun


peduli/empati terhadap orang lain selalu didasari dengan rasa mengasihi
yang dalam. Ikut merasakan apa yang dialami dan juga melakukan
sesuatu untuk mencari solusi meringankan beban orang lain. Karena
membantu orang lain. Juga berarti membantu diri sendiri. Sikap santun
mencerminkan kerendahan hati, menghargai orang lain dan memahami
serta menerima orang lain apa adanya.

8. Sikap Mental Positif.


Orang–orang berprestasi selalu mempunyai pandangan yang positif.
Seorang pegolf terkenal dari Amerika pernah di tipu oleh seorang ibu. Ibu
itu tahu bahwa saya juara golf baru mendapat hadiah besar sebagai
juara. Si ibu menceritakan bahwa anaknya sakit keras. dirawat dirumah
sakit. Dan ia tidak mempunyai uang untuk membiayainya. Tanpa pikir
panjang sang juara memberikan uang dengan jumlah cukup besar untuk
biaya perawatan. Beberapa waktu kemudian ia mendengar dari
kawannya bahwa ibu itu seorang penipu. Ketika ia mengetahui bahwa,
kena tipu, ia hanya mengatakan “syukurlah kalau benar-benar tidak ada
anak yang sakit keras dan perlu pertolongan ! ”.

9. Sikap Mau Belajar.


Seorang ahli mengatakan mustahil seseorang dapat belajar, kalau ia
merasa dirinya sudah tahu. Orang-orang berprestasi selalu mau belajar.
Dari orang lain, dari pengalaman. Mereka selalu membuka hati dan
pikirannya untuk menerima berbagai informasi, pengetahuan, sikap dan
keterampilan untuk meningkatkan kemampuan pribadinya.

10. Sikap Mau Mendengar.


Orang-orang berprestasi biasanya adalah pendengar yang baik. Dengan
menjadi pendengar yang baik dan aktif akan lebih memahami maksud
dan jalan pikiran lawan bicara. Pendengar yang baik tidak akan
menyela/memotong atau merebut pembicara. Pendengar yang aktif
sering menggunakan kata-kata pembangkit semangat seperti luar biasa,
saya sangat menghargai apa yang anda lakukan dsb.
Faktor-faktor tersebut diatas menjelaskan unsur-unsur yang apabila
digabung dan terdapat dalam diri seseorang akan menumbuhkan etos
kerja yang luar biasa.

VI. KARYAWAN YANG UNGGUL


Jika kita ingin dikatakan unggul maka lakukanlah beberapa hal, yaitu :
1. Semua orang bisa melakukan sebuah perbedaan
Tidak ada seorangpun yang bisa menghalangi Anda untuk memilih
menjadi orang yang khusus, lain daripada yang lain. Tidak ada
pekerjaan yang tidak penting, hanya saja orang-orang yang
mengerjakanlah yang merasa tidak penting dalam mengerjakan
pekerjaan mereka.
2. Keberhasilan dibangun di atas hubungan
Semua pekerjaan atau bisnis, jalinan hubungan yang kuat adalah
tujuan yang paling penting karena mutu hubungan tersebut
menentukan mutu produk atau jasa. Itu sebabnya mengapa para
pemimpin berubah ketika mereka menyadari bahwa para karyawan
mereka juga manusia. Teknologi berubah ketika menyadari bahwa para
pengguna mereka adalah manusia yang memerlukan interaksi atau
hubungan.
3. Ciptakan nilai bagi orang lain secara terus menerus
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, menguasai kecakapan bekerja
adalah yang paling penting pada abad 21, bahwa kemampuan untuk
menciptakan nilai tambah bagi para pelanggannya tanpa harus
mengeluarkan tambahan biaya untuk melakukannya.
4. Temukan kembali jati diri Anda secara teratur
Saat Anda sedang mengerjakan segala hal yang mungkin bisa Anda
kerjakan untuk menghasilkan kesempurnaan pribadi, tetapi Anda masih
saja merasa kelelahan dan tidak bersemangat.
Ketika hidup Anda sedang berada pada posisi rendah saat komitmen
profesional Anda sedang bergejolak dan Anda hanya ingin segera
menyelesaikan pekerjaan Anda dan kemudian pekerjaan itu
ditinggalkan.

Karyawan yang unggul dapat dilihat dari kerja keras, selalu terdepan,
memiliki kelebihan dibanding lain, dan tidak pernah merasa puas atas
prestasi yang diraihnya. Tidak lagi berpikir bahwa apa yang saya dapat dari
hasil kerja saya, tetapi apa yang saya berikan terhadap organisasi.
VII. TOLOK UKUR ETOS KERJA UNGGUL DAN PROFESIONAL           

Di dalam melakukan penilaian prestasi kerja pegawai tersebut,


diperlukan suatu sistem yang praktis, relevan, handal, dan dapat diterima,
sehingga hasil yang dicapai dari penilaian tersebut bisa bermanfaat baik
untuk pegawai itu sendiri maupun bagi administrasi kepegawaian
organisasi dimana PNS tersebut bekerja.
Suatu sistem penilaian prestasi kerja yang baik harus bisa
menampung berbagai tantangan eksternal yang dihadapi oleh para
pegawai, terutama yang mempunyai dampak kuat terhadap pelaksanaan
tugasnya. Tidak dapat disangkal bahwa berbagai situasi yang dihadapi oleh
seseorang di luar pekerjaannya, seperti masalah keluarga, keadaan
keuangan, tanggung jawab sosial dan berbagai masalah pribadi lainnya
pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja seseorang.
Hal ini berarti sistem penilaian tersebut harus memungkinkan para
pegawai untuk mengemukakan berbagai masalah yang dihadapinya itu.
Organisasi seyogianya memberikan bantuan kepada para anggotanya
untuk mengatasi masalahnya itu.
Menurut Cascio (1995:270), ada enam syarat yang bisa dipakai
untuk mengukur efektif tidaknya suatu Sistem Penilaian Prestasi Kerja yaitu
:
a. Supervisor (penilai), mengukur kemampuan dan motivasi penilai dalam
melakukan penilaian secara terus menerus, merumuskan prestasi kerja
pegawai secara objektif, dan memberikan umpan balik kepada
pegawai.
b. Relevance (keterkaitan), mengukur keterkaitan langsung unsur-unsur
penilaian prestasi kerja dengan uraian pekerjaan.
c. Sensitivity (Kepekaan), mengukur keakuratan/kecermatan sistem
penilaian prestasi kerja yang dapat membedakan pegawai yang
berprestasi dan yang tidak berprestasi, serta sistem harus dapat
digunakan untuk tujuan administrasi kepegawaian.
d. Reliability (Keterandalan), mengukur keandalan dan konsistensi alat
ukur yang digunakan.
e. Practicality (kepraktisan), mengukur alat penilaian prestasi kerja yang
mudah digunakan dan dimengerti oleh penilai dan bawahannya.
f. Acceptability (dapat diterima), mengukur kemampuan penilai dalam
melakukan penilaian sesuai dengan kemampuan tugas dan tanggung
jawab bawahannya. Mengkomunikasikan dan mendefenisikan dengan
jelas standar dari unsur-unsur penilaian yang harus dicapai 

Sedangkan Nawawi (2003 : 395) mengatakan bahwa untuk


mengukur etos kerja karyawan maka diperlukan unsur-unsur dalam
penilaian pelaksanaan pekerjaan yaitu:  
1. Kesetiaan
Tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan mengamalkan
sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan
tingkah laku sehari-hari dalam perbuatan dalam melaksanakan tugas.
2. Prestasi Kerja
Suatu hasil kerja yang secara nyata dapat dicapai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
Prestasi kerja tersebut akan dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan,
pengalaman, dan kesungguhan karyawan yang bersangkutan.
3. Tanggung Jawab
Kesanggupan seorang karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang
diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada
waktunya serta berani memikul resiko atas keputusan yang diambilnya
atau tindakan yang dilakukannya.
4. Ketaatan
Kesanggupan seorang karyawan untuk mentaati segala peraturan
perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, mentaati
perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang serta
kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan.
5. Kejujuran
Ketulusan hati seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan
kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan
kepadanya.
6. Kerja sama
Kemampuan seorang karyawan untuk bekerja bersama-sama dengan
orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan,
sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
7. Prakarsa
Kemampuan seorang karyawan untuk mengambil keputusan, langkah-
langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.
8. Kepemimpinan
Kemampuan seorang karyawan untuk meyakinkan orang lain sehingga
dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas
pokoknya.        
   
Manfaat dari perlunya dilakukan penilaian pelaksanaan pekerja yang
dilakukan secara berkala adalah sebagai bahan pertimbangan terhadap
karyawan dalam hal; kenaikan pangkat/golongan, penempatan dalam
jabatan, kenaikan gaji berkala, dan pemindahan (mutasi) atau bahkan
sebagai pertimbangan untuk mendukuti sebuah jabatan. 

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETOS KERJA


Etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
(Anoraga, 2001:52):

1. Agama. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan
mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara
berpikir, bersikap dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran
agama yang dianut jika seseorang sungguh-sungguh dalam kehidupan
beragama. 
2. Budaya. Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat
juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya
ini juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan
oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.
3. Sosial Politik. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong
masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
dengan penuh. 
4. Kondisi Lingkungan/Geografis. Lingkungan alam yang mendukung
mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha
untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di
lingkungan tersebut. 
5. Pendidikan. Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber
daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat
seseorang mempunyai etos kerja keras. 
6. Struktur Ekonomi. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu
memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras dan
menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh. 
7. Motivasi Intrinsik Individu. Individu yang akan memiliki etos kerja yang
tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan
suatu pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini
seseorang.

IX. KESIMPULAN
 Etos kerja profesonal adalah seperangkat perilaku kerja positif yang
berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai
komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. 
Etos kerja karyawan dimulai dari komitmen total dari dalam diri
karyawan mendalami visi dan misi organisasi, mematuhi dan tunduk
terhadap aturan-aturan yang berlaku, melaksanakan tugas sesuai dengan
bidang dan keahlian yang dimiliki, yang nantinya dapat dilihat pada
produktivitas kerjanya, dan mengerti tentang sistem penilaian karyawan
yaitu; kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab, ketaatan,  kejujuran,
kerjasama, prakarsa, dan kemimpinan.
Untuk dapat membangun etos kerja perlu ada motivasi diri sendiri
dengan berkomitmen bahwa kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah,
kerja adalah panggilan kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja
adalah seni, kerja adalah kehormatan, kerja adalah pelayanan.
Etos kerja yang tinggi dapat ditentukan melalui proses penilaian
pelaksanaan pekerjaan. Nilai inilah nanti akan menentukan kepada
karyawan dalam hal; kenaikan pangkat/golongan, penempatan dalam
jabatan, kenaikan gaji berkala, dan pemindahan (mutasi) atau bahkan
sebagai pertimbangan untuk mendukuti sebuah jabatan.
Etos kerja berpandangan bahwa kualitas kerja karyawan pada hari
ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan kualitas kerja karyawan di
hari esok harus lebih baik daripada kualitas kerja hari ini.

X. DAFTAR PUSTAKA

Botterman, Fricker. 2005. Membentuk Pribadi Unggul: Empat Pilar Utama


Membangun Kompetensi Profesi dan pribadi. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Cascio, Wayne. 1995. Human Resouces Management and Information System


Approach. Virgnia: Publishing Company.

Cook, Marshall J. 2005. How to Be a Great Coach: 24 Poin Penting Seputar


Peningkatan Produtivitas Pekerja. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Komputer.

Madjid, N. 2000. Masyarakat Religius. Jakarta: Pavamadina.

Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang


Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Panji Anaraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut


Mahardika.

Sukardewi, Nyoman, et. all. 2013. Kontribusi Adversity Quotient (AQ) Etos Kerja
dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota
Amlapura. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,
volume 4.

Anda mungkin juga menyukai