I. PENDAHULUAN
Etos merupakan suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan
suatu pekerjaan dengan komitmen total dan tanggunjawab. Etos kerja
terkandung nilai semangat kerja yang tinggi melalui bekerja keras, bekerja
cerdas, sehingga menghasilkan karyawan berprestasi. Prestasi karyawan
dapat dilihat dari besar kecilnya kesetiaan karyawan, prestasi kerjanya,
tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan
kepemimpinan. Etos kerja karyawan unggul dapat dilihat dari kerja keras,
selalu terdepan, memiliki kelebihan dibanding lain, dan tidak pernah merasa
puas atas prestasi yang diraihnya. Tidak lagi berpikir bahwa apa yang saya
dapat dari hasil kerja saya, tetapi apa yang saya berikan terhadap
organisasi.
Dalam organisasi baik bisnis maupun publik terdapat komponen yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, yang dikenal dengan
istilah 6 M (Man, Money, Methode, Material, Mechine dan Market). Dari ke
enam unsur tersebut semuanya sangat dibutuhkan dalam organisasi. Salah
satu unsur terpenting dalam organisasi sumber daya manusia (Man) atau
yang lebih dikenal karyawan/pegawai.
Karyawan adalah aset organisasi, tanpa adanya karyawan yang
memiliki etos kerja yang baik, organisasi pasti tidak akan maju, atau tidak
akan mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Sebaliknya tidak
ada organisasi yang merugi jika memperlakukan karyawan dengan baik
dan menghargai prestasi mereka.
Pekerjaan dan kantor adalah tempat untuk belajar dan
mengembangkan potensi diri karyawan. Karir promosi jabatan menanti
mereka yang bekerja dan berkarya secara sungguh-sungguh dan penuh
rasa tanggungjawab.
Namun yang perlu dicermati adalah karyawan yang berhasil bukan
karena dalam melaksanakan pekerjaannya adalah buah hasil keringat
sendiri, tetapi lebih kepada sumber daya lain mendukung. Organisasi yang
maju dimana karyawannya dalam mengerjakan pekerjaannya selalu dalam
bentuk tim (team work). Karyawan yang bekerja sendiri tanpa meminta
bantuan kepada orang atau tidak menerima bantuan dari karyawan lain
maka akan berdampak pada sebuah egoisme atau kesombongan.
Untuk mancapai produktifitas kerja yang baik dibutuhkan etos kerja
karyawan yang unggul dan profesional dalam mengerjakan pekerjaanya.
Etos kerja harus didukung oleh sumber daya lain seperti fasilitas kerja,
kesehatan, penghargaan, jaminan hari tua, dan sebagainya yang
mendorong karyawan untuk melaksanakan pekerjaanya.
Apabila dari sumber daya tersebut terpenuhi tentu akan berpengaruh
terhadap perilaku karyawan. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan
ada kalanya bersifat negatif. Karyawan yang memiliki pengaruh positif dari
sumber daya tersebut adalah karyawan memiliki etos kerja, sebaliknya
yang menerima pengaruh negatif, maka etos kejanya menurun.
Karyawan yang memiliki etos kerja yang unggul dan profesional dalam
melaksanakan pekerjaanya adalah karyawan yang dapat menilai dan
menerima bahwa kerja adalah rahmat (aku bekerja tulus penuh syukur),
kerja adalah amanah (aku bekerja benar penuh tanggungjawab), kerja
adalah panggilan (aku bekerja tuntas penuh integritas), kerja adalah
aktualisasi (aku bekerja penuh semangat), kerja adalah ibabah (aku bekerja
serius penuh kecintaan), kerja adalah seni (aku bekerja cerdas penuh
kreativitas), kerja adalah kehormatan (aku bekerja tekun penuh
keunggulan) dan kerja adalah pelayanan (aku bekerja paripurna penuh
kerendahan hati).
II. PENGERTIAN ETOS KERJA
Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran
sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja
(Sukardewi, 2013:3). Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang
artinya sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas
sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok
bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh
budaya, serta sistem nilai yang diyakininya (Tasmara, 2002:15).
Sebagai suatu subyek dari arti etos tersebut adalah etika yang
berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah
atau benar, buruk atau baik. Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan
melibatkan anggota untuk meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya
setiap organisasi harus memiliki etos kerja.
Menurut Jansen H. Sinamo (2005:26), etos kerja adalah
seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental
yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Kemudian
menurut Panji Anoraga (2001:29), etos kerja adalah pandangan dan
sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja, oleh karena itu menimbulkan
pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai suatu yang luhur,
sehingga diperlukan dorongan atau motivasi. Sedangkan menurut Madjid
(2000:410), etos kerja ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan, serta
kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seseorang
individu atau sekelompok manusia.
Selanjutnya dikatakan bahwa istilah paradigma disini berarti konsep
utama tentang kerja itu sendiri yang mencakup idealisme yang mendasari,
prinsip-prinsip yang mengatur, nilai-nilai yang menggerakkan, sikap-sikap
yang dilahirkan, standar-standar yang hendak dicapai, termasuk karakter
utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan kode perilaku bagi para
pemeluknya.
Jadi, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komitmen menganut
paradigma kerja tertentu, percaya padanya secara tulus dan serius, serta
berkomitmen pada paradigma kerja tersebut maka kepercayaan itu akan
melahirkan sikap kerja dan perilaku kerja mereka secara khas. Itulah etos
kerja mereka, dan itu pula budaya kerja mereka.
Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu
sikap, maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung makna
sebagai aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam
memberikan penilaian terhadap kegiatan kerja.
Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah
unsur penilaian, maka secara garis besar dalam penilaian itu, dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu penilaian positif dan negatif atau etos kerja
tinggi dan etos kerja rendah.
Dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan
tanda-tanda sebagai berikut:
a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat
luhur bagi eksistensi manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan
manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan
sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
4. Sikap Memotivasi.
Ada orang yang tampaknya tidak pernah maju walaupun kemampuan
mereka tampak jelas. Orang-orang yang berprestasi membuat orang lain
terinspirasi dengan apa yang dikatakan atau dilakukannya. Ia selalu
membuat dirinya lebih dulu tertarik pada orang lain. Bukan berusaha
melakukan sesuatu agar orang lain tertarik pada dirinya. Ia selalu
memberi semangat dengan kelebihan yang dimiliki orang lain. Ia
memotivasi dengan apa yang sudah ada dalam diri seseorang.
Karyawan yang unggul dapat dilihat dari kerja keras, selalu terdepan,
memiliki kelebihan dibanding lain, dan tidak pernah merasa puas atas
prestasi yang diraihnya. Tidak lagi berpikir bahwa apa yang saya dapat dari
hasil kerja saya, tetapi apa yang saya berikan terhadap organisasi.
VII. TOLOK UKUR ETOS KERJA UNGGUL DAN PROFESIONAL
1. Agama. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan
mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara
berpikir, bersikap dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran
agama yang dianut jika seseorang sungguh-sungguh dalam kehidupan
beragama.
2. Budaya. Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat
juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya
ini juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan
oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.
3. Sosial Politik. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong
masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
dengan penuh.
4. Kondisi Lingkungan/Geografis. Lingkungan alam yang mendukung
mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha
untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di
lingkungan tersebut.
5. Pendidikan. Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber
daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat
seseorang mempunyai etos kerja keras.
6. Struktur Ekonomi. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu
memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras dan
menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
7. Motivasi Intrinsik Individu. Individu yang akan memiliki etos kerja yang
tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan
suatu pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini
seseorang.
IX. KESIMPULAN
Etos kerja profesonal adalah seperangkat perilaku kerja positif yang
berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai
komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral.
Etos kerja karyawan dimulai dari komitmen total dari dalam diri
karyawan mendalami visi dan misi organisasi, mematuhi dan tunduk
terhadap aturan-aturan yang berlaku, melaksanakan tugas sesuai dengan
bidang dan keahlian yang dimiliki, yang nantinya dapat dilihat pada
produktivitas kerjanya, dan mengerti tentang sistem penilaian karyawan
yaitu; kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab, ketaatan, kejujuran,
kerjasama, prakarsa, dan kemimpinan.
Untuk dapat membangun etos kerja perlu ada motivasi diri sendiri
dengan berkomitmen bahwa kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah,
kerja adalah panggilan kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja
adalah seni, kerja adalah kehormatan, kerja adalah pelayanan.
Etos kerja yang tinggi dapat ditentukan melalui proses penilaian
pelaksanaan pekerjaan. Nilai inilah nanti akan menentukan kepada
karyawan dalam hal; kenaikan pangkat/golongan, penempatan dalam
jabatan, kenaikan gaji berkala, dan pemindahan (mutasi) atau bahkan
sebagai pertimbangan untuk mendukuti sebuah jabatan.
Etos kerja berpandangan bahwa kualitas kerja karyawan pada hari
ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan kualitas kerja karyawan di
hari esok harus lebih baik daripada kualitas kerja hari ini.
X. DAFTAR PUSTAKA
Sukardewi, Nyoman, et. all. 2013. Kontribusi Adversity Quotient (AQ) Etos Kerja
dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota
Amlapura. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,
volume 4.