Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat
pada hari jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila salat telah
dilaksanakan maka bertebaranlah kamu dibumi : carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. (QS.AL-Jumuah, 62: 9-10)
Artinya :
Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepadaku, niscaya akan Aku perkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan
masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina,(QS. AL-MUMIN, 60)
Selain menganjurkan untuk berdoa, Islam juga mengajarkan umatnya untuk
tetap bertawakal kepada Allah swt. Kesuksesan seseorang hendaknya jangan sampai
membuatnya pesisimis dan putus asa. Ia harus tetap berdoa dan tawakal kepada Allah
swt. Dalam setiap keadaan.
Ajaran Islam menyingkirkan semua faktor penghalang yang menghambat
seseorang untuk bekerja dan berusaha di muka bumi. Namun, banyak ajaran Islam
yang seharusnya memotivasi seseorang, justru menjadi kontra produktif dalam
pengalamannya. Ajaran tawakal, yang seringkali diartikan sebagai sikap pasrah,
bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha yang merupakan sarana untuk
memperoleh rezeki. Nabi Muhammad saw, dalam sejumlah hadis sangat menghargai
kerja. Misalnya dalam hadis yang artinya, Jika kalian bertawakal kepada Allah
dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia telah memberikan rezeki kepada
burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali pada
keadaan kenyang, (HR. Ahmad)
Hadis di atas menganjurkan orang untuk bekerja, bahkan harus meninggalkan
tempat tinggal pada pagi hari untuk mencari nafkah, bukan pasrah berdiam diri di
tempat tinggal menunggu tersedianya kebutuhan hidup. Hal ini dicontohkan oleh para
sahabat Rasulullah saw yang berdagang lewat jalan darat dan laut dengan gigih dan
ulet. Mereka bekerja dan berusaha sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-
masing. Sesungguhnya rezeki Allah swt tidak akan diperoleh seseorang kecuali
dengan bekerja atau berusaha.
Islam juga mengajarkan bahwa apabila peluang kerja atau berusaha di tempat
tinggal tertutup, dianjurkan merantau (hijrah) untuk memperbaiki kondisi
kehidupannya karena bumi Allah swt, luas dan rezeki-Nya tidak terbatas di suatu
tempat, Allah swt berfirman sebagai berikut :
Artinya
Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di
bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari
rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya ( sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya
telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayng.(QS.
AN-NISA, 100)
Ajaran islam sangat memotivasi seseorang untuk bekerja dan berusaha, serta
menentang keras untuk meminta-minta (mengemis) kepada orang lain. Islam tidak
memperbolehkan kaum penganggur dan pemalas menerima sedekah. Orang-orang
tersebut harus didorong untuk bekrja dan mencari rezeki yang halal sebagaimana
hadis Rasulullah saw. Yang berbunyi, Siapa yang meminta minta kepada orang
banyak untuk menumpuk harta kekayaan, berarti dia hanya meminta bara api. Sama
saja halnya, apakah diterimanya sedikit atau banyak. (HR.Muslim)
Islam menuntun setiap orang untuk memberdayakan semua potensi dan
mengerahkan segala dayanya. Islam melarang seseorang mengemis karena ia
mempunyai sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan membuka peluang kerja untuk
mencukupi kebutuhannya.
Kedua, bekerja keras atau rajin. Siapa bekerja keras hingga lelah dari kerjanya, maka
ia terampuni (dosanya) karenanya (Al-Hadis). Berpagi-pagilah dalam mencari
rezeki dan kebutuhan hidup. Sesungguhnya pagi-pagi itu mengandung berkah dan
keberuntungan (HR. Ibnu Adi dari Aisyah).
Keempat, menjaga harga diri serta bekerja sesuai aturan yang ada.
Carilah kebutuhan hidup dengan senantiasa menjaga harga diri. Sesungguhnya
segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan (HR. Ibnu Asakir dari Abdullah bin
Basri).
Menjaga harga diri bisa berarti tidak melanggar aturan, tidak melakukan
perbuatan yang membawa aib pada diri sendiri, namun sebaliknya, berusaha
maksimal mencapai prestasi dan prestise. Pencuri, perampok, koruptor, pemeras, dan
semacamnya, tentu termasuk tidak menjaga harga diri dalam mencari kebutuhan
hidup dan itu dilarang keras oleh Islam. Yang dimaksud segala persoalan berjalan
menurut aturan artinya mematuhi tata tertib perusahaan atau bekerja sesuai prosedur
yang berlaku (tidak boleh menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan).
Karena bekerja dalam Islam termasuk ibadah, maka mulailah setiap pekerjaan
dengan basmalah, sebagai tanda mohon perkenan, dan pertolongan Allah dalam
kelancaran bekerja, dan akhiri dengan hamdalah sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Bekerja tentu saja mendatangkan uang atau harta. Maka, gunakanlah harta itu di jalan
Allah, hanya untuk hal-hal yang diridhai-Nya, menafkahi diri dan keluarga,
membayar zakatnya, menyedekahkannya untuk kaum dhuafa, serta menginfakkannya
untuk kepentingan agama dan umat Islam.
Di akhirat nanti, soal harta, Allah akan meminta pertanggungjawaban kita dari
dua hal: asal harta itu atau cara memperolehnya dan penggunaannya. Semoga Allah
senantiasa memberi kita kekuatan iman untuk tidak melanggar aturan-Nya. Amin!
Wallahu alam. (ASM. Romli).