Anda di halaman 1dari 6

RIYA DAN BAHAYANYA

‫ ِإَّن َاَّو َل الَّن اِس‬: ‫ َس ِمْع ُت َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلم َي ُقْو ُل‬: ‫َقاَل‬ ‫حفظه هللا َع ْن َأِبي ُه َر ْي َر َة َر ِض َي ُهَّللا َع ْن ُه‬
‫ َقاَت ْلُت ِفْي َك َح َّت ى‬: ‫ َفَم ا َعِم ْلَت ِفْي َه ا؟ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬,‫ُي ْق َض ى َي ْو َم اْلِقَياَمِة َع َلْيِه َر ُجٌل اْس ُتْش ِه َد َفُأِتَي ِبِه َفَع َّر َفُه ِنَعَم ُه َفَع َر َفَع َه ا‬
, ‫ ُث َّم ُأِمَر ِبِه َفُس ِحَب َع َلى َو ْج ِه ِه َح َّت ى ُاْلِقَي فِي الَّن اِر‬، ‫ َفَقْد ِقْي َل‬, ‫ َك َذ ْبَت َو َلِك َّن َك َقاَت ْلَت َِألْن ُي َقاَل َج ِر ْي ٌء‬: ‫اْس ُتْش ِه ْد ُت َقاَل‬
‫ُُأ‬
‫ َت َع َّلْم ُت اْلِع ْلَم َو َع َّلْم ُتُه‬: ‫ َفَم ا َعِم ْلَت ِفْي َه ا؟ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬,‫َو َر ُجٌل َت َع َّلَم اْلِع ْلَم َو َع َّلَم ُه َو َقَر َأ ْالُقْر آَن َف ِتَي ِبِه َفَع َّر َفُه ِنَعَم ُه َفَع َر َفَع َه ا‬
‫ ُث َّم ُأِمَر ِبِه‬، ‫ َفَقْد ِقْي َل‬، ‫ َع اِلٌم َو َقَر ْأَت ْالُقْر آَن ِلُيَقاَل ُه َو َقاِر ىٌء‬: ‫ َو َلِك َّن َك َت َع َّلْم َت اْلِع ْلَم ِلُيَقاَل‬, ‫َك َذ ْبَت‬: ‫ َقاَل‬, ‫َو َقَر ْأُت ِفْي َك ْالُقْر آَن‬
‫ َو َر ُجٌل َو َّسَع ُهللا َع َلْيِه َو َاْع َط اُه ِمْن َاْْص َن اِف اْلَم اِل ُك ِّلِه َفُأِتَي ِبِه َفَع َّر َفُه ِنَعَم ُه‬, ‫َفُس ِحَب َع َلى َو ْج ِه ِه َح َّت ى ُاْلِقَي فِي الَّن اِر‬
‫ َو َلِك َّن َك َفَع ْلَت‬، ‫ َك َذ ْبَت‬: ‫ َقاَل‬, ‫ َم اَت َر ْك ُت ِمْن َس ِبْي ٍل ُت ِحُّب َأْن ُيْن َفَق ِفْي َه ا ِإَّال َأْن َفْق ُت ِفْي َه ا َلَك‬: ‫ َفَم ا َعِم ْلَت ِفْي َه ا؟ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬,‫َفَع َر َفَه ا‬
‫) وغيره‬1905( ‫ رواه مسلم‬. ‫ ُث َّم ُأِمَر ِبِه َفُس ِحَب َع َلى َو ْج ِه ِه ُث َّم ُأْلِقَي ِفي الَّن اِر‬, ‫ِلُيَقاَل ُه َو َج َو اٌد َفَقْد ِقْي َل‬

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang
diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia
didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan
di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang
engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang
semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau
dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang
demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan
(malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan
ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut
ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya.
Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan
kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan
mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah
berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang
berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’
(pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang
dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan
melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang
diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan
dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun
mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan
dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan
shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku
melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta!
Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah
hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke
dalam neraka.’”

TAKHRIJ HADITS

Hadits ini diriwayatkan oleh :

1. Muslim, Kitabul Imarah, bab Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ah Istahaqqannar
(VI/47) atau (III/1513-1514 no. 1905).

2. An Nasa-i, Kitabul Jihad bab Man Qaatala liyuqala : Fulan Jari’, Sunan Nasa-i
(VI/23-24), Ahmad dalam Musnad-nya (II/322) dan Baihaqi (IX/168). BAHAYA
RIYA[1] Di dalam al Qur`an dan as Sunah banyak sekali ancaman tentang bahaya
riya’.

Riya’ adalah menampakkan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain. Jadi
riya’ berarti melakukan amalan tidak ikhlas karena Allah karena yang dicari
adalah pandangan, sanjungan dan pujian manusia, bukan balasan murni di sisi
Allah. Riya’ termasuk kedurhakaan hati yang sangat berbahaya terhadap diri,
amal, masyarakat dan umat. Dan ia juga termasuk dosa besar yang merusak.

Di antara bahaya riya’ adalah sebagai berikut :

1. Riya’ Lebih Berbahaya Bagi Kaum Muslimin Daripada Fitnah Masiih Ad


Dajjal.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َأَال ُأْخ ِبُر ُك ْم ِبَم ا ُه َو َأْخ َو ُف َع َلْي ُك ْم ِع ْن ِدْي ِمَن اْلَمِس ْي ِح الَّد َّج اِل َقاَل ُقْلَن ا َب َلى َفَقاَل الِّش ْر ُك اْلَخ ِفُّي َأْن َي ُقْو َم الَّر ُجُل ُي َص ِّلْي‬
‫َفُي َز ِّيُن َص َالَت ُه ِلَم ا َيَر ى ِمْن َن َظ ِر َر ُج ٍل‬
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku
atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah
berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi
(memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”. [HR
Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih
at Targhib wat Tarhib, no. 30]

2. Riya’ Lebih Sangat Merusak Daripada Serigala Menyergap Domba

‫َم ا ِذ ْئ َب اِن َج اِئَع اِن ُأْر ِس َال ِفْي َغَن ٍم ِبَأْف َس َد َلَه ا ِمْن ِحْر ِص اْلَم ْر ِء َع َلى اْلَم اِل َو الَّش َر ِف ِلِدْيِنِه‬

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm bersabda : “Tidaklah dua ekor serigala


yang lapar dan dilepaskan di tengah sekumpulan domba lebih merusak daripada
ketamakan seorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya”. [HSR Ahmad,
III/456; Tirmidzi, no. 2376; Darimi, II/304, dan yang lainnya dari Ka’ab bin
Malik]. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan rusaknya
agama seorang muslim karena tamaknya kepada harta, kemuliaan, pangkat dan
kedudukan. Semua ini menggerakkan riya’ di dalam diri seseorang.

3. Amal Shalih Akan Hilang Pengaruh Baiknya Dan Tujuannya Yang Besar
Bila Disertai Riya’.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫﴾َو َي ْم َن ُعوَن اْلَم اُعوَن‬٦﴿ ‫﴾اَّلِذيَن ُه ْم ُي َر اُءوَن‬٥﴿ ‫﴾ اَّلِذيَن ُه ْم َع ْن َص اَل ِتِه ْم َس اُهوَن‬٤﴿ ‫َفَو ْيٌل ِلْلُم َص ِّليَن‬

“Maka celakalah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’ dan mencegah (menolong dengan)
barang yang berguna”. [al Ma’uun/107:4-7]

Orang yang berbuat riya’ dan tidak mau menolong orang lain, karena shalat
mereka tidak mempunyai pengaruh dalam hati mereka, sehingga mencegah
kebaikan dari hamba-hamba Allah. Mereka hanyalah menunaikan gerakan-gerakan
shalat dan memperindahnya, karena semua mata memandangnya, padahal hati
mereka tidak memahami, tidak tahu hakikatnya dan tidak mengagungkan Allah.
Karena itu, shalat mereka tidak berpengaruh terhadap hati dan amal. Riya’
menjadikan amal itu kosong tidak ada nilainya.
4. Riya’ Akan Menghapus Dan Membatalkan Amal Shalih.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُن وا اَل ُتْبِط ُلوا َص َد َقاِتُك ْم ِباْلَم ِّن َو اَأْلَذ ٰى َك اَّلِذي ُيْن ِفُق َم اَلُه ِر َئ اَء الَّن اِس َو اَل ُيْؤ ِمُن ِباِهَّلل َو اْلَي ْو ِم اآْل ِخ ِر ۖ َفَم َثُلُه‬
‫َك َم َث ِل َص ْف َو اٍن َع َلْيِه ُت َر اٌب َفَأَص اَب ُه َو اِبٌل َفَت َر َك ُه َص ْلًد ا ۖ اَل َي ْق ِدُروَن َع َلٰى َش ْي ٍء ِمَّما َك َس ُبوا ۗ َو ُهَّللا اَل َي ْهِدي اْلَقْو َم اْلَك اِفِر يَن‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)


sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti
batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadikan ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari
apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunujuk kepada orang-
orang kafir”. [Al-Baqarah/2:264].

Hati yang tertutup riya’ ibarat batu licin yang tertutup tanah. Orang yang
berbuat riya’ tidak akan membuahkan kebaikan, bahkan ia telah berbuat dosa
yang akan dia peroleh akibatnya pada hari Kiamat. Riya’ menghapuskan amal
shalih, dan seseorang tidak mendapatkan apa-apa karenanya di akhirat nanti dari
amal-amal yang pernah ia lakukan di dunia.

Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ اْذ َه ُبْو ا ِإَلى اَّلِذيَن‬: ‫ َي ُقْو ُل ُهللا َي ْو َم اْلِقَياَمِة ِإَذ ا َج َز ى الَّن اَس ِبَأْع َماِلِه ْم‬، ‫ِإَّن َأْخ َو َف َم ا َأَخ اُف َع َلْي ُك ْم الِّش ْر ُك اَألْص َغ ُر الِّر َي اُء‬
‫ َفاْن ُظ ُرْو ا َه ْل َت ِجُدْو َن ِع ْن َد ُه ْم َج زَاًء ؟‬، ‫!ُكْنُت ْم ُت َر اُؤ ْو َن ِفْي الُّد ْن َي ا‬

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu
riya’. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat tatkala
memberikan balasan atas amal-amal manusia “Pergilah kepada orang-orang yang
kalian berbuat riya’ kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat
balasan dari sisi mereka?” [HR Ahmad, V/428-429 dan al Baghawi dalam Syarhus
Sunnah, XIV/324, no. 4135 dari Mahmud bin Labid. Lihat Silsilah haadits
Shahiihah, no. 951]

Pelaku riya’ akan memamerkan amalnya agar dipuji, disanjung dan mendapatkan
kedudukan di hati manusia. Dia tidak akan mendapat ganjaran kebaikan dari
Allah, dan tidak pula dari orang-orang yang memujinya, karena yang berhak
memberi balasan hanya Allah saja.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi :

‫ َت َر ْك ُتُه َو ِش ْر َك ُه‬، ‫ َم ْن َعِمَل َعَم ًال َأْش َر َك ِفْيِه َم ِعْي َغْي ِر ْي‬، ‫َأَن ا َأْغ َن ى الُّش َر َك اِء َع ِن الِّش ْر ِك‬

“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik.
Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan
syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal
kesyirikannya” [HR Muslim, no. 2985 dan Ibnu Majah, no. 4202 dari sahabat Abu
Hurairah)]

5. Riya’ Adalah Syirik Khafi (Tersembunyi).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ الِّش ْر ُك اْلَخ ِفُّي َأْن َي ُقْو َم الَّر ُجُل‬: ‫ َفَقاَل‬، ‫ َقاَل ُقْلَن ا َب َلى‬، ‫َأَال ُأْخ ِبُر ُك ْم ِبَم ا ُه َو َأْخ َو ُف َع َلْي ُك ْم ِع ْن ِدْي ِمَن اْلَمِس ْي ِح الَّد َّج اِل‬
‫ُي َص ِّلْي َفُي َز ِّيُن َص َالَت ُه ِلَم ا َيَر ى ِمْن َن َظ ِر َر ُج ٍل‬

“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku
atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,“Kami mau,” maka Rasulullah
berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu ia menghiasi
(memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”.[HR
Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id al Khudri, hadits ini hasan-Shahih
Ibnu Majah, no. 3389]

6. Riya’ Mewariskan Kehinaan Dan Kerendahan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ َو َص َّغ َر ُه َو َح َّقَر ُه‬، ‫ َسَّمَع ُهللا ِبِه َمَس اِمَع َخ ْلِقِه‬، ‫َم ْن َسَّمَع الَّن اَس ِبَعَمِلِه‬

“Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu


amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah
rendahkan dia dan menghinakannya”. [HR Thabrani dalam al Mu’jamul Kabiir; al
Baihaqi dan Ahmad, no. 6509. Dishahihkan oleh Ahmad Muhammad Syakir. Lihat
Shahiih at Targhiib wat Tarhiib, I/117, no. 25].

7. Pelaku Riya’ Tidak Akan Mendapatkan Ganjaran Di Akhirat.

Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َلْم‬، ‫ َفَم ْن َعِمَل ِم ْن ُهْم َعَمَل اَألِخَر ِة ِللُّد ْن َي ا‬، ‫ َو الَّت ْم ِكْي ِن ِفي اَألْر ِض‬، ‫ َو الَّن ْص ِر‬، ‫ َو الِّدْي ِن‬، ‫َب ِّش ْر َهِذِه اُألَّم َة ِبالَّس َن اِء َو الِّر ْف َع ِة‬
‫َي ُك ْن َلُه ِفي اَألِخَر ِة َن ِص ْيٌب‬
“Sampaikan kabar gembira kepada umat ini dengan keluhuran, kedudukan yang
tinggi (keunggulan), agama, pertolongan dan kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa
di antara mereka melakukan amal akhirat untuk dunia, maka dia tidak akan
mendapatkan bagian di akhirat”. [HR Ahmad, V/134; dan Hakim, IV/318. Shahih,
lihat Shahih Jami’ush Shaghiir, no. 2825]

8. Riya’ Akan Menambah Kesesatan Seseorang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Ta’ala berfirman :

‫﴾ِفي ُقُلوِبِه ْم َمَر ٌض َفَز اَد ُه ُم ُهَّللا َمَر ًض ا ۖ َو َلُهْم َع َذ اٌب‬٩﴿ ‫ُي َخ اِدُعوَن َهَّللا َو اَّلِذيَن آَم ُن وا َو َم ا َي ْخ َد ُعوَن ِإاَّل َأْنُفَس ُهْم َو َم ا َي ْش ُعُروَن‬
‫َأِليٌم ِبَم ا َك اُنوا َي ْك ِذُبوَن‬

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka
hanya menipu diri mereka sendiri sedangkan mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa
yang pedih disebabkan mereka berdusta”. [al Baqarah/2:9-10].

9. Riya’ Merupakan Sebab Kekalahan Ummat Islam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ َو ِإْخ َالِص ِه ْم‬, ‫ِإَّن َم ا َي ْن ُصُر ُهللا َهِذِه اُألَّم َة ِبَض ِعْي ِفَه ا ِبَد ْع َو ِتِه ْم َو َص َالِتِه ْم‬

“Sesungguhnya Allah akan menolong umat ini dengan orang-orang yang lemah,
yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka” [HSR an Nasa-i, VI/45, dari
Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash]

Ikhlas karena Allah menjadi sebab ditolongnya umat ini dari musuh-musuh
mereka. Allah melarang kita keluar berperang dengan sombong dan riya’, karena
hal ini akan membawa kepada kekalahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
‫َو اَل َت ُك وُن وا َك اَّلِذيَن َخ َر ُجوا ِمْن ِدَي ا ِه ْم َب َط ًر ا َو َئ اَء الَّن ا َو َي ُصُّدوَن َع ْن َس يِل ِهَّللا ۚ َو ُهَّللا َم ا َي ْع َم ُلوَن ُمِحيٌط‬
‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِس‬ ‫ِر‬ ‫ِر‬

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya
dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi
(orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan”. [Al-
Anfaal/8:47].

Anda mungkin juga menyukai