Anda di halaman 1dari 3

Dalil Para Ulama yang Menganjurkan Azan di telinga bayi yang

beru lahir

Hadits pertama:

Dari ‘Ubaidillah bin Abi Rofi’, dari ayahnya (Abu Rofi’), beliau berkata,
ِ َ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم َأذَّ َن يِف ُأذُ ِن احْل س ِن ب ِن علِي ِحني ولَ َدتْه ف‬
‫اط َمةُ بِالصَّاَل ِة‬ َ ‫ت َر ُس‬
ُ َ َ ٍّ َ ْ َ َ َ َ َ َْ ُ َ ُ ْ‫َرَأي‬
“Aku telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengumandangkan adzan di telinga Al Hasan bin ‘Ali ketika Fathimah
melahirkannya dengan adzan shalat.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan
Tirmidzi)

Hadits kedua:

Dari Al Husain bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ِ ‫الصبي‬ ِِ ِِ ِ
‫ان‬ ُ َ‫ود فََأذَّ َن يِف ُأذُنه الْيُمْىَن َوَأقَ َام الصَّاَل َة يِف ُأذُنه الْيُ ْسَرى مَلْ ت‬
َ ْ ِّ ‫ضَّرهُ ُُّأم‬ ٌ ُ‫َم ْن ُول َد لَهُ َم ْول‬
“Setiap bayi yang baru lahir, lalu diadzankan di telinga kanan dan
dikumandangkan iqomah di telinga kiri, maka ummu shibyan tidak akan
membahayakannya.” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan
Ibnu Sunny dalam Al Yaum wal Lailah). Ummu shibyan adalah jin
(perempuan).

Hadits ketiga:

Dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan,


‫ وأقام يف أذنه اليسرى‬، ‫ فأذن يف أذنه اليمىن‬، ‫أذن يف أذن احلسن بن علي يوم ولد‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adzan di telinga al-Hasan bin ‘Ali pada
hari beliau dilahirkan maka beliau adzan di telinga kanan dan iqamat di
telinga kiri.” (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Penilaian Pakar Hadits Mengenai Hadits-Hadits di Atas

Penilaian hadits pertama:

Para perowi hadits pertama ada enam,


‫اص ُم بْ ُن عَُبْي ِد اللَّ ِه َع ْن عَُبْي ِد اللَّ ِه بْ ِن َأىِب َرافِ ٍع َع ْن َأبِ ِيه‬
ِ ‫ال ح َّدثَىِن ع‬
َ َ َ َ‫َّد َح َّدثَنَا حَيْىَي َع ْن ُس ْفيَا َن ق‬
ٌ ‫ُم َسد‬
yaitu: Musaddad, Yahya, Sufyan, ‘Ashim bin ‘Ubaidillah, ‘Ubaidullah bin
Abi Rofi’, dan Abu Rofi’.

Dalam hadits pertama ini, perowi yang jadi masalah adalah ‘Ashim bin
Ubaidillah.
Ibnu Hajar menilai ‘Ashim dho’if (lemah). Begitu pula Adz Dzahabi
mengatakan bahwa Ibnu Ma’in mengatakan ‘Ashim dho’if (lemah). Al
Bukhari dan selainnya mengatakan bahwa ‘Ashim adalah munkarul hadits
(sering membawa hadits munkar).
Dari sini nampak dari sisi sanad terdapat rawi yang lemah sehingga secara
sanad, hadits ini sanadnya lemah.
Ringkasnya, hadits ini adalah hadits yang lemah (hadits dho’if).
Kemudian beberapa ulama menghasankan hadits ini seperti At-Tirmidzi.
Beliau mengatakan bahwa hadits ini hasan. Kemungkinan beliau
mengangkat hadits ini ke derajat hasan karena ada beberapa riwayat yang
semakna yang mungkin bisa dijadikan penguat. Mari kita lihat hadits
kedua dan ketiga.

Penilaian hadits kedua:

Para perowi hadits kedua ada lima,


‫ عن حسني‬، ‫ عن طلحة بن عبيد اهلل‬، ‫ عن مروان بن سامل‬، ‫ حدثنا حيىي بن العالء‬، ‫حدثنا جبارة‬
yaitu: Jubaaroh, Yahya bin Al ‘Alaa’, Marwan bin Salim, Tholhah bin
‘Ubaidillah, dan Husain.
Jubaaroh dinilai oleh Ibnu Hajar dan Adz Dzahabi dho’if (lemah).
Yahya bin Al ‘Alaa’ dinilai oleh Ibnu Hajar orang yang dituduh dusta dan
Adz Dzahabi menilainya matruk (hadits yang diriwayatkannya
ditinggalkan).
Marwan bin Salim dinilai oleh Ibnu Hajar matruk (harus ditinggalkan),
dituduh lembek dan juga dituduh dusta.
Syaikh Al Albani dalam Silsilah Adh Dho’ifah no. 321 menilai bahwa Yahya
bin Al ‘Alaa’ dan Marwan bin Salim adalah dua orang yang sering
memalsukan hadits.
Dari sini sudah dapat dilihat bahwa hadits kedua ini tidak dapat
menguatkan hadits pertama karena syarat hadits penguat adalah cuma
sekedar lemah saja, tidak boleh ada perowi yang dusta. Jadi, hadits kedua
ini tidak bisa mengangkat derajat hadits pertama yang dho’if (lemah)
menjadi hasan.

Berikutnya
Rangkaian dzikir dan doa tersebut telah dirangkum oleh Sayyid
Muhammad bin 'Ali al-Tarimi dalam al-Wasail al-Syafi'ah fi al-Adzkar al-
Nafi'ah wa al-Aurad al-Jami'ah (Beirut: Dar al-Ihya al-‘Ilm, 2000), hal.
269, sebagai berikut:
1. Membaca adzan pada telinga bayi sebelah kanan
2. Membaca iqamah pada telinga bayi sebelah kiri
3. Membaca doa berikut pada telinga bayi sebelah kanan:

‫اللهم اجْ َع ْل ُه َبا ًّرا َت ِق ًّيا َرشِ ْي ًدا َوَأ ْن ِب ْت ُه فِي اِإْلسْ اَل ِم َن َبا ًتا َح َس ًنا‬
Allâhummaj’alhu bârran taqiyyan rasyîdan wa-anbit-hu fil islâmi
nabâtan hasanan

“Ya Allah, jadikanlah ia (bayi) orang yang baik, bertakwa, dan cerdas.
Tumbuhkanlah ia dalam islam dengan pertumbuhan yang baik.”

4. Membaca surat al-Ikhlâsh pada telinga bayi sebelah kanan


5. Membaca surat al-Qadr pada telinga bayi sebelah kanan
6. Membaca ayat Q.S. Ali Imran (3: 36) pada telinga bayi sebelah kanan

‫ان الرَّ ِج ِيم‬ َ ‫ك َو ُذرِّ َّي َت َها م َِن ال َّشي‬


ِ ‫ْط‬ ُ ِ‫َوِإ ّني ُأع‬
َ ‫يذ َها ِب‬

Wa innî u’îdzu bika wadzurriyyatahâ minasysyaithânir rajîm

“Aku memohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya


kepada (pemeliharaan) Engkau dari pada setan yang terkutuk.”

7. Membaca doa berikut pada telinga bayi sebelah kanan:


 
‫آَل‬
‫ْن َّم ٍة‬ ُ
ٍ ‫ َومِنْ ك ِّل َعي‬ ‫ان َو َهآ َّم ٍة‬ َ ُ َّ
ٍ ‫هللا التآ َّم ِة مِنْ ك ِّل َشيْط‬
ِ ‫ت‬ ِ ‫َأعُوذ ِب َكلِ َما‬
ُ

A’ûdzu bikalimatiLlâhi at-tâmmati min kulli syaithânin wa hâmmatin


wamin kulli ‘ainin lâmmatin

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah dari segala setan,


kesusahan, dan pandangan yang jahat.”

Anda mungkin juga menyukai