Sepanjang pemeriksaan kami, ada lima hadits yang menyebutkan masalah ini, berikut
penjelasannya:
َّ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ َّذنَ فِي ُأ ُذ ِن ْال َح َس ِن ب ِْن َعلِ ٍي ِح ْينَ َولَ َد ْتهُ فَا ِط َمةُ بِال
صالَ ِة ُ َرَأي
َ ِْت َرسُوْ َل هللا
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (6/391-392), Ath-Thoyalisy (970), Abu Daud
(5105), At-Tirmidzy (1514), Al-Baihaqy (9/305) dan dalam Asy-Syu’ab (8617, 8618),
Ath-Thobrony (931, 2578) dan dalam Ad-Du’a` (2/944), Al-Hakim (3/179), Al-Bazzar
(9/325), Al-Baghawy dalam Syarhus Sunnah (11/273), dan Ar-Ruyany dalam Al-Musnad
(1/455). Semuanya dari jalan Sufyan Ats-Tsaury dari ‘Ashim bin ‘Ubaidillah bin ‘Ashim
dari ‘Ubaidillah bin Abi Rafi’ dari Abi Rafi’ -radhiyallahu ‘anhu-.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath-Thobrany (926, 2579) tapi dari jalan Hammad bin
Syu’aib dari ‘Ashim bin ‘Ubaidillah dari ‘Ali ibnul Husain dari Abi Rafi’ dengan lafadz:
َأ َّن النبي صلى هللا عليه وسلم َأ َّذنَ فِي ُأ ُذ ِن ْال َح َس ِن َو ْال ُح َسي ِْن رضي هللا عنهما ِح ْينَ ُولِدَا َوَأ َم َر ِب ِه
Maka dari jalan ini kita bisa melihat bahwa Hammad bin Syu’aib menyelisihi Sufyan
Ats-Tsaury dengan menambah dua lafadz; “dan Al-Husain” dan “beliau memerintahkan
hal tersebut(1)”.
Akan tetapi jalan Hammad -termasuk kedua lafadz tambahannya- adalah mungkar,
karena Hammad bin Syu’aib telah menyelisihi Sufyan padahal dia (Hammad) adalah
seorang rowi yang sangat lemah. Yahya bin Ma’in berkata, “Tidak ada apa-apanya (arab:
laisa bisyay`in)”. Imam Al-Bukhary berkata dalam At-Tarikh Al-Kabir (3/25), “Hammad
bin Syu’aib At-Taimy, Abu Syu’aib Al-Hummany …, ada kritikan padanya (arab: fiihi
nazhor)(2)”. Al-Haitsamy berkata mengomentari riwayat ini dalam Majma’ Az-Zawa`id
(4/60), “Ath-Thobrony meriwayatkannya dalam Al-Kabir sedang di dalamnya ada
terdapat Hammad bin Syu’aib, dan dia adalah rowi yang sangat lemah”.(3)
Kita kembali ke jalan Sufyan Ats-Tsaury. Di dalamnya sanadnya ada ‘Ashim bin
‘Ubaidillah dan dia juga adalah rowi yang sangat lemah. Imam Abu Hatim dan Abu
Zur’ah berkata, “Mungkar haditsnya dan goncang haditsnya”. Imam Ahmad berkata dari
Sufyan ibnu ‘Uyainah (beliau) berkata, “Saya melihat para masyaikh (guru-guru)
menjauhi hadits ‘Ashim bin ‘Ubaidillah”. ‘Ali ibnul Madiny berkata, “Saya melihat
‘Abdurrahman bin Mahdy mengingkari dengan sangat keras hadits-hadits ‘Ashim bin
‘Ubaidillah”. Dan hadits ini adalah salah satu hadits yang diingkari atas ‘Ashim bin
‘Ubaidillah, sebagaimana dalam Mizanul I’tidal (4/8). Lihat juga Al-Jarh wat Ta’dil
(6/347) karya Ibnu Abi Hatim dan Al-Kamil (5/225).
Berkaca dari uraian di atas, kita tidak ragu untuk menghukumi hadits ini sebagai
hadits yang sangat lemah (arab: dho’ifun Jiddan).
فََأ َّذنَ فِي ُأ ُذنِ ِه ْاليُ ْمنَى َوَأقَا َم فِي ُأ ُذنِ ِه ْاليُ ْس َرى,َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ َّذنَ فِي ُأ ُذ ِن ْال َح َس ِن ب ِْن َعلِ ٍي يَوْ َم ُولِد َّ َِأ َّن النَّب
َ ي
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman (8620) -dan beliau
melemahkan hadits ini- dari jalan Al-Hasan bin ‘Amr bin Saif dari Al-Qosim bin Muthib
dari Manshur bin Shofiyyah dari Abu Ma’bad dari Ibnu ‘Abbas.
Ini adalah hadits yang palsu. Imam Adz-Dzahaby berkata -memberikan biografi bagi
Al-Hasan bin ‘Amr bin Saif di atas- dalam Al-Mizan (2/267), “Dia dianggap pendusta
oleh Ibnu Ma’in, Imam Al-Bukhary berkata, “Dia adalah pendusta””.
“Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu dia mengumandangkan azan di telinga
kanannya dan iqomah di telinga kirinya, maka Ummu Shibyan (jin yang mengganggu
anak kecil) tidak akan membahayakan dirinya”.
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dalam Asy-Syu’ab (8619), Abu Ya’la (678), dan Ibnu As-
Sunny dalam ‘Amalul Yaum (623) dari jalan Yahya ibnul ‘Ala` Ar-Rozy dari Marwan
bin Salim dari Tholhah bin ‘Abdillah dari Al-Husain bin ‘Ali.
Hadits ini bisa dihukumi sebagai hadits yang palsu karena adanya dua orang pendusta
di dalamnya:
1. Yahya Ibnul ‘Ala`. Imam Al-Bukhary, An-Nasa`i, dan Ad-Daraquthny berkata, “Dia
ditinggalkan (arab: matra ditinggalkan (arab: matruk)”. Imam Ahmad berkata, “Dia
adalah pendusta, sering membuat hadits-hadits palsu”. Lihat Al-Mizan (7/206-207) karya
Adz-Dzahaby dan Al-Kamil (7/198) karya Ibnu ‘Ady, dan mereka berdua menyebutkan
hadits ini dalam jejeran hadits-hadits yang diingkari atas Yahya ibnul ‘Ala`.
2. Marwan bin Salim Al-Jazary. An-Nasa`i berkata, “Matrukul hadits”, Imam Ahmad,
Al-Bukhary, dan selainnya berkata, “Mungkarul hadits”, dan Abu ‘Arubah Al-Harrony
berkata, “Dia sering membuat hadits-hadits palsu”. Lihat Al-Mizan (6/397-399)
Dalam hadits yang agak panjang, beliau bercerita bahwa Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi
wasallam- pernah bersabda kepadanya ketika beliau sedang hamil:
فََأ َّذنَ فِي ُأ ُذنِ ِه ْاليُ ْمنَى َوَأقَا َم فِي ُأ ُذنِ ِه.صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُ َأتَي,ُض ْعتُه
َّ ِْت بِ ِه النَّب
َ ي ْ َ قَال.ض ْعتِ ْي ِه فَْأتِنِي بِ ِه
َ فَلَ َّما َو:ت َ فَِإ َذا َو
اليُ ْس َرىْ
“Jika kamu telah melahirkan maka bawalah bayimu kepadaku”. Dia berkata, “Maka
ketika saya telah melahirkan, saya membawanya kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi
wasallam-, maka beliau mengumandangkan azan di telinga kanannya dan iqomah di
telinga kirinya …”.
_________
(1) Maka riwayat ini menunjukkan wajibnya mengazankan bayi yang baru lahir, karena
asal dalam perintah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- adalah bermakna wajib.
(2) Ini termasuk jarh (kritikan) yang sangat keras tapi dengan penggunaan lafadz yang
halus, dan ini adalah kebiasaan Imam Al-Bukhary -rahimahullah-. Imam Al-Bukhary
menggunakan lafadz ini untuk rowi-rowi yang ditinggalkan haditsnya. Lihat Fathul
Mughits (1/372)
(3) Lihat kritikan lain terhadapnya dalam Al-Kamil (2/242-243) karya Ibnu ‘Ady
(4) Al-Mu’jamul Ausath (9/102/9250)
Sumber : http://al-atsariyyah.com/?p=950