Anda di halaman 1dari 6

Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa

Sallam bersabda:

:‫ فَيَقُو ُل أَ َح ُدهُ َما‬،‫الن‬


ِ ‫ان يَ ْن ِز‬ ِ ‫َما ِم ْن يَ ْو ٍم يُصبِ ُح ال ِعبا ُد فِي ِه إِاَّل َملَ َك‬
‫ اللَّهُ َّم أَ ْع ِط ُم ْم ِس ًكا تَلَفًا‬:ُ‫ َويَقُو ُل اآل َخر‬،‫اللَّهُ َّم أَ ْع ِط ُم ْنفِقًا َخلَفًا‬
“Tidak ada hari kecuali setiap hari tersebut ada dua malaikat yang turun setiap pagi dan
berkata salah seorang diantara mereka, ‘Ya Allah berilah ganti bagi orang
yang berinfaq‘, dan berkata malaikat yang lain, ‘berilah kebinasaan bagi orang
yang kikir.'” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Hadits yang mulia ini memberikan motivasi bagi kita untuk bersedekah, dan
juga hadits ini menunjukan tentang orang yang bersedkah itu akan mendapatkan
keberkahan, harta yang ia sedekahkan akan di ganti oleh Allah ta’ala dengna
segera di dunia dan akan mendapatkan balasan yang beripat di akhirat.

ٍ ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َم‬
‫ال‬ ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬ َ َ‫َما نَق‬
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Tirmidzi)

Sejatinya Harta kita tidak akan berkurang justru sebaliknya akan bertambah banyak.

Oleh karena itu orang yang gemar bersedekah mereka adalah orang yang Allah ta’ala
berikan ke amanan bagi mereka mestinya hati mereka tenang, tentram, tidak perlu
takut akan di dzalimi orang (tak perlu takut ada pencuri/rampok).

Karena dari hadits di atas tentang doa malaikat ‫اللَّهُ َّم أَ ْع ِط ُم ْم ِس ًكا تَلَفًا‬
‘berilah kebinasaan bagi orang yang kikir” di antara makna binasa dalam hadits ini
adalah hilang dengan cara yang dzalim (yaitu bias jadi orang curi/rampok) atau
yang lainnya dari cara2 yang dzalim.

Allah Ta’ala berfirman,

ٌ ‫َج ُر ُه ْم ِعْن َد َرهِّبِ ْم َواَل َخ ْو‬


‫ف َعلَْي ِه ْم َواَل ُه ْم‬ ِ ِ ‫الَّ ِذين يْن ِف ُقو َن أَمواهَل م بِاللَّي ِل والن‬
ْ ‫َّها ِر سًّرا َو َعاَل نيَةً َفلَ ُه ْم أ‬
َ َ ْ ُْ َ ْ َُ
‫حَيَْزنُو َن‬

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi
dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah:
274). Orang yang bersedekah akan selalu tenang, tidak penuh rasa khawatir untuk masa
depannya dan tidak bersedih dengan apa yang ia tinggalkan di masa silam.

Kesalahan dalam Bersedekah (1)

1- Bersedekah tidak ikhlas, atas riya’ dan sum’ah

Di antara yang membuat sedekah tidak diterima adalah sedekah yang dilakukan
tidak ikhlas. Ada yang bersedekah namun ingin disebut sebagai orang yang dermawan
atau ingin cari pujian tinggi. Padahal amalan yang diterima adalah amalan yang ikhlas
karena Allah. Karena sedekah adalah ibadah yang mulia. Jika tidak dimurnikan ibadah
tersebut hanya untuk Allah, maka ibadah tersebut jadi sia-sia.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ين الْ َقيِّ َم ِة‬ ِ ِ‫الز َكاةَ وذَل‬ ِ ِِ ِ ِ


ُ ‫كد‬َ َ َّ ‫الصالةَ َويُ ْؤتُوا‬
َّ ‫يموا‬
ُ ‫ِّين ُحَن َفاءَ َويُق‬ َ ‫َو َما أُم ُروا إِال لَي ْعبُ ُدوا اللَّهَ خُمْلص‬
َ ‫ني لَهُ الد‬
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya (artinya: ikhlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan
supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus” (QS. Al Bayyinah: 5).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang bahaya riya’ (gila pujian) bahwasanya


amalan pelaku riya’ tidaklah dipedulikan oleh Allah. Dalam hadits qudsi disebutkan,

ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
ُ‫قَ َال اللَّهُ َتبَ َار َك َوَت َعاىَل أَنَا أَ ْغىَن الشَُّر َكاء َع ِن الش ِّْرك َم ْن َعم َل َع َمالً أَ ْشَر َك فيه َمعى َغرْيِ ى َتَر ْكتُهُ َوش ْر َكه‬
“Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam
perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan
meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya” (HR.
Muslim no. 2985).

Imam Nawawi rahimahullah menuturkan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak


ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan
dosa” (Syarh Shahih Muslim, 18: 115).
Ibnul Qayyim dalam Al Fawaid mengatakan, “Tidak mungkin dalam hati seseorang menyatu
antara ikhlas dan mengharap pujian serta tamak pada sanjungan manusia kecuali bagaikan
air dan api.”

Seperti kita ketahui bahwa air dan api tidak mungkin saling bersatu, bahkan keduanya pasti
akan saling membinasakan. Demikianlah ikhlas dan pujian, sama sekali tidak akan
menyatu. Mengharapkan pujian dari manusia dalam amalan pertanda tidak ikhlas.

2- Bersedekah hanya untuk mendapatkan ganti di dunia


Allah Ta’ala berfirman,

ِ َّ ِ‫) أُولَئ‬15( ‫ف إِلَي ِهم أَعماهَل م فِيها وهم فِيها اَل يبخسو َن‬ ِ ُّ ‫يد احْلَيَا َة‬
‫ين‬
َ ‫ك الذ‬َ ُ َ ُْ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ ْ ْ ْ ِّ ‫الد ْنيَا َوزينََت َها نُ َو‬ ُ ‫َم ْن َكا َن يُِر‬
ِ ‫لَيس هَل م يِف اآْل َ ِخر ِة إِاَّل النَّار وحبِ َط ما صَنعوا فِيها وب‬
16( ‫اط ٌل َما َكانُوا َي ْع َملُو َن‬ََ َ ُ َ َ َ َ ُ َ ُْ َ ْ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15-16)

Dalam ayat lain disebutkan,

‫اآلخَر ِة ِم ْن‬
ِ ‫الد ْنيا نُ ْؤتِِه ِمْنها وما لَه يِف‬
ُ ََ َ َ ُّ ‫ث‬ ُ ‫نزد لَهُ يِف َح ْرثِِه َو َم ْن َكا َن يُِر‬
َ ‫يد َح ْر‬ ِ ‫ث‬
ْ ‫اآلخَر ِة‬ ُ ‫َم ْن َكا َن يُِر‬
َ ‫يد َح ْر‬
ٍ ‫ص‬
‫يب‬ ِ َ‫ن‬

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu
baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya
sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS.
Asy Syuraa: 20)

Ats Tsauri berkata, dari Mughiroh, dari Abul ‘Aliyah, dari Ubay bin Ka’ab –radhiyallahu
‘anhu-, beliau mengatakan,

ُّ ِ‫اآلخَر ِة ل‬
ِ ‫ض فَمن ع ِمل ِمْنهم عمل‬ِ ‫ِ ِ يِف‬ ِ ِّ ‫السنَ ِاء و‬ِ ِ
‫لدنْيا مَلْ يَ ُك ْن‬ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ ‫الر ْف َعة َوالدِّيْ ِن َوالت َّْمكنْي األ َْر‬ َ ِّ ‫بَش ِّْر َهذ َه األ َُّمةُ ب‬
ِ َ‫اآلخر ِة ِمن ن‬
ٍ ‫صْي‬
‫ب‬ ِ ‫لَه يِف‬
ْ َ ُ
“Berilah kabar gembira pada umat ini dengan kemuliaan, kedudukan, agama dan kekuatan
di muka bumi. Barangsiapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih
dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun.” (HR. Ahmad 5: 134. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Niat seseorang ketika beramal ada beberapa macam:

a- Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan dunia ketika dia beramal dan sama
sekali tidak punya keinginan mengharap wajah Allah dan kehidupan akhirat, maka orang
semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan satu bagian nikmat pun. Perlu
diketahui pula bahwa amalan semacam ini tidaklah muncul dari seorang mukmin.
Orang mukmin walaupun lemah imannya, dia pasti selalu mengharapkan wajah
Allah dan negeri akhirat.

b- Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah Allah dan untuk mendapatkan
dunia sekaligus, entah niatnya untuk kedua-duanya sama atau mendekati, maka
semacam ini akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya dinilai memiliki
kekurangan karena keikhlasannya tidak sempurna.

c- Adapun jika seseorang telah beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah
Allah semata, akan tetapi di balik itu dia mendapatkan upah atau hasil yang dia
ambil untuk membantunya dalam beramal (semacam mujahid yang berjihad lalu
mendapatkan harta rampasan perang, para pengajar dan pekerja yang menyokong agama
yang mendapatkan upah dari negara setiap bulannya), maka tidak mengapa mengambil
upah tersebut. Hal ini juga tidak mengurangi keimanan dan ketauhidannya, karena semula
dia tidak beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak awal dia sudah berniat untuk
beramal sholeh dan menyokong agama ini, sedangkan upah yang dia dapatkan adalah di
balik itu semua yang nantinya akan menolong dia dalam beramal dan beragama. (Lihat Al
Qoulus Sadiid karya Syaikh As Sa’di, hal. 132-133)

Adapun amalan yang seseorang lakukan untuk mendapatkan balasan dunia ada
dua macam:

a- Amalan yang tidak disebutkan di dalamnya balasan dunia. Namun seseorang


melakukan amalan tersebut untuk mengharapkan balasan dunia, maka semacam ini
tidak diperbolehkan bahkan termasuk kesyirikan.

Misalnya: Seseorang melaksanakan shalat Tahajud. Dia berniat dalam hatinya bahwa pasti
dengan melakukan shalat malam ini, anaknya yang akan lahir nanti adalah laki-laki. Ini
tidak dibolehkan karena tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan bahwa dengan
melakukan shalat Tahajud akan mendapatkan anak laki-laki.
b- Amalan yang disebutkan di dalamnya balasan dunia. Contohnya adalah
silaturrahim dan berbakti kepada kedua orang tua. Semisal silaturrahim, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِ مِح‬ ِِ
ُ‫ط لَهُ ىِف ِر ْزقه َويُْن َسأَ لَهُ ىِف أَثَِر ِه َف ْليَص ْل َر َه‬
َ ‫ب أَ ْن يُْب َس‬
َّ ‫َح‬
َ ‫َم ْن أ‬
“Barangsiapa senang untuk dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali
silaturrahim (hubungan antar kerabat).” (HR. Bukhari no. 5986 dan Muslim no. 2557)

Jika seseorang melakukan amalan semacam ini, namun hanya ingin


mengharapkan balasan dunia saja dan tidak mengharapkan balasan akhirat, maka
orang yang melakukannya telah terjatuh dalam kesyirikan. Namun, jika dia
melakukannya tetap mengharapkan balasan akhirat dan dunia sekaligus, juga dia
melakukannya dengan ikhlas, maka ini tidak mengapa dan balasan dunia adalah
sebagai tambahan nikmat untuknya karena syari’at telah menunjukkan adanya
balasan dunia dalam amalan ini.

3- Mengungkit-ungkit sedekah dan menyakiti penerimanya


Allah Ta’ala berfirman,

‫ص َدقَاتِ ُك ْم بِالْ َم ِّن َواأْل َ َذى‬ ِ ِ َّ


َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
َ ‫ين آَ َمنُوا اَل ُتْبطلُوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)” (QS. Al Baqarah:
264).

Ibnu Katsir menjelaskan, “Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sedekah menjadi sia-sia
hanya karena si pemberi mengungkit-ungkit sedekah yang telah ia beri dan ia menyakiti
yang menerima. Seseorang tidak mendapatkan pahala sedekah akibat melakukan dua
kesalahan tersebut.”

Dalam hadits disebutkan pula,

َ‫ال « ثَالَثَةٌ الَ يُ َكلِّ ُم ُه ُم اللَّهُ َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة َوالَ َيْنظُُر إِلَْي ِه ْم َوال‬
َ َ‫ ق‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ِّ ‫َع ْن أَىِب ذَ ٍّر َع ِن النَّىِب‬
َ َ‫ ق‬.‫ث ِمَرا ٍر‬ ِ ‫يَز ِّكي ِهم وهَل م ع َذ‬
‫ال أَبُو َذ ٍّر‬ َ َ‫ ثَال‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ول اللَّ ِه‬ ُ ‫ال َف َقَرأ ََها َر ُس‬
َ َ‫يم » ق‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ُْ َ ْ ُ
ِ ‫ف الْ َك ِاذ‬ِ ِ‫ال « الْمسبِل والْمنَّا ُن والْمَنفِّق ِس ْلعتَهُ بِاحْل ل‬ ِ َ ‫خابوا وخ ِسروا من هم يا رس‬
.» ‫ب‬ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ‫ول اللَّه ق‬ ُ َ َ ُْ َْ ُ َ َ ُ َ
“Dari Abu Dzar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tiga orang
yang pada hari kiamat tidak akan diajak bicara, tidak dilihat dan tidak disucikan serta
baginya siksa yang pedih.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulanginya sampai
tiga kali. Abu Dzar berkata, “Mereka sengsara dan merugi. Lantas siapakah mereka wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Lelaki yang berpakaian isbal (menjulurkan celana di bawah
mata kaki), orang yang mengungkit-ungkit kebaikannya setelah memberi, serta orang yang
melariskan dagangannya dengan sumpah yang palsu.” (HR. Muslim no. 106).

Anda mungkin juga menyukai