Anda di halaman 1dari 7

Tugas A Akhlak

Kelas VII
Rasulullah Saw bersabda:
‫اِء اِء ا ِبِه‬ ‫ِبِه‬
‫َمْن َّمَسَع َّمَسَع اُهلل َو َمْن ُيَر ُيَر ُهلل‬
Artinya:” Barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang lain (sum’ah),
maka Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada yang lain. Dan barang siapa
(berbuat baik) karena ingin dilihat oleh orang lain (riya’), maka Allah akan memperlihatkan
kejelekannya kepada yang lain.” ( H.R Bukhari).
Allah juga berfirman dalam surat An-Nisa ayat 142 :
‫ِإَّن اْلُم َن اِفِق َني َخُياِدُعوَن اَهلل َو ُه َو َخ اِدُعُه ْم َو ِإَذا َق اُموْا ِإىَل الَّص َالِة َق اُموْا ُك َس اىَل ُيَر آُؤ وَن الَّن اَس َو َال‬
‫َيْذ ُك ُر وَن اَهلل ِإَّال َقِليًال‬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. 4 An Nisaa' 142)
Alangkah meruginya orang-orang yang bersifat riya’ dan sum’ah, karena mereka
bersusah payah mengeluarkan tenaga, harta dan meluangkan waktu, tetapi Allah tidak
menerima sedikit pun amal ibadah mereka,bahkan adzab yang mereka terima sebagai
balasannya.
Firman Allah Swt
: ‫َو ُهَلْم‬ ‫َال ْحَت َّنَب اَّلِذ ْي ْف وَن َمِبا َأَتوْا َّو ِحُي ُّبوَن َأن ْحُي ُد وْا َمِبا ْف ُلوْا َفَال ْحَت َّن َمِبَف اَز ٍة ِّم اْل َذ اِب‬
‫َن َع‬ ‫َس َب ُه ْم‬ ‫ْمَل َي َع‬ ‫َم‬ ‫َن َي َر ُح‬ ‫َس‬
‫ِل‬
‫َعَذ اٌب َأ يٌم‬
Artinya: “Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira
dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan
yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa,
dan bagi mereka siksa yang pedih.” (Q.S. 3 Ali 'Imran 188)
‫ًال ِف ِه ِم َق اُل َذَّر ٍة ِم ِر اٍء‬
Sabda Rasulullah Saw:)‫( الحديث‬ ‫ْن َي‬ ‫َالَيْق َب ُل اُهلل َع َّز َو َج َّل َعَم ْي ْث‬ Artinya:
“Allah tidak akan menerima amal yang terdapat unsur riya’ di dalamnya walaupun riya’ itu
hanya sebesar dzarrah” ( Al-Hadits)
Allah memberikan ancaman bagi pelaku riya’ termasuk ketika melaksanakan ibadah
shalat. Orang yang melakukan perbuatan riya’ diancam sebagai pendusta Agama Islam ini,
bahkan diancam dengan satu sangsi yaitu neraka Wail. Allah berfirman dalam q.s al-Maun:
4-6, yaitu: )6( ‫) اَّلِذيَن ُه ْم ُيَر اُءوَن‬5( ‫) اَّلِذيَن ُه ْم َعْن َص اَل ِهِتْم َس اُه وَن‬4( ‫َفَو ْيٌل ِلْلُم َص ِّلَني‬
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (QS. 107:4)(yaitu) orang-orang yang
lalai dari shalatnya. (QS. 107:5) orang-orang yang berbuat riya”. (QS. alMaun 107:6) ‫اَّلِذ ْيَن ٰاَم ُن وْا‬
‫َق اُلوْا ٰاَم َّن ا َو ِإَذا َخ َل وْا ِإىَل َش َياِط يِنِه ْم َق اُلوْا ِإَّن ا َمَعْك ْم ِإَمَّنا ْحَنُن ُمْس َتْه ِز ُئوَن‬ Artinya:”Dan bila mereka
berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman."
Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya
kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (Q.S. 2 Al Baqarah 14)
Firman Allah Swt.
‫ِإَّن اْلُم َناِفِق َني َخُياِد ُعوَن اَهلل َو ُه َو َخ اِد ُعُه ْم َو ِإَذا َقاُموْا ِإىَل الَّص َالِة َقاُموْا ُك َس اىَل ُيَر آُؤ وَن الَّناَس َو َال َيْذ ُك ُر وَن اَهلل ِإَّال‬
‫َقِليًال‬
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. 4 An Nisaa' 142)
Pelaku nifaq diancam Allah dengan disamakan dengan orang fasik yang diancam dengan
neraka Jahannam dan kekal di dalamnya. Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah: 67-
68:

‫ِد‬ ‫ِف‬ ‫ِم‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬


‫اْلُم َنا ُقوَن َو اْلُم َنا َق اُت َبْعُضُه ْم ْن َبْع ٍض َيْأُمُر وَن ِباْلُم ْنَك ِر َو َيْنَهْو َن َعِن اْلَم ْع ُر و َو َيْق ِبُضوَن َأْي َيُه ْم َنُس وا الَّلَه‬
‫ِلِد ِف ِه‬ ‫ِف ِت‬ ‫ِفِق‬ ‫َّل‬ ‫ِس‬ ‫ِس ِإَّن ِفِق‬
‫) َو َعَد ال ُه اْلُم َنا َني َو اْلُم َنا َق ا َو اْلُك َّفاَر َناَر َجَه َّنَم َخ ا يَن يَه ا َي‬67( ‫َفَن َيُه ْم اْلُم َنا َني ُه ُم اْلَف ا ُقوَن‬
‫َحْس ُبُه ْم‬
‫ِق‬
)68-67 :‫) (التوبة‬68( ‫َو َلَعَنُه ُم الَّلُه َو ُهَلْم َعَذ اٌب ُم يٌم‬
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan-perempuan, sebagian dari sebagian yang
lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang
ma'ruf dan mereka mengenggam tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah
melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. (QS.
9:67)
“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir
dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan
Allah mela'nati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal, (QS. 9:68.
Allah akan memasukkan orang munafik dan orang kafir bersama-sama dalam neraka.
Dalam surat anNisa 140, Allah berfirman:
)140 :‫(النساء‬ ‫ِإَّن الَّلَه َج اِم ُع اْلُم َناِفِق َني َو اْلَك اِفِر يَن يِف َجَه َّنَم ِمَج يًعا‬
“Sungguh Allah mengumpulkan orang-orang munafik dan kafir dalam neraka Jahannam
bersama-sama”. (anNisa: 140)

Akhlak Tercela

Akhlak Tercela adalah perbuatan/perilaku yang tidak Diridhoi oleh Allah SWT.
Seseorang yang berbohong, sombong, pamer, menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk
ketidakadilan seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lain. Itu
semua adalah perbuatan tercela. Sungguh moral manusia sudah sangat rusak akibat
akhlak-akhlak tercela tersebut. Seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jika ia
selalu melakukan perilaku-perilaku tercela. Baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Kebahagiaan yang diperoleh dari perilaku tercela tersebut hanya bersifat sementara. Dan
akan mendapat kesedihan dan penyesalan yang tak ada hentinya.
Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak-
akhlak tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan merusak
dirinya serta kehidupan masyarakat. Seperti akhlak buruk kaum Quraisy dahulu untuk
memojokkan kebenaran yang disampaikan Rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu jalal, Walid bin mugirah, Akhnas bin syariq, Aswad bin abdi
Yaquts. Oleh karena itu, iman merupakan suatu pengakuan terhadap kebenaran dan harus
dipelihara serta di tingkat kan kualitas nya melalui sikap dan perilaku terpuji.
Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri manusia selalu berdampingan dan
terlihat dalam perilaku sehari-hari. Apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan, maka
terpujilah sikap orang tersebut. Sebaliknya, apabila perilaku seseorang menampilkan
kebaikan atau kejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat tercela sangat dilarang
oleh Allah SWT dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari karena akan merugikan diri
sendiri maupun orang lain.

Riya
Kata riya berasal dari bahasa Arab Arriyaa’u yang berarti memperlihatkan atau pamer,
yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang
dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya. Kata
lain yang mempunyai arti serupa dengan riya ialah sum’ah. Kata sum’ah berasal dari bahasa
Arab Assum’atu atau Sum’atun yang berarti kemasyhuran nama, baik sebutannya. Orang
yang sum’ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap
kebaikan yang dilakukan. Dengan adanya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama
baiknya di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pengertian sum’ah sama dengan riya.
Orang yang riya berarti juga sum’ah, yakni ingin memperoleh komentar yang baik atau
pujian dari orang lain atas kebaikan yang dilakukan.
Riya adalah melakukan amal bukan karena mengharap ridha Allah, tetapi mencari
pujian dan popularitas di mata manusia. Riya merupakan bentuk syirik kecil yang dapat
merusak dan membuat ibadah serta kebaikan yang dilakukan tidak bernilai di hadapan
Allah. Sikap ini muncul karena orang tak paham tujuan ibadah dan amal yang dilakukan.
Setiap ibadah, amal, dan aktifitas lain dalam Islam, harus dilakukan demi mencari ridha
Allah SWT.
Riya muncul akibat kurang iman kepada Allah dan hari akhirat serta ketidakjujuran
menjalankan agama. Ia beribadah kerana ingin dipandang sebagai orang taat dan saleh.
Sikap riya sangat merugikan karena kebaikan dan ketaatan yang dilakukan tidak bernilai di
sisi Allah.

Macam – Macam Riya


a) Riya dalam niat
Maksudnya adalah berniat sebelum melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut dipuji
oleh orang lain. Padahal niat sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan baik
dengan niat karena Allah, maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika
perbuatan itu dilakukan karena hal lain seperti ingin mendapat pujian, maka perbuatan itu
tidak memperoleh pahala dari Allah SWT.
b) Riya perbuatan
Contoh perbuatan ini seperti ketika akan mengerjakan shalat, seseorang akan tampak
memperlihatkan kesungguhan dan kerajinan, namun alasannya takut dinilai rendah
dihadapan guru dan orang lain. Dia melaksanakan shalat dengan khusuk dan tekun disertai
harapan dan mendapat perhatian, sanjungan, dan pujian dari orang lain. Orang yang riya
dalam shalat akan celaka.
Firman Allah SWT, dalam surat Al Nisa’ ayat 142:
‫ِإَّن اْلُم َناِفِق َني َخُياِد ُعوَن الَّلَه َو ُه َو َخ اِد ُعُه ْم َو ِإَذا َقاُموا ِإىَل الَّص الِة َقاُموا ُك َس اىَل ُيَر اُءوَن الَّناَس َو ال َيْذ ُك ُر وَن الَّلَه ِإال‬
)١٤٢( ‫َقِليال‬
“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali”. (Q.S. Al-Nisa’ 142.)
Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya dalam perbuatan yaitu sebagai berikut :
1) Tidak akan melakukan perbuatan baik seperti bersedekah bila tidak dilihat orang.
2) Beribadah hanya sekadar ikut- ikutan. Hal itu pun dilakukan jika berada di tengah-
tengah orang banyak. Sebaliknya, ia akan malas beribadah bila sedang sendirian.
3) Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam beribadah jika mendapat pujian
Sebaliknya, mudah menyerah jika dicela orang.
4) Senantiasa berupaya menampakkan segala perbuatan baiknya agar diketahui
orang banyak.
Semua pelaksanaan ajaran agama adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri, baik
yang berupa pelaksanaan perintah maupun meninggalkan larangan. Setiap pelanggaran
terhadap larangan agama, pasti berakibat buruk bagi pelakunya. Suatu ibadah yang
tercampuri oleh riya, maka tidak lepas dari tiga 3 keadaan:
Pertama Yang menjadi motivasi dilakukannya ibadah tersebut sejak awal adalah
memang riya seperti misalnya seorang yang melakukan sholat agar manusia melihatnya
sehingga disebut sebagai orang yang shalih dan rajin beribadah. Dia sama sekali tidak
mengharapkan pahala dari Allah. Yang seperti ini jelas merupakan syirik dan ibadahnya
batal.
Kedua Riya tersebut muncul di tengah pelaksanaan ibadah. Yakni yang menjadi
motivator awal sebenarnya mengharapkan pahala dari Allah namun kemudian di tengah
jalan terbersitlah riya.
Ketiga Riya tersebut muncul setelah ibadah itu selesai dilaksanakan. Yang demikian
ini maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap ibadahnya tadi.

Akibat Negatif dari sifat Riya


Semua pelaksanaan ajaran agama adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri, baik
yang berupa pelaksanaan perintah maupun meninggalkan larangan. Setiap pelanggaran
terhadap larangan agama, pasti berakibat buruk bagi pelakunya. Adapun akibat buruk riya
antara lain sebagai berikut:
a) Menghapus pahala amal baik, sebaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat
262.

‫اَّل ِذيَن ُيْنِف ُق وَن َأْم َو اُهَلْم يِف َس ِبيِل الَّل ِه َّمُث ال ُيْتِبُع وَن َم ا َأْنَفُق وا َم ًّنا َو ال َأًذى ُهَلْم َأْج ُر ُه ْم ِعْن َد‬
‫ِهِّب‬
‫َر ْم َو ال َخ ْو ٌف َعَلْيِه ْم َو ْم َز‬
)٢٦٢( ‫ال ُه ْحَي ُنوَن‬
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak
mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya
dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di
sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 262).
b) Mendapat dosa besar karena riya termasuk perbuatan syirik.
c) Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena riya sangat dekat hubungannya dengan
sikap kafir.
d) Sifat riya dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Sifat riya yang
membahayakan terhadap diri sendiri di antaranya ialah sebagai berikut :
e) Selalu muncul ketidakpuasan terhadap apa yang telah dilakukan.
f) Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisah ketika berbuat sesuatu.
g) Menyesal melakukan sesuatu ketika orang lain tidak memperhatikannya.
h) Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada hentinya.

Adapun bahaya riya yang dapat menimpa orang lain akan terlihat ketika orang yang
pernah dibantunya kemudian diumpat, diolok-olok, dan dihina atau dicaci maki oleh orang
yang membantu dengan riya. Dia mencaci maki atau mengungkit-ungkit pemberiannya
karena disanjung dan dipuji atau karena tidak tercapai harapan sesuai dengan apa yang
dikehendaki sehingga orang yang dicaci-maki itu akan tersinggung dan akhirnya terjadilah
perselisihan permusuhan di antara keduanya. Oleh karena itu, perbuatan riya sangat
merugikan karena Allah SWT tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatannya.
Begitulah bahaya dari sifat riya, bahkan riya itu dapat dikatakan sebagai syirik khafi
artinya syirik ringan karena mengaitkan niat untuk melakukan sesuatu perbuatan kepada
sesuatu selain Allah SWT.

Menghindari Sifat Riya


Sudah diketahui bahwa bahaya riya sangatlah besar, dan kita sebagai umat muslim
sudah selayaknya untuk menghindari perbuatan riya tersebut, diantaranya adalah dengan
cara mempersiapkan niat hanya karena Allah saja, tidak menampakkan ibadah kecuali
untuk memberi contoh dan di waktu orang banyak melakukannya.
Ada pun cara lain untuk menghindari sifat riya antara lain:
a. Melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apa pun yang
dilakukan.
b. Mengendalikan diri agar tidak merasa bangga apabilaada orang lain memuji amal
baik yang dilakukan.
c. Menahan diri agar tida emosi apabila ada orang lain yang meremehkan kebaikan
yang dilakukan.
d. Tidak suka memuji kebaikan orang lain secara berlebih-lebihan karena hal itu
dapat mendorong pelakunya menjadi riya atas kebaikannya.
e. Melatih diri untuk bersedekah secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari
sanjungan orang lain.

Hikmah Terhindar Dari Riya


Di antara hikmah agar kita terhindar dari perbuatan riya’ adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk dunia
b) Mengetahui jenis-jenis riya’ serta faktor-faktor pendorong perbuatan riya’
c) Mengetahui keagungan Allah Swt.
d) Mengenal/mengetahui apa yang telah Allah persiapkan untuk akhir kehidupan.
e) Takut dari beramal untuk kepentingan dunia.

Nifaq
Nifaq secara bahasa berasal dari kata naafaqa,dikata pula berasal dari kata an-nafaqa
(nafaq) yaitu lubang tempat bersembunyi. Nifaq menurut syara’ yaitu menampakkan Islam
dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian
karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain.
Karena itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya dalam Surat At-Taubah Ayat 67:
‫ِد‬ ‫ِف‬ ‫ِم‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬
‫اْلُم َن ا ُقوَن َو اْلُم َنا َق اُت َبْع ُض ُه ْم ْن َبْع ٍض َيْأُمُر وَن ِباْلُم ْنَك ِر َو َيْنَه ْو َن َعِن اْلَم ْع ُر و َو َيْق ِبُض وَن َأْي َيُه ْم َنُس وا الَّل َه‬
)٦٧( ‫َفَنِس َيُه ِإَّن اْل َناِفِق َني ُه اْلَف اِس ُق وَن‬
‫ُم‬ ‫ْم ُم‬
“Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain
adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf
dan mereka menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah
melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang yang fasik.”
(Q.S. At-Taubah: 67)

Menurut istilah, nifaq berarti sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dan
perbuatan. Orang yang memiliki sifat nifaq disebut munafiq. Munafiq sering tidak tertentu,
susah diketahui kebenaran ucapannya, sebagaimana susahnya mengetahui tembusan
lubang tikus di padang pasir. Oleh sebab itu, orang lain sering tertipu dengan ucapan atau
perbuatannya yang tidak menentu.
Islam menegaskan bahwa nifaq amat tercela, baik dalam pandangan Allah maupun
sesama manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat, sejak zaman Rasulullah SAW. Sampai
sekarang, bahan sampai akhir zaman, munafiq sering menjadi musuh dalam selimut yang
sangat membahayakan. Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa ciri-ciri munafiq ada tiga
macam yaitu apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, apabila
dipercaya ia berkhianat.
Perlu diketahui bahwa munafiq pandai bersilat lidah dan memutar-balikkan persoalan
sehingga banyak orang terpedaya karenanya. Kepandaian bersilat lidah sebagai hasil dari
sikapnya yang selalu mendua (bermuka dua). Disamping itu, munafiq juga suka mengobral
janji terhadap orang lain, tetapi janji-janjinya banyak yang dingkari sendiri.

Macam – macam Nifaq


Nifaq terbagi menjadi dua, yaitu:
Pertama Nifaq besar. Nifaq besar yaitu menampakkan keislaman dengan lisannya,
tetapi sebenarnya hati dan jiwanya mengingkari. Yang termasuk perbuatan nifaq besar di
antaranya:
1) Mendustakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, mendustakan sebagian dari
seluruh ajaran yang beliau sampaikan.
2) Membenci ajaran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam atau membenci sebagian dari
ajaran yang beliau sampaikan.
3) Merasa senang dengan kekalahan Islam dan merasa benci dengan tersebar dan
menangnya Islam. Orang yang melakukan perbuatan nifaq besar ini akan mendapatkan
azab yang lebih berat dari orang-orang kafir, karena bahaya mereka lebih besar.
Kedua Nifaq kecil
Seseorang dikatakan melakukan perbuatan nifaq kecil bila dia melakukan sebagian
perbuatan yang menjadi ciri dan karakter orang-orang munafiq tulen. Ada empat hal, jika
keempatnya ada pada diri seseorang, maka dia adalah seorang munafiq tulen, namun bila
dari keempat itu hanya ada satu saja pada seseorang, maka dia hanya dikatakan memiliki
sifat nifaq yang mestinya dia tinggalkan. (Keempat hal itu adalah)” dusta ketika berbicara,
ingkar janji, khianat ketika mengadakan kontrak kerjasama, dan culas dalam berdebat. Nifaq
kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, tetapi itu termasuk dosa besar yang
harus dijauhi.

Akibat Negatif dari sifat Nifaq


Adapun akibat negative sifat nifaq, antara lain sebagai berikut:
Bagi diri sendiri
1) Tercela dalam pandangan Allah SWT, dan sesama manusia sehingga dapat
menjatuhkan nama baiknya sendiri.
2) Hilangnya kepercayaan diri orang lain atas dirinya.
3) Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari.
4) Mempersempit jalan untuk memperoleh rizki karena orang lain tidak mempercayai lagi.
5) Mendapat siksa yang amat pedih kelak dihari akhir.

Bagi orang lain


1) Menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan persahabatan yang
telah terjalin baik.
2) Membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya yang tidak
menentu.
3) Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga merasa malu
karenannya.

Cara Menghindari sifat Nifaq


Menghindarkan diri dari sifat nifaq harus menjadi watak setiap muslimin dan muslimat.
Adapun upaya untuk menghindarkan diri dari sifat nifaq antara lain selalu menyadari bahwa:
1) Nifaq merupakan larangan agama yang harus dijauhi dalam kehidupan sehari-hari.
2) Nifaq akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam kehidupan
masyarakat.
3) Nifaq tidak sesuai dengan hati nurani manusia (termasuk hati munafiq sendiri)
4) Kejujuran menentramkan hati dan senantiasa disukai dalam pergaulan.
Riya adalah melakukan amal bukan karena mengharap ridha Allah, tetapi mencari
pujian dan popularitas di mata manusia. Riya merupakan bentuk syirik kecil yang dapat
merusak dan membuat ibadah serta kebaikan yang dilakukan tidak bernilai di hadapan
Allah. Sikap ini muncul karena orang tak paham tujuan ibadah dan amal yang dilakukan.
nifaq berarti sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan. Orang
yang memiliki sifat nifaq disebut munafiq. Munafiq sering tidak tertentu, susah diketahui
kebenaran ucapannya, sebagaimana susahnya mengetahui tembusan lubang tikus di
padang pasir.

Anda mungkin juga menyukai