Anda di halaman 1dari 2

7 Perintah Rasulullah

Disampaikan Oleh : Euis Julaeha, S.Pd. Pada pengajian Persistri Gambir, 10 Agustus 2023

‫ين َوال ُّدنُ ٍّ ِو ِم ْن ُهم = َوأ َ َم َر ِنى‬ َ ‫ب ْال َم‬


ِ ‫سا ِك‬ ِ ٍّ ‫س ْبع = أ َ َم َرنِى بِ ُح‬ َ ‫ ِب‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ع ْن أَبِى ذَ ٍّر قَا َل أ َ َم َرنِى َخ ِلي ِلى‬ َ
َ
‫ت = َوأ َم َرنِى‬ َ
ْ ‫الر ِح َم َوإِ ْن أ ْدبَ َر‬ َّ ‫ص َل‬ ِ ‫أ َ ْن أنظ َر ِإلى َم ْن ُه َو دُو ِنى َوالَ أنظ َر ِإلى َم ْن ُه َو فَ ْوقِى = َوأ َم َرنِى أ ْن أ‬
َ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ
‫ق َوإِ ْن َكانَ ُم ًّرا‬ ِ ٍّ ‫َّللا لَ ْو َمةَ أ َ ْن أَقُو َل بِ ْال َح‬
ِ َّ ‫َاف فِى‬ َ ‫شيْئا ً = َوأ َ َم َرنِى أ َ ْن الَ أَخ‬ َ ً ‫= َوأ َ َم َرنِى أ َ ْن الَ أ َ ْسأ َ َل أ َ َحدا‬
‫ت ْالعَ ْرش‬ ِ َّ ِ‫الَئِم = َوأ َ َم َرنِى أ َ ْن أ ُ ْكثِ َر ِم ْن قَ ْو ِل الَ َح ْو َل َوالَ قُ َّوة َ إِالَّ ب‬
َ ْ‫اَّلل فَإِنَّ ُه َّن ِم ْن َك ْنز تَح‬
Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan tujuh hal padaku:
(1) mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka,
(2) beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta) dan
janganlah lihat pada orang yang berada di atasku,
(3) beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan
kerabat) walau kerabat tersebut bersikap kasar,
(4) beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun,
(5) beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit,
(6) beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di
jalan Allah,
(7) beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa
billah” (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat
tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy.”
(HR. Ahmad 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih,
namun sanad hadits ini hasan karena adanya Salaam Abul Mundzir

Perintah pertama (1): mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka
Mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka akan memudahkan hisab seorang
muslim pada hari kiamat. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫علَى ُم ْع ِسر‬ َّ َ‫ َو َم ْن ي‬،‫ب َي ْو ِم ْال ِقيَا َم ِة‬
َ ‫س َر‬ ِ ‫ع ْنهُ ُك ْربَةً ِم ْن ُك َر‬
َ ‫هللا‬
ُ ‫س‬ ِ ‫ع ْن ُمؤْ ِمن ُك ْربَةً ِم ْن ُك َر‬
َ َّ‫ب ال ُّد ْنيَا نَف‬ َ ‫س‬ َ َّ‫َم ْن نَف‬
ِ ْ‫علَ ْي ِه ِفي ال ُّد ْنيَا َوا‬
…‫آلخ َر ِة‬ َ ‫هللا‬
ُ ‫س َر‬ َّ َ‫ي‬
“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan
menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang
memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan atasnya di
dunia dan akhirat ” (HR. Muslim no. 2699).

Kriteria orang miskin :


Orang-orang miskin yang dimaksud, adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan,
tidak punya kepandaian untuk mencukupi kebutuhannya, dan mereka tidak mau
meminta-minta kepada manusia. Pengertian ini sesuai dengan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ فَ َما‬: ‫ قَالُ ْوا‬.‫َان‬ ِ ‫ فَت َُر ُّدهُ اللُّ ْق َمةُ َواللُّ ْق َمت‬،‫اس‬
ِ ‫َان َوالت َّ ْم َرة ُ َوالت َّ ْم َرت‬ ِ َّ‫علَى الن‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ط ْو‬ُ َ‫اف الَّذِي ي‬ َّ ‫ْس ْال ِم ْس ِكي ُْن ِب َهذَا‬
ِ ‫الط َّو‬ َ ‫لَي‬
‫ش ْيئًا‬
َ ‫اس‬َ َّ‫ َوالَ يَ ْسأ َ ُل الن‬،‫علَ ْي ِه‬ َ َ ‫ط ُن لَهُ فَيُت‬
َ َ‫ص َّدق‬ َ ‫ي الَ يَ ِج ُد ِغنًى يُ ْغ ِن ْي ِه َوالَ يُ ْف‬ ُ ‫ ْال ِم ْس ِكي ُْن يَا َر‬.
ْ ‫ الَّ ِذ‬:‫س ْو َل هللاِ؟ قَا َل‬
“Orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain
agar diberikan sesuap dan dua suap makanan dan satu-dua butir kurma.” Para sahabat
bertanya: “Ya Rasulullah, (kalau begitu) siapa yang dimaksud orang miskin itu?” Beliau
menjawab,”Mereka ialah orang yang hidupnya tidak berkecukupan, dan dia tidak
mempunyai kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shadaqah (zakat), dan mereka tidak
mau meminta-minta sesuatu pun kepada orang lain.”

Orang Miskin Masuk syurga lebih dahulu


ُ ‫ف يَ ْوم َو ُه َو َخ ْم‬
َ ‫س ِمائ َ ِة‬
‫عام‬ ْ ِ‫يَ ْد ُخ ُل فُقَ َرا ُء ْال ُم ْس ِل ِميْنَ ْال َجنَّةَ قَب َْل أ َ ْغنِيَائِ ِه ْم بِن‬.
ِ ‫ص‬
Orang-orang faqir kaum Muslimin akan memasuki surga sebelum orang-orang kaya
(dari kalangan kaum Muslimin) selama setengah hari, yaitu lima ratus tahun.

Perintah kedua (2) melihat pada orang di bawah (dalam hal harta) dan jangan
melihat orang yang di atas,

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫ فهو أجدر أن ال تزدروا نعمة هللا عليكم‬، ‫انظروا إلى من هو أسفل منكم وال تنظروا إلى من هو فوقكم‬
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan
janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan
demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Perintah ketiga (3) Menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau


kerabat tersebut bersikap kasar,

Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ِ َ‫ فَ ْلي‬، ‫سأ َ لَهُ ِفى أَث َ ِر ِه‬
ُ‫ص ْل َر ِح َمه‬ َ ‫ َوأ َ ْن يُ ْن‬، ‫ط لَهُ فِى ِر ْزقِ ِه‬ َ ‫س َّرهُ أ َ ْن يُ ْب‬
َ ‫س‬ َ ‫َم ْن‬
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia
menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,


ُ‫ َوأ َ َح َّبهُ أ َ ْهلُه‬،ُ‫سى َء ِفي أ َ َج ِله َوث َ َرى َمالَه‬ َ ‫ َو َو‬،ُ‫َم ِن اتَّقَى َربَّه‬
ٍّ ُ‫ ن‬،ُ‫ص َل َر ِح َمه‬
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya
umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan
mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)

Perintah keempat (4) Tidak meminta-minta pada seorang pun,

disabdakan oleh Nabi saw. di dalam hadis berikut.


َ ً‫ب أ َ َح ُد ُك ْم ُح ْز َمة‬
‫علَى‬ َ ‫ أل َ ْن يَحْ ت َِط‬:‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ع ْنه‬
ِ ‫سو ُل‬
َ ‫هللا‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ِ ‫ع ْن أَبِي ُه َري َْرةَ َر‬ َ
َ َ َ َ ْ َ ْ
)‫ظ ْه ِر ِه َخي ٌْر ِمن أن يَ ْسأ َل أ َحدًا فيُ ْع ِطيَهُ أ ْو يَ ْمنَعَهُ (رواه البخاري‬َ
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Salah satu dari
kalian memikul kayu bakar dipunggungnya itu lebih baik daripada ia minta-minta
kepada seseorang baik diberi atau ditolak. (HR. Bukhari).

Perintah kelima (5) Mengatakan yang benar walau itu pahit,

َّ ‫اط ِل َوت َۡكت ُ ُموا ۡال َح‬


َ‫ـق َوا َ ۡنت ُ ۡم تَعۡ لَ ُم ۡون‬ ِ َ‫ـق ِب ۡالب‬
َّ ‫سوا ۡال َح‬
ُ ‫َو َال ت َۡل ِب‬
"Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah)
kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya" (QS Al-Baqarah: 42).

‫َّللا َو يَ ۡلعَنُ ُه ُم‬ ٰٓ ٰ ُ ‫ت و ۡاله ٰدى ِم ۡۢۡن بعۡ ِد ما بيَّنههُ ِللنَّاس فِى ۡال ِك ٰت ِۙب ا‬
ُ ‫ول ِٕٮ َك يَ ۡلعَنُ ُه ُم ه‬ ِ ِ َ َ َ ُ َ ِ ‫ا َِّن الَّذ ِۡينَ يَ ۡكت ُ ُم ۡونَ َما ٰٓ ا َ ۡنزَ ۡلنَا ِمنَ ۡالبَ ِيٍّ ٰن‬
َ‫الله ِعنُ ۡو ِۙن‬
"Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam
Kitab (Alquran), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang
melaknat.” (QS Al-Baqarah 159).

Perintah keenam (6) Tidak takut terhadap celaan saat berdakwah di jalan Allah,

Allah Ta’ala berfirman:


َ ‫علَى ْال ُمؤْ ِمنِينَ أ َ ِع َّزة‬
‫علَى‬ ُ َّ ‫ف يَأ ْ ِتي‬
َ ‫َّللا ِبقَ ْوم ي ُِحبُّ ُه ْم َوي ُِحبُّونَهُ أ َ ِذلَّة‬ َ ‫س ْو‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا َم ْن يَ ْرت َ َّد ِم ْن ُك ْم‬
َ َ‫ع ْن دِي ِن ِه ف‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫اس ٌع‬ ُ َّ ‫َّللا يُؤْ ِتي ِه َم ْن يَشَا ُء َو‬
ِ ‫َّللا َو‬ ِ َّ ‫ض ُل‬ ْ َ‫َّللا َو َال يَخَافُونَ لَ ْو َمةَ َال ِئم ذَ ِل َك ف‬
ِ َّ ‫يل‬ ِ ‫س ِب‬ َ ‫ْالكَا ِف ِرينَ يُ َجا ِه ُدونَ ِفي‬
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang
yang Mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maaidah: 54)

Perintah ketujuh (7) memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah”
(tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat
tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada ‘Abdullah bin Qois,


‫وز ْال َجنَّ ِة‬ ِ َّ ِ‫َّللا بْنَ قَيْس قُ ْل الَ َح ْو َل َوالَ قُ َّوة َ إِالَّ ب‬
ِ ُ‫ فَإِنَّ َها َك ْن ٌز ِم ْن ُكن‬. ‫اَّلل‬ ِ َّ ‫ع ْب َد‬
َ ‫يَا‬
“Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah ‘laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia
merupakan simpanan pahala berharga di surga.” (HR. Bukhari, no. 7386)
Wallaahu A’lam

Anda mungkin juga menyukai