Kelas XI Keagamaan
Disusun Oleh:
1. Wardaya
2. Sandi Pradana
3. Ayu Amelia Sari
4. Isti Ghaida Aulia F
5. Rifa Rahmatul K
6. Selvinda Ayu M
7. Ulpa Salsabila
8. Muhamad Fadly A
1.MENYAMUN
Merampok adalah mengambil hak-hak orang lain secara paksa , berikut ini adalah
hadist larangan merampok :
َّْن َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة أَنِ ب َوأَ ِبي َسلَ َم َة بِ ْن ْالم َُس َّي
ِ الزهْ ِريُّ َعنْ َسعِي ِد بُّ ِير ِة َح َّد َث َنا اأْل َ ْو َزاعِ يُّ َح َّد َثنِي َ أَ ْخ َب َر َنا أَبُو ْال ُمغ
ٌِين َي ْن َت ِه ُب َها م ُْؤ ِمن
َ ار ُه ْم َوه َُو ح
َ ْص َ
َ ون فِي َها أب ْ
َ ف َيرْ َف ُع الم ُْؤ ِم ُنٍ ات َش َر ً هَّللا
َ صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل اَل َي ْن َت ِهبُ ُن ْه َبة َذ َ ِ َرسُو َل هَّللا
artinya :
Tidaklah (beriman) orang yg mengkorupsi harta berharga & menjadi perhatian
orang-orang mukmin, ketika mengkorupsinya ia dalam keadaan beriman.Hadist 1910
َح َّدثَنَا حْس َُق ْب ُن ْب َرا ِه َمي َح َّدثَنَا َوه ُْب ْب ُن َج ِري ِر ْب ِن َح ِاز ٍم َع ْن َأبِي ِه َع ْن ي َ ْعىَل ْب ِن َح ِك ٍمي َع ْن َأيِب لَبِي ٍد َع ْن َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن ْب ِن مَس ُ َر َة
ُ ِإ ِإ
ول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َع ْن الهُّن ْ َب ِة قَا َل َأبُو ُم َح َّمد ه ََذا يِف الْغ َْز ِو َذا غَ ِن ُموا قَ ْب َل َأ ْن يُ ْق َس َم قَا َل هَن َى َر ُس
ِإ
artinya :
Rasulullah melarang korupsi (merampas harta orang lain tanpa hak). Abu Muhammad
berkata; Ini berlaku ketika dalam peperangan, yaitu ketika mereka mendapatkan
rampasan perang sebelum dibagikan. Hadits 1911
2. MURTAD
A. Pengertian
Kemurtadan menurut Islam (Bahasa Arab: ارتداد, irtidād or ridda) didefinisikan oleh
kaum Muslimin sebagai keadaan penolakan dalam ucapan atau perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang yang dulunya memeluk agama Islam. Termasuk dalam hal ini ialah tindakan
meninggalkan Islam dan sejumlah tindakan pemfitnahan terhadap Islam. Konsep inilah yang
membedakan dengan sistem keagamaan lainnya.
Hal ini disebabkan karena Islam juga merupakan institusi yang tidak memisahkan urusannya
dengan urusan politik. Pada masa awal penyebarannya di Madinah, orang yang murtad
dianggap sebagai desertir atau yang membelot kepada institusi politik lain (dalam hal ini
orang-orang Makkah), karena antara dua negara tersebut sedang berada dalam
kondisi perang dan orang yang bergabung dalam Islam sendiri diikat dengan sumpah atau
bay'at.
Pada masa Khilafah Islam, kemurtadan dianggap sebagai pengkhianatan, dan karena itu
diperlakukan sebagai pelanggaran hukum yang dikenakan hukuman mati ( hudud).[1][2] Tokoh
kontemporer yang paling menonjol yang dicap sebagai murtadin secara individual
adalah Salman Rushdie.
َّن اذَّل ِ َين َآ َمنُوا مُث َّ َك َف ُروا مُث َّ َآ َمنُوا مُث َّ َك َف ُروا مُث َّ ْازدَادُوا ُك ْف ًرا لَ ْم يَ ُك ِن اهَّلل ُ ِل َي ْغ ِف َر لَهُ ْم َواَل ِلهَي ْ ِدهَي ُ ْم َس ِبياًل () بَرِّش ِ الْ ُمنَا ِف ِق َني ِبَأ َّن لَهُ ْم
ِإ
ُون ِع ْندَ مُه ُ الْ ِع َّز َة ف َ َّن الْ ِع َّز َة هَّلِل ِ مَج ِ ي ًعا
َ ُون الْ ُم ْؤ ِم ِن َني َأي َ ْبتَغ َ عَ َذااًب َأ ِلميًا () اذَّل ِ َين يَتَّ ِخ ُذ
ِ ون ْالاَك ِف ِر َين َأ ْو ِل َي َاء ِم ْن د
ِإ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula),
kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan
memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang
lurus. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang
pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi
orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Qs.4:137-139
ون يُ َقا ِتلُونَمُك ْ َحىَّت َ يَ ُردُّومُك ْ َعن ِدي ِنمُك ْ ِن ْاس َت َطاعُو ْا َو َمن يَ ْرتَ ِد ْد ِمنمُك ْ َعن ِدي ِن ِه فَ َي ُم ْت َوه َُو اَك ِف ٌر فَُأ ْولَـ ِئ َك َحب َِط ْت
َ َُو َال يَ َزال
ِإ
َ ُ َاب النَّا ِر مُه ْ ِفهيَا َخادِل
ون ُ َأمْع َ الُه ُْم يِف ادلُّ نْ َيا َواآل ِخ َر ِة َوُأ ْولَـ ِئ َك َأحْص
“ Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan
kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang
murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah
yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya. “ ( Qs Al Baqarah : 217 )
Dalilnya adalah Abdullah bin Mas’ud ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
… ُب َّالزايِنQول اهَّلل ِ اَّل ثَاَل ثَ ُة ن َ َف ٍر التَّ ِاركُ ا ْساَل َم الْ ُم َف ِار ُق ِللْ َج َماعَ ِة َوالث َّ ِِّي
ُ اَل حَي ِ ُّل َد ُم َر ُج ٍل ُم ْسمِل ٍ ي َْشهَدُ َأ ْن اَل هَل َ اَّل اهَّلل ُ َوَأيِّن َر ُس
ِإْل ِإ ِإ ِإ
َوالنَّ ْف ُس اِب لنَّ ْف ِس
“ Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah, kecuali dari tiga orang berikut ini;
seseorang yang murtad dari Islam dan meninggalkan jama'ah, orang yang telah menikah tapi
berzina dan seseorang yang membunuh orang lain." ( HR Muslim )
Ini dikuatkan dengan hadits Ikrimah, bahwasanya ia berkata :
َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه ِب َزاَن ِدقَ ٍة فََأ ْح َرقَه ُْم فَ َبلَ َغ َذكِل َ ا ْب َن َع َّب ٍاس فَ َقا َل لَ ْو ُك ْن ُت َأاَن لَ ْم ُأ ْح ِر ْقه ُْم ِلهَن ْ ِي َر ُسولِ اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه ٌّ ُأيِت َ عَيِل
ُاب اهَّلل ِ َول َ َقتَلْهُت ُ ْم ِل َق ْولِ َر ُسولِ اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن ب َ َّد َل ِدينَ ُه فَا ْق ُتلُوه ِ …ِِّذبُوا ِب َع َذQ تُ َع َو َسمَّل َ اَل
“ Beberapa orang Zindiq diringkus dan dihadapkan kepada Ali ra, lalu Ali membakar mereka.
Kasus ini terdengar oleh Ibnu Abbas, sehingga ia berkata : Kalau aku, tak akan membakar
mereka karena ada larangan Rasulullah saw yang bersabda: "Janganlah kalian menyiksa
dengan siksaan Allah, " dan aku tetap akan membunuh mereka sesuai sabda Rasulullah saw :
"Siapa yang mengganti agamanya, bunuhlah!" ( HR Bukhari )
Ada beberapa ketentuan yang berlaku dalam menerapkan hukuman untuk orang murtad,
yaitu:
Hukuman ini masuk dalam hukum Islam, maka penetapan hukum bunuh untuk orang
murtad, hanya bisa dilakukan, dan diputuskan oleh pengadilan syariat yang resmi
ditunjuk oleh pemerintahan Islam.[3]
Dianjurkan untuk menunda hukuman mati, jika ada harapan seseorang untuk kembali
memeluk Islam.[4]
Selama penundaan hukuman, dia harus didakwahi dan ditawari untuk bertaubat. Bisa
bentuknya diajak berdebat, dialog, atau diberi harta, untuk menghilangkan segala sebab
yang membuat seseorang murtad.[5][6]
3. BUGAH
A. Pengertian Bughah/Bughot
Menurut bahasa kata bughat adalah bentuk jama’ dari isim fa’il yang berasal dari fi’il yang
berarti maksiat, yang dibebankan kepada mereka. Dari sini maka suatu kelompok dapat
dikatakan bugah melampaui batas, berpaling dari kebenaran dan zalim. Sedangkan menurut
istilah syara’ bugah adalah sekelompok orang muslim yang melakukan pemberontakan
terhadap imam atau pemerintah yang sah, dengan cara memisahkan diri, tidak mentaati
perintah imam atau menolak kewajiban apabila memenuhi persyaratan berikut :
1) Mereka memiliki kekuatan, baik berupa pengikut maupun senjata. Jadi tindakan
menentang imam yang tidak memiki kekuatan tidak dinamakan bugah.
2) Memiliki ta’wil (alasan) atas tindakan mereka keluar dari kepemimpinan imam atau
tindakan mereka menolak melaksanakan kewajiban,
4) Memiliki pemimpin yang ditaati. Tindakan Hukum Terhadap Bugah. Bugah tidak dihukumi
kafir sehingga kepada para pelaku bugah wajib diupayakan agar mereka kembali taat kepada
imam. Usaha mengajak mereka kembali taat dilakukan dengan cara bertahap, yaitu dari cara
yang paling ringan hingga diperangi.
2) Jika tindakan pertama tidak berhasil dan mereka tetap bertahan dengan sikapnya,
tindakan selanjutnya adalah menasehati mereka dan mengajak untuk kembali mentaati imam
yang sah.
3) Jika usaha kedua itupun tidak berhasil, maka tindakan ketiga adalah memberikan
ultimatum atau ancaman akan diperangi.
4.Jika dengan ketiga tersebut, meraka masih tetap tidak mau kembali taat, tindakan
terakhir adalah memerangi mereka sampai sadar dan kembali taat.
Pelaksanaan perang, dilakukan setelah ketiga upaya tersebut di atas gagal, dan mengajak
mereka kembali taat kepada pemerintah. Dan menanyakan kepada mereka, peraturan dan
ketetapan pemerintah yang mana yang tidak cocok dan tidak sesuai dengan pendapat
mereka? Jika mereka tetap pada pendirian mereka, maka memerangi mereka dimulai.
Agar ada perbedaan antara perang melawan orang kafir dan kaum muslimin yang
membangkang pemerintah, maka tawanan-tawanan kaum pembangkang tidak boleh dibunuh,
tetapi hanya ditahan saja sampai mereka kembali insyaf. Harta mereka yang sudah
terlanjur dirampas tidak boleh dijadikan sebagai barang rampasan, tetapi jika sudah insyaf
harus dikembalikan lagi. Demikian juga mereka yang tertawan dalam keadaan luka-luka
harus dirawat. Dalam keadaan perang jika mereka telah mengundurkan diri tidak boleh
dikejar.