Chairul Anwar
Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda
Email: chairulsby1964@gmail.com
Abstrak
1. Pendahuluan
Pada dasarnya konsep pembelajaran kontekstual dengan prinsip-prinsipnya
bukan merupakan konsep baru. Konsep dasar pendekatan ini diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1916 oleh John Dewey yang menganjurkan agar
kurikulum dan metodologi pengajaran dipertautkan dengan pengalaman dan
minat siswa. Sebelumnya memang sudah ada yang proses belajar akan sangat
efektif bila pengetahuan baru diberikan berdasarkan pengalaman atau
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.1
1
Ina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta
: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 111
Chairul Anwar, Kajian Litearature: Pembelajaran Contextual Teaching Leaning
2. Kerangka Teori
Pembelajaran Kontekstual
Kontekstual berasal dari kata bahasa Inggris yaitu contextual2 dari kata
context yang bermakna hubungan kata-kata, konteks, yang berhubungan
dengan konteks, dilihat dalam hubungan dengan kalimat. 3Konteks sendiri
dalam Board of Studies New South Wales yang dikutip oleh Trianto
menyebutkan memiliki arti kerangka kerja yang dirancang guru untuk
membantu siswa menjadikan konten pelajaran bermakna dan memotivasi
siswa.4
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian library. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis serta ditelaah secara mendalam atas referensi yang
dipakai, sebagaimana halnya dalam studi kepustakaan atau library research.
Penelitian ini, menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual teaching and
learning (CTL) memiliki dasar normatif yang menjadi pijakan atau acuan untuk
digunakan dalam mengajarkan materi pendidikan Agama Islam di sekolah
ataupun pada madrasah.
fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan murid, dan (3) kelas sebagai
fenomena sosial. Kontekstualitas merupakan fenomena yang bersifat alamiah,
tumbuh dan terus berkembang, serta beragam karena berkaitan dengan
fenomena kehidupan sosial masyarakat. Karena karakter kontekstual sesuai
dengan sifat pelajaran Pendidikan Agama Islam yang orientasi materinya
berkaitan dengan masalah kehidupan, sosial, ekonomi, politok, budaya, dan
IPTEK5
5. Simpulan
Pembelajaran kontekstual yaitu konsep pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi kehidupan nyata
siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
metode yang saat ini dianggap tepat dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam adalah melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran secara
kontekstual berhubungan dengan (1) fenomena kehidupan sosial masyarakat,
bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita yang tumbuh, (2) fenomena dunia
pengalaman dan pengetahuan murid, dan (3) kelas sebagai fenomena sosial.
Kontekstualitas merupakan fenomena yang bersifat alamiah, tumbuh dan
terus berkembang, serta beragam karena berkaitan dengan fenomena
kehidupan sosial masyarakat. Karena karakter kontekstual sesuai dengan sifat
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang orientasi materinya berkaitan dengan
masalah kehidupan, sosial, ekonomi, politok, budaya, dan IPTEK.
Kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan scientific (Scientific Approach)
dimana pada proses pembelajaran terdapat proses mengamati (Observing),
bertanya (Questioning), menalar (Associating), mencoba (Experimenting),
menyimpulkan, dan membentuk jejaring (Networking). Keaktifan siswa lebih
dituntut untuk menemukan sendiri, guru hanya membantu mengarahkan
siswa sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep dari yang akan
diajarkan. Proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan
sifat pembelajaran yang kontekstual.
5
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal.
263
DAFTAR PUSTAKA