Anda di halaman 1dari 7

Tersedia secara online Jurnal Pendidikan dan Sains Lentera Arfai

https://ejournaljla.stkipmuhmanokwari.ac.id/inde (JPSLA):
x.php/jla Sains, dan ilmu kependidikan
PISSN: 2721-8317 Volume: Nomor: Bulan-Tahun
DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI Halaman:…..-…..

Kurtilas dalam Perspektif Pendidikan Progresivisme


Etik Sekarwati*, Endang Fauziati**
* Magistes Pendidikan Dasar, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Magistes Pendidikan Dasar, Universitas Muhammadiyah Surakarta

INFO ARTIKEL ABSTRAK


The purpose of this study was to find out how the perspective of the philosophy of
Riwayat Artikel: progressivism in the Kurtilas (2013 curriculum)was carried out. This research was
Diterima: Tgl-Bln-Thn carried out using library research. The research approach used is a qualitative
Disetujui: Tgl-Bln-Thn approach with a descriptive method. Qualitative descriptive education aims to make
careful observations of the phenomena that are the basis for curriculum changes.
Primary data collection is related to the philosophy of educational progresiveism. Data
sources are then reduced related to the topic of discussion. Researchers tried to explore
Kata kunci: and provide arguments related to the 2013 curriculum with the philosophy of
Kurikulum 2013 progressivism. The result of this research is that the 2013 curriculum has an
Eklektik Inkorporatif incorporative eclectic philosophy foundation which means taking good elements from
Progresifisme educational philosophy schools to be integrated with the national education system.
Progressivism as one of the schools of educational philosophy has a dominant color in
the 2013 curriculum as evidenced by the education system that focuses on students as
subjects of education, teachers act as facilitators
Tujuan_penelitian_ini adalah untuk mengetahui bagaimana perspektif filsafat
progresivisme dalam kurtilas (kurikulum 2013). Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan library research. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif dengan metode diskriptif. Pendidikan deskriptif kualitatif
bertujuan untuk melakukan pengamatan secara seksama terhadap fenomena yang
menjadi landasan perubahan kurikulum. Pengumpulan data primer berkaitan dengan
filsafat progresifisme pendidikan. Sumber data kemudian direduksi yang terkait dengan
topik bahasan. Peneliti mencoba mengeksplorasi dan memberikan argumen yang
berkaitan dengan kurikulum 2013 dengan aliran filsafat progresivisme. Hasil dari
peneltian ini adalah “kurikulum 2013 memiliki landasan filsafat eklektik inkorporatif
yang berarti mengambil unsur-unsur yang baik dari aliran-aliran filsafat pendidikan
untuk diintegrasikan dengan sistem pendidikan nasional. Progresivisme sebagai salah
satu aliran filsafat pendidikan memiliki warna yang dominan dalam kurikulum 2013
dibuktikan dengan sistem pendidikan yang menitik beratkan pada “peserta didik sebagai
subjek pendidikan guru bertindak sebagai fasilitator.

Alamat Korespondensi:
Etik Sekarwati,
Magister Pendidikan Dasar
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jalan Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Surakarta 57162
E-mail: etik.sekarwati@gmail.com

PENDAHULUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia( KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), ialah: memelihara dan
memberi latihan( ajaran,pimpinan) tentang akhlak serta kecerdasan berfikir. Adapun pembelajaran memiliki penafsiran: proses
pengubahan perilaku serta tata laku seorang ataupun kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dengan upaya
pengajaran serta latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pembelajaran merupakan upaya
dalam memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak, supaya bisa memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup serta
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dari berbagai definisi dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk merubah manuasia atau
sekelompok manusia melaui berbagai latihan tentang akhlak dan kecerdasan sehingga diperoleh kemajuan dalam taraf berfikir,
budi pekerti, kemampuan fisik agar anak dapat mencapai kehidupan yang selaras dengan alam dan masyarakat. Dengan
demikian ketika anak hidpun di dalam lingkungan masyarakat akan dapat menyesuaikan diri dengan bekal yang telah peroleh
dari proses pendidikan yang telah dijalani.

1
2 Jurnal Pendidikan dan Sains Lentera Arfak (JPSLA), Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....

Di Indonesia proses pendidikan utamanya pendidikan formal mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan. Dengan
demikian maka pendidikan dan kurikulum merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sistem kurikulum dirancang
secara sistematis untuk menciptakan proses pembelajaran yang efisien dan efektif. (Soerdijanto, 2004:91)
Selama ini Indonesia sudah berulangkali mengalami pergantian kurikulum. Sebagaimana diungkapkan oleh Alfaris (2018),
Halek (2018), Khusna (2017) dan Noviyanti (2019). Adapun kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia adalah kurikulum
1947, kurikulum 1952 (Rentjana Pembelajaran Pelajaran Terurai 1952), Kurikulum 1964 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952),
Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964), Kurikulum 1968, Kurikulum periode 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 191994,
dan suplemen kurikulum 1999, Kurikulum 2004 (KBK), Kurikulum KTSP 2006, dan Kurtilas (Kurikulum 2013).
Perubahan kurikulum yang terjadi tentu saja bukan tanpa tujuan, melainkan merupakan hasil evaluasi dan kajian yang
mendalam agar diperoleh kurikulum yang tepat untuk diterapkan pada dunia pendidikan, sehingga diperoleh hasil yang sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Adapun kurikulum yang saat ini dianggap tepat dan mampu untuk menjawab
tuntutan jaman yang diterapkan di Indonesia adalah kurikum 2013.
“Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang bagus tetapi persoalan yang melingkupi kurikulum 2013 jumlahnya tidak
sedikit. Sulistyo, Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia( PB PGRI) berkata bahwa kebijakan pemerintah
untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis observasi integratif itu dinilai mengabaikan kesiapan guru. Guru belum
banyak yang memahami konsep kurikulum 2013. Pemerintah dikira kurang mempertimbangkan heterogenitas guru, terlebih
guru di pedalaman yang tidak gampang menyesuaikan diri pada hal- hal yang baru pada waktu yang relatif pendek ( Kedaulatan
Rakyat, 25 januari 2013).”
Sejalan dengan pernyataan tersebut Murodah (2019) dalam penelitiannya mengungkapkan kalau guru belum memiliki
bekal yang layak dan penerapannya belum terdapat persiapan yang matang dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Berbanding
terbalik, riset yang dicoba oleh Kristiantari( 2014) kalau secara teori guru sudah memiliki pengetahuan tetang Kurikulum 2013,
namun masih menghadapi kendala dalam mengaplikasikannya. Mengingat urgennya kurikulum di dunia pendidikan, dengan
demikian kurikulum perlu disusun serta dilaksanakan dengan baik. Dalam artian, perlu kiranya kurikulum dikembangkan sesuai
tuntutan jaman, tanpa mengesampingkan potensi sumber daya manusianya. (Noviyanti 2019)
Dari berbagai kendala yang muncul dalam pelaksanaan kurikulum 2013 tentu saja muncul dalam benak kita, apa yang
mendasari penggunanaan kurikulum 2013 yang sedang kita terapkan saat ini. Dalam hasil penelitian_yang dilakukan oleh
Alfaris diperoleh kesimpulan bahwa tiap kurikulum tentu mempunyai landasan filsafat yang berguna buat memastikan mutu,
arah serta tujuan pembelajaran. “Kurikulum 2013 disusun dengan landasan filsafat eklektik inkorporatif. Eklektik inkor- poratif
mempunyai arti mengambil unsur yang baik dari aliran filsafat asing kemudian diintegrasikan dengan sistem pendidikan
nasional. Landasan filsafat yang tersurat dalam Kurikulum 2013 merupakan eklektik inkorporatif yang menggali hal-hal yang
baik dari filsafat pembelajaran perenialisme, essensialisme, eksperimentalisme, progressivisme serta rekonstruksivisme.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perspektif filsafat progresivisme dalam kurikulum 2013”

METODE
Tipe riset yang digunakan merupakan kepustakaan (library research) ialah mengumpulkan informasi ataupun dokumen yang
menyangkut kurikulum 2013 yang bertujuan dengan objek riset ataupun pengumpulan informasi yang bersumber kepustakaan.
maupun telaah yang dilaksanakan sebagai upaya menyelesaikan permasalahan yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan
kritis serta mendalam terhadap bahan- bahan pustaka yang relevan. Informasi yang digunakan merupakan informasi sekunder
yang dikumpulkan lde dengan cara dokumentasi. Adapun analisis informasi yang digunakan dalam riset ini merupakan analisis
anotasi bibliografi( Annotated bibliography).( Kaelan, 2005).”

HASIL
A. Karakteristik Kurikulum 2013
“Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah mengisaratkan adanya
perubahan dari kurikulum sebelumnya. Perubahan tersebut ditandai dengan penggunaan istilah baru dalam Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), yaitu istilah Kompetensi Inti (KI). Lahirnya konsep KI diawali dari pengelompokan
kompetensi pokok atau sikap, pegetahuan, dan keterampilan. Pada awal pencetusan kompetensi sikap hanya memuat satu
rumusan, tapi setelah ada pengalaman materi kemudian arti sikap dibedanakan antara sikap spiritual dan sikap sosial.
(Zaini, 2015)”
Perubahan kurikulum 2013 jika dibanding dengan kurikulum sebelumnya bukan hanya terletak pada pada standar
kompetensi lulusan saja, tetapi juga pada materi, proses dan penilaian yang kompprehensif. Adapaun karakteristik
kurikulum 2013 dapat dijelaskan sebagai berikut (Kemdikbud,_2013:119)
1. Kompetensi lulusan,dengan ciri: dapat terkonstruksi secara holistik; didukung oleh semua materi dan mata pelajaran;
terintegrasi secara vertikal maupun horisontal
2. Materi, dengan karakteristik: dikembangkan dengan berbasis kompetensi sehinggga memenuuhi aspek kesesuaian dan
kecukupan; mampu mengakomodasi content lokal, nasional dan internasional
Nama Belakang Penulis, Judul dalam 3 Kata... 3

3. Proses, dengan karakteristik: berorientasi pada karakteristik kompetensi yang berwujud sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan scientific yang mengutamakan pda discovery
learning dan project based learning
4. Penilaian, dengan karakteristik: berbasis tes dan non tes; melalukan penilaian terhadap proses dan hasil dengan
menggunakan penilaian authentic; penilaian raport memuat penilaian kuantitatif untuk menilaia pengetahuan, dan
diskripsi kualitatif dimaksudkan untuk menilai kmpetensi sikap dan keterampilan kecakapan.
Pada hakikatnya kurikulum 2013 menghendaki perubahan yang signifikan terhadap pendidikan, yang ditandai
dengan perubahan kompetensi lulusan yang diemas menjadi lebih terintegratif, materi yang dikembangkan sesuai dengan
kondisi nyata peserta didik baik tataran local, daerah maupun nasional, serta penekanan pada proses, sehingga siswa dan
guru benar-benar memperhatikan proses dalam memperoleh pengetahuan dengan asumsi bahwa proses yang dijalani secara
runtut tentu akan semakin membuat pengetauan anak menjadi bermakna dan mereka akan melalui proses untuk mencapai
hasil, karena penilaian yang dilakukan bukan saja berorientasi kepada hasil melainkan dengan penilaian padaproses yang
sedang berjalan. Dengan demikian, diharapkan peserta didik mampu memperoleh pengetahuan dengan proses yang benar-
benr mereka alami, sehingga merekaakan mampu hidup bedampingan dengan baik ketika mereka sudah berada di
lingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan penilaian yang dilakukan pada kurikulum 2013 yang meliputi tiga domain,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan penilaian terhadap tiga domain ini, diharapkan peserta didik juga
mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada keempat domain, sehingga bukan hanya terlahir manusia yang cakap
dalam kognitif tapi juga mempunyai kecakapan sikap dan keterampilan yang memadai sebagai bekal hidup di lingkungan
yang lebih luas.
B. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakekatnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan pendidikan sangat
dipengaruhi oleh falsafah atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan tentu akan
mencerminkan falsafah/pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan suatu
negara memiliki hubungan yang sangat erat dengan falsafah negara yang dianutnya. (Dadang Sukirman, 13)
Misalnya, ketika Indonesia masih dijajah Belanda, arah kurikulum yang digunakan sangat berorientasi pada
kepentingan politik Belanda. Begitu pula ketika negara kita dijajah oleh Jepang, orientasi kurikulum berubah sesuai
dengan minat dan sistem nilai yang dianut oleh Jepang. Setelah Indonesia merdeka, bangsa Indonesia mengambil
Pancasila sebagai negara beserta dasar dan falsafahnya, dan kurikulum pendidikannya disesuaikan dengan nilai-nilai
Pancasila itu sendiri.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan
ppendidikan. Mengingat pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan manusiamaka
penyusunan kurikulum tidak bisa” dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. Jika kurikulum
dikembangkan dengan tidak didasarkan pada landasan yang tepat dan kuat, maka kurikulum tersebut tidak bisa bertahan
lama, bahkan dengan mudah akan ditinggalkan oleh pemakainya.
Realitas tersebut menunjukkan betapa pentingnya menelaah kurikulum secara akuran dan mendalam mengenai
landasan yang akan dijadikan sebagai dasar untuk mendesain, mengembangkan dan menerapkan kurikulum. Dengan tahapan
yang jelas dan tepat maka kurikulum yang dikembangkan akan benar-benar menjadi sebuah pedoaman dalam melaksanakan
pendidikan dengan bermuara pada terbentuknya peserta didik yang berkembang secara pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan karakter baik secara jasmani dan rohani yang pada gilirannya akan menjadi manusia terdidik yang sesungguhnya.
Landasan kurikulum yang tepat sangat diperlukan oleh para pengembang kurikulum dari tataran terendah, yaitu guru,
kepada tataran yang lebih tinggi yaitu kepala sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, dinas pendidikan kabupaten dan
pihak-pihak yang berkepetingan sampai pada tataran tertinggi yaitu Negara sebagai penyelenggara pendidikan yang mana
diselaraskan dengan tujuan nasional.
“Robert S. Zais (1976) mengemukakan bahwa: “empat landasan pokok pengembangan kurikulum terdiri dari
philosophy and nature of knowledge, society and culture, the individual dan learning theory. Dengan berpedoman pada
empat landasan tersebut, maka perancangan dan pengembangan kurikulum yaitu pengembangan tujuan (aims, goals,
objective), pengembangan isi (content), pengembangan proses pembelajaran (learning activities), dan pengembangan
komponen evaluasi (evaluation), harus didasarkan pada landasan filosofis, sosiologis, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK).””

C. Landasan Filsafat Kurikulum 2013


“Filsafat kurikulum 2013 terdapat dalam UU Sisdiknas pasal 1 butir 1 dan 2 yang isinya hakekat pendidikan adalah
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kompetensi yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasionala Indonesai dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman
4 Jurnal Pendidikan dan Sains Lentera Arfak (JPSLA), Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....

Landasan filsafat kurikulum 2013 ( Kerangka dasar kurikulum 2013, Permendikbun No. 68 Tahun 2013; 5)
1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa datang,
2) Peserta didik adalah pewaris buadaya bangsa yang kratif
3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan
disiplin ilmu.
4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai
kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedeuian, dan partisipasi untuk membangun
kehidupan masyarakat dan bengsa yang lebih baik(experimentalism and social reconstructivism).”
Oleh karena itu, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi tersebut di atas untuk mengembangkan kehidupan pribadi
siswa dalam semua aspek agama, seni, kreativitas, komunikasi, nilai-nilai, dan kecerdasan, yang sejalan dengan diri
siswa dan dibutuhkan oleh masyarakat, negara, dan umat manusia.
Kurikulum_2013 berfungsi sebagai pedoman untuk mencapaitujuan penddikan nasional. Kurikulum 2013
bukanlah sebuah kurikulum yang benar-benar baru, melainkan sebagai hasil penyempurnaan dari kurikulum yang ada
sebelumnya. Kurikulum ini dikemas menjadi sebuah kurikulum yang dianggap mampu untuk meransang siswa berfikir
secara kreatif sekaligus menuntut guru untuk mampu membimbing siswa dalam menemukan sebuah konsep secara
terstruktur sekaligus menuntut guru untuk mampu menilai siswa secara utuh dengan empat kompetensi meliputi
pengetahun, keterampilan, sikap sekaligus karakter, sehingga diharapkan bahwa peserta didik akan mampu menjadi
manusia yang mampu bersaing secara nasional maupun global
“Tujuan pendidikan nasinol bangsa Indonesia menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya poensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
emokratis serta bertangngjawab (UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional)”
“Filsafat yang terdapat dalam kurikulum 2013 siftatnya adalak eklektik inkorporatif. Notonagoro berkata kalau
pembelajaran nasional bertabiat eklektik inkorporatif( Nomotanoro, 1973: 19) Eklektik yakni bertabiat memilah yang
terbaik dari bermacam sumber, dari satu tokoh ataupun lebih ataupun dari satu aliran ataupun lebih. Inkorptratif
mempunyai arti mencampurkan selaku satu kesatuan untuh. Eklektik inkorporatif ialah pembelajaran yang bertabiat
memilah yang terbaik dari banyak faktor yang tidak berlawanan dengan karakter bangsa buat dicoba digabungkan
menajadi satu kesatuan utuh.”
Eklektik inkorporatif ataupun memilah unsur- unsur yang baik dari bermacam filsafat pembelajaran digunakan dalam
kurikulum 2013. Unsur- unsur yang digunakan tidak berlawanan dengan nilai- nilai dan karakter bangsa Indonesia.
Kurikulum 2013 memilah unsur- unsur positif itu dari perenialisme, essensialisme, pragmatisme, progresivisme, serta
rekonstruktivisme.
D. Konsep Filsafat Pendidikan Progresifisme
Aliran progressivisme ini pernah berjaya di Amerika. Dalam pendidikan, progressivisme merupakan bagian dari
gerakan reformis umum bidang sosial-politik yang menandai kehidupan orang Amerika. Progressivisme merupakan teori
yang muncul dalam reaksi terhadap pendidikan tradisional yang selalu menekankan kepada metode formmal pengajaran.
Pada dasarnya teori ini menekankan kepada metode formal pengajaran. Pada dasarnya teori ini menekankan beberapa
prinsip, antara lain:1) Proses pendidikan berawal dan berakhir pada peserta didk; 2) Peserta didik adalah sesuatu yang
aktif, bukan pasif; 3) Peran guru hanya sebagai fasilitator, ppembimbing, dan pengarah; 4) Sekolah harus menciptakan
iklim yang bersifat kooperatif dan demokratif; 5) Aktivitas pembelajaran lebih focus pada pemecahan masalah bukan
untuk mengajarkan materi kajian.
Adapun terkait dengan kurikulum, progressivisme memiliki pandangan bahwa kurikulum merupakan pengalaman
mendidik, bersifat eksperimental, dan adanya rencana serta susunan langkah yang teratur. Pengalaman belajar berupa
pengalaman apa saja yang serasi dengan tujuan menurut prinsip-prinsip yang telah digariskan dalam pendidikan, dimana
setiap proses pembelajaran yang ada membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik (Yunus, 2016)
Dalam prakteknya, progresivisme merupakan aliran pendidikan yang berpusat pada siswa. Secara lebih spesifik,
proses pembelajaran penekanan lebih besar diarahkan kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, dan pengalaman teman
sebaya. Menurut Dewey, dalam konteks sekolah Progresivisme lebih menekankan pada peserta didik dan minatnya
dibanding pada mata pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, muncul istilah child centered curriculum dan child centered
school. Progresivisme mempersiapkan peserta didik masa kini dibanding masa depan yang belum jelas. Hal ini
diungkapkan pula oleh Dewey, bahwa pendidikan adalah proses dari kehdupan dan bukan persiapan masa yang akan
datang. Implikasinya, pandangan dewey tetang pendidikan yag berlandaskan aliran progresivisme menyatakan bahwa
aktivitas peserta didik diutamakan bau diarahkan pada permintaan (Barnadip, 1997)
Aliran progresivisme memandang bahwa pendidik memiliki memiliki tugas sebagai pembimbing aktivitasserta didik
dan berusaha untuk memberikan kemungkinan terhadap terciptanya lingkungan terbaik yang memungkinkan terjadinya
proses belajar. Guru sebagai pembimbing, tidak boleh menonjolkan diri, melainkan harus bersikap demokratis dan
Nama Belakang Penulis, Judul dalam 3 Kata... 5

memperhatikan hak-hak alamiah dari peserta didik secara keseluruhan. Pendekatan yang dignakan dalam proses ini adalah
pendekatan psikologis dengan keyakinan bahwa memotivasi lebih penting daripada sekedar memberi informasi. Pendidik
dan peserta didik bekerja sama dalam mengembangkan program belajar dan aktualisasi potensi peserta didik dalam
kepemimpinan dan kemampuan lain yang dikehendaki dalam pendidikan.
Teori progresivisme menempatkan peserta didik pada posisi sentral dalam melakukan pembelajaran. Karena peserta
didimmempunyai kecenderungan alamiah untuk belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan juga
memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan
tersebut akan memberikan arah yang jelas kepada peserta didik dalam mempelajari berbagai persoalan.
Secara institusional sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memelihara dan menjamin kebebasan berpikir dan
berkreasi kepada para peserta didik, sehingga mereka memiliki kemandirian dan aktualisasi diri. Namun demikian
pendidik tetap berkewajiban mengawasi dan mengontrol mereka guna meluruskan kesalahan yang dihadapi peserta didik,
khususnya dalam metodologi berpikir. Dengan demikian prasyarat yang harus dilakukan peserta didik adalah sikap aktif,
kreatif, bukan hanya menunggu kedatangan guru dalam mengisi dan mentrasfer ilmunya kepada mereka. Peserta didik
tidak boleh diperlakukan seperti bejana kosong yang akan diisi oleh penggunanya. Jika yang terjadi demikian, maka
proses pembelajaran hanya berwujud trasfer of knowledge dari seorang guru kepada murid. Tentu saja cara emikian tidak
akan membawawa hasil, apalagi mencerdaskan sehingga dapat dikatakan bahwa upaya mencapai tujuan pendidikan
mengalami kegagalan.

PEMBAHASAN
A. Kontribusi Progresifisme dalam Kurikulum 2013
Progresivisme memberikan pengaruh dan sumbangan besar bagi perkembanagan kurikulum 2013. Pemikran
progresivisme yang demokratis degan mengedepankan anak sebagai subjek didik memberikan warna baru dalam dunia
pendidikan dengan studetnt centered learning. Pendidikan bagi anak adalah hal yang menyenangkan. Adapun warna
progresivisme dalam pengembangan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
1) Anak sebagai peserta didik
Penekanan progresivisme adalah pada proses pengembangananak. Progresivisme sangat menekankan
pengembangan anak serta menekankan bahwa pendidikan harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Proses pengajaran dan pembelajaran tertuju pada minat dan bakat anak. Anak atau siswa menjadi subjek pendidikan
yang sesungguhnya sehingga kebutuhan anak untuk mencapai minat dan bakat harus difasilitasi. Sikap anak yang
menyenangkan dan bahagia akan membuat proses transfer of knowledge dan transfer of value menjadi lebih ringan.
Dengan demikian maka pendidikan bagi anak akan menjadi sesuatu yang menyenangkan, menggembirakan serta
membahagiakan bukan sesuatu yang menakutkan
Progresivisme memberikan sistem pendidikan yang jelas pada kurikulum 2013, dengan demikian anak sebagai
subjek didik tidakakan merasa tertekan dalam belajar, melainkan menjadi lebih fleksibel dalam memanfaatkan dan
menyesuaikan waktu di sekolah. Anak dengan kebebasannya mampu merefleksikan segala sesuatu yang dihadapinya
baik di rumah maupun di lingkungan sekolah untuk diterapkan
2) Peran guru sebagai fasilitator
Guru dalam aliran progresivisme bukanlah sosok yang otoriter. Peran guru lebih bersifat sebgai fasilitator bagi
peserta didik agar mampu mengeksplorasi bakat, minat, keterampilan serta keterampilan yang dimiliki tanpa merasa
terbebani. Guru harus mampu mengenal secara untuh peserta didknya sehingga mampu menilai sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik secara lebih tepat.
Guru mengajar sejalan dengan cara berfikir peserta didik dengan cara yang lembut, sehingga peserta didik
menerima dan mengiolah informasi tanpa dibayangi rasa takut, dengan demikian informasi akan terserap dengan lebih
baik.
3) Kurikulum yang terintegrasi
Kurikulum yang baik harus mencerminkan miniatur masyarakatnya. Kurikulum yang aik harus dapat
mengembangkan minat maupun kemampuan individu sehingga individu bisa berperan secara aktif baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakatnya. Peserta didi harus diberi kebebasan yang bertanggung jawab agar
timbul sikap kreatif dalam menjalani kehidupandan menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Kurikulum dalam progresivisme sifatnya lebh integratif. Mata pelajaran tierintegrasi dalam unit, dengan demikian
diharakan anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif afektif, maupun
psikomotorik. Kurikulum berdasarkan teori dan praktek yang dilaksanakan di laboratorium maupun di lapangan atau
lingkungan sekolah merupakan kegiatan belajar yang dianjurkan dalam rangka terlaksananya learning by doing
Filsafat progresif ingin membentuan luaran (output) yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah yang memiliki
6 Jurnal Pendidikan dan Sains Lentera Arfak (JPSLA), Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....

keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan di dalam masyarakat.Kurikulum yang diinginkan oleh
progresifisme bersifat menyeluruh serta holistik antara sikap, pengetahuan dan keterampian.
Kurikulum 2013 menggunakan tematik integratif atau tematik terpadu untuk membentuk keterpaduan antar
jenjang. Adapun dampak yang diterima oleh kurikulum 2013 dari metode tematik integratif adalah: Pendidik
menyakini bahwa anak sebagai subjek didik melihat dunia sebagai duatu keutuhan yang terhubng bukan penggalan-
penggalan yang terpisah; keterkaitan anatar mata pelajaran akan memperkuat pembelajaran siswa. Inkonsistensi antar
mata pelajaran dapat dicegak dan pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar bersofat konvergen; Kompetensi
(pengetahuan, keterampilan san sikap) dari berbagai mata pelajaran digabungkan menjadi satu keatuan utuh sehingga
siswa menadapatkan segala sesuatu yang harus dipahami dan sikuasai secara mendalam.
4) Memunculkan pendidikan karakter
Progresivisme juga mengembangkan pendidikan karakter dalam model berpikirnya. Anak menjadi subjek didik
sehingga anak menjadi sosok yang vital di dalam dunia pendidikan merupakan alasannya. Prose pendidikan yang
menitikberatkan pada pengembangan anak secara terus menerus akan menimbulkan karakter yang kuat dala diri anak.
Pendidikan karakter bisa disebut juga pendidikan budi pekerti . Sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang
disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Semua nilai moralitas yang disadari dan dilakukan bertujuan untuk
membatu manusia menjadi mausia yang lebih utuh. Karakter yang dihasilkan tentu merpakan karakter manusia yang
sifatnya positif bukan hal-hal yang negatif. Pendidikan karakter merupakan ciri khas dari kurikulum 2013 yang ingin
meningkatkan kualitas manusai dari segi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan merupakan sarana strategs
untuk meningkatkan pembentukan karakter.
B. Pemahaman mengenai pengembangan kurikulum
Kurikulum harus dipahami sebaai bekal yang menentukan arah serta tujuan pendidikan. Pendidikan secara alami
megalami perubahan karena ilmu pengetahuan berubah serta zaman yng juga berkembang. Perubahankurikulum dalam
aliran pendidikan progresivisme adalah hal yang ajar. Mekanisme perubahan kurikulum dari masa ke masa harus dipahami
sebagai penyempurnaan kurikulum ke arah yang lebih baik agar generasi yang dihasilkan adalah generasi yang baru.
Kurikulum dalam pandangan progresivisme, meskipun dapat berubah secara dinamis, namun tidak dilihat sebagai
suatu proyek pemerintah yang dapat berubah tanpa alasan. Fungsi perubahan kurikulum sejauh menekanka pada
pengembangan anak sebagai subjek didik, maka itu adalah hal yang wajar. Sifat fleksibel dalam pengembangan kurikulum
haus dapat dipertanggungjawabkan, dalam artian perubahan mengarah kepada hal yang lebih baik, bukan sebaliknya.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu kewaktu, perubahan kurikulum merupakan hasil dari evaluasi
dan kajian yang mendalam tehadap kurikulum sebelumnya untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tantangan yang
ada. Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum sebagai upaya penyempurnaan kurikulum sebelumnya.
Kurikulum yang saat ini digunakan adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan salah satu kurikulum yang
menitikberatkan pada perubahan karakter. Hakikat kurikulum 2013 ialah meningkatkan perubahan sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Sehingga penilaian menitikberatkan pada ketiga kompenen ini.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filsafat eklektik inkorporatif yang berarti mengambil unsur-unsur yang
baik dari aliran-aliran filsafat asing untuk diintegraikan dengan sistem pendidikan nasionl. Landasan filsafat yang tersurat dalam
kurikulum 2013 adalah filsafat pendidikan perenialisme, progressivisme, dan rekonstruktivisme. Aliran filsafar progresifisme
memiliki warna yang dominan dengan asumsi bahwa kurikulum 2013 sangat menitikberatkan pada peserta didik sebagai subjek
pendidikan, sedangkan guru berpern sebagai fasilitator serta menghendaki bahwa mata pelajaran harus terintegrasi dalam satu
unit.
Saran
Guru sebagai pengembang kurikulum hendaknya mengetahui landasan filosofis yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Dengan mengetahui landasan filososfis maka guru akan mengetahui dengan tepat kearah mana peserta didik akan
dibawa. Progresivisme sebagai salah satu landasan kurikulum, mengisyaratkan adanya pembelajaran yang berpusat kepada
siswa dan guru memiliki peran sebagai fasilitator. Dengan warna progresifisme yang ada pada kurikulum 2013, hendaknya guru
senantiasa mengoptimlakan perannya sebagai fasiltator sehingga mampu menstimulus siswa untuk selalu belajar aktif dan
kreatif. Kemampuan guru sebagai pengembang kurikulum harus senantiasa dipupuk, sehingga guru semakin mahir dalam
mengimplementasikan kurikulum dalam segala aspeknya dengan tujuan pencapaian tujuan pembelajaran dan peningkatan
kompetesni peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Nama Belakang Penulis, Judul dalam 3 Kata... 7

DAFTAR RUJUKAN
AlFaris, Fitri.2015. Kurikulum 2013 dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Progrsivisme. Jurnal Filsafat,
vol.25, (2).317-337
Barnadib, Imam. 1997. Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset
Halek, Dahri. 2018. Kurikulum 2013 dalam Perspektif Filsafat, Jurnal Georafflesia, Vol. 3 (2): 1-10.
https://Journals. unihaz.ac.id/index.php/georaflessia
Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, Paradigma: Yogyakarta
Kedaulatan Rakyat, 2013, kurikulum 2013, 25 Januari 2013
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan .2013. Draf implementasi Kurikulum 2013, Jakarta
Khusna, Naela.2017. Kajian Konseptual Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional:
95-102
Murodah, N.2019. Pengembangan Kurikulum; kajian atas pemahaman dan kesiapan guru madrasah dalam
melaksanakan kurikulum 2013, Jurnal Studi Keislaman.Vol 5 (2): 94-112
Noviyanti, Ika, Nurma. 2019. Kurikulum 2013 dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Progrsivisme. Jurnal
of Mathematics and Mathematics Education, Vol 09 (1) : 35-43. DOI:
10.20961/jmme.v9i1.48287
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang N0. 20/20013 Trntang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
Republik Indonesia.2013. Dokumen Kurikulum 2013 Permendikbud nomor 67,68 Tahun 2013. Jakarta
Soerdijanto.2004. Kurikulum, Sisten Evaluasi, dan Tenaga Pendidikan Sebagai Unsur Strategis dalam
Penyelenggaraan Sistem Pengajaran Naional. Jurnal Pendidikan Penabur, 03 (III):89-107
Sukirman, Dadang… Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Yunus. 2016. Telaah Aliran Pendidikan Progresivisme dan Esesnsialisme dalam Perspektif Filsafat
Pendidikan, 2 (1): 29-39
Zaini, Herman.2015. Krakteristik Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 1 (1): 15-
31. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare/article/view/288

Anda mungkin juga menyukai