Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KONSUMSI

DISUSUN OLEH:

NI KETUT JULIA PATRICIA NIM (22305006)


MALDINI TANGKILISAN NIM (22305049)
MICHAEL RIONALDO LELET NIM (22305011)

MATAKULIAH:

Perekonomian Indonesia

DOSEN PENGAMPUH:

Dr. Olivia J. Lalamentik M.Si


Silvana S. A Oroh, M.Si

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN ILMU EKONOMI SEMESTER IV
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
karunia serta berkat yang melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
Konsumsi dengan baik meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya. Dan kami juga
berterimakasih pada Nci Silvana Oroh M.Si selaku dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia
Lainnya Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Manado yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan Ilmu
Pengetahuan kita mengenai materi yang akan dibahas, terutama memgembangkan softskill baik
kami maupun audiens. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat
menjadi lebih baik kedepannya. Mengingat bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah ini, dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sedikitnya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami dan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perekonomian Indonesia. Demikian makalah ini kami buat, mohon maaf apabila ada kesalahan
kata-kata yang berkenan di hati pembaca.

Penulis

Tondano, 03 Maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3

BAB I (PENDAHULUAN) .......................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 5

1.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 5

BAB II (PEMBAHASAN) ........................................................................................................................... 6

2.1 Konsumsi Dan Fungsi Konsumsi........................................................................................................ 6

2.2 Teori-Teori Konsumsi ......................................................................................................................... 7

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Teori Konsumsi....................................................................... 10

2.4 Teori Konsumsi Dalam Perbaikan Ekonomi .................................................................................... 12

2.5 Dampak Negatif Dan Positif Perilaku Konsumsi.............................................................................. 13

BAB III (PENUTUP) .................................................................................................................................. 14

KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro ekonomi yang dilambangkan
“C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dalam bahasa Inggris
“Consumption”, merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barang-barang akhir
dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan
tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan. Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut
tabungan, dilambangkan dengan huruf “S” inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-pengeluaran
konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi
masyarakat negara yang bersangkutan.
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain
digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Kegiatan produksi ada karena
ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi
muncul karena ada gap atau jarak antara konsumsi dan produksi.
Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi
rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada
pendapatan nasional. Di kebanyakaan negara pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan
nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi
kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan
pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula pengeluaran
konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan adalah hasrat
marjinal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan
pendapatan dinamakan hasrat marjinal untuk menabung (Marginal to Save, MPS). Pada pengeluaran
konsumsi rumah tangga terdapat konsumsi minimum bagi rumah tangga tersebut, yaitu besarnya
pengeluaran konsumsi yang harus dilakukan, walaupun tidak ada pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumah
tangga ini disebut pengeluaran konsumsi otonom (outonomous consumtion).
Pertumbuhan ekonomi saat ini bertumpu pada konsumsi karena peranan sektor investasi dan ekspor
mendorong pertumbuhan ekonomi. Bertitik tolak pada latar belakang masalah yang dipaparkan
sebelumnya, maka penyusun akan meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
konsumsi masyarakat di Indonesia. Demikian latar belakang yang bisa kami sajikan selanjutnya kami akan
membahas secara rinci dalam pembahasan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa konsumsi dan fungsi konsumsi itu?


2. Apa saja Teori-teori Konsumsi ?
3. Faktor apa saja yang menentukan Tingkat Teori Konsumsi ?
4. Bagaimana Teori Konsumsi Dalam Perbaikan Ekonomi ?
5. Apa dampak positif dan negatif dari perilaku konsumsi?

1.2 Tujuan

Tujuan dibuantnya makalah ini ialah untuk:


a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori konsumsi.
b. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor-faktor konsumsi.
c. Mengetahui apa yang mempengaruhi konsumsi tersebut.
d. Mengetahui bagaimana teori konsumsi dalam perbaikan ekonomi.
e. Mengetahui dampak positif dan negatif dari perilaku konsumsi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KONSUMSI DAN FUNGSI KONSUMSI


Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau
menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam
bukunya ìeconomicsî memberikan pengertian tentang konsumsi yaitu merupakan pengeluaran
total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu
(dalam satu tahun) pengeluaran.
Konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu Consumption. Konsumsi adalah pembelanjaan
atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan
masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan
pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.
Konsumsi memiliki tujuan utama yang ingin diperoleh manusia, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan hidup serta kepuasan. Umumnya, kegiatan konsumsi dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari bagi masyarakat tradisional, sedangkan bagi masyarakat modern
kegiatan konsumsi dilakukan untuk mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesenangan
dan harga diri.
Pada masyarakat yang masih tradisional, umumnya kegiatan konsumsi adalah untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan pada masyarakat modern, kegiatan konsumsi
mereka bukan hanya untuk mempertahankan hidup, tapi juga untuk kesenangan dan harga diri.
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara
tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
(pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam
persamaan:
C = a + bY

dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah
kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan
nasional.
Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan
konsumsi dan pendapatan diposebel dengan tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi
dan kecondongan menabung. Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi ratarata. Kencondongan
mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah inggrisnya Marginal
Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan
konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh.
Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPC = Yd . CΔ
Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to
Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C)
dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC
dapat dihitung dengan menggunakan formula : APC = Yd.C
Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kencondongan menabung
marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan menabung marginal dinyatakan
dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan
(ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan
menggunakan formula : MPS = Yd.SΔ.
Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save),
menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS
dapat dihitung dengan menggunakan formula : APS = Yd. S.

2.2 TEORI-TEORI KONSUMSI

1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes


Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan
tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes
menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume)
jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.
Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk
menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi
perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik
antara pendapatan dan konsumsi.
Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika
pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya
menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.
Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang
penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh
tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka
pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder
dan relatif tidak penting.
Menururt Keynes, pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam
perekonomian tergantung dari besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi
dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to
Consume). Semakin besar MPC semakin besar pula pendapatan yang digunakan untuk kegiatan
konsumsi dan sebaliknya.

Pada kondisi negara yang MPC-nya rendah, maka akan menyebabkan selisih antara
produksi nasional (dengan asumsi full employment) dengan tingkat konsumsi (penggunaan
produk) menjadi semakin besar. Agar mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, para pengusaha
perlu melakukan investasi sebesar selisih antara tingkat konsumsi dan produksi tersebut. Jika
besarnya investasi tidak mencapai jumlah tersebut, maka akan terjadi pengangguran. Karena
kondisi tersebut dalam kondisi nyata tidak selalu tercapai, maka pengangguran akan selalu ada.
Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek.
Keynes tidak mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut Keynes ” in
the long run we’re all dead.” , bahwa di dalam jangka panjang, kita semua akan mati, sehingga
jangka panjang tidak perlu diprediksi.

2. Teori Ernst Engel

Teori Ernst Engel mengatakan ketika tingkat pendapatan meningkat maka proporsi pendapatan
yang akan dihabiskan untuk membeli makanan akan berkurang atau menurun.

Hal ini dikarenakan dalam hukum Engel menyebutkan bahwa tingkat kesejahteraan seseorang
dapat dikatakan meningkat bila perbandingan pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi
makanan cenderung semakin menurun bila dibandingkan dengan pengeluaran & sebaliknya
konsumsi pengeluaran untuk non makanan akan meningkat. Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya pergeseran permintaan tingkat konsumsi tersebut, diantaranya:

 Tingkat pendapatan perkapita masyarakat


 Cita rasa maupun selera konsumen pada barang tersebut
 Harga barang lain terutama barang yang sifatnya pelengkap dan pengganti
 Tanggapan konsumen terhadap harga barang tersebut.

Pengelompokan mengenai permintaan barang konsumsi terdiri dari Superior good (barang
mewah), inferior good (barang dengan mutu rendah), dan normal good (barang normal).
Pengertian superior good adalah perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar daripada
jumlah perubahan pendapatan konsumen. Sedangkan inferior good adalah barang yang bilamana
pendapatan konsumen meningkat maka jumlah barang yang diminta akan semakin berkurang. Dan
normal good adalah barang barang yang sering kita lihat setiap hari pada umumnya seperti
makanan, pakaian dan lain sebagainya.

Terdapat empat kesimpulan yang dirumuskan Ernst Engel dalam penelitianya atau biasa disebut
sebagai hukum Engel. Diantara kesimpulan yang dirumuskannya adalah: Bilamana pendapatan
meningkat, maka persentase pengeluaran untuk konsumsi cenderung menurun (semakin kecil).
Bilamana pengeluaran dalam konsumsi pakain cenderung tetap dan tidak bergantung pada tingkat
pendapatan. Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran relatif tetap & tidak bergantung
pada tingkat pendapatan. Apabila pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk
keperluan pendidikan, kesejahteraan, rekreasi, barang mewah, dan tabungan juga ikut meningkat.

3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup


Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco
Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada
kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya
dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.
Karena orang cenderung menerima penghasilan / pendapatan yang rendah pada usia muda,
tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan
dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif
(dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa
muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia
menengah.
Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu
tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti
karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-
surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam
kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah
pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau
dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan
hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-
perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun
pengeluaran-pengeluaran lain.

4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif


James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat
ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan
berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk
mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila
pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak
terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.

5. Teori Pendapatan Permanen

Teori konsumsi yang kedua merupakan teori yang berpendapat bahwa pendapatan
memengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Pendapatan permanen yang dimaksud pada teori kedua
ini merupakan tingkat pendapatan rata-rata yang diharapkan atau diekspektasikan oleh seseorang
dalam jangka waktu yang panjang. Teori pendapatan permanen menyatakan bahwa tingkat
konsumsi seseorang memiliki hubungan yang proporsional dengan pendapatan permanen
seseorang.

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEORI KONSUMSI

Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan


konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang
mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :
1. Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu :
 Pendapatan Rumah Tangga ( Household Income )
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin
baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan
meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi
semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya
semakin menuntut kualitas yang baik.
 Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan
mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan tersebut
dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposable.
 Tingkat Bunga ( Interest Rate )
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang
tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin maha. Bagi
mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari
bankatau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik
menunda/mengurangi konsumsi.
 Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah
tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang
telah bekerja.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestic
dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.

2. Faktor Demografi

 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh,
walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative rendah. Pengeluaran konsumsi
suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita
sangat tinggi.
 Komposisi Penduduk
Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
1. Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin besar
tingkat konsumsi. Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga makin
besar.
2. Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab
pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan
hidupnya makin banyak.
3. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi
juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif
disbanding masyarakat pedesaan.
3. Faktor-faktor Non Ekonomi
Factor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah
faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan
etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal.

2.4 TEORI KONSUMSI DALAM PERBAIKAN EKONOMI

Teori konsumsi dan tingkat perbaikan ekonomi. 2 hal ini sempat dikemukan oleh presiden
SBY saat krisis ekonomi sempat hinggap dan terus hinggap sehinga menjadi masalah tersendiri
bagi perekonomian Indonesia bangsa Indonesia secara keseluruhan.Tingkat konsumsi seperti apa
? Waktu itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memalui pemerintahannya sempat megajukan
usulan peningkatkan aktivitas konsumsi dalam ngeri untuk memulihkan perekonomian, secara
tidak langsung industri ekonomi dalam negri akan tumbuh dengan baik.
Konsumsi seperti apa? pertanyaan yang terus berulang, banyak pihak yang mengatakan
bahwa daya beli masyarakat Indonesia rendah. Kalau begitu apa ukurannya ? di sektor mana saja
? Sebuah jawaban yang belum saya ketahui. Tapi sekarang mari kita lihat apakah sebenarnya daya
beli mayarakat Indonesia rendah .
Pernyataan daya beli masyarakat Indonesia sebenarnya tidak lah rendah jika hal ini dihitung
dari kebutuhan sekunder.Yang masih membinggungkan sekarang ini ialah masyarakt Indonesia
sepertinya tidak lagi bisa membedakan yang mana kebutuhan primer atau kebutuhan sekunder
,sebuah teori mengatakan ”Lihat saja sekarang hampir dari satu setengah populasi penduduk
Indonesia sudah punya mobile communication atau bahasa sederhananya adalah handphone atau
sim card proveider telepon selular”. Handphone atau pun sim card bukalah barang mahal lagi
yang siap dikonsumsi ,meskipun harganya bisa mencapai jutaan tidak dipermasalahkan.
Sedangkan kebutuhan primer berupa pangan,sandang dan papan menjadi sesuatu yang
terpinggirkan. Jika ditanya di kalangan menengah ke atas jelas jawabnnya mereka bisa berimbang.
Tapi kelas menengah ke bawah jawabannya bisa mendua .Kenapa mendua ? karena barang
sekunder seperti telepon selular juga sudah menjadi kebutuhan wajib buat mereka. Harga yang
biasnya diterapkan oleh perusahaan telepon dan perusahaan provider memudahkan konsumen
untuk memilih handphone atau sim card yang mereka inginkan. Masalah pulsa jelas yang ke dua
.Sedangkan tariff yang berlomba-lomba masih diperangkan tetap menjadi acuan konsumen.
Konsumen menjadi konsumtif sekarang rendahkah daya beli konsumen. jika kembali ke
bagaimana teori konsumsi dan kebutuhan tersebut,jika saja semua orang Indonesia sadar dan bisa
memilih menyelamatkan ekonomi Indonesia terlebih dahulu baru ekonomi perusahaannya dan
ekonomi diri-nya atau apa apun itu saya yakin sebuah debat narsis tidak akan terjadi,siapa yang
ingin menjadi pahlawan,dan siapa yang hanya bermulut besar akan tersadar tentang betapa
besarnya sebuah arti nurani untuk kehidupan bersama bangsa Indonesia.

2.5 DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF PERILAKU KONSUMSI

1. Dampak Positif dari Perilaku Konsumsi


Ada tiga aspek positif dari perilaku konsumsi, berikut ketiga aspeknya.
 Dapat menjaga keberlangsungan siklus ekonomi bagi konsumen serta produsen.
 Perilaku konsumsi dapat menyebabkan kegiatan ekonomi atau perekonomian menjadi
lebih maju.
 Perilaku konsumsi membuat arus perputaran barang serta jasa menjadi lebih cepat sebagai
konsekuensi atas tindakan dari konsumsi yang berkelanjutan.
 Sedangkan, aspek positif dari perilaku konsumsi bagi produsen yaitu dapat meningkatkan
produksi barang atau jasa yang dijual, sedangkan aspek positif perilaku konsumsi bagi
konsumen merupakan pemenuhan kebutuhan hidup. Selain itu, sikap konsumtif dari
konsumen dapat mendatangkan permintaan yang kemudian mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu negara.

2. Dampak negatif dari perilaku konsumsi


Perilaku konsumsi juga memiliki aspek negatif, berikut tiga aspek negatif dari perilaku
konsumsi:
 Sikap konsumtif maupun perilaku konsumsi dapat menyebabkan seorang individu menjadi
tidak hemat atau boros.
 Sifat tidak hemat atau boros tersebut menyebabkan seorang individu dapat terjebak hutang
piutang.
 Perilaku konsumsi dapat menurunkan minat atau motivasi seseorang untuk menabung,
sehingga mengakibatkan sumber dana investasi pada bank menurun.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu
benda. Konsumsi memiliki tujuan utama yang ingin diperoleh manusia, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan hidup serta kepuasan. Umumnya, kegiatan konsumsi dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari bagi masyarakat tradisional, sedangkan bagi masyarakat modern
kegiatan konsumsi dilakukan untuk mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesenangan
dan harga diri. Teori-teori konsumsi antara lain ada: Teori Konsumsi John Maynard Keynes, Teori
Ernst Engel, Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup, Teori Pendapatan Permanen, Teori
Pendapatan Permanen. Faktor-faktor yang mempengaruhi teori konsumsi yaitu antara lain: Faktor
Ekonomi, Faktor Demografi, dan Faktor-faktor Non Ekonomi. . Dampak Positif dari Perilaku
Konsumsi Ada tiga aspek positif dari perilaku konsumsi, berikut ketiga aspeknya.
 Dapat menjaga keberlangsungan siklus ekonomi bagi konsumen serta produsen.
 Perilaku konsumsi dapat menyebabkan kegiatan ekonomi atau perekonomian menjadi
lebih maju.
 Perilaku konsumsi membuat arus perputaran barang serta jasa menjadi lebih cepat sebagai
konsekuensi atas tindakan dari konsumsi yang berkelanjutan. Sedangkan, aspek positif dari
perilaku konsumsi bagi produsen yaitu dapat meningkatkan produksi barang atau jasa yang
dijual, sedangkan aspek positif perilaku konsumsi bagi konsumen merupakan pemenuhan
kebutuhan hidup. Selain itu, sikap konsumtif dari konsumen dapat mendatangkan
permintaan yang kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dampak negatif dari perilaku konsumsi, Yaitu: Sikap konsumtif maupun perilaku konsumsi dapat
menyebabkan seorang individu menjadi tidak hemat atau boros.
 Sifat tidak hemat atau boros tersebut menyebabkan seorang individu dapat terjebak hutang
piutang.
 Perilaku konsumsi dapat menurunkan minat atau motivasi seseorang untuk menabung,
sehingga mengakibatkan sumber dana investasi pada bank menurun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Reksoprayitno, Soediyono, EKONOMI MAKRO, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,


2000

2. N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi , Jakarta: Erlangga, 2000

3. Rosyda Nur Fauzya, Teori Konsumsi, Gramedia.com, 2021

Anda mungkin juga menyukai