KESEHATAN
OLEH
KELOMPOK 8
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia. Status
kesehatan yang lebih baik secara relative diinginkan oleh setiap individu manusia
yang hidup dimuka bumi ini. Setiap individu akan berusaha mencapai status
kesehatan yang baik. sesuatu dalam bidang kesehatan. Karena Kesehatan
merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia dimana sejak
zaman dahulu kala telah banyak dilakukan upaya-upaya untuk menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan diri maupun kelompok, jadi pada dasarnya
masyarakat telah menyadari tentang pentingnya sehat.
Beberapa penyakit bisa saja muncul akibat pola konsumsi yang tidak sehat,
tidak memiliki tabungan yang cukup ketika terkena suatau penyakit yang
membutuhkan biaya yang mahal serta tidak adanya investasi dalam bidang
kesehatan yang dapat digunakan. Pola konsumsi yang tidak sehat misalnya
mengonsumsi makanan yang kelebihan karbohidrat yang dapat menyebabkan
obesitas. Ketika terjadi kecelakaan dan kita tidak memiliki tabungan atau investasi
untuk kesehatan bisa saja kita tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik
sehingga sakit kita bisa tambah parah
Oleh karena itu untuk mencegah hal-hal buruk yang terjadi pada kesehatan
kita untuk hari ini, esok dan hari-hari berikutnya maka kita perlu mengonsumsi,
menabung dan menginvestasikan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan kita
yang dapat menunjang derajat kesehatan kita menjadi lebih baik
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah teori dan pola konsumsi?
2. Bagaimanakah teori dan pola tabungan?
3. Bagaimanakah teori dan pola investasi?
1
4. Bagaimana contoh penerapan pola konsumsi, tabungan dan investasi dalam
bidang kesehatan?
5. Bagaimanakah perbedaan investasi antara negara Indonesia dengan negara
lain dalam bidang kesehatan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teori dan pola konsumsi
2. Untuk mengetahui teori dan pola tabungan
3. Untuk mengetahui teori dan pola investasi
4. Untuk mengetahui contoh penerapan pola konsumsi, tabungan dan investasi
dalam bidang kesehatan
5. Untuk mengetahui perbedaan investasi antara negara Indonesia dengan
negara lain dalam bidang Kesehatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
C = a+bY
Keterangan:
a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0
b = Kecenderungan konsumsi marginal
C = Tingkat konsumsi
Y = Tingkat pendapatan nasional
3
pendapatannya, maka kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka
kebutuhannya akan semakin besar.
Faktor Demografi
Jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh pada besarnya
tingkat konsumsi. Jumlah penduduk yang semakin banyak akan memperbesar
pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, meskipun pengeluaran rata-rata per
orang atau per keluarga relative rendah.
Faktor Non-Ekonomi.
Faktor-faktor non-ekonomi yang banyak berpengaruh terhadap besarnya
konsumsi adalah faktor social budaya masyarakat.Misalnya, orang saat ini
menyukai segala sesuatu yang praktis dan siap gaji. Perubahan pola pikir dan gaya
hidup ini akan merubah tingkat konsumsi masyarakat pula
Pola Konsumsi
Pola konsumsi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi sifat kecenderungan
pengeluaran keluarga yang dipergunakan untuk kebutuhan primer maupun
sekunder, pangan dan non pangan, yang merupakan tanggapan manusia terhadap
lingkungan dan berkaitan dengan kehidupan kebudayan masyarakat yang menjadi
ciri khas dari kelompok masyarakat tersebut. Kecenderungan mengonsumsi
dibedakan menjadi dua yaitu
1. Pola Kecenderungan mengonsumsi marginal yaitu perbandingan antara
pertambahan (AC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disporsabel
(AY).
MPC= ∆C/∆Yd
Keterangan:
4
MPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi marginal)
∆C = pertambahan konsumsi
∆Yd = pertambahan pendapatan
Keterangan
APC = konsumsi rata-rata
C = tingkat konsumsi
Yd = besarnya pendapatan disposabel
5
b. Pola Tabungan
1. Marginal Prospensity to Save (MPS) Kecenderungan menabung marginal
merupakan perbandingan antara pertambahan tabungan dengan pertambahan
pendapatan disposabel.
MPS= ∆S/∆Yd
Keterangan :
MPS = Marginal Prospensity to saving (kecondongan menabung marginal)
S = pertambahan tabungan
Yd = pertambahan pendapatan
2. Average Prospensity to Save (APS) Kecondongan menabung rata-rata
merupakan perbandingan antara tingkat tabungan (S) dengan tingkat pendapatan.
Hubungan antara pendapatan, dan tabungan dinyatakan dalam rumus:
Y=C+S
Keterangan:
Y = Pendapatan
C = konsumsi
S = Tabungan
6
Investasi jangka pendek ( jangka waktunya maksimal setahun)
Investasi jangka panjang ( jangka waktunya lebih dari setahun bahkan hingga
berpuluh tahun)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi
Tingkat Pengembalian yang diharapkan (Expected Rate of Return)
Faktor ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal
perusahaan. Kondisi internal adalah tingkat efesiensi pada proses produksi dan
distribusi, kualitas sumber daya manusia, maupun tingkat teknologi yang
digunakan. Adapun kondisi eksternal adalah perkiraan tingkat peroduksi,
pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional dan kebijakan pemerintah.
Tingkat Bunga
Faktor utama yang menentukan biaya investasi adalah tingkat bunga
pinjaman. Semakin tinggi tingkat bunga pinjaman maka biaya investasi semakin
mahal.
Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi
Berbicara tentang produksi tidak lepas dari faktor-faktor produksi yang
digunakan. Ketersediaan faktor produksi yang banyak dan mudah di dapat akan
menarik minat berinvestasi. Misalnya, Indonesia memiliki penduduk yang besar
(merupakan asset, tenaga kerja dan pasar bagi produk yang dihasilkan) dan
kekayaan alam yang banyak. Kondisi ini akan menarik minat investor baik
daridalam maupun luar negeri
Peluang Pasar
Suatu keputusan investasi tidak akan menguntungkan apabila tidak memiliki
pasar. Semakin besar pasar bagi hasil produksi maka investasi akan semakin
menguntungkan.
Iklim Usaha yang Kondusif
Kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung iklim investasi
akan menarik minat investor. Misalnya pemerintah memberikan kemudahan
dalam perizinan usaha, perbaikan infrastruktur,dan sebagainya.
7
Suatu daerah atau negara yang sering terjadi konflik atau kerusakan, akan
mengurangi minat investor. Pelaku investasi tidak mau beresiko terhadap
keamanan asset usahanya apabila pemerintah maupun masyarakat tidak menjaga
keamanan.
b. Pola investasi
1. Investasi yang bersifat langsung adalah melakukan penanaman modal atau
pengeluaran secara ekonomi untuk memperoleh manfaat secara langsung
berdasarkan kalkulasi ekonomi secara kongkrit dari sejumlah modal atau
pengeluaran sebelumnya
2. Investasi yang bersifat tidak langsung Investasi yang bersifat tidak langsung
adalah biaya atau pengeluaran yang dikeluarkan mendapat manfaat dari adanya
manfaat yang diterima oleh unsure lainnya, atau bisa dikatakan manfaat yang
diterima tidak secara langsung dari kalkulasi biaya atau pengeluaran
8
maka perusahaan asuransi yang akan menanggung seluruh biaya perawatan
selama sakit. Ali sudah menghitung bahwa kalau dia tiba-tiba sakit, maka minimal
harus mengeluarkan biaya Rp. 1 juta bahkan lebih besar nilai tersebut. Dengan
demikian investasi kategori ini bersifat langsung karena berdasarkan kalkulasi
telah memberikan keuntungan secara langsung.
9
Secara keseluruhan, penduduk Indonesia mencatat 41 dari 45 tahun usia
produktif, yang biasanya ada di rentang umur 20 hingga 64 tahun; mampu
menempuh 11 tahun pendidikan dari 18 tahun masa pendidikan sekolah; skor 70
untuk kemampuan belajar dan skor 57 untuk kesehatan yang produktif, keduanya
dari skor acuan yang sama, yaitu: 100.
Kemampuan belajar didasarkan pada skor rata-rata dalam setiap test yang
dinilai menggunakan skor perbandingan internasional. Komponen-komponen
pengukuran dalam hal kesehatan yang produktif meliputi masalah kekurangan
gizi, wasting, stunting, anemia, ketidakseimbangan kognitif, berkurangnya
kemampuan mendengar dan melihat, serta penyakit-penyakit menular lainnya
seperti HIV/AIDS, malaria dan TBC.
Kim menjelaskan bahwa pengukuran dan pemberian peringkat untuk masing-
masing negara dalam lingkup human capital tersebut akan memudahkan untuk
melakukan perbandingan dalam jangka waktu tertentu.
"Sehingga mudah untuk menyediakan informasi dan wawasan yang
diperlukan oleh masing-masing pemerintah dan para investor, mengenai investasi
atau pendanaan yang mana yang kritis diperlukan untuk memperbaiki kondisi
kesehatan dan pendidikan," katanya.
Tahun lalu, beliau meminta IHME untuk mengembangkan sebuah
pengukuran untuk kebutuhan tersebut.
“Mengukur dan menyusun peringkat setiap negara berdasarkan kacamata
human capital adalah penting untuk membantu pemerintah memfokuskan
perhatian mereka dalam melakukan investasi bagi warga mereka sendiri,” ungkap
Kim.Studi dari IHME ini merupakan kontribusi penting dalam pengukuran
mengenai human capital di setiap negara dalam jangka waktu tertentu.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsumsi dalam bidang kesehatan yakni tindakan pelaku ekonomi baik
individu maupun kelompok dalam menggunakan komoditas baik berupa alat-alat
maupun jasa dalam memenuhi kebutuhannya. pola konsumsi teridri dari dua
Kecenderungan mengonsumsi marginal dan Kecenderungan mengonsumsi rata-
rata
Tabungan dalam bidang kesehatan dapat diartikan sebagai penyimpanan
sebagian sisa pendapatan yang digunakan untuk kepentingan kesehatan. Pola
tabungan yakni Marginal Prospensity to Save (MPS) dan Average Prospensity to
Save (APS)
Investasi diartikan sebagai penanaman modal untuk biasanya berjangka
panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Pola
investasi dapat dikategorikan kedalam dua hal, yaitu Investasi yang bersifat
langsung dan Investasi yang bersifat tidak langsung
Indonesia menduduki peringkat nomor 131 dalam hal investasi di bidang
pendidikan dan pelayanan kesehatan, yang merupakan bukti dari komitmen
pemerintah dalam upaya pertumbuhan ekonomi. Indonesia satu peringkat di
bawah Filipina (yang berada di peringkat 130) dan satu peringkat di atas Guinea
Khatulistiwa.
B. SARAN
untuk mencegah hal-hal buruk yang terjadi pada kesehatan kita untuk hari ini,
esok dan hari-hari berikutnya maka sebaiknya dan seharusnya kita mengonsumsi,
menabung dan menginvestasikan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan kita
yang dapat menunjang derajat kesehatan kita menjadi lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Engkun Rohimah, D. (2015). Pola Konsumsi, Status Kesehatan Dan
Hubungannya Dengan Status Gizi Dan Perkembangan Balita . Gizi
Pangan, 95.
12