Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STUDI ANTROPOLOGI HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL


Dosen Pengampu:

Sri Hariati, S.Pdi.,M.Si

Disusun Oleh Kelompok 8

Anggota :

1. Diniah Insan Fitria Ningsih ( D1A020151 )


2. Cahaya Wagiana Savitri ( D1A020116 )
3. Dania Fahirani ( D1A020125 )
4. Eni Arfianti ( D1A020166 )
5. Fania Adelia Maulidya ( D1A020178 )
6. Eti Hardiani ( D1A020170 )
7. Refia Adriana (

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada

kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat

menyelesaikan makalah berjudul STUDI ANTROPOLOGI HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL tepat

waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Mataram. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan

bagi pembaca tentang STUDI ANTROPOLOGI HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Sri Hariati, S.Pdi.,M.Si

selaku dosen pengampuh mata kuliah Antropologi Hukum. Kami juga mengucapkan terima kasih

pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 23 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Antropologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani. Kata anthroposberartimanusia


dan logosberarti ilmu pengetahuan. Jadi Antropologi adalah ilmu yang mempelajarimanusia.
Dalam ilmu Antropologi Hukum dipelajari mengenai peran, status atau kedudukan,nilai, norma
juga kebudayaan. Semua ini sangat erat kaitannya dengan ilmu Antropologi Hukum.
Dalam Antropologi Hukum tidak dapat membatasi diri pada isi peraturan-peraturan hukum
dan bentuk-bentuk sanksinya, tetapi yang perlu diketahui dengan jelas adalah proses
pembentukan hukumnya. Antropologi Hukum adalah ilmu yang memperlajari tentang manusia
dan budaya khusus di bidang hukum. Kebudayaan hukum yang dimaksud adalah kekuasaan
yang digunakan oleh penguasa untuk mengatur masyarakat agar tidak melanggar kaidah-
kaidah social yang telah ada di dalam suatu masyarakat itu sendiri.
Manusia sebagai makhluk pemikir, dikaruniai kecerdasan senantiasa bersifat dinamis dan
berusaha mencari cara yang lebih modern, lebih cepat dan mudah dalam memenuhi kebutuhan
kehidupannya. Perkembangan kecerdasan dan daya pikir manusia memacu hingga ke batas
kemajuan zaman, tekhnologi-tekhnologi canggih menjadi jawaban atas hasrat manusia yang
selalu penasaran. Tekhnologi ini tentu saja mengakibatkan perubahan pada kehidupan
manusia, baik itu perubahan pola hidup, perubahan perilaku, perubahan cara pandang serta
pemahaman berfikir. Manusia dalam kehidupan sosialnya pun terus beradaptasi menyesuaikan
dengan modernisasi. Dalam bidang ekonomi pun kegiatan ekonomi dapat menjangkau berbagai
belahan dunia. Dikenalnya tekhnologi dalam dunia perbankan mengakibatkan dana dapat
dipindah dengan mudah. Tentunya memberi dukungan kepada manusia untuk
mengembangkan perdagangan daring. Berbagai bidang turut menyambut perubahan-
perubahan sosial yang ada, perubahan sosial ini meliputi perubahan nilai-nilai sosial, kaidah-
kaidah sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain
sebagainya (Soekanto, 2014).
Sejauhmana kepekaan aturan normatif hukum mampu mengantisipasi terhadap perubahan
social yang terjadi, menjadi menarik perhatian untuk dibahas lebih jauh. Karena dirasakan
bahwa berbagai kemajuan, misalkan kemajuan teknologi berdampak luas terhadap gaya hidup,
budaya dan keinginan manusia, baik positif maupun negatif dari setiap individu-individu dalam
masyarakat untuk memanfaatkan hasil dari kemajuan teknologi tersebut, yang seyogiyanya
harus mampu diantisipasi oleh hukum.
PEMBAHASAN I
A. PENGERTIAN ANTROPOLOGI HUKUM

Antropologi Hukum secara umum adalah salah satu cabang ilmu social yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.

Antropologi melihat hukum hanya sebagai aspek dari kebudayaan, yaitu suatu aspek
yang digunakan oleh kekuasaan masyarakat yang teratur dalam mengatur perilaku dan
masyarakat agar tidak terjadi penyimpangan dan penyimpangan yang terjadi dari norma-
norma social yang ditentukan dapat diperbaiki.

Paul Bihanan mengemukakan bahwa Antropologi Hukum merupakan cabang ilmu


hukum yang mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiaannya, baik pada masyarakat
yang sederhana maupun masyarakat yang mengalami moderenisasi.

Menurut J.B. Daliyo dkk, antropologi hukum adakah antropologi yang mempelajari
hukum sebagai salah satu aspek kebudayaan. Kemudian Hilman Hadikusuma memberikan
pendapat mengenai antropologi hukum sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
manusia dengan kebudayaan yang khusus di bidang hukum.

B. PEMBAGIAN ANTROPOLOGI HUKUM

Antropologi mempelajari perkembangan kehidupan manusia dan budayanya, dengan


cabang-cabang ilmu, diantaranya; ilmu PraSejarah untuk mempelajari kehidupan asal usul
manusia, dan untuk mengetahui ragam bahasa manusia maka harus mempelajari
Etnolinguistik, sedangkan ilmu yang mempelajari cara manusia berbangsa dan berbudaya
disebut Etnologi.

Antropologi adalah studi ilmu yang mempelajari tentang manusia dari Aspek Budaya,
Perilaku, Nilai, Keanekaragaman, dan lainnya. Antropologi terbagi dalam: Antropologi
Ekonomi, Antropologi Politik, Antropologi Pendidikan, dan Antropologi Hukum.
Antropologi Hukum merupakan ilmu yang mempelajari manusia dengan kebudayaan,
khususnya di bidang Hukum, atau ilmu tentang Manusia dalam kaitannya dengan Kaidah-
kaidah sosial yang bersifat Hukum.

C. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN HUKUM

Kebudayaan hukum adalah kekuasaan yang digunakan oleh penguasa untuk mengatur
masyarakat agar tidak melanggar kaidah-kaidah sosial yang telah ada dalam masyarakat.
Hukum diperlukan meski telah ada kaidah atau norma dalam masyarakat, agar terdapat
keteraturan dalam kehidupan manusia melalui hukum tertulis dengan sanksi yang nyata
disamping norma dan kaidah yang sanksinya lebih bersifat sosial atau akhirat.

Sebagai Ilmu Pengetahuan, Antropologi Hukum dicirikan oleh 3 (tiga) hal yaitu adanya:
Objek, Metode, dan Sistem. Antropologi Hukum sebagai ilmu pengetahuan yang merupakan
spesialisasi dari Antropologi Budaya, memiliki karakter:
1. Antropologi Hukum, adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang manusia (antropos)
yang berhubungan dengan hukum.
2. Manusia, adalah manusia yang hidup bermasyarakat, masyarakat yang masih
sederhana budayanya (primitif) dan yang sudah maju (modern).
3. Budaya adalah budaya hukum, yaitu segala bentuk perilaku budaya manusia yang
mempengaruhi masalah hukum. Budaya adalah milik bersama yang perlu
dipertahankan atau dilestarikan.

Budaya hukum adalah tanggapan masyarakat terhadap suatu perbuatan yang dianggap
baik, yang hal ini juga bergantung pada sikap penegak hukum. Nilai budaya atau Postulat
adalah nilai yang ada dalam masyarakat modern dan masyarakat sederhana yang dinilai
baik atau dipertahankan. Masalah Hukum tidaklah hanya pada masalah hukum yang
normatif (undangundang), atau masalah hukum yang merupakan pola perilaku yg sering
terjadi (hukum adat ), tetapi juga masalah budaya terhadap suatu masalah Hukum,
dikarenakan adanya Faktor Budaya yang mempengaruhinya, yaitu:

1. Faktor-faktor budaya yang melatarbelakangi masalah hukum, contohnya cara


menyelesaikan masalah perselisihan dikalangan orang Batak, tidak sama dengan
orang Minang, Jawa, Bali, Maluku dan lainnya.
2. Cara-cara tersebut menjadi objek perhatian Antropologi Hukum.

D. ARENA KAJIAN ANTROPOLOGI HUKUM

Kajian Antropologi Hukum adalah menggali norma dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Arena Antropologi Hukum mempelajari manusia dan budaya hukum, karenanya kaidah
sosial yang tidak bersifat hukum bukanlah sasaran pokok penelitian Antropologi Hukum.

Norma/kaidah menurut Antropologi Hukum pola ulangan perilaku dalam masyarakat.


Norma/Kaidah adalah nilai dasar yang ada dalam masyarakat yang dapat mengukur
perilaku manusia agar dapat menilai mana perbuatan benar dan mana yang tidak benar.
Norma memiliki aspek hukum ketika aparat menjatuhkan sanksi karena ada perbuatan
yang menyimpang atau melanggar hukum. Sanksi bersifat positif seperti dengan membayar
denda atau kerja sosial, dan sanksi bersifat negatif seperti hukuman badan atau dikucilkan.
Hukum muncul dari peradaban manusia, dimana ada 2 orang atau lebih di situ ada hukum.

E. SIFAT KEILMUAN ANTROPOLOGI HUKUM

1. Antropologi hukum tidak membatasi pandangan pada kebudayaan tertentu (studi


perbandingan).
2. Antropologi hukum mempelajari masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang utuh,
dimana bagian-bagiannya saling bertautan.
3. Antropologi hukum memandang masyarakat secara dinamis, sehingga peranan social
dan hukum tidak terbatas mempertahankan status quo.
4. Angtropologi hukum modern tidak memusatkan perhatian hanya pada kekkuatan social
dan hal superorganis.
5. Antropologi hukum termasuk dalam ilmu hukum yang empiris.
F. HUBUNGAN ANTROPOLOGI HUKUM DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA
Hubungan antropologi hukum dengan ilmu social lainnya adalah sebagai berikut :
1. Antropologi Hukum dengan Hukum Adat
2. Antropologi Hukum dengan Sosiologi
3. Antropologi Hukum dengan Etnologi
4. Antropologi Hukum dengan Religi
5. Antropologi Hukum dengan Prikologi Sosial

G. CARA MEMPELAJARI ANTROPOLOGI HUKUM


1. Metode Historis, yaitu mempelajari perilaku manusia melalui sejarah kebuasaan yang
ada dalam masyarakat menjadi adat, berkembang menjadi hukum adat, yang
dipertahankan oleh penguasa lalu menjelma sebagai hukum Negara.
2. Metode Normatif Eksploratif, yaitu mempelajari perilaku manusia dan budaya
hukumnya melalui norma hukum yang sudah ada/yang dikehendaki, bukan sebatas
norma hukum yang berlaku melainkan melihat perilaku manusia barulah mengetahui
hukum yang diterapkan.
3. Metode Deskriptif Perilaku, yaitu mempelajari perilaku manusia dan budaya hukumnya
melalui hukum yang nyata tanpa melihat aturan hukum ideal. Metode ini sempurna
apabila disertai metode kasus.
4. Metode Studi Kasus, yaitu pendekatan Antropologi Hukum dengan mempelajari kasus-
kasus yang terjadi terutama kasus perselisihan.
PEMBAHASAN II

PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial secara umum menampakan diri dalam bentuk perubahanperubahan yang
menimbulkan akibat-akibat sosial. Akibat sosial ini, sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan
dalam bentuk susunan serta hubungan yang berbeda dari yang semula ada. Disini terjadi
pergeseran dalam pola hubungan diantara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok
dalam masyarakat atau unsur dalam suatu sistem (Grossman & Grassman, 1974:3).

Menurut Budi Siswanto1 Perubahan sosial adalah proses, yang meliputi bentuk
keseluruhan dari aspek kehidupan masyarakat, terjadi baik secara alami maupun karena rekayasa
sosial. Lebih lanjut menurut beliau perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi di masyarakat
yang meliputi berbagai aspek kehidupan, sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan
telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam
mencari kestabilan (keseimbangan).

Definisi lain dari perubahan social adalah segala perbuatan yang terjadi dalam lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya. Tekanan pada
definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana
perubahan memperngaruhi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 1990;25). Perubahan social
terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan
masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan
kebudayaan.

FUNGSI HUKUM DALAM PERUBAHAN SOSIAL

Terdapat beberapa fungsi hukum dalam memengaruhi perubahan social diantaranya :

1. Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat


Agent of change atau pelopor perubahan adalah seseorang atau sekelompok orang
yangmendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin suatu atau lebih
lembagalembaga kemasyarakatan. Suatu perubahan sosial dikehendaki atau direncanakan
selaluberada di bawah pengendalian serta pengawasan pelopor perubahan tersebut.
Hukumberfungsi secara tidak langsung dalam suatu perubahan sosial yang direncanakan,
hasilnyatergantung pada pelopor perubahan, Apabila efektivitas penanaman (hasil posistif
daripenggunaan tenaga manusia, alat-alat, organisasi, dan metode yang digunakan) besar
dankekuatan menentang dari masyarakatnya kecil, maka proses pelembagaan menjadi
lancar.
2. Hukum sebagai sarana pengatur perikelakuan
Sebagai sarana social engineering hukum merupakan suatu sara yang ditujukan
untuk mengubah perikelakuan warga masyarakat, sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Manusia memiliki struktur normatif didalam dirinya yang sekaligus
merupakan potensi dalam dirinya untuk dapat mengubah perikelakuannya, melalui
perubahan terencana didalam wujud penggunaan kaidah hukum sebagai sarana. Pokok
didalam proses perubahan perikelakuan melalui kaidah hukum adalah konsepsi kaidah,
peranan, sarana maupun cara untuk mengusahakan adanya konformitas. Pemengang
peranan merupakan subjek hukum sedangkan peranan merupakan hak dan kewajiban
baekaitan dengan kepentingan hukum. Berperannya pemegang peranan merupakan
peristiwa hukum yang dapat sesuai atau berlawanan dengannya. Jadi kaidah hukum
merupakan role expectation (dari pelopor) terhadap role occupant didalam proses social
engineering.
HUBUNGAN ANTARA HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan social dewasa ini yang menarik perhatian penulis adalah perubahan social yang
disebabkan perkembangan kemajuan teknologi yang mengarah kepada kehidupan modern. Karena
moderenisasi ini sudah merambah ke masyarakat tradisional di pedesaan akibat kemajuan
teknologi tersebut. Karena Modernisasi ini

sudah merambah ke masyarakat tradisional di pedesaan akibat kemajuan teknologi


tersebut. Jadi modernisasi saat ini menurut pandangan penulis sudah tidak lagi menjadi monopoli
masyarakat perkotaan. Walaupun demikian perlu penulis uraikan sekitar modernisasi ini sebagai
pengantar ke pembahasan berikutnya. Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian
upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau
berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai
tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan
sebagai nilai nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas
atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim dipertentangkan dengan
konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau
kelompok melalui proses pewarisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya
tradisi meliputi sejumlah norma (norma) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang
(tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak
bersifat universal seperti yang berlaku bagi nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus,
seyogianya manusia mengenakkan pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value).

Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan
(urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang, seperti halnya di
Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi yang
diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek fisikmaterial, sosio-
kultural, maupun aspek mental-spiritual. Kecenderungankecenderungan seperti ini, menjadikan
daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi
penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi pendorong
kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah
perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis seperti ini,
selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya
penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan.

Modernisasi yang salah satunya disebabkan kemajuan teknologi menjadi menarik setelah
adanya berbagai sarana yang sebenarnya membantu untuk mengembangkan budaya manusia
sering disalah gunakan fungsinya. Seperti komputer yang semakin tinggi teknologinya dari waktu
ke waktu, tapi cenderung disalahgunakan untuk hal-hal yang negatif. Melakukan tindak
pelanggaran hukum melalui jejaring dunia maya tersebut.

Dalam kaitan ini , khusus yang menjadi perhatian penulis adalah bagaimana hukum mampu
menyikapi persoalan dari perubahan sosial tersebut. Dengan fenomena sosial yang dinamis maka,
hukum dihadapkan pada persoalan, bagaimana menciptakan perubahan dalam masyarakat
sehingga mampu mengikuti perubahan sosial yang berjalan dalam masyarakat. Dengan kata lain,
persoalannya adalah bagaimana menggerakan perubahan pada bagian-bagian dari mayarakat
sehingga dapat tercapai kesesuaian dengan bagian-bagian lain yang telah berubah. Dengan
menggunakan pola Parsons, maka ia dapat juga dikatakan sebagai usaha menciptakan suatu
keadaan yang terintegrasi dengan baik kembali.

Perubahan hukum secara formal akan melibatkan pula pembahasan mengenai badan-badan
yang menggerakan perubahan tersebut. Dua badan utama adalah badan perundang-undangan dan
badan peradilan. Di samping fungsi-fungsi perundang-undangan dan badan peradilan tersebut
dapat dilihat sebagai aktivitas yang dilakukan oleh badan-badan tertentu, maka ia bisa juga dilihat
sebagai aktivitas orang- orang yang menjadi anggota dari badan-badan tersebut. Peranan mereka
itu, apakah seorang hakim, ataukah legislator, adalah cukup tenting, oleh karena
keputusankeputusan serta tindakan-tindakan yang diambil oleh badan-badan tersebut pada
hakekatnya merupakan hasil karya mereka juga. Bagaimana pikiran dan sikap-sikap mereka
mengenai perubahan dalam masyarakat akan sangat menentukan bagaimana badan-badan tersebut
mengehadapi masalah perubahan sosial. Pada gilirannya sikap-sikap mereka itu juga ditentukan
oleh golongan dari mana mereka berasal dan oleh karena itu, dengan menpelajari latar belakang
sosialnya diharapkan akan diperoleh kejelasan mengenai langkah-langkah serta keputussan-
keputusan yang diambil oleh badan-badan tersebut.

Dalam menghadapi tantangan perubahan social, maka badan tersebut diatas masing-masing
mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kekurangan yang ada pada badan
peraturan perundang-undangan adakah untuk dapat melakukan perubahan, maka bagi badan yag
beroperasi dalam suatu Negara demokrasi dalam dijalankan apabila :

1. Terdapat suatu kelompok kepentingan yang terorganisir dan mempunyai kemampuan


untuk menegaskan tuntutannya dengan baik dan kelompok ini menginginkan
perubahan.
2. Dengan tidak bertindak akan ditimbulkan suatu kerugian yang benar-benar dan cara
yang diusulkan tampak sebagai jalan keluar yang paling praktis.
3. Konsekuensi-konsekuensi pilotik yang bisa diperkirakan menghendaki diambilnya
tindakan itu.
4. System nilai-niai pribadi para legislator memang mendukung dilakukannya tidakan itu
5. Variabel-variabel untuk lembaga yang bersangkutan, seperti peraturan-peraturan,
hubungan-hubungan pribadi, memang menerima dilakukannya tindakan itu (Dienes,
1979:35).

Dari beberapa persyarakat tersebut dapat diketahui pertama-tama badan peraturan


perundang-undangan membutuhkan masukan yang berupa tuntutan untuk melakukan perubahan
perundang-undangan, yang dalam hal ini dating ari kelompok-kelompok masyarakat. Namun
demikian, tidak selalu mudah untuk menentukan kapan saatnya bagi hukum untuk mengatur. Pada
suatu saat mungkin suatu kelompok dalam masyarakat sesuatu hal dirasakan sebaagai suatu
problem yang membutuhkan pemecahan. Sekali pun demikian, belum tentu hal yang dirasakan
sebagai suatu problem oleh suatu kelompok akan dirasakan sebagai demikian pula oleh kelompok-
kelompok yang lain. Dalam hubungan dengan keadaan seperti itulah diperlukan pula pengetahuan
mengenai tingkat kematangan suatu problem.
PENUTUP

KESIMPULAN

Antropologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani. Kata anthroposberartimanusia


dan logosberarti ilmu pengetahuan. Jadi Antropologi adalah ilmu yang mempelajarimanusia.
Dalam ilmu Antropologi Hukum dipelajari mengenai peran, status atau kedudukan,nilai, norma
juga kebudayaan. Semua ini sangat erat kaitannya dengan ilmu Antropologi Hukum.
Dalam Antropologi Hukum tidak dapat membatasi diri pada isi peraturan-peraturan hukum
dan bentuk-bentuk sanksinya, tetapi yang perlu diketahui dengan jelas adalah proses
pembentukan hukumnya. Antropologi Hukum adalah ilmu yang memperlajari tentang manusia
dan budaya khusus di bidang hukum. Kebudayaan hukum yang dimaksud adalah kekuasaan
yang digunakan oleh penguasa untuk mengatur masyarakat agar tidak melanggar kaidah-
kaidah social yang telah ada di dalam suatu masyarakat itu sendiri.
Perubahan social adalah proses, yang meliputi bentuk keseluruhan dari aspek kehidupan
masyarakat yang terjadi baik secara alami maupun karena rekayasa social.
Hukum bukan hanya undang-undang dan peraturan-peraturan hukum saja dan/atau
pengertian yang amat sempit. Karena praktek sehari-hari oleh para pejabat hukum, seperti
hakim, jaksa, polisi dan advokat adalah hukum juga. Maka, apabila kelakuan mereka itu
berubah, berarti hukum pun sudah berubah, walaupun undang-undang dan peraturan-
peraturannya masih saja seperti dahulu.
Moderenisasi sebagai wujud dari perubahan social yang disebabkan kemajuan teknologi
menjadi menarik setelah adanya berbagai sarana seperti computer, handphone (HP) untuk
kemudahan hidup manusia, bagaimana agar terkontrol dan tertib pemanfaatannya.
Daftar Pustaka

Budi Siswanto. Materi Kuliah. Program Doktor (S3) Ilmu Sosial . Perubahan Sosial,. Malang::
Pasca Sarjana – Universitas Merdeka. 2010

Hoebel, E. Adamson (1967), The Law of Primitive Man, Cambridge, Mass,: Harvard
University Press, 1967.

Dror, Yehezkel (1959), Law and Social Change, dalam Joel b. Grossman dan Mary H.
Grossman, eds., Law and Change in Modern America, Pasific Palisades, Cal.: Goodyear, 1971.

Soekmono, R.tt. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta:Kanisius

Anda mungkin juga menyukai