Anggota :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul STUDI ANTROPOLOGI HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL tepat
waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Mataram. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Sri Hariati, S.Pdi.,M.Si
selaku dosen pengampuh mata kuliah Antropologi Hukum. Kami juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Antropologi Hukum secara umum adalah salah satu cabang ilmu social yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.
Antropologi melihat hukum hanya sebagai aspek dari kebudayaan, yaitu suatu aspek
yang digunakan oleh kekuasaan masyarakat yang teratur dalam mengatur perilaku dan
masyarakat agar tidak terjadi penyimpangan dan penyimpangan yang terjadi dari norma-
norma social yang ditentukan dapat diperbaiki.
Menurut J.B. Daliyo dkk, antropologi hukum adakah antropologi yang mempelajari
hukum sebagai salah satu aspek kebudayaan. Kemudian Hilman Hadikusuma memberikan
pendapat mengenai antropologi hukum sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
manusia dengan kebudayaan yang khusus di bidang hukum.
Antropologi adalah studi ilmu yang mempelajari tentang manusia dari Aspek Budaya,
Perilaku, Nilai, Keanekaragaman, dan lainnya. Antropologi terbagi dalam: Antropologi
Ekonomi, Antropologi Politik, Antropologi Pendidikan, dan Antropologi Hukum.
Antropologi Hukum merupakan ilmu yang mempelajari manusia dengan kebudayaan,
khususnya di bidang Hukum, atau ilmu tentang Manusia dalam kaitannya dengan Kaidah-
kaidah sosial yang bersifat Hukum.
Kebudayaan hukum adalah kekuasaan yang digunakan oleh penguasa untuk mengatur
masyarakat agar tidak melanggar kaidah-kaidah sosial yang telah ada dalam masyarakat.
Hukum diperlukan meski telah ada kaidah atau norma dalam masyarakat, agar terdapat
keteraturan dalam kehidupan manusia melalui hukum tertulis dengan sanksi yang nyata
disamping norma dan kaidah yang sanksinya lebih bersifat sosial atau akhirat.
Sebagai Ilmu Pengetahuan, Antropologi Hukum dicirikan oleh 3 (tiga) hal yaitu adanya:
Objek, Metode, dan Sistem. Antropologi Hukum sebagai ilmu pengetahuan yang merupakan
spesialisasi dari Antropologi Budaya, memiliki karakter:
1. Antropologi Hukum, adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang manusia (antropos)
yang berhubungan dengan hukum.
2. Manusia, adalah manusia yang hidup bermasyarakat, masyarakat yang masih
sederhana budayanya (primitif) dan yang sudah maju (modern).
3. Budaya adalah budaya hukum, yaitu segala bentuk perilaku budaya manusia yang
mempengaruhi masalah hukum. Budaya adalah milik bersama yang perlu
dipertahankan atau dilestarikan.
Budaya hukum adalah tanggapan masyarakat terhadap suatu perbuatan yang dianggap
baik, yang hal ini juga bergantung pada sikap penegak hukum. Nilai budaya atau Postulat
adalah nilai yang ada dalam masyarakat modern dan masyarakat sederhana yang dinilai
baik atau dipertahankan. Masalah Hukum tidaklah hanya pada masalah hukum yang
normatif (undangundang), atau masalah hukum yang merupakan pola perilaku yg sering
terjadi (hukum adat ), tetapi juga masalah budaya terhadap suatu masalah Hukum,
dikarenakan adanya Faktor Budaya yang mempengaruhinya, yaitu:
Kajian Antropologi Hukum adalah menggali norma dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Arena Antropologi Hukum mempelajari manusia dan budaya hukum, karenanya kaidah
sosial yang tidak bersifat hukum bukanlah sasaran pokok penelitian Antropologi Hukum.
PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial secara umum menampakan diri dalam bentuk perubahanperubahan yang
menimbulkan akibat-akibat sosial. Akibat sosial ini, sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan
dalam bentuk susunan serta hubungan yang berbeda dari yang semula ada. Disini terjadi
pergeseran dalam pola hubungan diantara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok
dalam masyarakat atau unsur dalam suatu sistem (Grossman & Grassman, 1974:3).
Menurut Budi Siswanto1 Perubahan sosial adalah proses, yang meliputi bentuk
keseluruhan dari aspek kehidupan masyarakat, terjadi baik secara alami maupun karena rekayasa
sosial. Lebih lanjut menurut beliau perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi di masyarakat
yang meliputi berbagai aspek kehidupan, sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan
telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam
mencari kestabilan (keseimbangan).
Definisi lain dari perubahan social adalah segala perbuatan yang terjadi dalam lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya. Tekanan pada
definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana
perubahan memperngaruhi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 1990;25). Perubahan social
terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan
masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan
kebudayaan.
Perubahan social dewasa ini yang menarik perhatian penulis adalah perubahan social yang
disebabkan perkembangan kemajuan teknologi yang mengarah kepada kehidupan modern. Karena
moderenisasi ini sudah merambah ke masyarakat tradisional di pedesaan akibat kemajuan
teknologi tersebut. Karena Modernisasi ini
Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan
(urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang, seperti halnya di
Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi yang
diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek fisikmaterial, sosio-
kultural, maupun aspek mental-spiritual. Kecenderungankecenderungan seperti ini, menjadikan
daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi
penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi pendorong
kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah
perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis seperti ini,
selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya
penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan.
Modernisasi yang salah satunya disebabkan kemajuan teknologi menjadi menarik setelah
adanya berbagai sarana yang sebenarnya membantu untuk mengembangkan budaya manusia
sering disalah gunakan fungsinya. Seperti komputer yang semakin tinggi teknologinya dari waktu
ke waktu, tapi cenderung disalahgunakan untuk hal-hal yang negatif. Melakukan tindak
pelanggaran hukum melalui jejaring dunia maya tersebut.
Dalam kaitan ini , khusus yang menjadi perhatian penulis adalah bagaimana hukum mampu
menyikapi persoalan dari perubahan sosial tersebut. Dengan fenomena sosial yang dinamis maka,
hukum dihadapkan pada persoalan, bagaimana menciptakan perubahan dalam masyarakat
sehingga mampu mengikuti perubahan sosial yang berjalan dalam masyarakat. Dengan kata lain,
persoalannya adalah bagaimana menggerakan perubahan pada bagian-bagian dari mayarakat
sehingga dapat tercapai kesesuaian dengan bagian-bagian lain yang telah berubah. Dengan
menggunakan pola Parsons, maka ia dapat juga dikatakan sebagai usaha menciptakan suatu
keadaan yang terintegrasi dengan baik kembali.
Perubahan hukum secara formal akan melibatkan pula pembahasan mengenai badan-badan
yang menggerakan perubahan tersebut. Dua badan utama adalah badan perundang-undangan dan
badan peradilan. Di samping fungsi-fungsi perundang-undangan dan badan peradilan tersebut
dapat dilihat sebagai aktivitas yang dilakukan oleh badan-badan tertentu, maka ia bisa juga dilihat
sebagai aktivitas orang- orang yang menjadi anggota dari badan-badan tersebut. Peranan mereka
itu, apakah seorang hakim, ataukah legislator, adalah cukup tenting, oleh karena
keputusankeputusan serta tindakan-tindakan yang diambil oleh badan-badan tersebut pada
hakekatnya merupakan hasil karya mereka juga. Bagaimana pikiran dan sikap-sikap mereka
mengenai perubahan dalam masyarakat akan sangat menentukan bagaimana badan-badan tersebut
mengehadapi masalah perubahan sosial. Pada gilirannya sikap-sikap mereka itu juga ditentukan
oleh golongan dari mana mereka berasal dan oleh karena itu, dengan menpelajari latar belakang
sosialnya diharapkan akan diperoleh kejelasan mengenai langkah-langkah serta keputussan-
keputusan yang diambil oleh badan-badan tersebut.
Dalam menghadapi tantangan perubahan social, maka badan tersebut diatas masing-masing
mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kekurangan yang ada pada badan
peraturan perundang-undangan adakah untuk dapat melakukan perubahan, maka bagi badan yag
beroperasi dalam suatu Negara demokrasi dalam dijalankan apabila :
KESIMPULAN
Budi Siswanto. Materi Kuliah. Program Doktor (S3) Ilmu Sosial . Perubahan Sosial,. Malang::
Pasca Sarjana – Universitas Merdeka. 2010
Hoebel, E. Adamson (1967), The Law of Primitive Man, Cambridge, Mass,: Harvard
University Press, 1967.
Dror, Yehezkel (1959), Law and Social Change, dalam Joel b. Grossman dan Mary H.
Grossman, eds., Law and Change in Modern America, Pasific Palisades, Cal.: Goodyear, 1971.