Anda di halaman 1dari 35

ARTIKEL KEISLAMAN:

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN HUKUM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Diniah Insan Fitria Ningsih


NIM : D1A020151
Fakultas&Prodi : HUKUM/ ILMU HUKUM
Semester : 1(SATU)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya haturkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat,hidayah serta karunia-Nya kepada saya atas selesainya tugas ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan Salam semoga Allah Swt. limpahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua umatnya yang selalu istiqomah
sampai akhir zaman.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat dan juga besar keinginan saya
untuk bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai permasalahan lainnya
yang masih berhubungan dengan tugas ini.

Penyusun, Mataram, 26 Oktober 2020

Nama Diniah Insan Fitria Ningsih


NIM D1A020151

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits 7

III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 13


19
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits
V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum
23

DAFTAR PUSTAKA
31

LAMPIRAN 32

NOTE:

Untuk Kata Kunci/ Keywords ketiklah: Islam, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos,
Universitas Mataram, Nama Fakultas, Nama Prodi, Nama Kalian Sendiri.

iii
I
KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN
DALAM ISLAM

Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk


menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam
QS 45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya….?”

Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:

“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain
aku.”

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.

Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya


yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau
kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau
kerugian.
Pola perkembangan dan kemajuan berpikir manusia senantiasa disertai wahyu
yang sesuai dan dapat memecahkan problematika yang dihadapi kaum setiap rasul, sampai
perkembangan itu mengalami kematangannya. Allah menghendaki agar risalah Muhammad
saw muncul di dunia ini, maka diutuslah beliau saat manusia tengah mengalami kekosongan
para rasul, untuk menyempurnakan "bangunan" saudara-saudara pendahulunya (para rasul)
dengan Ketuhanan yang universal dan abadi, serta dengan kitab yang diturunkan
kepadanya, yaitu Alquran.

1
Jika makhluk menerima tajalli Allah s.w.t makhluk akan hancur dan hilang lenyap.
Sifat-sifat ketuhanan menjadi hijab yang kukuh melindungi kewujudan makhluk dan
menyelamatkan mereka. Kewujudan yang tidak ada hijab melindunginya adalah kewujudan
ciptaan ahli silap mata. Ciptaan ahli silap mata tidak stabil, tidak benar dan tidak bertahan
kewujudannya. Ciptaan Tuhan yang dihijabkan oleh sifat-sifat ketuhanan bersifat stabil,
benar dan kekal kewujudannya sampai kepada akhirat. Hijab ketuhanan yang memegang
kewujudan makhluk, yang ada hubungan dengan makhluk, itulah sifat-sifat Tuhan yang Dia
izinkan dinisbahkan kepada-Nya. Sifat-sifat-Nya yang tidak boleh diperkatakan adalah sifat-
Nya yang hakiki. Aspek Tuhan yang boleh disifatkan dan diperkatakan dinamakan tasybih
dan yang tidak boleh dikatakan dinamakan tanzih. "Tiada sesuatu menyamai-Nya" adalah
aspek tanzih. "dan Dia mendengar dan melihat" adalah aspek tasybih. Makrifat yang
sempurna adalah yang mengenal Tuhan dalam aspek tasybih dan tanzih sekaligus.

‫( أحد هللا هو قل‬1) ‫( الصمد هللا‬2) ‫( يولد ولم يلد لم‬3) ‫( أحد كفوا له يكن ولم‬4)

“(1) Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, yang Maha Esa

(2) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

(3) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

(4) dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia’.”

Tuhan menurut Islam adalah Allah, Esa, Ahad, Dia adalah dirinya sendiri, Tuhan
menurut Islam adalah Allah, Esa, Ahad, Dia adalah dirinya sendiri. Allah tidak bergantung
pada siapa-siapa melainkan ciptaan-Nyalah yang bergantung pada-Nya seperti malaikat,
manusia, iblis, jin, hewan, benda mati, cair, gas, padat, cahaya dan sebagainya adalah
ciptaan. Allah tiak beranak dan tidak diberanakkan, maksudnya Allah tidak beranak dan
tidak mempunyai orang tua, ia Tunggal, Esa. Tidak ada sesuatupun yang setara dengan dia.
Maksudnya Allah itu Maha sempurna dan tidak ada yang menaningi kesempurnaannya dan
dia tidak ada yang menyeratakan dengannya walaupun nabi, malaikat atau makhluk gaib
yang pintar pun kalah dengannya.
Dalam keimanan Islam, diajarkan bahwa untuk mengenal Tuhannya orang-orang
Islam, kita harus mengenal ciptaan-Nya, pencipta dikenal melalui ciptaan-Nya. Karena
Tuhan Maha pencipta, maka untuk mengenal Tuhan, kita harus mengenal ciptaan-
ciptaannya.

2
Konsep ke-Tuhan-an tidak dapat dipisahkan dari pengertian tentang Tuhan yang
termuat dalam sumber-Nya. Yaitu Al-Qur’an yang oleh umat Islam diyakini sebagai wahyu,
dan menurut Al-Qur’an ajaran Islam yang terpenting adalah perintah dan seruan kepada
manusia untuk menyembah hanya kepada Allah dan ini merupakan kredo inti. Al-Qur’an
menyatakan bahwa yang Tuhan itu hanyalah Allah. Karena yang Tuhan hanyalah Allah
maka manusia hanya benar kalau menyembah Allah semesta.
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan
manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan.
Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya.
Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan
mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan
diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada
satu Tuhan, yaitu Allah.

 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

 Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep
yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah,
baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah
agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori
tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor,
Robertson Smith, Lubbock dan Javens.

 Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh
tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada
yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada
benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu),
dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan
pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama
tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.

3
 Animisme
Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap
benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai
sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap
sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila
kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif
dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai
dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
 Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan,
karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain
kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan
bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi
masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.
 Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan.
Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin
mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut
dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan
satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).
 Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam
monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional.
Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme,
panteisme, dan teisme.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh


Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan
adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang
yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka
mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan
mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.

4
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan
evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat
mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah
agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi
dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan
bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam
penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah
monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf,
1993:26-27).

2. Pemikiran Umat Islam


Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara
garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara
keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi
dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran
yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan
pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara
liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu
ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu:

a. Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan


pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang
islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi
mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani,
satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham
Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam
Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka
dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari
kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.

b. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak


dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal
itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

5
c. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia
ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.

d. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah.
Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam
periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan
ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara
aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar
dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat
Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa
dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya
lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja
adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan
hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang
mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari
orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai,
dan sejahtera.
Kadang-kadang kepercayaan seseorang seolah-olah tertutupi dan tidak
ternyatakan. Namun dalam keadaan tertentu ia muncul dengan tiba-tiba. Misalnya, dalam
keadaan gembira ria orang sering melupakan Tuhan, bahkan sebagian orang dengan
sombong berani mengatakan : “tidak ada Tuhan“. Namun dalam keadaan kritis, ketika
sedang diancam bahaya maut atau sedang berlayar di tengah lautan yang dilanda badai
dan topan, orang dengan khusu’ berdo’a memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa.

6
II
SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

Pada abad ini, sains-teknologi di serata dunia mempunyai banyak pengaruh dan ada
dari aspek positif dan negatif. Dari aspek positif mendapati bahawa dengan adanya sains-
teknologi kerja dan perbuatan manusia dapat dimudahkan. Walau bagaimanapun, dari
aspek negatif, bahawa sains-teknoogi ini dapat mendatangkan masalah dari segi kekerasan,
pergaulan bebas, hedonis dan perbuatan tidak bermoral lainnya yang merupakan bentuk
nyata dari “manipulasi” konstruksi teori dan aplikasi sains-teknologi yang bebas nilai. Antara
cara mengatasi aspek negatif dalam sains-teknologi ini adalah dengan merujuk, memahami,
dan mengikut kembali ajaran teks dalam al-Quran dan hadis yang menjadi kesahihannya
diyakini benar lagi sahih serta mendalami ilmu agama untuk mengetahui cara reformulasi
tujuan sains-teknologi dalam Islam supaya melahirkan manusia yang ulul albab.
Definisi sains menurut tradisi Islam ialah sains yang bersumberkan daripada tradisi
sains tamadun awal terutamanya Tamadun Islam dan kaedah empirikal dan matematikal
ataupun logikal merupakan sebahagian sahaja kaedah yang digunakan (Harun, 1992: 7).
Metedologi sains Islam juga mengakui kaedah yang bukan empiris seperti ilham dan kaedah
gnostik atau kashf sebagai tergolong dalam metodolgi saintifik. Kaedah ini pernah diamalkan
oleh tokoh sains Islam yang terkenal.
Perkara ini dapat diterjemahkan menurut sebuah hadis Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA (Ibn Majah, 2009: 224):
1. َ َ َُُ َ ُْْ َُ َُ ‫ﺴلٍﻢ‬
ُ ُ ِ
‫ﺔﻀ ﺮِﻓ ﻢِلﻌِلا ﺐلﻃ‬

Maksud: menuntut ilmu adalah satu kewajipan ke atas setiap orang Islam.
(Ibn Majah)
Dalam karya Imam Al-Ghazali (1967) dan Jasmi (2018) pula, kewajipan menuntu
ilmu yang tersebut dalam hadis ini terbahagi kepada dua, iaitu wajib fardu ain dan wajib
fardu kifayah. Mendalami ilmu sains teknologi juga termasuk dalam kelompok ilmu wajib
fardu kifayah.

7
Selain daripada al-Quran yang banyak menceritakan tentang fenomena sains yang
wujud, terdapat beberapa hadis yang menggalakkan umat Islam mengkaji dan mendalami
tentang fenomena sains yang wujud (Jasmi, 2013a, 2013b, 2013d, 2013c). Antara hadis
tersebut ialah peristiwa Nabi Muhammad SAW yang melarang sahabat baginda daripada
melakukan proses pendebungaan pokok kurma dengan menabur debunga jantan ke atas
debunga betina lalu menyebabkan buah kurma tidak masak sepenuhnya. Nabi Muhammad
SAW menerangkan bahawa pentingnya ilmu perubatan dan keperluannya (Abidin, 2003),
Secara tuntasnya menyeru umat Islam mengetahui dan mengkaji tentang Ilmu sains
yang berkaitan. Firman Allah SWT:

‫ﱝﱝﱝﱝ ﱌﱌﱌﱌﱌﱙﱘ ﱌﱌﱌﱌﱌﱌ ﱌﱌﱌﱌﱌﱌﱌﱌﱌﱌﱌ‬

Maksud: Sesungguhnya Kami memberikan wahyu kepadamu (wahai Muhammad)


sebagaimana Kami memberikan wahyu kepada Nabi Nuh dan Nabi yang diutuskan
kemudian daripadanya dan Kami memberikan wahyu kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ismail,
Nabi Ishak, Nabi Yaakob, serta Nabi keturunannya dan Nabi Isa, dan Nabi Ayub, dan Nabi
Menurut konsep Islam al-Quran sebagai petunjuk dan rahmat yang menjadi panduan
utama bagi membentuk pembentukkan cabang-cabang bidang serta ilmu atau pengelasan
ilmu dalam Islam.
Maksud: Dan antara tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya dan kebijaksanaan-
Nya ialah kejadian langit dan bumi, dan berbeza bahasa kamu dan warna kulit kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan bagi orang yang
berpengetahuan.”

(Surah al-Rum, 30: 22)

Sains dan teknologi mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan
manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan
teknologi sebagai penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi
simbol kemajuan dan kemodernan pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa
atau negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau
negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang.

8
Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam
sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal
apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk
ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di
alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk
diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari
analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra: 1-5)
Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan
menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata jika kita
baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina. Dalam umurnya
yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu kedokteran. Mognum
opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.
Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif untuk kita sebut di
sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang yang
menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli fiqih. Al-
Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali
juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek
untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua
jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.
Adapun kondisi umat Islam sekarang yang mengalami kemunduran dalam bidang
sains dan teknologi adalah disebabkan oleh berbagai hal. Sains Islam mulai terlihat
kemunduran yang signifikan adalah selepas tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti
pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang
menyokong kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali,
India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan
“revolusi industri” di Inggris.

Sains dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya karena
modern, kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di Barat dengan
ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan dengan
ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.

9
Di dunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir
abad ke-18, terutama sejak Napoleon menduduki Mesir pada 1798 dan makin meningkat
setelah sebagian besar dunia Islam menjadi wilayah jajahan atau pengaruh Eropa.
Serangkaian peristiwa kekalahan berjalan hingga mencapai puncaknya dengan
jatuhnya Dinasti Usmani di Turki. Proses ini terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi
militer Barat.
Ketika sains dan teknologi Muslim tertinggal dari Eropa dan berusaha mengejar
ketertinggalan itu maka timbulah dua sikap, yaitu merumuskan sikap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban Barat modern, serta sikap
terhadap tradisi Islam. Kedua unsur ini masih mewarnai pemikiran Muslim hingga kini.
Saat ini sains teknologi telah dikuasai dunia Barat yang jelas-jelas ingin menghancurkan
umat Islam, seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Karena teknologi yang
tidak dilandasi dengan akhlakul kharimah akan menjadi penghancur dan merusak bumi.
Padahal Islam sejak turunnya kitab suci Al Qur’an dan diutusnya Nabi Muhammad saw.
sebagai Rasulullah. Menunjukkan bahwa teknologi yang terkandung di dalam kitab suci Al-
Qur’an akan membawa rahmat bagi segenap umat di muka bumi ini.
Contoh lainnya, kemajuan dalam dunia farmasi. Banyak obat-obatan disalahgunakan
seperti narkoba, yang dilakukan oleh orang-orang tak bertanggung jawab untuk
menghancurkan generasi muda. Begitu juga melalui media-media dengan memasukan
unsur-unsur pornografi dan pornoaksi yang mencoba menghancurkan akhlak dan
menyebarkan kemaksiatan di muka bumi.
Karena itu marilah kita umat Islam yang sedang giat-giatnya mengejar ketertinggalan
teknologi dari dunia Barat agar pandai memilah dan memilih teknologi yang pantas kita
kembangkan atau tidak. Semoga Allah melindungi umat Islam dari bahaya kemajuan
teknologi Barat yang saat ini tengah membumi.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari
analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

َ ‫علَّ َم اإل ْن‬


(٥) ‫سانَ َما ل َ ْم يَ ْﻌل َ ْم‬ َ ‫( الَّذِي‬٣) ‫(ا ْق َرأْ َو َربُّكَ األ ْك َرم‬٢) ‫ق‬
َ (٤) ‫عل َّ َم بِا ْلقَل َ ِم‬ َ ‫( َخلَقَ اإل ْن‬١) َ‫ا ْق َرأْ بِاس ِْم َربِِّكَ الَّذِي َخلَق‬
ٍ َ‫سانَ مِ ْن عَل‬

Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra: 1-5).

10
Ayat lain yang mendukung pengembangan sains adalah firman Allah Swt. yang
berbunyi bahwa:

‫علَى جنو ِب ِه ْم‬ َ َّ َ‫(الَّذِينَ يَ ْذكرون‬١٩٠) ‫ب‬


َ ‫َّللا قِيَا ًما َوقﻌودًا َو‬ ِ ‫ت ألولِي األلْبَا‬
ٍ ‫اختِالفِ اللَّي ِْل َوالنَّ َه ِار آليَا‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ ِ ‫ِإ َّن ﻓِي خ َْل‬
َّ ‫ق ال‬
(١٩١) ‫اب النَّ ِار‬ َ ‫ض َربَّنَا َما َخلَقْتَ هَذَا ب َاطِ ال س ْب َحانَكَ ﻓَ ِقنَا‬
َ ‫ع َذ‬ ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬
َّ ‫ق ال‬ ِ ‫َويَتَفَ َّكرونَ ﻓِي خ َْل‬

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan Ini dengan sia-si. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa
neraka. QS. Ali-Imran: 190-191).
Ayat-ayat di atas adalah sebuah support yang Allah berikan kepada hambanya untuk
terus menggali dan memperhatikan apa-apa yang ada di alam semesta ini. Sebuah anjuran
yang tidak boleh kita abaikan untuk bersama-sama melakukan penggalian keilmuan yang
lebih progresif sehingga mencapai puncak keilmuan yang dikehendaki Tuhan. Tak heran,
kalau seorang ahli sains Barat, Maurice Bucaile, setelah ia melakukan penelitian terhadap
Alquran dan Bibel dari sudut pandang sains modern, menyatakan bahwa:
“Saya menyelidiki keserasian teks Qur’an dengan sains modern secara objektif dan tanpa
prasangka. Mula-mula saya mengerti, dengan membaca terjemahan, bahwa Qur’an
menyebutkan bermacam-macam fenomena alamiah, tetapi dengan membaca terjemahan itu
saya hanya memperoleh pengetahuan yang ringkas. Dengan membaca teks Arab secara
teliti sekali saya dapat menemukan catatan yang membuktikan bahwa Alquran tidak
mengandung sesuatu pernyataan yang dapat dikritik dari segi pandangan ilmiah di zaman
modern”.
Selain banyak memuat tentang pentingnya pengembangan sains, Alquran juga dapat
dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan pengembangan wawasan berpikir sehingga mampu
menciptakan sesuatu yang baru dalam kehidupan. Hanya saja, untuk menemukan hal
tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk menggalinya secara lebih mendalam agar potensi
alamiah yang diberikan Tuhan dapat memberikan kemaslahatan sepenuhnya bagi
keselarasan alam dan manusia.
Fakta-fakta tersebut dijelaskan dengan tepat dan sekarang diakui kebenarannya,
seperti pada masa itu, ilmu kedokteran di tanah Arab boleh dikatakan tidak ada, yang ada
hanya ilmu pengobatan secara primitif dan takhyul. Namun demikian dalam surat al-
Mu'minuun : 12-14 diterangkan tentang proses pembentukan janin (manusia) yang diakui
kebenarannya dalam ilmu kedokteran modern.

11
Oleh karena kecintaannya kepada al-Qur'an, ummat Islam di masa khalifah Ustman
bin ' Affan mulai mengarang dan menterjemahkan bermacam-macam buku ilmu
pengetahuan tentang falsafah, kesenian, ekonomi, ilmu alam, ilmu kedokteran, ilmu
pertanian, ilmu mekanika, geografi, metafisika, kimia, dan lain sebagainya, sehingga
perpustakaan-perpustakaan Islam di kota-kota besar (Cairo dan Cordoba) dipenuhi dengan
buku-buku ilmiah.

12
III
GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

Begitu mendengar ungkapan "generasi terbaik", tentunya cukup menggelitik untuk


mengungkapkan apakah memang benar ada dalam perjalanan sejarah umat manusia suatu
generasi yang tentunya memiliki berbagai kesempurnaan dalam pencapaiannya, sehingga
mampu membangun opini sebagai generasi terbaik tersebut. Jika memang benar, ini
merupakan hal yang sangat luar biasa, sehingga perlu untuk dikaji siapa dan dalam hal apa
mereka mendapat predikat tersebut. Karena pada dasarnya, yang lazim diketahui memiliki
nilai lebih dengan segala kesempurnaannya ditujukan kepada seorang figur yaitu mereka
yang ditunjuk Allah sebagai penyeru umat manusia yaitu para Nabi. Ungkapan tentang
generasi terbaik ini tertuang dalam hadis Nabi yang menyatakan bahwa "sebaik-baik
manusia/umat adalah pada masaku (meliputi masa sahabat), diteruskan tabi'in kemudian
atba' al-tabi'in. Melalui ungkapan Nabi ini, memberikan fokus kepada siapa predikat
"generasi terbaik" tersebut ditujukan. Selanjutnya untuk mengetahui lebih detil akan
dilakukan penelusuran melalui kajian ma'ani al-hadis dengan mengumpulkan berbagai
informasi dengan melibatkan sumber-sumber yang memberikan penjelasan berkenaan
dengan hadis tersebut.
Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah merupakan ajaran yang sifatnya universal,
sesuai dengan situasi dan kondisi. Dengan demikian elastisitas ajaran Islam tidak
menempatkannya terbelakang dengan berbagai perubahan serta kemajuan zaman, karena
mampu disaring dan diimbangi, tentunya tanpa mengorbankan nilai-nilai yang ditekankan
dalam Islam. Universalitas yang disandangkan bagi ajaran Islam dan terkait dengan
"generasi terbaik" tersebut, maka, jika mengikuti alur perjalanan sejarah, yaitu dengan logika
bahwa manusia akan terus mengalami perkembangan dan kemajuan dalam kehidupannya,
apakah menempatkan generasi yang hidup pada saat ini, sebagai realitas dari kehidupan
generasi terbaik juga ?. Pembahasan mengenai "generasi terbaik" ini, mengajak untuk
menyadari akan pentingnya tinjauan terhadap sejarah, karena dengan memiliki kesadaran
sejarah akan memberi pengaruh yang positif dalam menyikapi kenikmatan atau
keberhasilan dan kesengsaraan atau penderitaan.

13
Dengan memiliki kesadaran sejarah tidak akan merasa paling baik, paling benar,
apalagi sebagai satu-satunya orang yang benar, karena mengetahui bahwa dahulu juga ada
orang yang lebih baik atau lebih benar, sedang kalau mengalami hal-hal yang merugikan
atau yang tidak menyenangkan tidak akan merasa sebagai orang yang paling menderita.
Pada akhirnya penulis akan memaparkan pemahaman terhadap hadis Nabi tentang
"generasi terbaik" tersebut, dengan melakukan tinjauan kebahasaan, pendekatan historis,
generalisasi dan kritik praksis (kontekstualisasi ide-ide sentral hadis ke dalam realitas
praksis). Karena ini berkaitan dengan suatu generasi, yang didalamnya terdapat unsur-
unsur serta nilai-nilai mulia yang memposisikannya sebagai yang terbaik, maka diharapkan
akan memberikan nilai lebih dan selalu memotifasi generasi Islam masa kini dalam usaha
mewujudkan cita-cita mulia peradaban.
"ORANG-ORANG yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya,
itulah kemenangan yang besar."(Q.S. At-Taubah: 100).

"Sebaik-baik umat adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian


sesudahnya" (HR. Bukhari-Muslim).
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan utuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” ( QS. Ali Imran :110)
“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni sahabat), kemudian orang-
orang yang menggiringnya ( yakni Tabi’in), kemudian orang-orang yang menggiringnya
(yakni generasi Tabiut Tabi’in). ( mutawatir. HR. Bukhari dan yang lainnya)
Allah pilihkan orang-orang terpilih untuk hidup pada masa Nabi Muhammad
shalallahu alayhi wasallam dan beriman serta berjihad bersama beliau. Mereka menjadi
sahabat-sahabat Nabi. Wahyu turun kepada Nabi di tengah-tengah mereka. Lalu mereka
mengimaninya, mempelajarinya, serta mengamalkan dan mendakwahkannya. Istimewanya
mereka lakukan semua itu berdasar bimbingan langsung Nabi Muhammad shalallahu alayhi
wasallam. Maka Radliyallahu anhum jami'an, semoga Allah meridhoi mereka seluruhnya.
Merekalah sebaik-baik generasi Islam, mereka hidup pada zaman Nabi. Mereka
beriman dan belajar tentang Islam langsung dari NabiNya. Dan mereka rela mati demi Allah
dan Rasul-Nya. Ridhwanullahu Ajmain, semoga Allah meridhoi mereka seluruhnya.

14
Dari para Sahabat Nabi ini, Islam kemudian diajarkan pada generasi setelahnya,
yakni generasi tabi'in. Tabi'in ini adalah orang-orang yang mengikuti Nabi atas bimbingan
para sahabat nabi. Generasi tabi'in hadir setelah Nabi wafat. Mereka tidak menjumpai Nabi
shalallaahu alaihi wasallam hidup. Namun mereka masih menemui para sahabat. Mereka
belajar Islam dari para sahabat yang telah diajar Nabi. Tabi'in adalah generasi terbaik pula
yang disebut Nabi.
Selanjutnya, para tabi'in ini mengajarkan Islam kepada generasi yang mereka
tidak melihat sahabat Nabi. Mereka mengenal Islam bukan dari Sahabat Nabi, melainkan
dari generasi tabi'in. Mereka disebut sebagai tabi'ut tabi'in; pengikut tabi'in. Era mereka ini
pun masih Nabi sebut sebagai generasi terbaik Islam.
Tiga generasi inilah yang Nabi shallallaahu alaihi wasallam menyebutnya sebagai
generasi atau umat terbaik. Beliau shalallaahu alaihi wasallam bersabda, "Sebaik-baik
umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi
berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka,". (Shahih Al-Bukhari, no. 3650).
Salafush Shalih adalah generasi terbaik umat Islam. Oleh karenanya, merupakan
kewajiban bagi kita untuk mengikuti pemahaman mereka dalam beragama. Sehingga
berbagai macam bid’ah, perpecahan dan kesesatan dapat dijauhi. Karena adanya berbagai
macam bid’ah, perpecahan, dan kesesatan tersebut, berawal dari menyelisihi pemahaman
Salafush Shalih. Menjadi keniscayaan, jika seluruh umat Islam, dari yayasan atau organisasi
atau lembaga apapun, wajib mengikuti pemahaman Salafush Shalih dalam beragama.
Banyak dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah yang menunjukkan kewajiban mengikuti
pemahaman Salafush Shalih.
Para ulama telah banyak menulis masalah besar ini di dalam karya-karya
mereka. Imam Ibnul Qoyyim di dalam kitab I’lamul Muwaqqi’in, menyebutkan 46 dalil tentang
kewajiban mengikuti sahabat. Syaikh Salim Al Hilali menulis kitab yang sangat bernilai
tentang kewajiban mengikuti manhaj Salaf ini di dalam kitab beliau yang berjudul Limadza
Ikhtartu Manhaj As Salafi?, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Iindonesia. Sekedar
untuk memudahkan pemahaman bagi saudara-saudara seiman, secara ringkas kami ingin
menyampaikan sebagian dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban mengikuti sahabat dalam
beragama.

15
DALIL DARI AL QUR’AN Allah berfirman dalam Al Qur’an: ‫ﻓَقَ ِد بِ ِه َمآ َءا َمنت ْم بِمِ ثْل َءا َمنوا ﻓَإِ ْن‬
‫ق ﻓِي ه ْم ﻓَإِنَّ َما ت ََولَّ ْو َوإِن ا ْهت َ َد ْوا‬ َ َ‫ْالﻌَلِيم السَّمِ يع َوه َو هللا ﻓ‬
ٍ ‫سيَ ْكفِيكَهم ِشقَا‬

Maka jika mereka beriman kepada semisal apa yang kamu telah beriman
kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,
sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan
memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
[Al Baqarah:137].
Nadhir bin Sa’id Alu Mubarak berkata: “Allah Yang Maha Suci telah menjadikan
keimanan, sebagaimana keimanan sahabat dari seluruh sisi, sebagai tempat bergantung
petunjuk dan keselamatan dari maksiat dan memusuhi Allah. Maka, jika manusia beriman
dengan sifat ini, dan mengikuti teladan jalan sahabat, berarti dia mendapatkan petunjuk
menetapi kebenaran. Jika mereka berpaling dari jalan dan pemahaman sahabat, maka
mereka berada di dalam perpecahan, permusuhan dan kemaksiatan kepada Allah dan
RasulNya. Dan Allah Maha mendengar terhadap pengakuan manusia, bahwa mereka
beraqidah dan bermanhaj Salafi, Dia mengetahui hakikat urusan mereka. Dan Allah Ta’ala
lebih mengetahui. [Diringkas dari kitab Al Mirqah Fii Nahjis Salaf Sabilin Najah, hlm. 35-36].

ِ َّ ‫ع ِن َوت َ ْن َه ْونَ ِب ْال َم ْﻌروفِ ت َأْمرونَ لِلن‬


‫اس أ ْخ ِر َجتْ أ َّم ٍﺔ َخي َْر كنت ْم‬ َ ‫لل َوتؤْ مِ نونَ ْالمنك َِر‬
ِ ‫ِبا‬

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.. [Ali Imran:110].
Syaikh Salim Al Hilali berkata: “Allah telah menetapkan keutamaan untuk para
sahabat di atas seluruh umat. Ini berarti, mereka istiqomah (berada di atas jalan lurus)
dalam segala keadaan; karena mereka tidak pernah menyimpang dari jalan yang terang.
Allah telah menyaksikan telah menjadi saksi untuk mereka, bahwa mereka menyuruh
kepada seluruh yang ma’ruf dan mencegah dari seluruh yang munkar. Hal itu
mengharuskan menunjukkan bahwa pemahaman mereka merupakan argumen terhadap
orang-orang setelah mereka”. [Limadza Ikhtartu Manhajas Salafi, hlm. 86].

‫ق َو َمن‬ َّ ‫غي َْر َويَت َّ ِب ْع ْاله َدى لَه تَبَيَّنَ َما بَ ْﻌ ِد مِ ن‬


ِ ‫الرسو َل يشَا ِق‬ َ ‫يل‬ َ َ‫ص ِل ِه ت ََولَّى َما ن َو ِلِّ ِه ْالمؤْ مِ نِين‬
ِ ‫س ِب‬ ْ ‫سآ َءتْ َج َهنَّ َم َون‬
َ ‫يرا َو‬
ً ‫ص‬ِ ‫َم‬

Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan


mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. [An Nisa’:115].

16
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,”Sesungguhnya, keduanya itu
(yaitu menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mu’min, Pen.) saling berkaitan. Semua orang yang menentang Rasul
sesudah jelas kebenaran baginya, berarti dia mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-
orang mu’min. Dan semua orang yang mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang
mu’min, berarti dia menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya.” Lihat Majmu’
Fatawa (7/38)
Pada saat ayat ini turun, belum ada umat Islam selain mereka, kecuali para
sahabat Radhiyallahu ‘anhum. Merekalah orang-orang mu’min yang pertama-tama
dimaksudkan ayat ini. Sehingga wajib bagi generasi setelah sahabat mengikuti jalan para
sahabat Nabi.

َ‫اج ِرينَ مِ َن اْأل َ َّولونَ َوالسَّابِقون‬ ِ ‫ص ِار ْالم َه‬َ ‫ان اتَّبَﻌوهم َوالَّذِينَ َواْألَن‬
ٍ ‫س‬َ ْ‫ي بِإِح‬ ِ ‫ع ْنه ْم هللا َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ت لَه ْم َوأَعَ َّد‬
َ ‫ع ْنه َو َرضوا‬ ٍ ‫َجْري َجنَّا‬
ِ ‫تَحْ ت َ َها ت‬
‫ْالﻌَظِ يم ْالف َْوز ذَلِكَ أَبَدًا ﻓِي َهآ خَا ِلدِينَ اْأل َ ْن َهار‬

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara


orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang besar. [At Taubah:100].
Lihatlah, Allah menyediakan surga-surga bagi dua golongan. Pertama, golongan
sahabat. Yaitu orang-orang Muhajirin dan Anshar. Mereka adalah Salafush Shalih generasi
sahabat. Kedua, orang-orang yang mengikuti golongan pertama dengan baik. Jika demikian,
maka seluruh umat Islam, generasi setelah sahabat wajib mengikuti para sahabat dalam
beragama, sehingga meraih janji Allah di atas. Jika orang-orang Islam yang datang setelah
para sahabat enggan mengikuti jalan mereka, siapa yang akan mereka ikuti? Jika bukan
para sahabat, tentunya yang mereka adalah Ahli Bid’ah! Imam Ibnul Qoyim rahimahullah
berkata: “Sisi penunjukan dalil (wajibnya mengikuti sahabat), karena sesungguhnya Allah
Ta’ala memuji orang yang mengikuti mereka. Jika seseorang mengatakan satu perkataan,
lalu ada yang mengikutinya sebelum mengetahui dalilnya, dia adalah orang yang mengikuti
sahabat. Dia menjadi terpuji dengan itu, dan berhak mendapatkan ridha (Allah), walaupun
dia mengikuti sahabat semata-mata dengan taqlid”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ِ َّ‫يَلونَه ْم الَّذِينَ ث َّم يَلونَه ْم الَّذِينَ ث َّم قَ ْرنِي الن‬


‫اس َخيْر‬

17
Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu generasi sahabat), kemudian
orang-orang yang mengiringinya (yaitu generasi tabi’in), kemudian orang-orang yang
mengiringinya (yaitu generasi tabi’ut tabi’in). [Hadits mutawatir, riwayat Bukhari dan lainnya].
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberitakan, sesungguhnya sebaik-baik generasi adalah generasi Beliau secara mutlak.
Itu mengharuskan (untuk) mendahulukan mereka dalam seluruh masalah (berkaitan
dengan) masalah-masalah kebaikan”. [3]. Para sahabat adalah manusia terbaik, karena
mereka merupakan murid-murid Rasulullah.
Dibandingkan dengan generasi-generasi sesudahnya, mereka lebih memahami Al
Qur’an. Mengapa? Karena mereka menghadiri turunnya Al Qur’an, mengetahui sebab-
sebab turunnya. Dan mereka, juga bertanya kepada Rasulullah n tentang ayat yang sulit
mereka fahami. Al Qur’an juga turun untuk menjawab pertanyaan mereka, memberikan jalan
keluar problem yang mereka hadapi, dan mengikuti kehidupan mereka yang umum maupun
yang khusus. Mereka juga sebagai orang-orang yang paling mengetahui bahasa Al Qur’an,
karena Al Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka. Dengan demikian, mengikuti
pemahaman mereka merupakan hujjah terhadap generasi setelahnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫وصيك ْم‬ ِ ‫َّللا ِبت َ ْق َوى أ‬


ِ َّ ‫ع ِﺔ َوالس َّْم ِع‬ َّ ‫ع ْبدًا َو ِإ ْن َو‬
َ ‫الطا‬ َ ‫ِش َم ْن ﻓَإِنَّه َحبَ ِشيًّا‬ ْ ‫سيَ َرى بَ ْﻌدِي مِ ْنك ْم يَﻌ‬ َ َ‫اخت َِالﻓًا ﻓ‬ ً ‫ت ﻓَﻌَلَيْك ْم َكث‬
ْ ‫ِيرا‬ ِ َّ‫ْالخلَفَاءِ َوسنَّ ِﺔ ِبسن‬
َ‫الرا ِشدِينَ ْال َم ْه ِد ِيِّين‬
َّ ‫عضُّوا ِب َها ت َ َمسَّكوا‬ َ ‫علَ ْي َها َو‬ ِ ‫ور َوم ْح َدثَا‬
ِ ‫ت َو ِإي َّاك ْم ِبالنَّ َو‬
َ ‫اج ِذ‬ ِ ‫عﺔ محْ َدث َ ٍﺔ ك َّل ﻓَإِ َّن ْاألم‬ َ ‫ض َاللَﺔ ِب ْد‬
َ ‫ع ٍﺔ َوك َّل ِب ْد‬ َ

Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertaqwa kepada Allah; mendengar dan taat
(kepada penguasa kaum muslimin), walaupun (dia) seorang budak Habsyi. Karena
sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselisihan yang banyak.
Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan sunnah para khalifah yang
mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan giggitlah dengan gigi geraham. Jauhilah
semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama) adalah
bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat. [HR Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi;
Ahmad, dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah].

18
IV
PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)

Menurut Bahasa (etimologi), Salaf (‫ )السلف‬artinya yang terdahulu (nenek


moyang), yang lebih tua dan lebih utama.[1] Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan
(‫ )الرجل سلف‬salaf seseorang maksudnya kedua orang tua yang telah mendahuluinya.[2]
Menurut istilah (terminologi), Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari
ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in dan para
Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan oleh
Allah Swt., sebagaimana sabda Rasulullah:

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian

yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”[3]

Menurut al-Qalsyani: “Salafush Shalih” adalah generasi pertama dari umat ini,
yang pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi ‫ ﷺ‬dan menjaga
Sunnahnya. Allah ‫ ﷻ‬memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya ‫ ﷺ‬dan menegakkan
agama-Nya…”[4]

SALAF secara bahasa Arab artinya setiap amalan shalih yang telah lalu; segala
sesuatu yang terdahulu; setiap orang yang telah mendahuluimu, yaitu nenek moyang
atau kerabat (Lihat Qomus Al Muhith, Fairuz Abadi). Secara istilah, yang dimaksud salaf
adalah 3 generasi awal umat Islam yang merupakan generasi terbaik, seperti yang
disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

"Sebaik-baik umat adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya"


(HR. Bukhari-Muslim). Tiga generasi yang dimaksud adalah generasi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat, generasi tabiin dan generasi tabiut tabiin.
Sering disebut juga generasi Salafus Shalih.

19
Kemudian dalam bahasa arab, ada yang dinamakan dengan isim nisbah, yaitu
isim (kata benda) yang ditambahkan huruf ya yang di-tasydid dan di-kasroh, untuk
menunjukkan penisbatan (penyandaran) terhadap suku, negara asal, suatu ajaran
agama, hasil produksi atau sebuah sifat (Lihat Mulakhos Qowaid Al Lughoh Ar Rabiyyah,
Fuad Nimah). Misalnya yang sering kita dengar seperti ulama hadits terkemuka Al-
Bukhari, yang merupakan nisbah kepada kota Bukhara (nama kota di Uzbekistan) karena
Imam Al-Bukhari memang berasal dari sana. Ada juga yang menggunakan istilah Al-
Hanafi, berarti menisbahkan diri pada madzhab Hanafi. Maka dari sini dapat dipahami
bahwa Salafi maksudnya adalah orang-orang yang menisbatkan (menyandarkan) diri
kepada generasi Salafus Shalih.
Atau dengan kata lain "Salafi adalah mengikuti pemahaman dan cara
beragama para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang yang
mengikuti jalan mereka". (Lihat Kun Salafiyyan Alal Jaddah, hal. 10)
Sehingga dengan penjelasan ini jelaslah bahwa orang yang beragama mengikuti
generasi awal umat Islam tadi, dengan sendirinya ia seorang Salafi. Baik dia berasal dari
madzhab apapun dan ormas manapun (NU, Muhamadiyah, dst). Jadi salafi bukanlah
terbatas kepada sekelompok umat Islam saja, akan tetapi semua muslim yang mengikuti
apa yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan generasi setelahnya berhak
menyebut dirinya salafi. Sedangkan salafiyah adalah metode/paham ajarannya. Orang
yang mengikutinya disebut salafi, sebagaimana dijelaskan di atas.
Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata di dalam kitabnya, al-Aqiidatul
Islamiyyah bainas Salafiyyah wal Mu’tazilah: “Penetapan istilah Salaf tidak cukup dengan
hanya dibatasi waktu saja, bahkan harus sesuai dengan Al-Qur-an dan as-Sunnah
menurut pemahaman Salafush Shalih (tentang ‘aqidah, manhaj, akhlak dan suluk).
Barangsiapa yang pendapatnya sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah mengenai
‘aqidah, hukum dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka dia disebut Salafi
meskipun tempatnya jauh dan berbeda masanya. Sebaliknya barangsiapa pendapatnya
salah menyalahi Al-Qur-an dan As-Sunnah, maka ia bukan seorang Salafi meskipun ia
hidup pada zaman Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.”
Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk perkara bid’ah,
akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar’i karena menisbatkan diri kepada
generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

20
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyuun karena mereka
mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in. Kemudian
setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka -di
sepanjang masa-, mereka ini disebut Salafi, karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf
bukan kelompok atau golongan seperti yang dipahami oleh sebagian orang, tetapi
merupakan manhaj (sistem hidup dalam ber’aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak dan
yang lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap Muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan
kepada orang yang menjaga keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut apa yang
dilaksakan Rasulullah ‫ﷺ‬dan para Sahabat sebelum terjadinya perselisihan dan
perpecahan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ‫( هللا رحمه‬wafat th. 728 H)[7] berkata: “Bukanlah
merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan dirinya
kepada Salaf, bahkan wajib menerima yang demikian itu berdasarkan kesepakatan para
ulama, karena manhaj Salaf tidak lain kecuali kebenaran.”[8]

(dikutip dari buku: Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, hal. 33-36, karya Ustadz
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas ‫) هللا حفظه‬
Lihat Mauqif Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah min Ahlil Ahwaa’ wal Bida’ (I/63-64)
karya Syaikh Dr.Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili, Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarah
Marwiyyati Manhajis Salaf (hal. 21) karya Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Mujmal
Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah.
Beliau adalah Ahmad bin ‘Abdul Halim bin ‘Abdussalam bin ‘Abdillah bin Khidhir
bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Abdillah bin Taimiyyah al-Harrani. Beliau lahir pada hari
Senin, 14 Rabi’ul Awwal th. 661 H di Harran (daerah dekat Syiria). Beliau seorang ulama
yang dalam ilmunya, luas pandangannya. Pembela Islam sejati dan mendapat julukan
Syaikhul Islam karena hampir menguasai semua disiplin ilmu. Beliau termasuk Mujaddid
abad ke-7 H dan hafal Al-Qur-an sejak masa kecil. Beliau ‫ هللا رحمه‬punya murid-murid yang

‘alim dan masyhur, antara lain: Syamsuddin bin ‘Abdul Hadi (wafat th. 744), Syamsuddin

adz-Dzahabi (wafat th. 748 H), Syamsuddin Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah (wafat th. 751 H),
Syamsuddin Ibnu Muflih (wafat th. 763 H) serta ‘Imaduddin Ibnu Katsir (wafat th. 774 H),
penulis kitab tafsir yang terkenal, Tafsiir Ibnu Katsiir.

21
‘Aqidah Syaikhul Islam adalah ‘aqidah Salaf, beliau ‫ هللا رحمه‬seorang Mujaddid yang

berjuang untuk menegakkan kebenaran, berjuang untuk menegakkan Al-Qur-an dan As-
Sunnah menurut pemahaman para Sahabat ‫عنهم هللا رضي‬, tetapi ahlul bid’ah dengki kepada
beliau, sehingga banyak orang yang menuduh dan memfitnah. Beliau menjelaskan yang
haq tetapi ahlul bid’ah tidak senang dengan dakwahnya sehingga beliau diadukan kepada
penguasa pada waktu itu, akhirnya beliau beberapa kali dipenjara sampai wafatpun di
penjara (tahun 728). Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, mencurahkan rahmat
yang sangat luas dan memasukkan beliau ‫ هللا رحمه‬ke dalam Surga-Nya. (Al-Bidayah wan
Nihayah XIII/255, XIV/38, 141-145)
Kemudian tentang khalaf. Kata khalaf biasanya digunakan untuk merujuk para
ulama yang lahir setelah abad III H setelah periode tabiut tabi'in. Ulama-ulama khalaf
adalah penerus dakwah tabiut tabi'in. Selanjutnya mengenai Sufi. Istilah Sufi sebenarnya
tidak dikenal pada zaman Nabi. Didalam Alquran maupun hadis sendiri kata-kata tersebut
secara harfiah tidak ditemukan. Kebanyakan ahli menyatakan bahwa kata-kata tersebut
secara lahiriah menunjukan sebutan gelar, sebab dalam perbendaharaan bahasa Arab
tidak terdapat akar katanya. Ada beberapa pengertian Sufi, yaitu:
Pertama, kata Sufi berasal dari pembendaraan bahasa Yunani, yaitu diambil
dari kata shopia yang berarti kebijaksanaan. Kata tersebut juga dtengarai sebaga asal
kata filsafat. Pendapat ini sebenarnya datang dari pada orientalis. Mereka mengatakan
"ketika orang-orang berfilsafat dalam hal ibadah, mereka mengubahnya menjadi kalimat
Sufi, yang kemudian menjadi sebutan bagi kaum yang suka beribadah dan untuk filsafat
keagamaan". Jelasnya, sufi adalah sebuah kata yang dinisbatkan dengan filsafat ibadah.
Kedua, Sufi berasal dari kata Shaff , yang berarti barisan. Hal ini dimaksudkan bahwa
para Sufi berada pada barisan pertama dihadapan Allah lantaran ketinggian iman dan
takwanya. Ketiga, kata Sufi berasal dari kata Sufah. Kata ini merupakan julukan terhadap
seorang laki-laki dijaman jahiliyah yang mengabiskan waktu untuk beribadah di sekeliling
Ka'bah. Nama asli orang tersebut adalah Ghouts bin Mur. Adapun alasan kata Sufi
disandarkan pada kata julukan tersebut adalah karena sisi karakteristik dari
kehidupannya sama, yaitu sama-sama menghabiska waktu untuk ibadah.
Keempat, kata Sufi berasal dari kata Shuffah yang kemudian dinisbat dengan
sebutan Ahlus Shuffah, yaitu sekelompok kaum Muhajirin dan Anshar yang miskin, yang
tinggal dalam sebuah sisi ruangan Masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka
yang tinggal diruang tersebut dikenal sebagai kaum yang begitu tekun beribadah.
Kelima, kata Sufi serasal dari kata Shuf yang berarti bulu domba. Dalam perbendaharaan
kata bahasa Arab akan kita temukan suatu kalimat yang biasa diperuntukan kepada
orang-orang yang memakai pakain wol atau bulu domba.

22
V
ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN
PENEGAKAN HUKUM

Sedekah ialah penyerahan hak milik suatu benda yang diberikan tanpa imbalan
kepada orang yang membutuhkan, semata-mata hanya mengharap ridha Allah swt.
Kata sedekah dalam banyak dalil memiliki makna yang sama dengan kata zakat,
sebagaimana disebutkan pada ayat berikut, yang artinya,

‫علِيم‬
َ ‫سمِ يع‬ َّ ‫سكَن لَه ْم َو‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم إِ َّن‬
َ َ‫صالَتَك‬ َ ‫ص ِِّل‬ َ ‫ص َدقَﺔً ت‬
َ ‫ط ِ ِّهره ْم َوتزَ ِّكِي ِه ْم بِ َها َو‬ َ ‫خ ْذ مِ ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At Taubah: 103)

Dalam hadis yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ص َدقَ ٍﺔ َج ِاريَ ٍﺔ َوعِلْ ٍم ي ْنتَفَع بِ ِه َو َول َ ٍد‬


‫صالِحٍ يَدْعو لَه‬ َ ‫ع َمله إِ ََّّل مِ ْن ث َ َالث َ ٍﺔ مِ ْن‬
َ ‫سان ا ْنقَطَ َع‬ ِ ْ َ‫إِذَا َمات‬
َ ‫اإل ْن‬

Artinya : “Bila anak Adam meninggal dunia maka seluruh pahala amalannya
terputus, kecuali pahala tiga amalan: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak
shaleh yang senantiasa mendoakan kebakan untuknya.” (QS. at-Tirmidzi dan lainnya)
Dengan demikian sedekah mencakup yang wajib dan mencakup pula yang sunah,
asalkan bertujuan untuk mencari keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla semata. Oleh karena itu,
sering kali Anda tidak perduli bahkan mungkin tidak merasa perlu untuk mengenal nama
penerimanya.
Walau demikian, dalam beberapa dalil, kata sedekah memiliki makna yang lebih
luas dari sekedar membayarkan sejumlah harta kepada orang lain. Sedekah dalam
beberapa dalil digunakan untuk menyebut segala bentuk amal baik yang berguna bagi
orang lain atau bahkan bagi diri sendiri.
Al-Baqarah : 215. "Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka
infakkan, Jawablah! Apa sahaja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada ibu
bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui".

23
Demikian juga dengan istilah infak, beberapa ulama menyamakan antara
keduanya, tetapi ulama lain menganggap ada perbedaan antara shadaqah dengan infak,
bahwa shadaqah lebih bersifat umum dan luas, sedangkan infak adalah pemberian yang
dikeluarkan pada waktu menerima rizki atau karunia Allah swt. Namun keduanya memiliki
kesamaan, yakni tidak menentukan kadar, jenis, maupun jumlah, dan diberikan dengan
mengharap ridha Allah semata. Karena istilah shadaqah dan infak sedikit sekali
perbedaannya, maka umat Islam lebih cenderung menganggapnya sama, sehingga
biasanya ditulis infaq seekah.Karena istilah shadaqah dan infak sedikit sekali
perbedaannya, maka umat Islam lebih cenderung menganggapnya sama, sehingga
biasanya ditulis infaq sedekah.

 Hukum Sedekah
Hukum sedekah adalah sunnah muakad (sunnah yang sangat dianjurkan). Namun
begitu pada kondisi tertentu sedekah bisa menjadi wajib. Misalnya ada seorang yang sangat
membutuhkan bantuan makanan datang kepada kita memohon sedekah. Keadaan orang
tersebut sangat kritis, jika tidak diberi maka nyawanya menjadi terancam. Sementara pada
waktu itu kita memiliki makanan yang dibutuhkan orang tersebut, sehingga kalau kita tidak
memberinya kita menjadi berdosa.

Allah swt berfirman:

‫ف‬ ِ َّ ‫َّللا يَ ْهدِي َم ْن يَشَاء َو َما تنفِقوا مِ ْن َخي ٍْر ﻓَ ِِلَنفسِك ْم َو َما تنفِقونَ ِإَّل َّ ا ْبتِغَا َء َوجْ ِه‬
َّ ‫َّللا َو َما تنفِقوا مِ ْن َخي ٍْر ي َو‬ َّ ‫علَيْكَ ه َداه ْم َولَك‬
َ َّ ‫ِن‬ َ ‫لَي‬
َ ‫ْس‬
‫ظلَمو َن‬ ْ ‫إِلَيْك ْم َوأ َ ْنت ْم َّلَ ت‬

Artinya:“Dan kamu tidak menafkahkan, melainkan karena mencari keridhaan Allah


dan sesuatu yang kamu belanjakan, kelak akan disempurnakan balasannya sedang kamu
sedikitpun tidak akan dianiaya”. (QS. Al-Baqarah: 272)

َ َ ‫جْزي ْالمت‬
‫ص ِ ِّدقِي َن‬ َ َّ ‫علَ ْينَا ِإ َّن‬
ِ َ‫َّللا ي‬ َ ‫صد َّْق‬
َ َ ‫َوت‬

Artinya : “Dan bersedekahlah kepada Kami, sesungguhnya Allah memberikan


balasan kepada orang-orang yang bersedekah” (Yusuf : 88)

 Dalil Tentang Sedekah

Dasar hukum disyariatkannya sedekah adalah sebagai berikut:

24
Al-Qur‘an

َ ‫ب َوالنَّبِ ِيِّينَ َوآت َى ْال َما َل‬


‫علَى‬ ِ ‫اَّلل َو ْاليَ ْو ِم اْآلخِ ِر َو ْال َمالَئِ َك ِﺔ َو ْال ِكت َا‬
ِ َّ ِ‫ب َولَك َِّن ْالبِ َّر َم ْن آ َمنَ ب‬
ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ْس ْالبِ َّر أ َ ْن ت َولُّوا وجوهَك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬
َ ‫لَي‬
ِ ‫الرقَا‬
‫ب‬ ِّ ِ ‫يل َوالسَّائِلِينَ َوﻓِي‬ ِ ‫س ِب‬
َّ ‫ساكِينَ َوابْنَ ال‬ َ ‫ح ِبِّ ِه ذَ ِوي ْالق ْربَى َو ْاليَت َا َمى َو ْال َم‬

Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabat-nya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya…”
(Q.S. al-Baqarah : 177).
Ayat di atas menganjurkan agar seseorang mau bersedekah ketika orang tersebut
masih menyukai harta, artinya orang tersebut masih dalam keadaan sehat. Ayat ini
menunjukkan sedekah di waktu sehat lebih utama daripada sedekah menjelang kematian.
Penyebabnya antara lain:
Orang yang sehat masih membutuhkan harta benda sedangkan orang yang
hampir meninggal sudah tidak membutuhkannya;
Memberikan di waktu sehat menunjukkan keyakinan si pemberi terhadap janji dan
ancaman Allah swt;Memberi di waktu sehat lebih berat sehingga pahalanya lebih
besar;Orang sehat memberi karena taat dan ingin mendekatkan diri kepada Allah swt.;

Hadis

‫ب ْال ِغ ُّل َوت َ َهادَ ْوا ت َ َحابُّوا‬ َ َ ‫سل َّ َم ت‬


ِ ‫صاﻓَحوا ي َ ْذ َه‬ َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ِ ‫قَا َل َرسول‬
َ ‫هللا‬

Artinya: “Rasulullaah saw. bersabda: “Berjabat tanganlah maka akan hilang rasa
dendam dan denki dan saling memberi hadiahlah maka kalian akan menjadi saling
mencintai.” (H.R. Malik).
Hadis di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. menganjurkan agar
umatnya saling berjabat tangan dan saling memberi hadiah satu sama lain. Tujuannya
adalah agar tercipta suasana saling mencintai dan mengasihi.

Hadits yang lain, Nabi saw. bersabda:

ِ‫ع ْن مِ ْيت َ ِﺔ الس ُّْوء‬


َ ‫ب َوت َ ْدﻓَع‬
ِ ِّ ‫الر‬
َّ ‫ب‬َ ‫ض‬
َ ‫غ‬ ْ ‫ص َدقَﺔَ لَت‬
َ ‫طفِئ‬ َّ ‫ِإ َّن ال‬

25
Artinya: “Sesungguhnya sedekah itu dapat memadamkan murka Tuhan dan
menghindarkan diri dari mati su’ul khatimah.” (H.R. Tirmizdi).
Hadis di atas menjelaskan bahwa salah satu manfaat sedekah adalah dapat
mencegah murka Allah swt. dan dapat menghindarkan diri dari mati dalam keadaan su’ul
khatimah.

 Keadialn Penegakan Hukum dalam Islam

Penegakan hukum dalam konteks law enforcement sering diartikan dengan


penggunaan force (kekuatan) dan berujung pada tindakan represif. Dengan demikian
penegakan hukum dalam pengertian ini hanya bersangkutan dengan hukum pidana saja.2
Dalam tulisan ini dikehendaki pengertian penegakan hukum itu dalam arti luas secara
represif, maupun preventif. Konsekuensinya memerlukan kesadaran hukum secara meluas
pula baik warga negara, lebih-lebih para penyelenggara negara terutama penegak
hukumnya. Adapun penegak hukum meliputi instrumen administratif yaitu pejabat
administratif di lingkungan pemerintahan. Sedangkan dalam lingkungan pidana dimonopoli
oleh negara melalui alat-alatnya mulai dari kepolisian, kejaksaan dan kehakiman sebagai
personifikasi negara.
Kepastian hukum akan tercapai jika penegakan hukum itu sejalan dengan
undang-undang yang berlaku dan rasa keadilan masyarakat yang ditopang oleh
kebersamaan tiap individu di depan hukum (equality before the law). Bahwa hukum
memandang setiap orang sama, bukan karena kekuasaan dan bukan pula karena
kedudukannya lebih tinggi dari yang lain. Persamaan setiap manusia sesuai fitrah
kejadiannya:

“Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi
kabar gembira dan peringatan dan beserta mereka Dia turunkan kitab dengan membawa
kebenaran, supaya kitab itu memberi keputusan antara manusia tentang apa yang mereka
perselisihkan (QS.2:213).

Agar suatu kaidah hukum berfungsi maka bila kaidah itu berlaku secara yuridis,
maka kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah mati (dode regel), kalau
secara sosiologis (teori kekuasaan), maka kaidah tersebut menjadi aturan pemaksa (dwang
maat regel). Jika berlaku secara filosofi, maka kemungkinannya hanya hukum yang dicita-
citakan yaitu ius constituendum.

26
Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu
penegasan, ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyata- nyata berlaku dalam
kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat berkembang maju
dalam berjama’ah (Society).
Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup bermasyarakat
berjalin, yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus berhadapan dengan
berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah tangga, hidup bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, berantara negara, berantar agama dan sebagainya, semuanya
problematika hidup duniawi yang bidangnya amat luas. Maka risalah Muhammad Saw,
meletakkan beberapa kaidah yang memberi ketentuan-ketentuan pokok guna memecahkan
persoalan-persoalan.
Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut M. Natsir.
Tiap-tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian masyarakat, maka bisa
merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan. Semua
anggota masyarakat berkedudukan sama di hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum
semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi dalam
Negara.

“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan kamu tidak berlaku
adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah
karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS.5:8).
“Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang menjalankan hukum atasmu seseorang
budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama dijalankannya hukum Allah Swt”.
(H.R.Buchori dari Anas)

Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak
berdiri kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum di
masyarakat dewasa ini banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan lebih
terhadap orang yang punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah, sehingga
rakyat banyak telah menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini keadilan itu dapat
dibeli. Lebih jauh kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya Political Science and
Government dalam Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan Demokrasi (1999) yaitu, yakni:
a. Manusia secara alamiah dilahirkan sama (Natural Equality)
b. Setiap masyarakat memiliki kesamaan hak sipil
c. Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan pekerjaan
d. Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik.

27
QS.4:135.”Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang tegak menegakkan
keadilan, menjadi saksi kebenaran karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapakmu atau kerabatmu”.
ALLAH berfirman dalam Al Quran, Surah An Nahl ayat 90; Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kamu kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Ayat itu memberikan wasiat tentang berlaku adil dan tidak melakukan perbuatan
munkar.
Kandungan ayat itu prinsip-prinsip universal akhlak Islam dalam perilaku sosial serta
keadilan, ihsan dan menjauhi kezaliman yang berdasarkan hubungan sosial.
Disampaikan Ustad Abrar Harun, umat Islam sepatutnya patuh dan tunduk
dengan wasiat atau ayat Al Quran tersebut. Jika dilakukan dan adil ditempatkan dalam
posisinya, maka tidak akan ada penjara karena terjadi keamanan.
“Tanpa keadilan, manusia menjadi keji dan mungkar. Sehingga jangan lagi ada
kejadian guru dibunuh oleh murid di Madura, seorang bupati perintahkan bawahanya, atau
anak yang membunuh direhabilitasi. Itukah yang dikatakan adil,” ujarnya dalam tausiah usai
sholat subuh berjamaah di Masjid Al Jihad, Cempaka, Banjarmasin.
Oleh sebab itu, tekan dia, harus yakin Allah selalu mengawasi. “Coba aib kita
dikasih bau maka kita tidak tahan,” kata dia.
Allah punya sifat Arrahman Arrahim dan berbuat baik pada makluk adalah
perintah Allah. “Seperti cerita Rasul menegur pemuda membawa kaki kambing untuk
dimasak. Maka Rasul bilang harus banyak air memasaknya karana ada hak tetangga yang
kau beri,” katanya.
Oleh karena itu, tali silaturrahmi kepada saudara, keluarga dan tetangga. “Karena
kita tidak tahu, dulu yang tidak baik dengan kita. Namun taubatnya lebih duluaan diterima
oleh Allah,” sebut Ustad Abrar.
Mencegah kemunkaran diawali dengan menjaga mulut atau perkataan, tangan
hingga hati. Sebat, Surah An Nahl ayat 90,termasuk salah satu ayat yang paling
komprehensif di kitab al-Quran.
Mengingat, dalam firman Allah itu digambarkan hubungan manusia dan sosial
kaum Mukmin di dunia yang berlandaskan pada keadilan, kebaikan dan menjauh dari segala
kezaliman dan arogansi.

28
Bahkan hal itu disebut sebagai nasehat ilahi yang harus dijaga oleh semua orang.
Adil dan keadilan merupakan landasan ajaran Islam dan syariat agama ini. Allah SWT tidak
berbuat zalim kepada siapapun dan tidak memperbolehkan seseorang berbuat zalim kepada
orang lain dan menginjak hak orang lain.
Menjaga keadilan dan menjauh dari segala perilaku ekstrim kanan dan kiri
menyebabkan keseimbangan diri manusia dalam perilaku individu dan sosial
Tentunya, etika Islam atau akhlak mendorong manusia berperilaku lebih dari
tutunan standar atau keadilan, dalam menyikapi problema sosial dan memaafkan kesalahan
orang lain.
Bahkan manusia bisa melakukan lebih dari hak orang lain, yang ini semua
menunjukkan kebaikan atau ihsan. Allah SWT yang memperlakukan manusia dengan
landasan ihsan, mengajak manusia untuk berperilaku baik dengan orang lain di atas standar
keadilan.

Hukum harus ditegakkan sesuai dengan aturan yang berlaku di sebuah negara.
Tidak boleh ditambahi dan dikurangi sesuai keinginan pribadi ataupun pesanan dari orang
lain. Pada zaman Rasulullah, sebagaimana dikisahkan ‘Aisyah, pernah terbesik dalam hati
sahabat untuk mengurangi hukuman seorang pencuri yang berasal dari keturunan
terhormat. Pencurinya adalah perempuan dari Bani Makhzum.
Sahabat kebingungan menghadapi kasus ini. Mereka berunding untuk mengadu
kepada Rasul SAW sembari meminta hukumannya dikurangi. Akan tetapi, di antara mereka
tidak ada yang berani mengutarakan hal itu langsung kepada Rasulullah SAW. Sehingga
akhirnya, Usamah Ibn Zaid diminta untuk mengadukan kasus ini dikarenakan ia orang
terdekat Rasulullah SAW. Mendengar laporan tersebut, Rasulullah SAW marah dan
mengatakan di hadapan orang banyak:

‫ وايم‬.‫ وإذا سرق ﻓيهم الضﻌيف أقاموا عليه الحد‬،‫ إنما هلك الذين من قبلكم أنهم كانوا إذا سرق ﻓيهم الشريف تركواه‬،‫يا أيها الناس‬
‫ لقطﻌت يد‬،‫ لو أن ﻓاطمﺔ بنت محمد سرقت‬،‫هللا‬

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian


adalah, apabila seorang bangsawan mencuri, mereka biarkan, tetapi bila ada orang lemah
dan miskin mencuri, mereka tegakkan hukuman kepadanya. Demi Allah, andaikan Fatimah
putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” (HR: Ibnu Majah)

29
Ini merupakan bentuk ketegasan Rasulullah SAW. Beliau tidak takut menerapkan
hukum kepada siapapun, baik kaya maupun miskin. Sebab tanda kehancuran suatu kaum
adalah hukum tidak ditegakkan. Sebagai negara hukum, mestinya hukum di Indonesia harus
ditegakkan oleh pemerintah, dalam hal ini kepolisian dan lain-lain, seadil-adilnya. Hukum
tidak boleh tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Jangan biarkan lagi masyarakat sipil main
hukum dan menindas seenaknya. Memimjam kata Gus Dur, jangan menjadi bangsa
penakut, lantaran tidak mau menghukum yang salah.

30
Daftar Pustaka

https://www.researchgate.net/publication/294720705_STUDI_KOMPARATIF_KONS
EP_KETUHANAN_ISLAM_DAN_AGAMA_ADAM_PADA_KOMUNITAS_SAMI
N
https://www.researchgate.net/publication/327112100_Sains-
Teknologi_dan_Ilmu_Agama_Menurut_Bahasa_al-Quran_dan_Hadis
https://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-islam/feed/
http://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/?feed=rss2&p=705
https://inilah.com/mozaik/2412436/salaf-3-generasi-awal-terbaik-umat-islam
http://digilib.uinsuka.ac.id/36253/2/9953291. DIMENSI GENERASI TERBAIK
PADA MASA AWAL ISLAM
https://inilah.com/mozaik/2493668/inilah-generasi-terbaik-islam
https://www.euromoslim.org/definisi-salaf/
https://httpmuhammadmukhlas.wordpress.com/2017/07/18/bab-4-indahnya-berbagi-
murahnya-rezeki-dan-berberkah/
https://almanhaj.or.id/3013-kewajiban-mengikuti-pemahaman-salafush-shalih.html
https://www.kompasiana.com/umaryadi/5ac45194dd0fa81458206393/39-ayat-yang-
menjelaskan-tentang-berbagi-bersedekah
https://klikkalsel.com/allah-menyuruh-berlaku-adil/
https://www.jurnalfai-uikabogor.org/index.php/mizan/article/download/122/38
https://islam.nu.or.id/post/read/74591/ini-nasihat-rasulullah-kepada-penegak-hukum

31
LAMPIRAN

1. Keistimewaan dan kebenaran konsep dalam islam


2. Sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan
3. Pemikiran umat Islam
4. Sains dan Teknologi dalam Al-quran dan Al-hadits
5. Generasi terbaik menurut Al-Hadits
6. Pengertian Salaf dan referensi Hadits
7. Islam, ajaran tentang berbagi serta ajaran keadilan penegakan hukum
8. Hukum sedekah
9. Keadilan penegakan hukum dalam Islam

32

Anda mungkin juga menyukai