Anda di halaman 1dari 13

Perbankan Syariah dan Kelembagaannya

a. Pengertian Perbankan Syariah


Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat
dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi intermediasi keuangan.
Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan,
yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti
prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang
haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk
menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari aspek pelaksanaan
prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan oleh OJK sebagaimana halnya
pada perbankan konvensional, namun dengan pengaturan dan sistem pengawasan yang
disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional perbankan syariah. Masalah pemenuhan
prinsip syariah memang hal yang unik bank syariah, karena hakikinya bank syariah adalah
bank yang menawarkan produk yang sesuai dengan prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip
syariah menjadi sangat fundamental karena hal inilah yang menjadi alasan dasar eksistensi
bank syariah. Selain itu, kepatuhan pada prinsip syariah dipandang sebagai sisi kekuatan bank
syariah. Dengan konsisten pada norma dasar dan prinsip syariah maka kemaslhahatan berupa
kestabilan sistem, keadilan dalam berkontrak dan terwujudnya tata kelola yang baik dapat
berwujud.
Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah yang menjadi isu
penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini lembaga yang memiliki peran
penting adalah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Undang-undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan kepada MUI yang fungsinya dijalankan
oleh organ khususnya yaitu DSN-MUI untuk menerbitkan fatwa kesesuaian syariah suatu
produk bank. Kemudian Peraturan Bank Indonesia (sekarang POJK) menegaskan bahwa
seluruh produk perbankan syariah hanya boleh ditawarkan kepada masyarakat setelah bank
mendapat fatwa dari DSN-MUI dan memperoleh ijin dari OJK. Pada tataran operasional pada
setiap bank syariah juga diwajibkan memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
fungsinya ada dua, pertama fungsi pengawasan syariah dan kedua fungsi advisory
(penasehat) ketika bank dihadapkan pada pertanyaan mengenai apakah suatu aktivitasnya
sesuai syariah apa tidak, serta dalam proses melakukan pengembangan produk yang akan
disampaikan kepada DSN untuk memperoleh fatwa. Selain fungsi-fungsi itu, dalam
perbankan syariah juga diarahkan memiliki fungsi internal audit yang fokus pada pemantauan
kepatuhan syariah untuk membantu DPS, serta dalam pelaksanaan audit eksternal yang
digunakan bank syariah adalah auditor yang memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang
syariah.
Secara umum terdapat bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang menerima
simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran. Secara
kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh (full-pledged) dan
terdapat pula dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum konvensional.
Pembagian tersebut serupa dengan bank konvensional, dan sebagaimana halnya diatur dalam
UU perbankan, UU Perbankan Syariah juga mewajibkan setiap pihak yang melakukan
kegiatan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan
prinsip syariah harus terlebih dahulu mendapat izin OJK.

b. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada Prinsip Syariah,
demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan Syariah bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat.

Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :

1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan


menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Struktur Perbankan Syariah


Berdasarkan Kegiatannya Bank Syariah dibedakan menjadi Bank Umum Syariah, Unit Usaha
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
1.) Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:

1. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau


bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
2. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
3. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
4. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna', atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
5. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
6. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
7. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
8. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah;
9. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah,
antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah,
kafalah, atau hawalah;
10. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
11. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah;
12. melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad
yang berdasarkan Prinsip Syariah;
13. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan
Prinsip Syariah;
14. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
15. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah;
16. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah; dan
17. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.) Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat
Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang
dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah
dan/atau unit syariah.

Kegiatan usaha UUS meliputi:

1. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
2. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
3. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
4. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna',
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
5. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
6. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya
bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
7. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
8. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;
9. membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi
nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
10. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah
dan/atau Bank Indonesia;
11. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;
12. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip
Syariah;
13. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
14. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah;
dan
15. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang
sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.) Bank Pembiayaan Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:


a) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

 Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
wadi'ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; dan
 Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah;

b) menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

 Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah;


 Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna';
 Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;
 Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah
berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; dan
 pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;
c) menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan Akad wadi'ah
atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah;
d) memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah
melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank
Umum Konvensional, dan UUS; dan
e) menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai
dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia (sekarang OJK).

d. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional
yang memiliki UUS maupun BPRS. Dewan Pengawas Syariah(DPS) diangkat oleh Rapat
Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. Dewan Pengawas
Syariah bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan
Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.

Tugas dan tanggung jawab DPS secara rinci meliputi :

1. menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional


dan produk yang dikeluarkan Bank;
2. mengawasi proses pengembangan produk baru Bank;
3. meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru Bank yang
belum ada fatwanya;
4. melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap
mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
bank; dan
5. meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja
Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

Untuk menjadi DPS pemohon wajib memenuhi syarat–syarat menjadi


Anggota DPS:

1. Integritas, yang paling kurang mencakup:

o memiliki akhlak dan moral yang baik;


o memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perbankan syariah dan
peraturan perundang-undangan lain yang berlaku;
o memiliki komitmen terhadap pengembangan Bank yang sehat dan tangguh
(sustainable); dan
o tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus sebagaimana diatur dalam ketentuan
mengenai uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia (sekarang OJK).
2. Kompetensi, yang paling kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang
syariah mu'amalah dan pengetahuan di bidang perbankan dan/atau keuangan secara
umum; dan
3. Reputasi keuangan, yang paling kurang mencakup:
o tidak termasuk dalam daftar kredit macet; dan
o tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi pemegang saham, anggota Dewan
Komisaris, atau anggota Direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu
perseroan dinyatakan pailit, dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum
dicalonkan.

e. Perbedaan Perbankan Syariah dan Konvensional

Secara garis besar hal-hal yang membedakan antara bank konvensional dengan bank syariah
adalah sebagai berikut:

No. Bank Konvensional Bank Syariah

1. Bebas nilai Berinvestasi pada usaha yang halal

2. Sistem bunga Atas dasar bagi hasil, margin keuntungan dan fee

3. Besaran bunga tetap Besaran bagi hasil berubah-ubah tergantung


kinerja usaha

4. Profit oriented (kebahagiaan Profit dan falah oriented (kebahagiaan dunia dan
dunia saja) akhirat)

5. Hubungan debitur-kreditur Pola hubungan:

1. Kemitraan
(musyarakah dan mudharabah)
2. Penjual – pembeli (murabahah,
salam dan istishna)
3. Sewa menyewa (ijarah)
4. Debitur – kreditur; dalam
pengertian equity holder (qard)

6. Tidak ada lembaga sejenis Ada Dewan Pengawas Syariah (DPS)


dengan Dewan Pengawas
Syariah
Perbedaan antara system bunga bank dengan prinsip bagi hasil bank syariah adalah sebagai
berikut:

No. Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

1. Asumsi selalu untung Ada kemungkinan untung/rugi

2. Didasarkan pada jumlah uang (pokok) Didasarkan pada rasio bagi hasil dari
pinjaman pendapatan/keuntungan yang diperoleh
nasabah pembiayaan

3. Nasabah kredit harus tunduk pada Margin keuntungan untuk bank (yang
pemberlakuan perubahan tingkat suku disepakati bersama) yang ditambahkan
bunga tertentusecarasepihakoleh bank, pada pokok pembiayaan berlaku sebagai
sesuai dengan fluktuasi tingkat suku harga jual yang tetap sama hingga
bunga di pasar uang. Pembayaranbunga berakhirnya masa akad. Porsi
yang sewaktu-waktu dapat meningkat pembagian bagi hasil berdasarkan
atau menurun tersebut tidak dapat nisbah (yang disepakati bersama)
dihindari oleh nasabah di dalam masa berlaku tetap sama, sesuai akad, hingga
pembayaran angsuran kreditnya. berakhirnya masa perjanjian
pembiayaan (untuk pembiayaan
konsumtif)

4. Tidak tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil berubah-
Jumlah pembayaran bunga tidak ubah tergantung kinerja usaha (untuk
meningkat meskipun jumlah keuntungan pembiayaan berdasarkan bagi hasil)
berlipatganda saat keadaan ekonomi
sedang baik

5. Eksistensi bunga diragukan kehalalannya Tidak ada agama yang meragukan


oleh semua agama termasuk agama Islam keabsahan bagi hasil

6. Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil tergantung pada keuntungan
dijanjikan tanpa pertimbangan proyek proyek yang dijalankan. Jika proyek itu
yang dijalankan oleh pihak nasabah tidak mendapatkan keuntungan maka
untung atau rugi kerugian akan ditanggung bersama
kedua pihak

f. Tips Mengenali Layanan Perbankan Syariah

Perkembangan pesat dari perbankan syariah menuntut layanan prima dari industri perbankan
syariah sehingga semakin mudah diakses oleh masyarakat luas. Dimana saja layanan bank
syariah dapat ditemukan? Berikut adalah tips-tips untuk mengenali layanan perbankan
syariah dengan cepat.

1. Perhatikan Logo iB yang dipasang di depan kantor bank yang telah resmi beroperasi
sebagai bank syariah (BUS, UUS dan BPRS), baik kantor pusat, kantor cabang
maupun kantor layanan syariah. Logo iB biasanya juga dipasang di papan reklame,
spanduk, neon sign atau billboard.
2. Masyarakat juga bisa mendapatkan layanan perbankan syariah di bank-bank
konvensional yang membuka layanan office channeling Bank Syariah. Penandanya
adalah stiker Logo iB layanan syariah yang umumnya terpasang di pintu masuk
kantor cabang bank konvensional. Biasanya di depan counter pelayanan syariah, bank
juga memasang banner atau poster yang memberikan penjelasan mengenai produk
dan jasa perbank syariah yag tersedia. Informasi lebih lengkap layanan syariah ini
juga dapat diperoleh melalui customer service atau staf di kantor bank konvensional
tersebut.
3. Layanan bank syariah juga bisa ditemukan di kantor pos terdekat. Beberapa bank
syariah telah bekerjasama dengan PT. Pos Indonesia dalam rangka memperluas
jaringan layanan kepada masyarakat.
4. Untuk mengambil uang tunai dan transfer sekarang juga tidak lagi sulit, masyarakat
bisa menggunakan ATM bank syariah, ataupun ATM bank konvensional yang
mencantumkan Logo iB di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Bank-bank
syariah juga telah bekerjasama dengan lebih dari 6000 jaringan ATM Bersama dan
7000 jaringan ATM Prima dan BCA. Melalui jaringan ATMdi seluruh Indonesia,
nasabah dapat menarik tunai, transfer dan melakukan pembayaran tagihan rutin
bulanan seperti membayar tagihan telepon, listrik, internet, pesan tiket pesawat dan
masih banyak lagi.
5. Kartu Debit bank syariah juga sudah dapat digunakan untuk berbelanja di
supermarket, mall, restoran dan tempat-tempat wisata yang mempunyai hubungan
kerjasama dengan bank syariah.

PERKEMBANGAN SEKTOR PERBANKAN SYARIAH


1. Milestone Perbankan Syariah di Indonesia

2. Statistik Perbankan Syariah

No Jenis Bank Jumlah Jumlah Kantor

1. Bank Umum Syariah : 12 2121


PT. Bank Muamalat Indonesia
PT. Bank Victoria Syariah
Bank BRISyariah
B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah
Bank BNI Syariah
Bank Syariah Mandiri
Bank Syariah Mega Indonesia
Bank Panin Syariah
PT. Bank Syariah Bukopin
PT. BCA Syariah
PT. Maybank Syariah Indonesia
PT Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Syariah

2. Unit Usaha Syariah : 22 327


PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank Permata Tbk
PT Bank Internasional Indonesia
Tbk
PT Bank Cimb Niaga, Tbk
PT Bank OCBC Nisp, Tbk
PT BPD DKI
BPD Yogyakarta
PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Tengah
PT BPD Jawa Timur
PT BPD Jambi
PT Bank Bpd Aceh
PT Bpd Sumatera Utara
BPD Sumatera Barat
PT Bank Pembangunan Daerah
Riau
PT BPD Sumatera Selatan Dan
Bangka Belitung
PT BPD Kalimantan Selatan
PT BPD Kalimantan Barat
BPD Kalimantan Timur
PT BPD Sulawesi Selatan Dan
Sulawesi Barat
PT BPD Nusa Tenggara Barat
PT Bank Sinarmas
PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk.

3. Bank Pembiayaan Rakyat 164 433


Syariah
PT Syariat Fajar Sejahtera Bali
PT Bangka
PT Harta Insan Karimah
PT Baitul Muawanah
PT Attaqwa Garuda Utama
PT Wakalumi
PT Mulia Berkah Abadi
PT Berkah Ramadhan
PD Cilegon Mandiri
PT Musyawarah Ummat Indonesia
PT Muamalat Harkat
PT Safir Bengkulu
PT Margirizki Bahagia
PT Bangun Drajat Warga
PT Amanah Rabbaniah
PT PNM Mentari
PT Baitur Ridha
PT Shdiq Amanah
PT PNM Al Ma'Soem
PT Harum Hikmah Nugraha
PT Ishlalul Ummah
PT Artha Fisabilillah
PT HIK Parahyangan
Koperasi Al Ihsan
PT Amanah Ummah
PT Artha Karimah Irsyadi
PT Bina Amwalul Hasanah
PT Harta Insan Karimah Bekasi
PT Harta Insan Karimah Cibitung
PT Al Barokah
PT Bina Rahmah
PT Al Hijrah Amanah
PT Amanah Insani
PT Rif'atul Ummah
PT Insan Cita Artha Jaya
PT Al Wadi'ah
PT Artha Madani
PT Buana Mitra Perwira
PT Suriyah
PT Gala Mitra Abadi
PT Ikhsanul Amal
PT Asad Alif
PT Artha Surya Barokah
PT Bina Amanah Satria
PT Khasanah Ummat
PT Artha Sinar Mentari
PT Situbondo
PT Al Mabrur Babadan
PT Bhakti Haji Malang
PT Daya Artha Mentari
PT Al Hidayah
PT Ummu
PT Bumi Rinjani Batu
PT Bakti Makmur Indah
PT Amanah Sejahtera
PT Bhakti Sumekar
PT Berkah Gemadana
PT Ibadurrahman
PT Sakai Sambayan
PD Tanggamus
PT Metro Madani
PT Hareukat
PT Baiturrahman
PT Tengku Chiek Dipante
PT Hikmah Wakilah
PT Rahman Hijrah Agung
PT Tulen Amanah
PT Patuh Beramal
PT Muamalat Yofeta
PT Hasanah
PT Berkah Dana Fadhilah
PT Indo Timur (d/h Ikhwanul
Ummah)
PT Matahari Ufuk Timur
PT Surya Sejati
PT Niaga Madani
PT Nurul Ikhwan
PT Gowata
PT Investama Mega Bakti (d/h Al
Ittihad)
PT Mentari Pasaman Saiyo
PT Carana Kiat Andalas
PT Ampek Angkek Candung
PT Al Falah
PT Kafalatuh Ummah
PT Al Washliyah
PT Gebu Prima
PT Puduarta Insani
PT Amanah Bangsa
PT Al Yaqin
PT Lantabur
PT Haji Miskin
PT Artha Mas Abadi
PT Al Salaam Amal Salman
PT PNM-BINAMA
PT Jabal Tsur
PT Dinar Ashri
PT Bumi Rinjani Probolinggo
PT Bumi Rinjani Kepanjen
PT Dana Hidayatullah
PT Pemerintah Kota Bekasi
PT Arta Leksana
PT Sindanglaya Kotanopan
PT Bumi Artha Sampang
PT Karya Mugi Sentosa
PT Jabal Nur
PT Barokah Dana Sejahtera
PT Artha Amanah Ummat
PT Mitra Amal Mulia
PT Madina Mandiri Sejahtera
PT Hidayah
PT Renggali
PT Syarikat Madani
PT Dana Mulia
PT Dana Amanah
PT Barakah Nawaitul Ikhlas
PT SRAGEN
PT Sarana Pamekasan Membangun
PT Mandiri Mitra Sukses
PD Rajasa
PT Danagung Syariah
PT Tanmiya Artha
PD Kotabumi
PT Mitra Cahaya Indonesia
PT Bunsu Sinamar Makmur (pada
saat pelaksanaan berubah nama
menjadi PT BPRS Al Makmur)
PT Vitka Central
PT FORMES
PT Annisa Mukti
PT Central Syariah Utama
PT Cempaka Al Amin
PT Madinah
PT Lampung Timur
PT Adeco
PT Al Mabrur Klaten
PT Meru Sankara
PT Kota Juang
PT Gunung Slamet
PT Amanah Insan Cita
PT Artha Pamenang
PT Mitra Harmoni Yogyakarta
PT Rahmania Dana Sejahtera
PT Rahma Syariah
PT Mitra Harmoni Kota Semarang
PT Ar- Raihan
PT Mitra Harmoni Kota Malang
PT Insan Madani
PT Unawi Barokah
PT Al Madinah
PT Way Kanan
PT Oloan Ummah Sidempuan
PT Dharma Kuwera
PT Kota Mojokerto
PT Mitra Harmoni Kota Bandung
PT Gajahtongga Kotopiliang
PT Cahaya Hidup
PT Bahari Berkesan
PT Magetan
PT Saka Dana Mulia
PT Bakti Artha Sejahtera Sampang
PT HIK Makassar
PT Mitra Agro Usaha
PT Mitra Amanah
PT Gotong Royong
PT Surakarta
PT Aman Syariah
PT HIK Tegal

Anda mungkin juga menyukai